0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
62 tayangan6 halaman
KLHS ini menganalisis dampak kumulatif dari rencana pembangunan jalan di pegunungan Bukit Barisan terhadap warisan hutan hujan tropis Sumatra. Hasilnya menunjukkan bahwa pembangunan jalan akan berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati dan memotong habitat hewan dilindungi, sehingga mengancam nilai warisan dunia tersebut. Beberapa alternatif disarankan untuk meminimalkan dampaknya, seperti memindahkan jal
KLHS ini menganalisis dampak kumulatif dari rencana pembangunan jalan di pegunungan Bukit Barisan terhadap warisan hutan hujan tropis Sumatra. Hasilnya menunjukkan bahwa pembangunan jalan akan berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati dan memotong habitat hewan dilindungi, sehingga mengancam nilai warisan dunia tersebut. Beberapa alternatif disarankan untuk meminimalkan dampaknya, seperti memindahkan jal
KLHS ini menganalisis dampak kumulatif dari rencana pembangunan jalan di pegunungan Bukit Barisan terhadap warisan hutan hujan tropis Sumatra. Hasilnya menunjukkan bahwa pembangunan jalan akan berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati dan memotong habitat hewan dilindungi, sehingga mengancam nilai warisan dunia tersebut. Beberapa alternatif disarankan untuk meminimalkan dampaknya, seperti memindahkan jal
2017 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Dampak Kumulatif Rencana Pembangunan Jalan di Pegunungan Bukit Barisan, Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatra
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan Sebuah kebijakan
baru dari pemerintah pusat telah lahir. Kebijakan ini mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah untuk melakukan kajian lingkungan hidup strategis dalam setiap kebijakan, rencana dan program yang dicetuskan. Kebijakan ini menjadi salah satu upaya pemerintah pusat dalam menyikapi kondisi penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan yang semakin memprihatinkan. Kebijakan ini merupakan sebuah upaya pemerintah pusat untuk mengatasi permasalahan lingkugan mulai dari hulu. Kebijakan ini di amanatkan dalam UU no 32 tahun 2009 tentang perlindugan dan pengelolaan lingkungan hidup.Dalam undang- undang tersebut disebutkan bahwa KLHS merupakan salah satu instrument untuk pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. Dengan adanya KLHS ini permasalahan lingkungan yang akan lahir dari sebuah kebijakan, rencana dan program dapat diprediksi dan dapat diminimalisir dampaknya. Dalam pelaksanaannya KLHS akan lebih berperan sebagai sebuah pendekatan atau metode daripada sebuah intrumen seperti AMDAL. Selama ini kita mengenal AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) sebagai salah satu instrumen dalam pengendalian pencemaran lingkungan. Di dalam penyusunan Amdal lebih mengedepankan pada aspek scientific judgement yang biasa dilakukan oleh para pakar yang bersertifikasi. Sedangkan dalam penyusunan KLHS scientific judgement tidak terlalu dikedepankan akan tetapi diskusi publik dari berbagai stakeholder yang berkepentingan dan terkena dampak dari sebuah kebijakan, rencana dan program. KLHS bermanfaat untuk bisa mengefektifkan instrument pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan yang lain seperti AMDAL. Dalam pelaksanaannya perlu dipahami bahwa KLHS bukan bertujuan untuk menghalangi pembangunan namun dengan pertimbangan isu lingkungan maka pembangunan yang dilakukan tersebut tidak akan mengurangi daya dukung dan daya tampung dari lingkungan. KLHS bermanfaat untuk menunjang sebuah kebijakan agar kebijakan tersebut dapat diterapkan dalam jangka panjang serta bukan kebijakan yang hanya bisa diterapkan dalam jangka pendek karena berdampak besar terhadap lingkungan. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dampak kumulatif dari rencana pembangunan jalan di pegunungan Bukit Barisan ini berfokus pada penentuan dampak atau ancaman strategis, yaitu yang terkait dengan nilai, integritas, dan perlindungan dan pengelolaan atribut Nilai Universal Luar Biasa (OUV) Tropical Rainforest Heritage of Sumatra (TRHS) dari usulan pembangunan dan peningkatan jaringan jalan di dalam dan di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), dimana jaringan jalan di kawasan TNKS dikaji lebih mendalam. Melalui sejumlah langkah terpadu, KLHS memisahkan dampak dan risiko strategis yang bersifat langsung, tidak langsung dan kumulatif yang berkaitan dengan tapak usulan pembangunan dan peningkatan jalan, Zona Efek Jalan, dan fragmentasi habitat yang disebabkan oleh pembangunan jalan tersebut. Berkaitan dengan fungsi ekologi dan keanekaragaman hayati, yang antara lain adalah aspek Nilai dan komponen Integritas OUV TRHS, telah dikaji bahwa tapak pembangunan jalan langsung, beserta dampak dan risiko Zona Efek Jalan potensial akan menimbulkan konflik yang tidak dapat diterima oleh beberapa populasi spesies yang terancam, misalnya Gajah, Badak dan Harimau Sumatera, dan menuju kehilangan habitat di berbagai wilayah di kawasan TNKS dan TNBBS. Risiko pada integritas OUV TRHS dinilai tertinggi pada kedua kawasan ini. Analisis strategis ekologi juga memperlihatkan bahwa rencana pembangunan jalan, khususnya di TNKS, akan menciptakan pembatas fisik pada habitat yang menghalangi interaksi antar populasi hewan yang dapat menyebabkan perubahan pada genetik dan kelangsungan hidup populasi. Dampak yang meluas ini jelas mengindikasikan tingkat yang tidak dapat diterima dari dampak negatif terhadap atribut Nilai dan Integritas TRHS. Berdasarkan dampak dan risiko lingkungan dapat disimpulkan bahwa tidak ada pembangunan jalan yang dikehendaki dari perspektif pemeliharaan OUV dan keberlanjutan. Akan tetapi, dengan mempertimbangkan pilihan yang layak untuk TNKS (yaitu yang paling tidak berdampak, kelangsungan ekonomi, dan efisiensi transportasi yang layak), diusulkan alternatif Perencanaan dan Pengerjaan Pembangunan Jalan yang Dimitigasi. Pilihan Alternatif Perencanaan yang diusulkan, menggambarkan sebuah preferensi yang jelas untuk pembangunan jalan di luar Taman Nasional. Pilihan-pilihan tersebut lebih lanjut menganjurkan bahwa satu jalur jalan dialihkan di luar kawasan TNKS, dua usulan pembangunan jalan Ekonomi dan Konektivitas TNKS diperbolehkan untuk dibangun dengan sangat hati-hati. Pembangunan jalan jalur Evakuasi TNKS yang diusulkan juga tidak disarankan. Dalam hal ini, direkomendasikan bahwa pembangunan tersebut diizinkan apabila dapat dibuktikan bahwa peningkatan jalan eksisting di luar Taman Nasional tidak akan memberikan tingkat tanggap darurat yang sama. Jika tidak, hanya dua potensi jalur jalan dengan kondisi terbatas yang direkomendasikan untuk perencanaan lebih lanjut. Untuk melengkapi hubungan mitigasi pelaksanaan pembangunan jalan individu yang potensial (misalnya pengambilan keputusan pada tingkat proyek) pelaksanaan proyek misalnya melalui penggunaan struktur penyeberangan satwa liar dan langkah-langkah lainnya diusulkan untuk adanya perencanaan detail dan siklus pengerjaan proyek. Persyaratan ini selanjutnya dikaji dalam kaitannya dengan kebutuhan sumber daya perlindungan dan pengelolaan yang sudah ada di TNKS. Kondisi ini mengindikasikan bahwa atribut pengelolaan Taman Nasional harus diperkuat secara signifikan untuk menangani pembangunan jalan yang diusulkan. KLHS ini merupakan bagian dari proses dialog dan pengambilan keputusan yang sedang berjalan antara Komite Warisan Dunia (WHC) dan Pemerintah Republik Indonesia menyangkut konservasi Situs Warisan Dunia TRHS. Berdasakan informasi yang tersedia, pembangunan jalan dinilai tidak menyebabkan risiko strategis yang signifikan terhadap OUV TRHS terkait dengan dampak terhadap atribut utama lanskap (termasuk DAS, gua, air terjun, dll.). Kebanyakan dari jalan-jalan tersebut merupakan jalan setapak eksisting, dan pelebaran dari jalan ini hingga 4 meter untuk tujuan evakuasi, diperkirakan tidak akan menyebabkan dampak strategis yang signifikan; yaitu dampak tersebut mungkin sudah terjadi dari keberadaan jalan eksisting. Namun demikian, penting untuk menggarisbawahi bahwa pada tahapan ini, sifat dan tujuan dari pembangunan jalan serta aktivitas terkait yang akan terjadi dengan adanya jalan belum sepenuhnya diketahui. Oleh karenanya, besaran pasti dari dampak tidak dapat disimpulkan pada tahapan ini. Sebagai contoh, risiko terhadap OUV TRHS akan meningkat jika jalan akan dilebarkan untuk kegiatan lainnya ke depan, seperti pembangunan perumahan/permukiman, ekspansi kegiatan pertambangan, ekspansi kegiatan pertanian, dan lainya. Dampak langsung terkait dengan pembangunan jalan terhadap ekologi mencakup deforestasi dari pembangunan jalan, insiden terjadinya kematian di jalan (roadkills) dan fragmentasi habitat serta populasi hewan. Fragmentasi dapat mengurangi luasan efektif bagi populasi hewan (terutama yang didorong oleh faktor genetik dan stokastik yang bersifat negatif) serta dapat memotong jalur migrasi dan oleh karenanya akan menghilangkan akses hewan dalam mencari sumberdaya utama mereka. Dampak tidak langsung dari pembangunan jalan lebih serius lagi. Mereka meliputi terbukanya akses bagi berbagai kegiatan ilegal seperti pembalakan liar, perburuan liar atau perambahan hutan. Pengalaman dari daerah lain di Indonesia menunjukkan bahwa degradasi hutan terjadi dalam jarak 10-50 km di sepanjang sisi kanan kiri jalan, sebagai akibat dari pembangunan jalan dan jalur sekunder lainnya yang bercabang dari jalan utama. Oleh karena itu, terdapat risiko yang tinggi terhadap terancamnya OUV TRHS/TNKS. Penilaian Pelingkupan untuk aspek sosio-ekonomi menemukan bahwa pembanguan jalan yang dianalisis di dalam kawasan TNKS dapat mendatangkan risiko tertentu bagi OUV TRHS terkait dengan kemungkinan meningkatnya tekanan dari kegiatan pertanian di pinggir kawasan TNKS di mana berbagai kegiatan pertanian subsisten sudah berjalan. Ini menunjukkan tekanan tidak langsung terhadap OUV TRHS jika digabungkan dengan tekanan tidak langsung lainnya dari kegiatan transportasi terkait dengan distribusi komoditas antar kabupaten. Tidak terdapat risiko strategis yang dapat disimpulkan pada tahapan ini dikarenakan keterbatasan informasi terkait dengan pemanfaatan lahan oleh masyarakat adat/lokal di kawasan terkait. Sifat dan tujuan dari pembangunan jalan serta pengelolaan dalam hal pemanfaatan jalan ini merupakan faktor penting dalam menentukan konsekuensi lanjutan dari status ekologis di TNKS. Beberapa langkah mitigasi awal yang dirumuskan termasuk penghentian pembangunan jalan atau beberapa jalan (sebagaimana dibahas pada penilaian Pelingkupan untuk Kawasan Perhatian III) yang telah telah menunjukkan risiko tinggi terhadap OUV TRHS dan oleh karenanya direkomendasikan agar pembangunan jalan tersebut dihentikan, atau mengurangi jumlah jalan yang akan dibangun. Jika ternyata jalan tersebut tetap harus dibangun, penekananan pada perencanaan pembangunan jalan yang ketat dengan pertimbangan pembangunan dalam skala sesempit mungkin, serta mengurangi pembangunan parit di sepanjang jalan, tidak membangun lampu penerang di sepanjang jalan, serta mencegah adanya penebangan hutan selama fase konstruksi, secara tegas mencegah adanya kegiatan bulldozing (perataan medan jalan) di sepanjang jalan, dan mengurangi kecepatan kendaraan dengan menyediakan retarders intervals (polisi tidur).