Anda di halaman 1dari 6

ESSAY TUGAS

ANALISIS KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Oleh:

Nama dan NPM : Siti Hana Nur Sabrina

NPM : 240110150039

Dosen : Ir. Chay Asdak M.Sc , Ph.D

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Dampak Kumulatif Rencana
Pembangunan Jalan di Pegunungan Bukit Barisan, Warisan Hutan Hujan
Tropis Sumatra

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan Sebuah kebijakan


baru dari pemerintah pusat telah lahir. Kebijakan ini mewajibkan pemerintah dan
pemerintah daerah untuk melakukan kajian lingkungan hidup strategis dalam
setiap kebijakan, rencana dan program yang dicetuskan. Kebijakan ini menjadi
salah satu upaya pemerintah pusat dalam menyikapi kondisi penurunan kualitas
dan kuantitas lingkungan yang semakin memprihatinkan. Kebijakan ini
merupakan sebuah upaya pemerintah pusat untuk mengatasi permasalahan
lingkugan mulai dari hulu. Kebijakan ini di amanatkan dalam UU no 32 tahun
2009 tentang perlindugan dan pengelolaan lingkungan hidup.Dalam undang-
undang tersebut disebutkan bahwa KLHS merupakan salah satu instrument untuk
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan. Dengan adanya KLHS
ini permasalahan lingkungan yang akan lahir dari sebuah kebijakan, rencana dan
program dapat diprediksi dan dapat diminimalisir dampaknya.
Dalam pelaksanaannya KLHS akan lebih berperan sebagai sebuah
pendekatan atau metode daripada sebuah intrumen seperti AMDAL. Selama ini
kita mengenal AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) sebagai salah
satu instrumen dalam pengendalian pencemaran lingkungan. Di dalam
penyusunan Amdal lebih mengedepankan pada aspek scientific judgement yang
biasa dilakukan oleh para pakar yang bersertifikasi. Sedangkan dalam penyusunan
KLHS scientific judgement tidak terlalu dikedepankan akan tetapi diskusi publik
dari berbagai stakeholder yang berkepentingan dan terkena dampak dari sebuah
kebijakan, rencana dan program. KLHS bermanfaat untuk bisa mengefektifkan
instrument pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan yang lain seperti
AMDAL.
Dalam pelaksanaannya perlu dipahami bahwa KLHS bukan bertujuan
untuk menghalangi pembangunan namun dengan pertimbangan isu lingkungan
maka pembangunan yang dilakukan tersebut tidak akan mengurangi daya dukung
dan daya tampung dari lingkungan. KLHS bermanfaat untuk menunjang sebuah
kebijakan agar kebijakan tersebut dapat diterapkan dalam jangka panjang serta
bukan kebijakan yang hanya bisa diterapkan dalam jangka pendek karena
berdampak besar terhadap lingkungan.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dampak kumulatif dari
rencana pembangunan jalan di pegunungan Bukit Barisan ini berfokus pada
penentuan dampak atau ancaman strategis, yaitu yang terkait dengan nilai,
integritas, dan perlindungan dan pengelolaan atribut Nilai Universal Luar
Biasa (OUV) Tropical Rainforest Heritage of Sumatra (TRHS) dari usulan
pembangunan dan peningkatan jaringan jalan di dalam dan di sekitar Taman
Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dan
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), dimana jaringan jalan di
kawasan TNKS dikaji lebih mendalam. Melalui sejumlah langkah terpadu, KLHS
memisahkan dampak dan risiko strategis yang bersifat langsung, tidak langsung
dan kumulatif yang berkaitan dengan tapak usulan pembangunan dan peningkatan
jalan, Zona Efek Jalan, dan fragmentasi habitat yang disebabkan oleh
pembangunan jalan tersebut.
Berkaitan dengan fungsi ekologi dan keanekaragaman hayati, yang antara
lain adalah aspek Nilai dan komponen Integritas OUV TRHS, telah dikaji
bahwa tapak pembangunan jalan langsung, beserta dampak dan risiko Zona Efek
Jalan potensial akan menimbulkan konflik yang tidak dapat diterima oleh
beberapa populasi spesies yang terancam, misalnya Gajah, Badak dan Harimau
Sumatera, dan menuju kehilangan habitat di berbagai wilayah di kawasan TNKS
dan TNBBS. Risiko pada integritas OUV TRHS dinilai tertinggi pada kedua
kawasan ini. Analisis strategis ekologi juga memperlihatkan bahwa rencana
pembangunan jalan, khususnya di TNKS, akan menciptakan pembatas fisik pada
habitat yang menghalangi interaksi antar populasi hewan yang dapat
menyebabkan perubahan pada genetik dan kelangsungan hidup populasi. Dampak
yang meluas ini jelas mengindikasikan tingkat yang tidak dapat diterima dari
dampak negatif terhadap atribut Nilai dan Integritas TRHS.
Berdasarkan dampak dan risiko lingkungan dapat disimpulkan bahwa
tidak ada pembangunan jalan yang dikehendaki dari perspektif pemeliharaan
OUV dan keberlanjutan. Akan tetapi, dengan mempertimbangkan pilihan yang
layak untuk TNKS (yaitu yang paling tidak berdampak, kelangsungan ekonomi,
dan efisiensi transportasi yang layak), diusulkan alternatif Perencanaan dan
Pengerjaan Pembangunan Jalan yang Dimitigasi. Pilihan Alternatif Perencanaan
yang diusulkan, menggambarkan sebuah preferensi yang jelas untuk
pembangunan jalan di luar Taman Nasional. Pilihan-pilihan tersebut lebih lanjut
menganjurkan bahwa satu jalur jalan dialihkan di luar kawasan TNKS, dua usulan
pembangunan jalan Ekonomi dan Konektivitas TNKS diperbolehkan untuk
dibangun dengan sangat hati-hati. Pembangunan jalan jalur Evakuasi TNKS
yang diusulkan juga tidak disarankan. Dalam hal ini, direkomendasikan bahwa
pembangunan tersebut diizinkan apabila dapat dibuktikan bahwa peningkatan
jalan eksisting di luar Taman Nasional tidak akan memberikan tingkat tanggap
darurat yang sama. Jika tidak, hanya dua potensi jalur jalan dengan kondisi
terbatas yang direkomendasikan untuk perencanaan lebih lanjut. Untuk
melengkapi hubungan mitigasi pelaksanaan pembangunan jalan individu yang
potensial (misalnya pengambilan keputusan pada tingkat proyek) pelaksanaan
proyek misalnya melalui penggunaan struktur penyeberangan satwa liar dan
langkah-langkah lainnya diusulkan untuk adanya perencanaan detail dan siklus
pengerjaan proyek. Persyaratan ini selanjutnya dikaji dalam kaitannya dengan
kebutuhan sumber daya perlindungan dan pengelolaan yang sudah ada di TNKS.
Kondisi ini mengindikasikan bahwa atribut pengelolaan Taman Nasional harus
diperkuat secara signifikan untuk menangani pembangunan jalan yang diusulkan.
KLHS ini merupakan bagian dari proses dialog dan pengambilan keputusan yang
sedang berjalan antara Komite Warisan Dunia (WHC) dan Pemerintah Republik
Indonesia menyangkut konservasi Situs Warisan Dunia TRHS.
Berdasakan informasi yang tersedia, pembangunan jalan dinilai tidak
menyebabkan risiko strategis yang signifikan terhadap OUV TRHS terkait dengan
dampak terhadap atribut utama lanskap (termasuk DAS, gua, air terjun, dll.).
Kebanyakan dari jalan-jalan tersebut merupakan jalan setapak eksisting, dan
pelebaran dari jalan ini hingga 4 meter untuk tujuan evakuasi, diperkirakan tidak
akan menyebabkan dampak strategis yang signifikan; yaitu dampak tersebut
mungkin sudah terjadi dari keberadaan jalan eksisting. Namun demikian, penting
untuk menggarisbawahi bahwa pada tahapan ini, sifat dan tujuan dari
pembangunan jalan serta aktivitas terkait yang akan terjadi dengan adanya jalan
belum sepenuhnya diketahui. Oleh karenanya, besaran pasti dari dampak tidak
dapat disimpulkan pada tahapan ini. Sebagai contoh, risiko terhadap OUV TRHS
akan meningkat jika jalan akan dilebarkan untuk kegiatan lainnya ke depan,
seperti pembangunan perumahan/permukiman, ekspansi kegiatan pertambangan,
ekspansi kegiatan pertanian, dan lainya.
Dampak langsung terkait dengan pembangunan jalan terhadap ekologi mencakup
deforestasi dari pembangunan jalan, insiden terjadinya kematian di jalan
(roadkills) dan fragmentasi habitat serta populasi hewan. Fragmentasi dapat
mengurangi luasan efektif bagi populasi hewan (terutama yang didorong oleh
faktor genetik dan stokastik yang bersifat negatif) serta dapat memotong jalur
migrasi dan oleh karenanya akan menghilangkan akses hewan dalam mencari
sumberdaya utama mereka. Dampak tidak langsung dari pembangunan jalan lebih
serius lagi. Mereka meliputi terbukanya akses bagi berbagai kegiatan ilegal seperti
pembalakan liar, perburuan liar atau perambahan hutan. Pengalaman dari daerah
lain di Indonesia menunjukkan bahwa degradasi hutan terjadi dalam jarak 10-50
km di sepanjang sisi kanan kiri jalan, sebagai akibat dari pembangunan jalan dan
jalur sekunder lainnya yang bercabang dari jalan utama. Oleh karena itu, terdapat
risiko yang tinggi terhadap terancamnya OUV TRHS/TNKS.
Penilaian Pelingkupan untuk aspek sosio-ekonomi menemukan bahwa
pembanguan jalan yang dianalisis di dalam kawasan TNKS dapat mendatangkan
risiko tertentu bagi OUV TRHS terkait dengan kemungkinan meningkatnya
tekanan dari kegiatan pertanian di pinggir kawasan TNKS di mana berbagai
kegiatan pertanian subsisten sudah berjalan. Ini menunjukkan tekanan tidak
langsung terhadap OUV TRHS jika digabungkan dengan tekanan tidak langsung
lainnya dari kegiatan transportasi terkait dengan distribusi komoditas antar
kabupaten. Tidak terdapat risiko strategis yang dapat disimpulkan pada tahapan
ini dikarenakan keterbatasan informasi terkait dengan pemanfaatan lahan oleh
masyarakat adat/lokal di kawasan terkait.
Sifat dan tujuan dari pembangunan jalan serta pengelolaan dalam hal
pemanfaatan jalan ini merupakan faktor penting dalam menentukan konsekuensi
lanjutan dari status ekologis di TNKS. Beberapa langkah mitigasi awal yang
dirumuskan termasuk penghentian pembangunan jalan atau beberapa jalan
(sebagaimana dibahas pada penilaian Pelingkupan untuk Kawasan Perhatian III)
yang telah telah menunjukkan risiko tinggi terhadap OUV TRHS dan oleh
karenanya direkomendasikan agar pembangunan jalan tersebut dihentikan, atau
mengurangi jumlah jalan yang akan dibangun. Jika ternyata jalan tersebut tetap
harus dibangun, penekananan pada perencanaan pembangunan jalan yang ketat
dengan pertimbangan pembangunan dalam skala sesempit mungkin, serta
mengurangi pembangunan parit di sepanjang jalan, tidak membangun lampu
penerang di sepanjang jalan, serta mencegah adanya penebangan hutan selama
fase konstruksi, secara tegas mencegah adanya kegiatan bulldozing (perataan
medan jalan) di sepanjang jalan, dan mengurangi kecepatan kendaraan dengan
menyediakan retarders intervals (polisi tidur).

Anda mungkin juga menyukai