Anda di halaman 1dari 5

Skip to main content

Academia.edu

LOG INSIGN UP

KLT VIQAR

UPLOADED BY

Afdill Viqar Viqhi

IV.2. Perhitungan IV.2.1. Eluen non polar

Rf noda ekstrak awal Jarak yang ditempuh senyawa terlarut R

= Jarak yang ditempuh pelarut 2,54 cm = 5,8 cm = 0.438 Rf noda larut heksan Jarak yang ditempuh
senyawa terlarut R

= Jarak yang ditempuh pelarut 2,74 cm = 5,8 cm = 0,473 Rf noda larut butanol jenuh air Jarak yang
ditempuh senyawa terlarut R

f
= Jarak yang ditempuh pelarut 1,52 cm = 5,8 cm = 0,263

IV.2.2. Eluen polar

Rf noda ekstrak awal Jarak yang ditempuh senyawa terlarut R

= Jarak yang ditempuh pelarut 5,4 cm = 5,7 cm = 0.948 Rf noda larut heksan Jarak yang ditempuh
senyawa terlarut R

= Jarak yang ditempuh pelarut 5,5 cm = 5,7 cm = 0,965 Rf noda larut butanol jenuh air Jarak yang
ditempuh senyawa terlarut R

= Jarak yang ditempuh pelarut 4,61 cm = 5,7 cm = 0,81

BAB V PEMBAHASAN

Pada percobaan praktikum Fitokimia ini dilakukan percobaan kromatografi lapis tipis yang mempunyai
tujuan untuk mempelajari dan memahami metode pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis
dan juga agar dapat mengetahui bagaimana cara menentukan nilai Rf komponen-komponen yang
dipisahkan dan mengidentifikasi zat yang dipisahkan. Pengertian dari kromatografi lapis tipis itu sendiri
merupakan salah satu analisis

kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran. Prinsip kerjanya memisahkan pelarut ekstrak berdasarkan perbedaan
kepolaran. Pada percobaan ini menggunakan teknik fase

diam dan fase geraknya yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan
dinamakan eluen (pengembang). Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen, maka sampel
akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Pada percobaan ini terlebih dahulu Lempeng yang akan
digunakan harus diaktifkan terlebih dahulu. Pengaktifan lempeng bertujuan untuk mengurangi kadar air
(gugus

OH) silika gel agar pada proses elusi lempeng silika gel dapat menyerap dan berikatan dengan sampel
namun tidak membentuk ikatan hidrogen sehingga sulit dielusi oleh pelarut/eluen

(pengembang) yang digunakan. Pengaktifan lempeng dilakukan dalam oven. Sebagai fase gerak
digunakan eluen non polar yaitu hexan : etil asetat sebanyak 10 : 1 dan eluen polar yaitu hexan : etil
asetat sebanyak 2 : 3. Eluen yang digunakan merupakan kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut, hal
ini dimaksudkan untuk mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula. Dengan perbandingan jumlah
pelarut yang digunakan adalah perbandingan yang didasarkan pada perhitungan bahwa eluen tersebut
dapat menarik komponen kimia yang maksimal. Namun jika pada penampakan noda belum didapat
jumlah noda yang maksimal atau posisi noda yang terlalu ke atas atau ke bawah maka perbandingan
eluen yang digunakan dapat dimodifikasikan kembali. Selanjutnya lempeng dielusi di chamber berisi
eluen yang terlebih dahulu sudah dijenuhkan menggunakan kertas saring. Chamber diketahui jenuh bila
kertas saring yang dimasukkan ke dalam chamber telah basah semua. Tujuan penjenuhan chamber ini
yaitu untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang mengisi fase penjerap yang akan menghalangi laju
eluen. Kemudian lempeng tersebut diberi batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1 cm. Batas bawah
digunakan untuk menotolkan sampel. Tujuan diberi batas bawah ini adalah untuk mencegah agar sampel
tidak sampai tercelup dan larut dalam eluen. Batas atas digunakan untuk mengakhiri proses elusi yang
ditandai bahwa migrasi eluen sampai tanda batas. Proses migrasi eluen ini diharapkan agar sampel juga
ikut bermigrasi

keatas. Selain itu juga batas atas dan batas bawah pelat harus diberi tanda dengan pensil karena jika
menggunakan bolpoin maka noda bolpoin akan ikut terelusi atau mengembang. Setelah jenuh, masing-
masing ekstrak ( awal, larut heksan dan larut BJA) dari daun sirih (

Piper betle folia)

ditotolkan pada lempeng silika gel yang berfungsi sebagai fase diam. Setelah jenuh kemudian lempeng
dimasukkan ke dalam chamber menggunakan pinset dengan posisi berdiri dan tempat penotolan tidak
terendam dengan eluen. Kemudian lempeng yang telah dielusi selanjutnya dikeringkan dan diamati
noda-noda yang tampak pada lampu UV 254 nm dilanjutkan ke lampu UV 366 nm. Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm dan 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus
kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Yang dimaksud dengan gugus
kromofor adalah suatu gugus fungsi yang memiliki peranan menyebabkan suatu senyawa memiliki
warna. Gugus kromofor juga merupakan gugus kovalen tidak jenuh yang dapat menyerap radiasi dalam
daerah UV-Vis. Sedangkan auksokrom merupakan gugus fungsi yang mempunyai peranan untuk
memberikan warna yang lebih intensif pada suatu senyawa. Auksokrom tidak lepas kaitannya dengan
adanya kromofor di dalam senyawa tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya
yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali

ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Energi inilah yang menyebabkan perbedaan fluoresensi
warna yang dihasilkan oleh tiap noda. Bedanya, pada UV 254 warna noda yang nampak adalah berwarna
gelap karena lempeng yang digunakan adalah lempeng dengan penjerap silika gel GF 254 yang
berfluorosensi pada lampu UV 254 nm sehingga penjerap disekitar noda berfluorosensi terang
sedangkan nodanya berwarna gelap atau dengan kata lain yang berpendar adalah lempengnya.
Sedangkan pada lampu UV 366 nm, penjerap tidak berfluorosensi sehingga yang berfluorosensi benar-
benar adalah noda sehingga warna noda yang tampak adalah terang atau dengan kata lain nodanya yang
berpendar. Untuk menghindari noda berekor, maka ekstrak yang ditotolkan dibuat dalam konsentrasi
yang rendah. Apabila konsentrasi ekstrak terlalu pekat maka akan diperoleh noda yang berekor atau
bertumpuk. Noda-noda yang diperoleh biasanya berekor disebabkan karena : c. Penotolan yang
berulang-ulang dan letaknya tidak tepat d. Kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa e. Lempeng
yang tidak rata f. Chamber yang tidak jenuh Penampakan noda juga dapat dilihat dengan cara
penyemprotan dengan H

SO

. Hal ini dilakukan karena pada konsentrasi tersebut memililki efektifitas yang sama dan selain itu lebih
ekonomis serta lebih aman karena konsentrasinya lebih rendah. Prinsip penampakan noda

GET FILE

Find new research papers in:

Physics

Chemistry

Biology

Health Sciences

Ecology
Earth Sciences

Cognitive Science

Mathematics

Computer Science

Anda mungkin juga menyukai