Korosi Ekki
Korosi Ekki
LAPORAN PERCOBAAN
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TERJADINYA KOROSI
DI SUSUN OLEH:
RESQY WIHDAYANI MUTMAINNA
XII MIPA 3
16194 (28)
b. pH
Pada suasana yang lebih asam, pH < 7, reaksi korosi besi akan lebih cepat,
sebagaimana reaksi reduksi oksigen dalam suasana asam lebih spontan yang
ditandai dengan potensial reduksinya lebih besar dibanding dalam suasana
netral ataupun basa.
c. Keberadaan elektrolit
elektrolit seperti garam NaCl pada medium korosi akan mempercepat
terjadinya korosi, sebagaimana ion-ion elektrolit membantu menghantarkan
elektron-elektron bebas yang terlepas dari reaksi oksidasi di daerah anode
kepada reaksi reduksi pada daerah katode.
d. Suhu
Semakin tinggi suhu, semakin cepat korosi terjadi. Hal ini sebagaimana laju
reaksi kimia meningkat seiring bertambahnya suhu.
e. Galvanic coupling
f. Bila besi terhubung atau menempel pada logam lain yang kurang reaktif
(tidak mudah teroksidasi, potensial reduksi lebih positif), maka akan timbul
beda potensial yang menyebabkan terjadinya aliran elektron dari besi (anode)
ke logam kurang reaktif (katode). Hal ini menyebabkan besi akan lebih cepat
mengalami korosi dibandingkan tanpa keberadaan logam kurang reaktif. Efek
ini disebut juga dengan efek galvanic coupling.
4) Cara Mencegah Korosi pada Besi
a. Menggunakan lapisan pelindung untuk mencegah kontak langsung dengan H2O
dan O2
Contoh lapisan pelindung yang dapat digunakan, antara lain lapisan cat, lapisan
oli dan gemuk, lapisan plastik, dan pelapisan logam lain, seperti Sn, Zn, dan Cr.
Pada pelapisan cat dan pelapisan plastik, bila cat tergores/terkelupas atau
plastik terkelupas, korosi akan mulai terjadi bagian yang terpapar dengan udara
tersebut. Pada pelapisan dengan oli dan gemuk, perlu dilakukan pengolesan
secara berkala.
Pada pelapisan timah (tin plating), timah lebih tahan korosi (kurang reaktif)
dibanding besi, di mana potensial reduksi besi lebih negatif (E° Fe = −0,44 V;
E° Sn = −0,14 V). Namun, sebagaimana efek galvanic coupling, apabila lapisan
timah tergores, maka timah justru akan mempercepat korosi pada besi.
Pelapisan timah umumnya dilakukan pada kaleng-kaleng kemasan. Pelapisan
timah umumnya digunakan pada kaleng-kaleng kemasan dengan tujuan agar
kaleng-kaleng bekas cepat rusak dan hancur.
Pada pelapisan zink (galvanisasi), zink lebih reaktif dibanding besi (E° Fe =
−0,44 V; E° Sn = −0,76 V). Berbeda dengan timah, bila lapisannnya tidak utuh,
zink masih dapat melindungi besi dari korosi. Hal ini terjadi sebagaimana
terbentuknya sel elektrokimia dengan zink sebagai anode yang teroksidasi dan
besi sebagai katode. Mekanisme perlindungan ini disebut perlindungan katode.
Pelapisan zink umumnya digunakan pada besi penopang konstruksi dan pipa
besi.
Pada pelapisan kromium (chrome plating), kromium lebih reaktif dibanding
besi (E° Fe = −0,44 V; E° Cr = −0,74 V). Sama seperti zink, mekanisme
perlindungan katode juga terjadi pada pelapisan kromium meskipun ada lapisan
kromium yang rusak. Pelapisan kromium umumnya digunakan pada ketel,
setang, dan bemper mobil.
b. Menggunakan perlindungan katode
Menggunakan logam lain yang lebih reaktif sebagai anode korban
Logam lain yang lebih reaktif dari besi, seperti Zn, Cr, Al, dan Mg, akan
berfungsi sebagai anode korban yang menyuplai elektron yang digunakan
untuk mereduksi oksigen pada katode besi. Metode perlindungan katode ini
dapat dilakukan dengan pelapisan seperti pada galvanisasi dan chrome
plating ataupun dengan hanya menghubungkan logam anode korban dengan
besi. Sebagai contoh, pipa besi yang ditanam di bawah tanah dan badan
kapal laut umumnya dihubungkan dengan batang magnesium. Magnesium
akan berfungsi sebagai anode korban dan besi menjadi katode yang
terlindungi dari korosi (E° Fe = −0,44 V; E° Cr = −2,37 V). Batang
magnesium tersebut harus diganti secara berkala
Menyuplai listrik dari luar
Untuk melindungi tangki besi bawah tanah juga dapat digunakan anode
inert seperti grafit yang dihubungkan dengan sumber listrik. Elektron dari
sumber listrik akan mengalir ke anode, lalu oksidasi yang terjadi di anode
akan melepas elektron yang akan mengalir menuju katode tangki besi
melalui elektrolit tanah.
C. Alat dan Bahan
1. Panci
2. Air
3. Wadah Bening
4. Penutup Wadah
4. Penutup Wadah
D. Cara Kerja
1. Siapkan wadah bening sebanyak tiga buah, lalu berikan label tiap-tiap wadah bening
dengan simbol A, B dan C.
2. Panaskan air yang telah dipersiapkan hingga mendidih.
3. Pada wadah A isi air yang telah mendidih, masukkan paku dan tutup wadah.
4. Pada wadah B masukkan paku lalu tutup
5. Pada wadah C masukkan air biasa, masukkan paku dan biarkan terbuka
6. Biarkan selama tiga hari dan amati perubahan yang terjadi.
E. Hasil Pengamatan
Hari Ke-1
Wadah Keadaan Objek yang Diamati
A Bagian pangkal dan ujung paku mulai berkarat.
B Tidak berkarat.
C Bagian ujung paku mulai berkarat.
Hari Ke-2
Gelas Keadaan Objek yang Diamati
A Bagian pangkal, badan atau ujung paku berkarat.
B Tidak berkarat.
C Bagian pangkal atau ujung paku berkarat.
Hari Ke-3
Gelas Keadaan Objek yang Diamati
Bagian yang sudah berkarat semakin berkarat dan melewati batas air
A
yang merendam paku.
B Tidak berkarat.
Bagian pangkal, badan, dan ujung paku berkarat serta tidak
C
melewati batas air rendaman
F. Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa paku yang berkarat
paling parah dan paling mudah untuk diamati sejak dari awal pengamatan adalah paku
yang diletakkan di dalamwadah A yang berisi air mendidih lalu ditutup dan di dalam
wadah C yang berisi air terbuka. Pada wadah tertutup berisi air, paku yang didirikan
mengalami perkaratan terparah sampai melebihi batas air yang merendam paku. Hal ini
disebabkan uap air yang terperangkap di dalam wadah tertutup sehingga permukaan paku
yang tidak terendam air juga ikut mengalami perkaratan. Uap air yang terperangkap di
dalam wadah ini dibuktikan dengan ditemukannya permukaan plastic penutup wadah yang
beruap. Sementara pada wadah air yang terbuka, perkaratan hanya mencapai batas air. Hal
ini disebabkan setiap uap air yang dihasilkan pada perkaratan langsung bercampur dengan
udara luar sehingga tidak terperangkap di dalam wadah. Pada wadah kosong yang tertutup,
sama sekali tidak mengalami perkaratan karena tidak adanya uap air yang dihasilkan. Uap
air inilah yang sebenarnya mengakibatkan terjadinya proses perkaratan selain dari uap air
yang membuat perkaratan terjadi yaitu, oksigen, air, kelembapan udara, zat elektrolit dan
permukaan logam serta sel elektrokimia, selain itu korosi juga dipengaruhi oleh suhu, suhu
pada botol yang tertutup pasti lebuh tinggi daripada botol yang di biarkan di buka
H. Kesimpulan
Dari hasi percobaan yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa paku yang paling cepat
mengalami perkaratan ialah paku yang terendam air lalu ditutup dan paku yang terendam
air lalu dibiarkan terbuka. Hal ini dikarenakan kombinasi antara air dan uap air akan lebih
memberikan efek yang sinifikan pada proses perkaratan.
DOKUMENTA6SI