Pembimbing:
Anastasia Yani T., dr., M.Kes.
Pembimbing Lapangan :
Nunuy Noor Dewi, dr.
Disusun Oleh:
Muhammad Irfan Afrisyal
4151161555
Pembimbing Utama
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Laporan home visit
mengenai skabies ini sebagai salah satu syarat kepaniteraan di bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.
Dalam penulisan home visit ini penulis telah banyak mendapat bantuan, baik
berupa petunjuk, saran, bimbingan, dorongan serta doa dari berbagai pihak
khususnya dari pihak puskesmas dan kader di wilayah kerja Puskesmas Lembang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan proses pembelajaran ini
dan mohon maaf atas segala kekurangannya.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan home visit ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
v
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
4
kulit ke kulit. Kontak langsung dari kulit ke kulit memerlukan waktu antara 15
samapi 20 menit untuk mentransfer tungau dari satu orang ke orang lain.1,2
menunjukkan gejala sekitar 10-30 hari setelah terjadinya sensitisasi tungau dan
akan menghasilkan papul-papul dan nodul inflamasi yang dapat terlihat dari
perubahan histologik dan jumlah sel limfosit T yang banyak pada infiltrat
kutaneus. Kelainan kulit yang menyerupai dermatitis ini sering terjadi lebih luas
dibandingkan lokasi tungau dengan efloresensi dapat berupa papul, nodul, vesikel,
urtika dan lainnya. Akibat garukan yang dilakukan oleh pasien dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta hingga terjadinya infeksi sekunder. 3,4
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
11
Anak : 3 orang
Balita :-
Bayi :-
Hubungan antar anggota keluarga : Baik
Ny. C Tn. D
4.1 Genogram
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Skabies
12
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,4 C
Berat badan : 16 kg
Tinggi badan : 90 cm
Pemeriksaan fisik
Kepala : Simetris
Muka : Tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva : Anemis : -/-
Sklera : Ikterik : -/-
Mulut : Mukosa basah, lidah bersih
Leher : KGB : Tidak teraba
Thorax : Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : VF ka=ki
Perkusi : Sonor, ka=ki
Auskultasi : Jantung : BJ I-II murni reguler
Paru : VBS kanan = kiri, Ronkhi : -/-
Wheezing : -/-
Abdomen : Inspeksi : Datar
Palpasi : Lembut, NT (-)
Hepar : Tidak teraba
Lesi : Multipel, diskret, bentuk teratur, ukuran milier, batas tidak tegas,
menimbul dari permukaan, kering.
Efloresensi : papula eritem, papula hiperpigmentasi, kanalikuli sulit ditemukan.
4.2.4 Diagnosis
Skabies + Infeksi sekunder
4.2.5 Penatalaksanaan
Umum
Jangan menggaruk lesi
Menjaga higienitas
Pengobatan sesui anjuran dokter, seluruh keluarga sebaiknya diobati agar
dapat memutus mata rantai penularan. Dan lakukan kontrol
Mencuci seluruh pakaian, alas tidur, bantal, seprai, handuk, dll
menggunakan air panas dan desinfektan.
Khusus
Permetrin 5%, dipakai stelah mandi selama 8 jam. Di gunakan lagi 1
minggu kemudian
Antibiotik oral: Ciprofloxasin
Bedak salisil, di gunakan tipis-tipis di seluruh badan
15
4.3 Pembahasan
Mandala of Health
Life Style
Sering tidur Psychososio-
bersama dengan Economic-
seluruh anggota Environment
keluarga Bentuk keluarga:
Personal Behavior Keluarga inti
Menggaruk lesi Pengambil keputusan:
Higiene Ayah
kurang Sosio Ekonomi:
menengah kebawah
Family
Sick Care
System Work
An. N -
Puskesmas
3 th
Asuransi: -
Human Biology
Physical Environment
Genetik: -
Sinar masuk ke dalam
Riwayat Skabies
rumah
berulang: +
Jendela ada
DK: Skabies
Kepadatan hunian
sesuai
Terdapat kandang
ayam di sebelah rumah
ataupun kendaraan umum yang mudah diakses oleh orang tua pasien. Hal ini
membuat orang tua pasien sulit datang ke puskesmas.
Penggunaan obat salep 24 yang kurang tepat. Pasien hanya diberi salep selama
± 4 jam dan setelah itu mandi. Penggunaan salep yang keliru dapat menyebabkan
gagalnya pengobatan dan terjadi skabies berulang.
2. Kondisi Rumah
Dinding : kaki tembok, dinding bilik
Atap : tampak dari luar berupa genteng
Langit-langit : dilapisi triplek
Lantai : semen
Cahaya : cukup
17
4. Jenis Kakus
Keluarga pasien memiliki kakus sendiri berupa leher angsa dan disalurkan ke
septic tank. Jarak sumber air dan pembuangan jamban jauh.
Sarana air bersih untuk minum berasal dari sumur bor. Air digunakan
untuk seluruh aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci, masak dan
keperluan lain.Air tampak jernih dan tidak berbau. Perlu dilakukan
pemeriksaan fisik dan kimiawi.
ii. Tempat penyimpanan sampah dan WC yang baik
Kakus atau jamban di rumah pasien termasuk kakus leher angsa. Kakus
tersebut merupakan kakus yangdianjurkan dalam kesehatan lingkungan
karena dapat mencegah bau busuk dan menghindari masuknya
binatang-binatang kecil. Pasien memiliki kebiasaan membuang sampah
pada tempat sampah tertutup yang kemudian dibuang ke tempat
penampungan sampah yang jaraknya jauh dari rumah. Hal tersebut
sudah cukup baik karena dapat mengurangi adanya serangga yang
hinggap di sampah ataupun mencemari makanan di dalam rumah.
iii. Pembuangan kotoran manusia dan limbah yang memenuhi syarat
Saluran pembuangan air (selokan) di sekitar rumah cukup baik karena
tidak terlalu kotor dan berbau. Rumah memiliki septik tank untuk
pembuangan kotoran.
iv. Fasilitas penyimpanan makanan dan minuman
Rumah pasien memiliki dapur dan memiliki lemari tempat
penyimpanan makanan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Kesalahan dalam penggunaan obat salep 24 dapat menjadi faktor resiko
timbulnya skabies yang berulang.
2. Analisis faktor lingkungan rumah pasien tidak didapatkan faktor risiko yang
menyebabkan masalah kesehatan pada pasien.
3. Kebiasaan tidur bersama dapat meningkatkan resiko penularan ke anggota
keluarga lain. Seprai yang tidak di ganti dapat menjadi tempat tungau
berpindah.
5.2 Saran
1. Perlunya meningkatkan kesadaran anggota keluarga tentang penyakit scabies,
terutama dalam hal penularan dan pengobatan.
2. Perlunya meningkatkan kesadaran tentang higienitas keluarga, dan kebiasaan
tidur bersama.
3. Menyarankan mencuci seluruh pakaian dan alas tidur yang digunakan
menggunakan air panas dan desinfektan untuk memutus mata rantai penularan.
4. Menyarankan orang tua pasien untuk berobat kembali ke puskesmas untuk
mengetahui apakah ada penyakit lain yang mempengaruhi kesehatan pasien.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
22
23
24
25
26
27