Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eliminasi adalah pengeluaran zat – zat dari rongga tubuh baik dari rongga
yang kecil (misalnya saluran air mata) maupun dari rongga yang besar
(misalnya usus). Eliminasi fekal adalah pengeluaran sisa pencernaan yang
berupa feses melalui anus. Pengeluaran feses yang sering, dalam jumlah besar
dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya
insiden kanker kolorektal (Robinson & Weigley, 1989). Defekasi adalah
pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement.
Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali
perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi
setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon
sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu
menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi. Eliminasi yang teratur dari
sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan
pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian
tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa
faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien
sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan
eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai
dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan
fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal, lingkungan rumah bisa
menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan
kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien,
perawat harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang
mempengaruhi eliminasi. Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur
merupakan aspek penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi
dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan system tubuh
lainnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian pencernaan normal dan eliminasi fekal?
2. Apakah faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal?
3. Apakah masalah defekasi secara umum?
4. Bagaimana proses keperawatan pada penderita eliminasi fekal?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian pencernaan normal dan eliminasi fekal.
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal.
3. Mengetahui masalah defekasi secara umum.
4. Mengetahui proses keperawatan pada penderita eliminasi fekal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pencernaan Normal dan Eliminasi Fekal


Pencernaan normal yaitu pencernaan dari proses masuk, pengolahan,
sampai pengeluaran (makanan telah berubah menjadi zat sisa (feses)) dari
dalam tubuh tidak terjadi gangguan apapun.
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa
bowel atau feses.
Organ pencernaan dibagi menjadi 2 bagian yaitu : organ saluran
gastrointestinal bagian atas dan organ saluran gastrointestinal bagian bawah.
1. Saluran gastrointestinal bagian atas
a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali
untuk system pencernaan. Di rongga mulut, makanan yang masuk akan
dicerna secara mekanik dengan cara dicabik dan dikunyah, serta secara
kimiawi melalui peran dari enzim di saliva.
b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
esophagus.
c. Esophagus
Begitu makanan memasuki bagian atas esophagus, makanan
berjalan melalui otot sirkular yang mencegah udara memasuki esophagus
dan makanan mengalami refluks ( bergerak ke belakang ) kembali ke
tenggorokan. Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung.
Agar makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan
gerakan peristaltic sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.
d. Lambung
Lambung merupakan organ pencernaan yang paling fleksibel karena dapat
menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Fungsi utama dari lambung
adalah menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang
dihasilkan lambung (getah lambung ).

3
2. Saluran gastrointestinal bagian bawah
a. Usus Halus
Usus halus sering disebut dengan usus kecil karena ukuran
diameternya lebih kecil jika dibandingkan dengan usus besar. Usus halus
ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (±25 cm), jejunum (±2,5 m),
serta ileum(±3,6 m). Fungsi dari usus halus adalah menerima sekresi hati
dan pankreas, mengabsorpsi sari pati makanan, dan menyalurkan sisa hasil
metabolism ke usus besar.
e. Usus Besar atau kolon
Namun, panjangnya, yakni 1,5 sampai 1,8 m jauh lebih pendek.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rectum. Usus besar dibagi
menjadi 2 yaitu kolon assendens, kolon transversum, dan kolom
desenden.Fungsi kolon adalah :
1. Menyerap air selama proses pencernaan
2. Tempat dihasilkannya vitamin K dan vitamin H (Biotin) sebagai
hasil simbiosis dengan bakteri usus misalnya E-coli.
3. Membentuk massa feses
4. Mendorong sisa makanan sisa pencernaan (feses) keluar dari tubuh.
f. Rectum
Rectum merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.sebelum dibuang
lewat anus, feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum.apabila
feses sudah siap dibuang, maka otot sfingter rectum mengatur pembukaan dan
penutupan anus.otot sfingter yang menyusun rectum ada 2 yaitu otot polos dan
otot lurik.
2.2 Faktor -faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Fekal
a. Usia
Pada usia bayi kontrol eliminasi fekal belum berkembang sedangkan pada
usia lanjut eliminasi fekal menurun.
b. Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan
yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses eliminasi fekal.
c. Asupan Cairan

4
Asupan cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan oleh absorbs cairan yang meningkat.
d. Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis,dan diagfragma akan sangat membantu proses
eliminasi fekal. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses
bergerak sepanjang kolon.
e. Faktor Fisiologis
Keadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga
menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.
g. Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.
h. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur
ospubis, opesiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.
i. Pembedahan dan Anestesia
Anastesi umum dapat menghalangi implus parasimpatis, sehingga kadang-
kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung
selama 24-48 jam.
j. Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuasakan atau
dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah
makan.
k. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
l. Kerusakan Sensorik dan Motorik
Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk eliminasi fekal.

5
2.3 Masalah-masalah pada Eliminasi Fekal
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan di mana seorang individu
mengalami atau berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, yang
mengakibatkan jarang buang air besar, keras, feses kuning. Untuk mengatasi
gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah tinggi maupun huknah
rendah.
a. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan
mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini
terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air
diserap.

Penyebabnya:
1. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat,
dan lain-lain.
2. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada
gigi, makanan lemak dan cairankurang.
3. Meningkatnyastresspsikologik.
4. Kurangolahraga / aktifitas : berbaring lama.
5. Obat-obatan: kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan
obat pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang
sehingga refleks BAB hilang.
6. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun
sehingga menimbulkan konstipasi.
7. Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada
spinal cord dan tumor.

b. Impaction
Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur,
sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan.
Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid.

6
Penyebabnya pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar,
konstipasi berulang dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tandanya : tidak BAB, anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.

c. Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi
di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga
pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

d. Inkontinensia fekal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari
anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan
gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal
cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental
pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan
dasar pasien tergantung pada perawat.

e. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus
meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas
keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang
menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan oleh
bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang
kol.

f. Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa
internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras,
kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat

7
terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi
infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-
kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri.
Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

2.4 Proses Keperawatan Dalam Eliminasi Fekal


1. Pengkajian
a. Frekwensi buang air besar pada bayi sebanyak 4 – 6 kali sehari,
sedangkan orang dewasa adalah 2 – 3 kali per hari dengan jumlah
rata-rata pembuangan per hari adalah 150 gr.
b. Keadaan feses :
 warna hitam atau merah
 berbau tidak sedap
 konsistensi cair
 bentuk kecil seperti pensil
 terdapat darah

2. Diagnosa
a. Konstipasi berhubungan dengan:
 Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas akibat cedera
akibat medulla spinalis, dan CVA.
 Nyeri akibat hemoroid.
 Menurunya peristaltic akibat stress.
b. Diare berhubungan dengan:
 Melabsorpsi atau inflamasi akibat penyakit infeksi atau
gastritis, kulkus, dll.
 Peningkatan peristaltic akibat peningkatan metabolism
 Stress psikololgis
c. Inkontinensia usus berhubungan dengan:
 Gangguan sfingter rectal akibat cedera rectum atau tindakan
pembedahan.

8
 Distensi rectum akiibat konstipasi kronis.
 Ketidakmampuan mengenal atau merespon proses defekasi
akibat depresi atau kerusakan kognitif.
d. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan:
 Pengeluaran cairan yang berlebihan (diare).
3. Perencanaan
Tujuan:
a. Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup.
b. Mempertahankan kebiasaan defikasi secara teratur.
c. Mempertahankan defikasi secara normal.
d. Mencegah gangguan integritas kulit

Rencana tindakan :
a. Kaji perubahan faktor yang mempengaruhi masalah eliminasi.
b. Kurangi faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah seperti
konstipasi akibat nyeri dan inkontenensia usus.
c. Jelaskan mengenai eliminasi yang normal kepada pasien.
d. Bantu defikasi secara manual.
e. Bantu latihan buang air besar.
f. Pertahankan asupan makanan dan minuman.
4. Pelaksanaan
a. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan.
b. Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot.
c. Memberikan gliserin untuk merangsang peristaltic usus sehingga
pasien dapat buang air besar.
d. Mengeluarkan feses dengan jari.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap kebutuhan eliminasi dapat dinilai dengan adanya
kemampuan dalam :
a. Memahami cara eliminasi yang normal.
b. Mempertahankan defektasi secara normal yang ditunjukan dengan
kemampuan pasien dalam mengontrol defektasi tanpa bantuan obat

9
atau enema , berpartisipasi dalam program latihan secara teratur,
defikasi tanpa mengedan.
c. Mempertahankan rasa nyaman yang ditunjukan dengan
kenyamanan dalam kemampuan defikasi, tidak terjadi bleeding,
tidak terjadi inflamasi dan lain-lain.
d. Mempertahankan integritas kulit yang ditunjukan dengan
keringnya area perianal, tidak ada inflamasi atau ekskoriasi,
keringnya kulit sekitar stoma dan lain-lain.
e. Melakukan latihan secara teratur, seperti rentang gerak atau
aktifitas lain (jalan, berdiri, dll).
f. Mempertahankan asupan makanan dan minuman yang cukup dapat
ditunjukan dengan adanya kemampuan dalam merencanakan pola
makan , seperti makan dengan tinggi atau rendah serat (tergantung
dari tendensi diare / konstipasi serta mampu minum 2000 – 3000
ml).

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa
bowel (feses). Faktor yang mempengaruhi eleminasi fecal yaitu, usia, diet,
asupan Cairan, aktivitas Fisik, faktor Psikologis, kebiasaan pribadi, Posisi
Selama Defekasi, Nyeri, Kehamilan, Pembedahan dan Anestesia, Obat-
obatan,Pemeriksaan Diagnostik. Dengan kita mengetahui faktor-faktor
tersebut akan mempermudah saat kita melakukan asuhan keperawatan.

3.2 Saran
1. kita sebagai calon perawat harus dapat memahami proses pencernaan
secara menyeluruh dan baik sehingga kita dapat menjalankan tugas dengan
baik apabila kita merawat klien yang mengalami gangguan pencernaan.
2. Untuk menjalankan proses keperawatan dengan baik kita harus mengetahui
factor-faktor yang mempengaruhi eliminasi fekal.

DAFTAR PUSTAKA

11
Alimul Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan
http://www.proses_pencernaan_makanan.html
http://www.siklus_alami_tubuh_dalam_proses_pencernaan_makanan.ht
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 1. Jakarta :
EGC
Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 2. Jakarta :
EGC

12

Anda mungkin juga menyukai