secara pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal ini setiap
akuntansi yang digunakan untuk mencatat peristiwa penting ekonomi pada entitas
karena semangat otonomi daerah yang harus mengelola keuangan daerah secara
terpisah dari pemerintahan pusat dan melaporkan hasil secara transparan kepada
publik. Oleh karena itu, diperlukan suatu laporan keuangan yang handal dan dapat
dipercaya agar dapat menggambarkan sumber daya keuangan daerah itu sendiri.
lebih mandiri, tidak menggantungan bantuan dari pemerintah pusat mulai dari
bidangkeuanngan.
PENDAPATAN 2013 2014 2015 2016 2017
Pendapatan Asli
Daerah 96,166,806,526.00 164,954,318,824.00 192,971,720,442.00 264,839,200,256.00 317,985,510,755.00
Pajak Daerah 42,558,642,562.00 85,704,497,336.00 102,524,770,063.00 116,089,421,090.00 137,043,704,396.00
Retribusi Daerah 39,418,728,509.00 22,461,598,967.00 21,834,054,019.00 30,503,593,366.00 27,692,243,536.00
Hasil Pengelolaan
Kekayaan 4,462,342,843.00 4,416,537,219.00 8,357,189,178.00 5,594,654,201.00 9,361,021,962.00
Lain-lain PAD
yang sah 9,727,092,612.00 52,371,685,302.00 60,255,707,182.00 112,651,531,599.00 143,888,540,861.00
PENDAPATAN
TRANSFER 845,970,090,635.00 958,425,185,680.00 1,111,578,913,397.00 1,224,614,613,600.00 1,276,980,316,376.00
Transfer
Pemerintah Pusat 657,247,355,925.00 760,615,713,918.00 844,525,645,286.00 907,773,806,381.00 944,640,592,926.00
Dana Bagi Hasil
Pajak/Bukan 43,243,409,925.00 32,764,394,918.00 27,938,065,286.00 23,876,353,110.00 21,411,266,926.00
Dana Alokasi
Umum 564,840,146,000.00 680,235,009,000.00 763,462,900,000.00 826,891,481,000.00 854,457,636,000.00
Dana Alokasi
Khusus 49,163,800,000.00 47,616,310,000.00 53,124,680,000.00 57,005,972,271.00 68,771,690,000.00
Transfer
Pemerintah Prov. 188,722,734,710.00 197,809,471,762.00 267,053,268,111.00 316,840,807,219.00 332,339,723,450.00
Lain-lain
Pendapatan yang
Sah 73,301,360,000.00 94,106,473,800.00 61,090,543,554.00 81,315,998,466.00 163,656,450.00
Total Pendapatan
Daerah 1,015,438,257,161.00 1,217,485,978,304.00 1,365,641,177,393.00 1,570,769,812,322.00 1,595,129,483,581.00
Pendapatan Asli Daerah terhadap total Pendapatan Daerah masih sangat kecil
dana dari Pemerintah Pusat dan merupakan masalah yang dihadapi oleh
tujuan, misi dan visi organisasi. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau
ditetapkan. Kriteria tersebut memiliki tujuan-tujuan atau target yang akan dicapai
para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya
ekonomi, jika :
menunjukkan hasil dalam kategori baik. Hasil dari penelitian Kusumadewi dan
Ilat (2016) juga menunjukkan bahwa analisis varian pendapatan dalam kategori
baik. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagay
menunjukkan hasil bahwa pertumbuhan pendapatan positif. Hal ini sejalan dengan
positif.
menunjukkan hasil efektif. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Dien, et. all
(2015) hasil menunjukkan bahwa tingkat dan kriteria efektivitas penerimaan PAD
sangat efektif. Berbeda dengan penelitian Gramini, et. all (2017) rasio efektivitas
menunjukkan hasil bahwa kinerja belanja baik. Sejalan dengan penelitian Makka,
Belanja Operasi serasi dan Belanja Modal kurang serasi. Sejalan degan penelitian
Saputra, et. all (2016) Belanja Operasional serasidan Belanja Modal kurang serasi.
Penelitian Katit dan Pinatik (2016) Belanja Operasional serasi dan Belanja Modal
kurang serasi. Hal ini berbeda dengan penelitian Palilingan (2015) menunjukkan
dan Runtu (2016) kinerja belanja menunjukkan hasil efisien. Dan penelitian
Gramini, et. all (2017) juga menunjukkan hasil kinerja belanja efisien. Hal ini
berbeda dengan penelitian Dien, et. all (2015) kinerja belanja menunjukkan hasil
tidak efisien.
analisis dan rasio-rasio yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan dan
juga pemilihan objek. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kinerja pendapatan dan analisi kinerja belanja, sedangkan rasio yang
digunakan adalah rasio derajat desentralilasi, rasio efektivitas PAD dan rasio
ada, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Kinerja
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang digunakan
fenomena atau karakteristik data yang tengah berlangsung pada saat penelitian ini
akan dilakukan atau selama kurun waktu tertentu untuk menjawab rumusan
2.1 Populasi
2.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2014: 120) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah
teknik sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Indriantoro dan Supomo, 2002: 147). Data yang dianalisis dalam penelitian ini
yaitu data Laporan Realisasi APBD Kota Mataram tahun anggaran 2013-2017 dan
memperoleh data dan mengetahui lebih jelas mengenai masalah yang akan diteliti.
b) Pertumbuhan Pendapatan
1 Pendapatan Thn t
c) Derajat Desentralisasi
pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah. Rasio ini menunjukkan
kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD
desentralisasi (Halim, 2007 dalam Sundari dan Supratiningrum 2015). Rasio ini
Tabel.
Kriteria Rasio Derajat Desentralisasi Daerah
Kemampuan Rasio Derajat
Desentralisasi Desentralisasi (%)
Sangat Baik >50%
Baik 25-50
Tabel. 3.2
Kriteria Penilaian Efektivitas PAD
Kriteria Efektivitas Rasio Efektivitas
Sangat Efektif >100%
Efektif 100%
Cukup efektif 90%-99%
Kurang efektif 75%-89%
Tidak efektif <75%
Sumber : Mahmudi (2011: 171)
Menurut Mahmudi (2007: 143) dalam hal belanja terdapat ketentuan bahwa
pemerintah daerah. Pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya apabila
realisasi belanja tidak melibihi dari yang dianggarkan. Analisis varians merupakan
analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran.
antar belanja. Hal ini terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat distribusi,
alokasi, dan stabilisasi. Agar fungsi anggaran tersebut berjalan dengan baik, maka
Tabel
Kriteria Penilaian Keserasian Belanja
Serasi >60%-80%
total belanja daerah. Mahsun, 2006 dalam Gramini, et. al (2017) Rasio belanja
efisiensinya kurang dari 100%, sebaliknya jika lebih maka mengindikasi telah
Anggaran Belanja
Tabel
Kriteria Efisiensi Keuangan Daerah
Kriteria Efisiensi Rasio Efisiensi