Anda di halaman 1dari 11

Analisis Kinerja keuangan Pendapatan Belanja Daerah Dalam Laporan Realisasi

Anggaran di Kota Mataram Tahun 2013-2017

1.1 Latar Belakang Masalah

Akuntansi sektor publik di Indonesia dalam waktu singkat berkembang

secara pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah.

Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2014 telah dijelaskan bahwa Otonomi

Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal ini setiap

kabupaten/kota memiliki kewenangan terhadap pemerintahannya.

Menurut Erlina, et. all (2013: 3) Akuntansi Keuangan Daerah merupakan

akuntansi yang digunakan untuk mencatat peristiwa penting ekonomi pada entitas

ekonomi dilindungi pemerintah daerah. Akuntansi Keuangan Daerah diperlukan

karena semangat otonomi daerah yang harus mengelola keuangan daerah secara

terpisah dari pemerintahan pusat dan melaporkan hasil secara transparan kepada

publik. Oleh karena itu, diperlukan suatu laporan keuangan yang handal dan dapat

dipercaya agar dapat menggambarkan sumber daya keuangan daerah itu sendiri.

Otonomi daerah memberikan implikasi timbulnya kewenangan dan

kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintah secara

lebih mandiri, tidak menggantungan bantuan dari pemerintah pusat mulai dari

proses, perencanaan, monitoring, evaluasi dan pertanggungjawaban. Sehingga

dalam rangka optimalisasi pelaksanaan otonomi, daerah dituntut untuk lebih

kreatif dan inovatif dalam merumuskan kebijakan pemerintah khususnya di

bidangkeuanngan.
PENDAPATAN 2013 2014 2015 2016 2017
Pendapatan Asli
Daerah 96,166,806,526.00 164,954,318,824.00 192,971,720,442.00 264,839,200,256.00 317,985,510,755.00
Pajak Daerah 42,558,642,562.00 85,704,497,336.00 102,524,770,063.00 116,089,421,090.00 137,043,704,396.00
Retribusi Daerah 39,418,728,509.00 22,461,598,967.00 21,834,054,019.00 30,503,593,366.00 27,692,243,536.00
Hasil Pengelolaan
Kekayaan 4,462,342,843.00 4,416,537,219.00 8,357,189,178.00 5,594,654,201.00 9,361,021,962.00
Lain-lain PAD
yang sah 9,727,092,612.00 52,371,685,302.00 60,255,707,182.00 112,651,531,599.00 143,888,540,861.00

PENDAPATAN
TRANSFER 845,970,090,635.00 958,425,185,680.00 1,111,578,913,397.00 1,224,614,613,600.00 1,276,980,316,376.00
Transfer
Pemerintah Pusat 657,247,355,925.00 760,615,713,918.00 844,525,645,286.00 907,773,806,381.00 944,640,592,926.00
Dana Bagi Hasil
Pajak/Bukan 43,243,409,925.00 32,764,394,918.00 27,938,065,286.00 23,876,353,110.00 21,411,266,926.00
Dana Alokasi
Umum 564,840,146,000.00 680,235,009,000.00 763,462,900,000.00 826,891,481,000.00 854,457,636,000.00
Dana Alokasi
Khusus 49,163,800,000.00 47,616,310,000.00 53,124,680,000.00 57,005,972,271.00 68,771,690,000.00
Transfer
Pemerintah Prov. 188,722,734,710.00 197,809,471,762.00 267,053,268,111.00 316,840,807,219.00 332,339,723,450.00

Lain-lain
Pendapatan yang
Sah 73,301,360,000.00 94,106,473,800.00 61,090,543,554.00 81,315,998,466.00 163,656,450.00

Total Pendapatan
Daerah 1,015,438,257,161.00 1,217,485,978,304.00 1,365,641,177,393.00 1,570,769,812,322.00 1,595,129,483,581.00

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat pertumbuhan pendapatan daerah

Kabupaten Sukoharjo dalam lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan

secara positif, dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan yaitu 12,16%.

Pendapatan Asli Daerah terhadap total Pendapatan Daerah masih sangat kecil

dibandingkan dana perimbangan terhadap total Pendapatan Daerah. Hal ini

menunjukkan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap pemberian

dana dari Pemerintah Pusat dan merupakan masalah yang dihadapi oleh

sebagian besar Pemerintah Daerah di Indonesia dimana PAD lebih kecil

dibanding penerimaan yang berasal dari pusat.

Keberhasilan suatu pemerintahan dapat dilihat dari berbagai ukuran kinerja

yang telah dicapainya. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi dan visi organisasi. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau

kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah

ditetapkan. Kriteria tersebut memiliki tujuan-tujuan atau target yang akan dicapai

(Mahsun, 2009: 25).


Laporan Realisasi Anggaran menyajikan realisasi pendapatan, belanja, dan

pembiayaan yang diperbandingkan dengan apa yang telah dianggarkan dan

dengan realisasi periode sebelumnya (Bastian, 2010). Peraturan pemerintah No.

71 Tahun 2010 laporan realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada

para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya

ekonomi, jika :

a. Telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;

b. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan

c. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Analisis Varians Pendapatan dalam penelitian Saputra, et. al (2016)

menunjukkan hasil dalam kategori baik. Hasil dari penelitian Kusumadewi dan

Ilat (2016) juga menunjukkan bahwa analisis varian pendapatan dalam kategori

baik. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagay

(2013) bahwa analisis varians pendapatan dalam kategori belum baik.

Analisis Pertumbuhan Pendapatan dalam penelitian Saputra, et. all (2016)

menunjukkan hasil bahwa pertumbuhan pendapatan positif. Hal ini sejalan dengan

penelitian Ropa (2016) bahwa pertumbuhan pendapatan menunjukkan hasil

positif.

Rasio Efektivitas dalam penelitian Ropa (2016) bahwa tingkat efektivitas

menunjukkan hasil efektif. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Dien, et. all

(2015) hasil menunjukkan bahwa tingkat dan kriteria efektivitas penerimaan PAD

sangat efektif. Berbeda dengan penelitian Gramini, et. all (2017) rasio efektivitas

PAD menunjukkan hasil tidak efektif

. Analisis Varians Belanja dalam peneltian Katit dan Pinatik (2016)

menunjukkan hasil bahwa kinerja belanja baik. Sejalan dengan penelitian Makka,

et. all (2015) kinerja belanja menunjukkan kriteria baik.


Analisis Keserasian Belanja dalam penelitian Gramini, et. all (2017) bahwa

Belanja Operasi serasi dan Belanja Modal kurang serasi. Sejalan degan penelitian

Saputra, et. all (2016) Belanja Operasional serasidan Belanja Modal kurang serasi.

Penelitian Katit dan Pinatik (2016) Belanja Operasional serasi dan Belanja Modal

kurang serasi. Hal ini berbeda dengan penelitian Palilingan (2015) menunjukkan

Belanja Operasional tidak serasi dan Belanja Modal tidak serasi.

Analisis Efisiensi Belanja dalam penelitian Kusumadewi dan Ilat (2016)

menunjukkan bahwa kinerja belanja efisien. Sejalan dengan penelitian Tulangouw

dan Runtu (2016) kinerja belanja menunjukkan hasil efisien. Dan penelitian

Gramini, et. all (2017) juga menunjukkan hasil kinerja belanja efisien. Hal ini

berbeda dengan penelitian Dien, et. all (2015) kinerja belanja menunjukkan hasil

tidak efisien.

Adapun yang membedakan dari penelitian sebelumnya adalah terletak pada

analisis dan rasio-rasio yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan dan

juga pemilihan objek. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis kinerja pendapatan dan analisi kinerja belanja, sedangkan rasio yang

digunakan adalah rasio derajat desentralilasi, rasio efektivitas PAD dan rasio

efisiensi belanja. Sedangkan penelitian sebelumnya kebanyakan menghilangkan

salah satunya. Pemilihan objek, peneliti memfokuskan hanya Laporan Realisasi

Anggaran Kota Mataram Tahun Anggaran 2013-2017.

Berdasarkan latar belakang diatas dan pertimbangan-pertimbangan yang

ada, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Kinerja

keuangan Pendapatan Belanja Daerah Dalam Laporan Realisasi Anggaran Kota

Mataram Tahun Anggaran 2013-2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :


1. Bagaimana kinerja pendapatan daerah dalam Laporan Realisasi Anggaran

Kota Mataram jika dilihat menggunakan Analisis varian Pendapatan,

Analisis Pertumbuhan Pendapatan, Derajat Desentralisasi, dan Rasio

Efektivitas Pendapatan Asli Daerah?

2. Bagaimana kinerja belanja daerah dalam Laporan Realisasi Anggaran Kota

Mataram jika dilihat menggunakan Analisis Varian Belanja, Analisis

Keserasian Belanja, dan Rasio Efisiensi Belanja?

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang digunakan

adalah metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini akan menggambarkan

fenomena atau karakteristik data yang tengah berlangsung pada saat penelitian ini

akan dilakukan atau selama kurun waktu tertentu untuk menjawab rumusan

masalah penelitian tersebut (Sugiyono dalam Rahmayati, 2016). Penelitian ini

bermaksud untuk mengetahui kinerja Pendapatan dan Belanja daerah dalam

Laporan Realisasi Anggaran Kota Mataram.

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2014: 119) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terjadi atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran

Kota Mataram tahun anggaran 2013-2017.

2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2014: 120) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah

Laporan Realisasi Anggaran Kota Mataram tahun anggaran 2013-2017.


2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

teknik sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014: 126).

3. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data

sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun

dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan

(Indriantoro dan Supomo, 2002: 147). Data yang dianalisis dalam penelitian ini

yaitu data Laporan Realisasi APBD Kota Mataram tahun anggaran 2013-2017 dan

diperoleh secara langsung dari BPS Kota Mataram.

4. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi Lapangan, melakukan observasi langsung ketempat penelitian untuk

memperoleh data dan mengetahui lebih jelas mengenai masalah yang akan diteliti.

2. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan data tentang objek yang akan

diteliti berupa Laporan Realisasi APBD Kota Mataram.

5. Teknis Analisis Data

5.1 Analisis Kinerja Pendapatan Daerah

a) Analisis Varians Pendapatan

Analisis varians anggaran pendapatan dilakukan dengan cara menghitung

selisih antara realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Bisanya selisih

anggaran sudah diinformasikan dalam Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan

oleh pemerintah daerah. Pada dasarnya, anggaran pendapatan yang ditargetkan

harus diperoleh oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah dikatan memiliki


kinerja yang baik apabila mampu memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah

yang dianggarkan (Mahmudi, 2007: 123).

Varians Pendapatan = Realisasi Pendapatan – Anggaran Pendapatan

b) Pertumbuhan Pendapatan

Menurut Mahmudi (2007: 124) Analisis pertumbuhan pendapatan

bermanfaat untuk mengetahui apakah pemerintah daerah dalam tahun anggaran

bersangkutan atau selama beberapa periode anggaran, kinerja anggarannya

mengalami pertumbuhan pendapatan secara positif atau negatif. Pertumbuhan

pendapatan dapat dihitung dengan rumus :

Pertumbuhan Pendapatan Thn t = Pendapatan Thn t – Pendapatan Thn t-

1 Pendapatan Thn t

c) Derajat Desentralisasi

Derajat desentralisasi dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah

pendapatan asli daerah dengan total penerimaan daerah. Rasio ini menunjukkan

kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD

maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan

desentralisasi (Halim, 2007 dalam Sundari dan Supratiningrum 2015). Rasio ini

dirumuskan sebagai berikut :

Derajat Desentralisasi = Pendapatan Asli Daerah x 100%

Total Pendapatan Daerah

Tabel.
Kriteria Rasio Derajat Desentralisasi Daerah
Kemampuan Rasio Derajat
Desentralisasi Desentralisasi (%)
Sangat Baik >50%
Baik 25-50

Kurang Baik 10-25

Tidak Baik <10


Sumber : Halim, 2007 dalam Sundari dan Supratiningrum (2015)
d) Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

Menurut Mahmudi (2011: 170) Rasio efektivitas pendapatan dihitung

dengan cara membandingkan realisasi pendapatan dengan target penerimaan

pendapatan yang dianggarkan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Rasio Efektivitas PAD = Realisasi Penerimaan PAD x 100%

Target Penerimaan PAD

Rasio efektivitas menunjukkan kemampuan pemerintah dalam memobilisasi

penerimaan pendapatan sesuai dengan yang ditargetkan. Secara umum, nilai

efektivitas pendapatan dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel. 3.2
Kriteria Penilaian Efektivitas PAD
Kriteria Efektivitas Rasio Efektivitas
Sangat Efektif >100%
Efektif 100%
Cukup efektif 90%-99%
Kurang efektif 75%-89%
Tidak efektif <75%
Sumber : Mahmudi (2011: 171)

5.2 Analisis Kinerja Belanja Daerah

a) Analisis Varians Belanja

Menurut Mahmudi (2007: 143) dalam hal belanja terdapat ketentuan bahwa

angaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan

pemerintah daerah. Pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya apabila

realisasi belanja tidak melibihi dari yang dianggarkan. Analisis varians merupakan

analisis terhadap perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran.

Varians Belanja = Anggaran Belanja-Realisasi Belanj Analisis Keserasian Belanja

b) Analisis keserasian belanja bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan

antar belanja. Hal ini terkait dengan fungsi anggaran sebagai alat distribusi,

alokasi, dan stabilisasi. Agar fungsi anggaran tersebut berjalan dengan baik, maka

pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi belanja (Mahmudi, 2007: 148).


Menurut Mahsun dalam Gamini, et. al (2017) Analisis keserasian belanja

dikategorikan, sebagai berikut :

Tabel
Kriteria Penilaian Keserasian Belanja

Kriteria Keserasian Belanja Rasio Keserasian

Tidak Serasi 0%-20%

Kurang Serasi >20%-40%

Cukup Serasi >40%-60%

Serasi >60%-80%

Sumber: Mahsun, 2006 dalam Gramini

1) Analisis Belanja Operasi terhadap Total Balanja


Menurut Mahmudi (2007: 150) Analisis Belanja Operasi terhadap Tota
Balanja merupakan perbandingan antara total operasi dengan total belanja daerah.
Rasio ini menginformasikan kepada pembaca laporan mengenai posisi belanja daerah
yang dialokasikan untuk belanja operasi. Belanja operasi merupakan belanja yang
manfaatnya habis dikonsumsi dalam satu tahun anggaran, sehingga belanja operasi ini
sifatnya jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya rutin. atau berulang. Mahsun,
2006 dalam Gramini, et. al (2017) menyebutkan bahwa

Rasio belanja operasi dapat dihitung dengan rumus :

RBOTB = Rasio Belanja Operasi x 100%

Total Belanja Daerah

2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja

Menurut Mahmudi (2007: 150) Analisis Belanja Modal terhadap Total

Belanja merupakan perbandinagan antara total realisasi belanja modal dengan

total belanja daerah. Mahsun, 2006 dalam Gramini, et. al (2017) Rasio belanja

modal terhadap total belanja dapat dirumuskan:

RBMTB = Realisasi Belanja Modal x 100%

Total Belanja Daerah

3) Rasio Efisiensi Belanja


Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja
dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur
tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah.angka yang dihasilkan
dari rasio efisiensi ini tidak bersifat absolut, tapi relatif.
Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio

efisiensinya kurang dari 100%, sebaliknya jika lebih maka mengindikasi telah

terjadi pemborosan anggaran (Mahmudi, 2007: 152). Rasio belanja dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Rasio Efisiensi Belanja = Realisasi Belanja x 100%

Anggaran Belanja

Tabel
Kriteria Efisiensi Keuangan Daerah
Kriteria Efisiensi Rasio Efisiensi

Efisiensi < 100%

Efisiensi Berimbang =100%

Tidak Efisien >100%

Sumber : Mahsun (2009: 187) dalam Rahmayati (2016)

Anda mungkin juga menyukai