E DENGAN
NEFROLITIASIS
DI GEDUNG A LANTAI 4 ZONA B RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
Dibimibing Oleh
Bara Mira Dwiyana
2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-
Nya serta usaha yang dilakukan, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Tn. E dengan Nefrolitiasis di Lantai 4 RSUPN Cipto Mangunkusumo”.
Telah banyak bantuan yang diberikan kepada kami, baik dalam bentuk moril maupun materil.
Tanpa bantuan tersebut, makalah ini tidak dapat diwujudkan. Maka, kami menyampaikan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga makalah ini terselesaikan
dengan baik. Rasa terima kasih kami sampaikan terutama kepada :
1. Ibu Drg. Ita Astit Karmawati, MARS selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta 1
2. Ibu dr. Lies Dina Liastuti, Sp. JP (K), MARS RSUPN Cipto Mangunkusumo
3. Ibu Mumpuni, S. Kep, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Jakarta 1
4. Ibu Uun Nurulhuda, S.Kep, Ners, M. Kep, Sp, KMB selaku Koordinator Praktik Klinik
Keperawatan Medikal Bedah 1.
5. Ibu Bara Miradwiyana, S.Kp., MKM yang telah membimbing kelompok kami
6. Bapak Enung Nanang Sutisna, AMK selaku Kepala Ruangan Lantai 4
7. Tn. E dan keluarga klien yang telah membantu dalam pemenuhan tugas kami
8. Kakak - kakak perawat RSUPN Cipto Mangunkusumo yang telah mengajarkan kami
banyak hal sehingga kami dapat mengerti tentang tindakan keperawatan secara
langsung
9. Orang tua yang telah banyak memberikan semangat, bantuan, doa, cinta dan kasih
sayangnya hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
10. Teman-teman yang telah memberi motivasi serta saling mendukung kami
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik kepada semua pihak yang telah
disebutkan di atas. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
Akhir kata, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat berguna dan memperluas
wawasan kita semua. Atas segala perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Menurut Smeltzer (2002) Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
a. Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus
proksimal dan tubulus kontortus distalis.
b. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus
rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
c. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
d. Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
e. Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf
atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul
dan calix minor.
g. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
h. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
i. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calix major dan ureter.
j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Fungsi utama ginjal yaitu memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan
bahan-bahan organik dalam tubuh melalui proses filtrasi, reabsopsi, dan sekresi
Sintesis hormon eritropoietin serta sekresi renin dan aldosteron. Mengubah vitamin D
menjadi bentuk aktif, dan degradasi berbagai jenis hormon (Smeltzer, 2002).
sifatnya
konstan.
Terutama timbul pada
costoverteral.
2. Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena
adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik.
3. Infeksi
Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun infeksi
asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang progresif.
4. Kencing panas dan nyeri
5. Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal (Nursalam, 2011).
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Urin
1) PH lebih dari 7,6
2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%
3) Biakan urin
4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Darah
1) Hb turun
2) Leukositosis
3) Urium krestinin
4) Kalsium, fosfor, asam urat
c. Radiologist
Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
d. USG abdomen (Baradero, 2008).
2.1.7 Komplikasi
2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Tucker (2007) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri
dari :
a. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan
batu yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
2.2.4 Evaluasi
Dari intervensi yang dilakukan beberapa hasil yang kitaharapkan adalah
sebagai berikut :
a. Nyeri hilang/terkontrol
b. Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
c. Mencegah Komplikasi
d. Proses penyekit/prognosis dan program terapi dipahami (Ali, 2009).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan pelaksanaan “Asuhan Keperawatan Tn. E
yang mengalami Post OP PNCL Hari ke-0” di Gedung A Lt 4 RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 9 sampai 11 Oktober 2018 yang
disusun berdasarkan tahapan proses keperawatan meliputi: Pengkajian Keperawatan,
Perumusan Masalah Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan,
Evaluasi Keperawatan.
3.1 Pengkajian
Nama Tn. E berjenis kelamin laki-laki, usia 61 tahun, Agama Islam, status sudah
menikah, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan wiraswasta, alamat di Bulak Jaja RT 015
RW 008 Cakung-Jakarta Timur. Berdasarkan pemeriksaan tenaga kesehatan, klien di
diagnosa menderita Batu Ginjal Kiri, klien dirawat di Gedung A Lt 4 RSUPN Cipto
Mangunkusumo dengan nomor registrasi 425-16-20. Tanggal masuk 8 Oktober 2018
dengan keluhan : pada saat berkemih pancuran dari saluran kencing bercabang.
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, pada bulan Desember 2017 klien
tertabrak motor dan mengalami cedera kepala. Terdapat perdarahan dan mengalami
kelumpuhan paraplegi selama 2 bulan. Setelah dirawat, pasien dipulangkan dengan
keadaan terpasang kateter silikon yang mampu bertahan selama + 1 bulan. Setelah 2
minggu dirumah, klien mengalami demam dan nyeri saat berkemih. Kemudian pasien
dibawa kembali ke RSUPN Cipto Mangunkusumo, pasien di diagnosa mengalami Infeksi
Saluran Kemih. Saat di lakukan USG, juga terdapat Batu di ginjal bagian kiri, terdapat
batu dengan ukuran 50x25x20 mm. Namun pasien meminta dilakukan tindakan
pembedahan setelah lebaran. Pasien masuk ke IGD RSUPN Cipto Mangunkusumo pada
tanggal 08 Oktober 2018 dengan keluhan nyeri saat berkemih, pancuran saat berkemih
pasien menjadi bercabang. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, klien disarankan
untuk dirawat di ruangan untuk proses penyembuhan. Klien masuk ke Gedung A Lantai 4
RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tanggal 8 Oktober 2018 pukul 14.30 WIB. Setelah
dilakukan pengkajian dan pemeriksan laboratorim, pada tanggal 9 Oktober 2018 pukul
09.00 WIB klien menjalani operasi Percutaneous Nephrolithotomy (PNCL) dengan
menggunakan anastesi spinal. Klien selesai operasi dan kembali ke ruangan pukul 12.15
WIB.
Pada tanggal 9 September 2018 pukul 14.00 WIB kelompok melakukan
pengkajian dan didapatkan data dengan keluhan klien mengeluh mual, lemas, gemetar,
menggigil dan muntah sudah 4 kali. Dan setelah operasi klien tidak mampu makan
apapun karna mual. Dilakukan pemeriksaan fisik pada klien dan didapatkan data
abnormalitas pada tanda-tanda vital yaitu 76/51 mmHg, nadi 69 x/mnt, suhu 36,3 0, RR
18x/mnt. Pada sistem urologi yang hasilnnya secara makroskopis terdapat hematuria pada
urin bag. Klien tampak lemah.
Kelompok melakukan pengkajian pada sistem integumen dengan hasil turgor kulit
elastis, kulit teraba dingin, warna kulit pucat, capilary refill 4 detik, keadaan kulit terdapat
luka post op PNCL dibagian pinggang kiri bawah dan luka tertutup perban, terpasang
vemflon pada tangan kiri sejak tanggal 8 Oktober 2018, rambut klien terdapat sedikit
ketombe.
Kelompok juga melakukan pengkajian pada sistem urogenital klien mengatakan
kesulitan dalam mengeluarkan urin,
Data penunjan yang diperoleh pada tanggal 3 Oktober 2018 terdapat hasil
Radiologi abdomen dengan deskripsi preperitoneal fat line baik, psoas line simetris,
kontur ginjal kanan baik, tampak bayangan radioopak di proyeksi ginjal kiri setinggi L2-
L3, morfologi kesan mengikuti kontur sistem pelviokalises, distribusi udara usus
mencapai pelvis minor, tulang-tulang kesan intak. Kesimpulannya adalah Sugestif
Satghom Calculi Kiri. Pada tanggal 9 Oktober 2018 (BNO) dengan kesan Nefrolithiasis
kiri, jumlah dan ukuran berkurang, DJ Stent di hemiabdomen kiri dengan hip proximal
setinggi vertebra L2-3 proyeksi ginjal kiri dan hip distal di pelvis minorproyeksi buli..
Hasil laboratorium pada tanggal 9 Oktober 2018 Ureum darah: 41,0 mg/dL (18,0 –
55,0) Hemoglobin: 10,1 g/dL ↓(13,0 – 16,0), Hematocrit : 30,1% ↓(40,0 – 48,0),
Eritrosit: 3,55 10^6/ L ↓ (4,50 – 5,50) , Jumlah leukosit : 15,29 10^3/ L ↑(5,00-
10,00), Jumlah trombosit : 333 10^3/ L (150-400), Natrium (Na) darah: 135 mEq/L ↑
(136 -145),kreatinin darah 1,30 mg/dL, K darah 3,5 mEq/L, Cl darah 104,7 mEq/L,
eGFR : 59,3 mL/min/1,73m^2 ↓ (66,00 – 96,00)
Terapi berupa cairan infus Nacl 0.9% 500 cc/12 jam, dan dextrose 5% . Diit DM
1900 kkal. Terapi obat Inpepsa 3x 5ml oral (6, 12, 18) PO, Paracetamol 3x500mg PO (6,
12, 18), Fosfomicyn 1x1 gr IV (6), Metronidazole 3x500 mg IV (6,1 2,18).
3.4 Implementasi
Penulis mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah disusun pada hari
Selasa tanggal 9 Oktober 2018 pukul 13.45 WIB sampai 11 Oktober 2018 pada pukul
06.00 WIB. Perawat dan kelompok mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, mengobservasi tanda-tanda vital dengan respon klien siap untuk diperiksa,
mengganti cairan infus NaCl 0,9% 500cc/12 jam dengan hasil cairan terpasang, tetesan
lancar 14 tpm; memberikan air minum hangat 50 ml dengan respon klien dapat minum
dan mengatakan mual ingin muntah; membantu menggantikan pakaian klien dan laken
setelah muntah dengan respon klien mengatakan lebih nyaman setelah diganti dan
mengatakan sudah muntah sebanyak 4 x; melakukan pemeriksaan GDS dengan hasil
GDS klien 72 gr/dL; membantu membersihkan pakaian klien setelah muntah dengan
respon klien mengatakan sangat mual, muntah + 100cc; mengambil darah vena sebanyak
5cc untuk pemeriksaan darah lengkap dengan hasil klien tampak sedikit meringis, tidak
terdapat pembengkakan dan hematoma; melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat inpepsa 5ml PO sebelum makan, dengan hasil obat sudah diminum,
klien tampak mual berkurang dan minum masuk sebanyak 100cc; membantu
memberikan makan peroral diit DM 1900 kkal (makanan lunak) dengan respon klien
mampu menghabiskan 1/3 porsi makanan, menghabiskan 1 potong pepaya dan minum
sebanyak 100cc; membantu memberikan terpai obat paracetamol 500 mg PO,
metoclopiramide 10 mg IV dengan hasil obat sudah diminum, tidak ada mual muntah,
metoclopiramide sudah diberikan dn klien minum sebanyak 50 cc. Pada shift malam
mengobservasi TTV dengan respon klien minum sebanyak 100cc, mengatakan mual,
kedinginan. Hasil TTV TD : 90/70 mmHg, N : 88x/menit, RR : 20x/menit, S : 37 0 C ;
mengganti cairan infus Nacl 0,9% 500cc/ 12 jam, dengan hasil tidak ada udara di selang
infus, tetesan lacar; mengecek keadaan pasien dan mengitung intake output dengan
respon klien muntah sebanyak 250 cc, intake air putih selama 17 jam post op 835 cc,
output urin sebanyak 350 cc, klien tampak pucat dan lemah; mengecek GDS dengan
hasil GDS klien 72 gr/dL, klien tampak lemas, klien mengatakan masih mual;
menganjurkan minum keluarga untuk memberikan teh manis, dengan hasil teh masuk 50
cc , dan dimuntahkan; memberikan obat inpepsa 5 ml Po sebelum makan, dengan respon
klien mual; memberikan obat PCT 500 gr PO, metronidazole 500mg IV, fosfomicyn 1 fr
IV dengan hasil obat sudah diberikan. Pada hari rabu, menggantikan cairan infus
dextrose 10% 500cc/8 jam, dengan hasil tidak ada udaha dan tetesan lancar 21 tpm;
mengubah posisi klien dari supine menjadi semifowler, dengan respon klien mengatakan
lebih nyaman dan rasa mual berkurang; mengobservasi pengeluaran urin dengan hasil
klien terpasang kateter, urin sebanyak 350cc/8 jam ; menghitung balance cairan per
shift , dengan hasil intake : 805 cc output 800 cc balance cairan +5cc. Melakukan
pengkajian lengkap rasa mual klien dengan respon pasien mengatakan mual muntah
hilang timbul, muncul sewaktu-waktu dan menyebabkan muntah; menganjurkan klien
makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat dengan hasil pasien menghabiskan
makanan sebanyak 5 sendok makan; memonitor status hidrasi dengan respon pasien
mengatakan tubuhnya masih terasa lemas, mukosa tampak kering, bibir pucat serta
pecah-pecah, nadi teraba lemah; melepas kateter dengan hasil kateter sudah lepas, tidak
ada tanda-tanda infeksi ; membantu menggambil spesimen urin untuk pemeriksaan
kultur urin dan urin lengkap ; mengobservasi pengeluaran urin dengan hasil klien sudah
tidak terpasang kateter, keluarga mengatakan sudah 3x BAK sejak 8 jam yang lalu + 800
cc berwarna coklat muda jernih ; menghitung balance cairan per shift dengan hasil
inntake 860 cc output 830 cc balance cairan : +30 cc pasien tidak nampak tanda-tanda
dehidrasi.
3.5 Evaluasi
Kelompok telah melakukan implementasi selama tiga hari yaitu tanggal 9 Oktober 2018
sampai 11 Oktober 2018 dan dilakukan evaluasi sebagai berikut:
1. Nausea berhubugan dengan efek agen farmakologis (anastesi) S: klien mengatakan
mual sudah berkurang, nafsu makan sudah membaik walaupun belum bisa makan
banyak, O: keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, GCS 15, tdak ada mual
muntah . Tanda-tanda vital klien, tekanan darah : 110/70 mmHg, suhu: 37,90C, nadi:
100x/menit, pernapasan: 18x/menit, A: masalah nausea belum teratasi, P: intervensi
dihentikan.
2. Ketidakstabilan glukosa dalam darah berhubungan dengan hipoglikemia disfungsi
ginjal kronis. S: klien mengatakan sudah merasa lebih baik dan tidak lemas O: klien
tidak nampak lesu, tanda-tanda vital klien, tekanan darah : 110/70 mmHg, suhu:
37,90C, nadi: 100x/menit, pernapasan: 18x/menit, hasil GDS : 98 gr/dL, A: masalah
ketidakstabilan glukosa darah sudah teratasi, P: intervensi dihentikan.
3. Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan proses pembedahan. S : klien
mengatakan tubuhnya sudah terasa lebih segar, tidak ada keluhan. O : tanda-tanda
vital klien, tekanan darah : 110/70 mmHg, suhu: 37,90C, nadi: 100x/menit,
pernapasan: 18x/menit, balance cairan 100 cc/ 24 jam, tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, turgor kulit elastis, capilary refill 3 detik. A : masalah risiko
ketidakseimbangan elektrolit tidak menjadi aktual. P : intervensi dihentikan.
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini, kelompok akan menguraikan bahasan tentang asuhan keperawatan yang
telah dilakukan selama 3 hari, mulai tanggal 9 - 11 Oktober 2018 di ruang lantai 4 gadung A
RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan Post OP PCNL e.c. Batu Ginjal Kiri. Pembahasan ini
bertujuan untuk menganalisis kesenjangan yang mungkin ditemukan antara teori dan kasus.
Kelompok melakukan terhadap semua komponen asuhan keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan, merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dan berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tujuan untuk mengumpulkan informasi dan
membuat data dasar serta sebagai dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan individu (Potter dan Perry, 2007).
Pengkajian yang dilakukan kelompok meliputi pengkajian identitas klien, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan
11 pola Gordon serta pemeriksaan fisik head to toe (Potter dan Perry, 2007).
Klien di diagnosa menderita nefrolithiasis karena menunjukkan keluhan nyeri
pada pinggang sebelah kiri,myeri saat berkemih, dan tidak puas saat berkemih, dan
berdasarkan pemeriksaaan BNO terdapat kesan sugestif staghom calculi kiri.
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit
dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai
sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih
sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang
mungkin terjadi (Mutaqqin, 2011). Keluhan utama penyakit nefrolithiasis menurut teori
adalah nyeri dan pegal di daerah pinggang, hematuria, infeksi, kencing panas dan nyeri,
adanya nyeri tekan pada daerah ginjal (Nursalam, 2011).
Data pengkajian fisik yang mungkin muncul pada klien nefrolithiasis menurut
teori yang sudah dijelaskan di BAB II adalah pada system integument, yaitu teraba
panas, turgor kulit menurun, penampilan pucat. System pernapasan yaitu ergerakan
nafas simetris. System kardiovskuler yaitu rama jantung reguler dan takikardi. System
gastrointestinal yaitu kurang asupan makanan nafsu makan menurun. System urologi
yaitu dalam BAK produksi urin tidak normal dan jumlah lebih sedikit karena ada
penyumbatan. (Doengoes, 2000).
Sedangkan data pengkajian fisik yang ditemukan pada klien Tn. E tekanan
darah 76/51 mmHg, nadi 69x/menit, suhu 36,3°C, pernafasan 18x/menit, terpasang
infus NaCl 0,9% 500cc 14 tetes permenit. Ditemukan adanya mual dan muntah pasca
operasi selama 4 kali dalam 2 jam, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri dada.
Pola eliminasi, sebelum dilakukan operasi klien BAK 4-5 kali/hari, berwarna kuning
keruh, rasa tida puas saat berkemih dan tidak menggunakan alat bantu untuk BAK.
BAB 1 kali/hari, waktunya pagi hari, berwarna coklat, konsistensi setengah padat dan
tidak ada penggunaan laxatif. Setelah dilakukan operasi untuk BAK terpasang kateter
pada tanggal 8 Oktober 2018, warna urin merah saat pengkajian kantong urine berisi
volume 350cc. BAB selama di Rumah Sakit 1x/hari (sebelum operasi), setelah operasi
belum BAB. Pola aktivitas dan latihan, klien mengatakan hanya tiduran dan juga
terpasang selang di saluran kencingnya. Sehingga klien hanya tiduran ditempat tidur.
Sebelum sakit klien melakukan aktivitas secara mandiri.Pola istirahat dan tidur,
sebelum sakit klien tidur 7 jam/hari. Lalu setelah sakit klien mengatakan selama di RS
tidur ± 5 jam dimalam hari dan 1/2 jam disiang hari, karena tidak ada yang dilakukan
klien. Ekstermitas atas: tampak tangan kiri terpasang infus, tidak ada oedem, turgor
kulit baik. Ektremitas bawah: kaki kiri dan kanan tidak oedem, reflek patela baik,
turgor kulit baik.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian terhadap masalah yang dialami Tn.
E dengan Post OP PCNL e.c. Batu Ginjal Kiri telah dilakukan secara komprehensif
dan diperoleh hasil yaitu klien mengeluh mual dan muntah pasca operasi selama 4 kali
dalam 2 jam dan nafsu makan yang menurun . Klien tampak hanya menghabiskan ¼
porsi makannya.
2. Diagnose yang mungkin terdapat pada klien
dengan Post OP PCNL tidak dapat kelompok munculkan semua. Sesuai dengan data
yang didapat dari pengkajian, ditemukan tiga diagnosa yang dapat ditegakkan pada
kasus, diagnosa tersebut antara lain, Nausea berhubungan dengan efek agen
farmakologis (anastesi Bupivacain), Ketidakstablian kadar glukosa darah:
hipoglikemia berhubungan dengan disfungsi ginjal kronis, dan Risiko
ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur pembedahan.
3. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
Post OP PCNL dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun.
4. Dalam melakukan perawatan pada klien dengan
Post OP PCNL, kelompok telah berusaha melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
rencana keperawatan dan ditujukan untuk mencegah masalah yang dialami klien.
5. Evaluasi yang telah diterapkan selama 3 x 24
jam sesuai dengan tujuan, dan kriteria hasil, serta seluruh diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada pasien berhasil diatasi.
5.2 Saran
1. Bagi profesi keperawatan
Perawat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang
asuhan keperawatan Post OP PCNL, baik dalam proses pengkajian, diagnosa
keperawatan, intrvensi, implementasi maupun evaluasi. Sehingga dalam melakukan
proses keperawatan dapat mencapai hasil yang optimal.