OLEH:
KLINTON BUTAR-BUTAR 201563037
Adalah pengusaha sukses yang berasal dari Kota Medan, Sumatra Utara.
Berawal dari bisnis perkebunan kelapa sawit, kini perusahaan yang dirintis sejak
tahun 80’an ini, kini telah menjadi salah satu perusahaan agrobisnis terbesar di
Asia.
Pada awal karirnya di tahun 1991, Martua telah mampu memproduksi
minyak kelapa dari perkebunan kelapa sawitnya di Sumatra Utara. Pada tahun 1996
Martua mulai membangun pabrik pengolahan sendiri yang bertempat di Malaysia.
Selanjutnya pada tahun 2000, Martua mengeluarkan merek minyak kelapa tersebut
dengan nama Sania. Seiring waktu berlalu, pada tahun 2005 perusahaan Martua
telah menjadi perusahaan besar di Asia. Dengan luas perkebunan kelapa sawit
mencapai 69.217 hektar dan 65 pabrik, ia mampu mengekspor produknya di 30
negara.
Kemajuan bisnis Martua yang didapatinya dalam waktu singkat ini,
diperoleh karena ia jeli melihat segala peluang dankesempatan yang ada. Martua
juga memiliki pemikiran yang dinamis, inovatif dan agresif dalam menjalankan
bisnisnya tersebut.
Berkat kemajuan bisnis PT. Wilmar Nabati Indonesia yang dirintis oleh
Martua ini, perusahaan ini mampu menyerap tenaga kerja sejumlah (kurang lebih)
2.500 tenaga kerja local saat mendirikan anak perusahaan PT. Multimas nabati
Asahal di Desa Teluk Ternate dan Tidore. Kabupaten Serang, Banten. Di darah itu
juga akan dilakukan pembangunan infrastruktur pendukung aktifitas produksi yang
sekaligus juga dapat digunakan warga sekitar untuk memduahkan akses
transportasinya. PT. Wilmar juga aktif dalam pembangunan sarana pendidikan.
Pada tahun 2012, PT. Wilmar memberikan bantuan berupa 15 unit komputer untuk
SDN Indro Gresik. Sebelumnya SDN Indro juga mendapat bantuan prasarana
runang belajar senilai Rp 150 juta. Pada tahun 2015 kemarin, PT. Wilmar juga
menyumbangkan 150 buku referensi kepada perpustakaan Intan Payung di Sekolah
Alam Bandar Bakau di Jalan Nelayan Laut, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan
Dumai Barat.
Selain memberikan bantuan pada fasilitas pendidikan, PT. Wilmar juga aktif
dalam memberikan bantuan untuk pembangunan desa. Pada tahun 2011-2012
perusahaan minyak tersebut memberikan dana CSR untuk warga Kelurahan
Sidorukun mencapai 2 miliar. Dengan adanya bantuan tersebut, kini kelurahan
Sidorukun memiliki akses transportasi yang lebih baik, sehingga memudahkan
aktifitas warga disana.
Gambar 1. Bantuan CSR yang diberikan untuk warga banten (kiri) dan perpustakaan
Dumai (kanan)
2. Hendy Setiono
Bisnis Kebab Baba Rafi berawal ketika pada tahun 2003, Hendy Setiono
mengunjungi ayahnya yang sedang bekerja di Qatar. Pada saat itu, ia melihat
banyak kedai yang menjual kebab. Hendy pun kemudia mencoba untuk
membeli kebab tersebut, dan munculah ide untuk menjual kebab di Indonesia.
Dalam waktu 3-4 tahun, bisnis kebab Hendy telah mampu berkembang
pesat. Pada akhir 2006 ia mampu memiliki 100 outlet yang tersebar di wilayah
Indonesia. Selain itu, kini usaha Kebab Hendy juga telah mulia dipasarkan di
beberapa Negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Filipina dan Malaysia.
Kemajuan usaha Kebab Baba Rafi ini tidak hanya dirasakan oleh Hendy
saja, banyak masyarakat sekitar yang merasa senang karena dengan dibukanya
outlet maupun gerobak jualan kebab ini, dapat memberikan lapangan kerja baru
oleh masyarakat sekitar. Hendy juga aktif dalam peningkatan dan pelatihan
wirausaha yang ada di Indonesia melalui pelatihan wirausaha yang diberikan.
Hendy sadar bahwa wirausaha memiliki peran penting dalam kemajuan
ekonomi suatu negara, dan dalam menjadi seorang wirausaha, tidak hanya perlu
menyiapkan modal yang besar, melainkan ide bisnis yang bagus, dan
kemampuan manajemen usaha yang baik. Selain itu, Kebab Baba rafi juga aktif
dalam pemberian bantuan kepada panti asuhan, sekolah, usaha kecil, dan
pembangunan fasilitas desa.
Gambar 2. Pelatihan wirausaha baba rafi (kiri) dan bantuan kepada panti asuhan
Muhammadiyah Kebon Melati, tanah Abang (kanan)
3. Hafiza Elfira
Bisnis Hafiza berawal ketika ia menerima tugas kuliah (KKN). KKN yang
memiliki waktu tiga bulan dan dana sebesar 7,5 juta ini dilanjutkan Hafiza
hingga sekarang. Pada awalnya, Hafiza bersama teman-temannya
mengumpulkan 20 ibu-ibu OYPMK (Orang yang Pernah Menderita Kusta),
melalui Nalacity Foundation ia pun kemudian mengajarkan ibu-ibu OYPMK
dalam membuat jilbab dan manik-manik. Hafiza melihat peluang bisnis jilbab
saat ini sangat besar, karena mode jilbab yang semakin beragam dan banyak
peminatnya.
Setiap bulannya, hafiza membeli 60-80 bahan kain di Jakarta untuk bahan
baku jilbabnya. Produk-produk yang telah diposes menjadi jilab jadi kemudian
diambil oleh Nalacity Foundation setiap minggunya. Media pemasaran yang ia
gunakan ialah melalui online. Produk jilbab dan manik-manik buatan Hafiza
pun kini telah mencapai pasar ekspor hingga Qatar.
Pola pikir sebagian besar orang Indonesia agaknya memang berbeda dengan
pola pikir orang-orang di negara maju. Hal itulah yang menyebabkan Indonesia
tertinggal dalam bidang kewirausahaan. Kemajuan suatu negara tidak melulu harus
ditimpakan kepada pemerintah saja. Seluruh Warga Negara Indonesia tentunya
mempengaruhi kemajuan dari negeri ini.
Kebanyakan orang-orang di Indonesia justru menyalahkan pemerintah karena
tidak mampu memajukan negeri, sementara mereka sendiri tidak pernah berusaha,
berjuang dan bekerja keras untuk memajukan dirinya sendiri. Istilahnya, mental
seperti ini disebut dengan kemanjaan.
Berbeda dengan di negara-negara maju. Para penduduk di negara maju
cenderung memiliki karakter pekerja keras, ulet, inovatif dan tidak pemalas.
Mereka juga memiliki keinginan yang kuat untuk 'berbuat 'sesuatu' untuk
negaranya'. Maka dari itu, apa yang dilakukan sebagian besar warga negara mereka
berbanding lurus dengan status negaranya sebagai negara yang maju.
1. Sederhana dan rumit
Pola pikir sebagian besar orang Indonesia lebih banyak untuk hal-hal yang
sederhana saja. Sebaliknya, orang-orang di negara maju lebih suka dengan hal-hal
yang rumit. Perbedaan juga terletak bagaimana orang kita dan orang di negara maju
dalam memperlakukan sesuatu yang bersifat 'sederhana' dan 'rumit'. Orang-orang
Indonesia cenderung memperlakukan hal-hal yang sebenarnya sederhana, namun
dibuat menjadi rumit. Sebaliknya, orang-orang di negara maju justru membuat hal-
hal yang rumit menjadi sederhana.
2. Berfikir beberapa langkah ke depan
Orang-orang di negara maju cenderung memiliki visi yang jauh ke depan
(jangka panjang). Sebaliknya, orang Indonesia biasanya hanya berfikir untuk
jangka pendek saja. Perbedaan ini sama kaitannya dengan istilah 'money oriented'
dan 'invest oriented'. Orang-orang Indonesia cenderung lebih 'money oriented' dan
ingin mendapatkan keuntungan dalam waktu dekat. Sebaliknya, orang-orang di
negara maju biasanya berfikir untuk 'invest oriented' alias keuntungan jangka
panjang. Sebagai contoh, ketika orang Amerika membangun Google dan Facebook,
mereka mampu meraup keuntungan beberapa tahun kemudian. Seandainya orang
Indonesia yang membangun kedua hal tersebut, ketika di tahun pertama tidak ada
keuntungan mereka akan langsung berhenti mengembangkan sesuatu seperti
Google dan Facebook.
3. Tak ada yang mustahil
Perbedaan lainnya terletak pada sesuatu yang dianggap mustahil. Orang-
orang di Indonesia menganggap sesuatu yang hebat adalah hal yang mustahil.
Sebaliknya, orang-orang di negara maju berpikir bahwa tak ada yang mustahil di
dunia ini. Alhasil, sesuatu yang dahulu kala dianggap mustahil, seperti pesawat
terbang, smartphone layar sentuh, dan perjalanan ke Bulan bisa terwujud berkat
pola pikir 'tak ada yang mustahil' yang dimiliki penduduk negara maju.
4. Sesuatu yang berbeda
Orang-orang di negara maju selalu berfikir untuk membuat sesuatu yang
berbeda atau inovasi. Kalau sebagian besar orang Indonesia biasanya lebih banyak
yang 'ikut-ikutan'. Alhasil, banyak penemuan-penemuan baru yang lahir dari
tangan-tangan luar negeri.
REFERENSI
Wahib. “PT Wilmar Nabati Indonesia Berikan CSR ke SDN Indro Gresik”.
www.gresik.co. Diakses pada tanggal 06 Oktober2018.