PENDAHULUAN
Angka kejadian BBLR di Ruang Cendrawasih RSUD Banjarbaru pada tahun 2014 :
228 bayi, 2015 : 232 bayi Dari angka kejadian BBLR tersebut, maka kami
mengambil kasus BBLR.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir.(Amru Sofian,2012)
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2.500 gr atau sama
dengan prematur. Pada tahun 1961 menurut WHO menyatakan bahwa semua bayi
baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth
weight infant.(Asrining Surasmi, 2003; 30)
B. KLASIFIKASI
1. Pengelompokan BBLR menurut masa gestasi :
a. Prematuritas murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (berat badan
terletak antara persentil ke 10 sampai persentil ke 90 pada intrauterine growth
curve lubchenko).
b. Dismaturitas, yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk usia kehamilan, ini menunjukkan bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin.(Asrining Surasmi, 2003; 30 – 31)
2. Pengelompokan BBLR dilihat dari berat badan bayi :
a. BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram
b. BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram
c. BBLASR : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr
C. ETIOLOGI
1. Penyebab kelahiran prematur
a. Faktor ibu :
Taksemia gravidarum, yaitu preeklamsia dan eklamsia
Kelainan bentuk uterus (mis: uterus bikornis, inkompeten serviks)
Tumor (mis: mioma uteri, sistoma)
Ibu yang menderita penyakit antara lain : akut dengan gejala panas tinggi
(mis: tifus abdominalis, malaria) dan kronis (mis: TBC, penyakit jantung)
Trauma pada masa kehamilan antara lain: fisik ataupun psikologis
Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Faktor janin
Kehamilan ganda
Hidramnion
Ketuban pecah dini
Cacat bawaan
Infeksi
Insufisien plasenta
Inkompatibilitas darah ibu dan janin
c. Faktor plasenta
Plasenta previa
Solusio plasenta
2. Penyebab kelahiran dismatur
a. Faktor janin
Kelainan kromosom
Infeksi janin kronik
Disotonomia familial
Retardasi
Kehamilan ganda
Aplasia pankreas
b. Faktor plasenta
Berat plasenta kurang
Plasenta berongga atau keduanya
Luas permukaan berkurang
Plasentitis vilus
Infark tumor (kario angiona) plasenta yang lepas
Sindrom transfusi bayi kembar
c. Faktor ibu
Taksemia
Hipertensia
Penyakit ginjal
Hipoksemi (penyakit jantung sionatik, penyakit paru) malnutrisi
Anemia sel sabit
(Asrining Surasmi, 2003; 53)
D. KOMPLIKASI
1. Bayi prematur
Hipotermia
Sindrom gawat napas
Hipoglikemia
Perdarahan intrakranial
Rentan terhadap infeksi
Hiperbilirubinemi
Kerusakan integritas kulit
2. Bayi dismatur
Sindrom aspirasi mekonium
Hipoglikemia sintomatik
Penyakit membranhialin
Hiperbilirubinemia
Aspiksia neonatorum
(Asrining Surasmi, 2003; 42 – 55)
E. PATOFISIOLOGI
Terlampir
F. PENATALAKSANAAN
Aspek-aspek perawatan yang umum dilakukan adalah seperti :
1. Penanganan bayi
Semakin prematur bayi maka semakin besar perawatan yang diperlukan dalam
penanganan. Hal ini lebih sering terjadi setelah minum ketika regurgitasi makanan
terjadi dan menyebabkan inhalasi makanan. Semua perawan harus dilakukan
dengan bayi yang berada di inkubator. Walaupun demikian beberapa penanganan
masih harus dilakukan seperti mengganti popok bayi, mengganti posisi atau
membersihkan bayi, memakai larutan dan air yang hangat dan ikubator atau
tempat tidur harus dapat diatur sehingga menghindarkan adanya penanganan yang
berlebihan.
7. Memandikan
Bayi dapat dimandikan setelah kondisi bayi sudah stabil. Menggunakan air
dengan suhu hangat-hangat kuku dan jangan terlalu lama.bila bayi masih
memakaiinfus,cukup diseka Selanjutnya lakukan perawatan tali pusat dengaan
membungkusnya dengan kasa steril.
8. Metode kangguru
Metode kangguru adalah metode meniru binatang asal australia yang menyimpan
anaknya di kantung perutnya sehingga diperoleh suhu optimal bagi kehidupan
bayi.
Berikut ini adalah langkah-langkah metode kangguru:
a. Mempersiapkan daerah bersih yaitu ibu embersihkan daerah dada dan perut
dengan cara mandi 2 – 3 kali sehari. Tangan dan kaki harus selalu bersih dan
hangat sebelum dipakai serta popok bayi yang basah akibat buang air besar
dan buang air kecil harus segera diganti.
b. Bayi diletakkan dalam dekapan ibu sedemikian rupa sehingga terjadi kontak
langsung antara kulit ibu dan kulit bayinya. Dengan demikian ibu tidak boleh
memakai BH, agar kontak yang berlangsung secara terus menerus antara ibu
dan bayi akan mengakibatkan suhu bayi tetap optimal yakni pada suhu 36,50C
– 37,50C.
c. Posisi bayi dalam keadaan tegak.
d. Hal ini untuk menjaga kenyamanan ibu dan bayi sedemikian rupa sehingga
pada saat ibu dalam posisi berdiri, bayi tegak, ibu dalam posisi duduk, bayi
juga tegak. Bila ibu posisi berbaring terlentang.
e. Begitupun pada saat ibu berbaring miring sesuai posisi miring ibu. Dengan
suasana seperti ini akan terus menerus mendapatkan kehangatan, kasih sayang
kemampuan dan adapun aktivitas itu seperti memasak, makan dan lain-lain.
f. Bayi tetap mengenakan popok, agar kalau buang air besar tidak mengotori
baju ibunya. Sedangkan tutup kepala dimaksudkan agar bayi tidak kedinginan
jika dihubungkan dengan program pemberian ASI. Metode ini sangat
menunjang yaitu bayi selalu dekat dengan sumber ASI sehingga frekuensi
menyusui lebih sering, bayi lebih kuat menyusui, refleks rangsang hormon
prolaktin yang mengakibatkan produksi ASI meningkat.
Pada saat dimana ibu bayi memerlukan aktivitas, peran ibu dapat digantikan
oleh keluarga yang lain (substitude mother) seperti: bapak dan anggota
lainnya.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
IV.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA jilid 1.Yogyakarta : Mediaction Publishing
Sofian, Amru. 2012. Rustan Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri operatif obtetri social edisi 3
jilid 1&2. Jakarta : EGC
Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC