Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Glukosa (suatu monosakarida), adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber
tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil selama fotosintesi dari awal bagi respirasi.
Bentuk alami glukosa disebut juga dekstrosa, terutama dalam industri pangan. Glukosa
(C6H12O6) memiliki berat molekul 180.18), termasuk dalam heksosa yaitu monosakarida yang mengandung enam
atom karbon (Lehninger 1982).
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Hal itu terjadi karena glukosa
dibentuk dari fomaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal
yang lebih penting bagi organisme tingkat ata adalah kecenderungan glukosa dibandingkan dengan gula heksosa
lainnya yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi)
mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim (Lehninger 1982).

Gambar 1. Bentuk rantai D-Glukosa.


Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami glukogenesis (Murray 2003).
Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan akan glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup
dalam makanan. Pasokan glukosa yang terus menerus diperlukan sebagai sumber energi, khususnya bagi sistem
saraf dan eritrosit Glukosa juga diperlukan di dalam jaringan adiposa sebagai sumber gliseralida-gliserol dan
mungkin glukosa juga mempunyai peran di dalam mempertahankan kadar intermediet pada siklus asam sitrat di
seluruh jaringan tubuh. Selain itu, glukosa merupakan satu-satunya bahan bakar yang memasok energi bagi otot
rangka pada keadaan anaerob (Murray 2003).
Metode Folin-Wu diperkenalkan pertama kalioleh Folin dan Wu pada tahun 1919
(Berkman 1953). Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrat darah
bebas protein dengan pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan terjadia
kibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk kationik
dariprotein. Metodeini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut,
filtrat yang terbentuklebih netral, dan proses filtrasi lebih cepat (Haden 1923).
Kadar glukosa darah yang diketahui dapat membantu memprediksi metabolismeme yang
mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan glukosa dalam
tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara
enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas
minimum,maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses
enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan memenuhi
kadar normal glukosa dalam darah ( salam serum atau plasma darah ) yaitu 65-110 mg/dL (3,6-
6,1 mmol/L) (Murray 2003).
Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam penentuan kadar
glukosa dalam darah. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada
absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap gelombang dengan panjang
berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya yang berbeda
panjang gelombangnya ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputiseluruh spektrum
nampak 400-760 mm. Spektrofotometri terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat
energi yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikutioleh
perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet. Besar penyerapan cahaya
(absorbansi) dari suatu kumpulan atom/molekul dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert. Hukum
Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu
bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang. Hukum Lambert ini
tentunya hanya berlaku jika di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun
proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut (Sentrabd, 2007).
Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menentukan kadar gula pereduksi (glukosa)
dalam darah dengan metode spektrofotometri, melakukan pemisahan/isolasi suatu makromolekul
polisakarida dalam jaringan hewan dan dapat membedakan perbedaan hidrolisis glikogen oleh
enzim dan oleh asam mineral

Alat dan bahan


Praktikum dilakukan di laboratorium biokimia pada hari Senin tanggal 5 Desember
2011 pukul 13.00-16.00WIB. Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu tabung reaksi,
pengaduk, pipet tetes, pipet volumetrik, corong plastik, kertas saring, dan gelas piala. Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini berupa darah, akuades, Na-wolframat 10%, H2SO4 0.67 N,
standar glukosa, larutan kupritatrat, dan fosfomolibdat.

Prosedur Percobaan
Penentuan kadar glukosa dalam darah dilakukan dengan berbagai percobaan. Percobaan
pertama yaitu dengan 1 ml darah dimasukkan ke dalam erlenmeyer kecil dengan digunakan pipet
volumetrik agar hasilnya lebih akurat. Kemudian ditambahkan 7 ml akuades, 1 ml Na-wolframat,
dan 1 ml H2SO4 0.67N (setetes demi tetes). Penambahan H2SO4 tersebut disertai dengan
pengadukan secara perlahan tiap tetesnya. Setelah dicampur (hingga homogen), larutan dibiarkan
selama 10 menit dan disaring dengan kertas saring untuk diambil filtratnya. Apabila filtrat yang
didapat maka dilakukan penambahan H2SO4 lagi dengan volume yang sama (1 ml) lalu disaring
lagi. Penambahan dilakukan hingga filtrat yang didapat jernih.
Percobaan selanjutnya disiapkan 3 tabung Folin Wu dalam percobaan tabung Folin Wu
diganti dengan tabung reaksi. Pada tabung yang pertama dimasukkan 1 ml filtrat dan 1 ml
kupritartrat. Tabung kedua diisi 1 ml standar glukosa dan 1 ml kupritartrat. Dan tabung ketiga
diisi dengan 1 ml akuades dan 1 ml kupritartrat. Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan
dalam air mendidih selama 8 menit secara bersamaan. Setelah itu, ketiga tabung didinginkan
dalam gelas piala yang berisi air dingin. Tiap tabung lalu diencerkan dengan 7 ml akuades dan
ditanbahkan 1 ml fosfomolibdat. Tahap akhirnya yaitu intensitas warnanya diukur dengan
digunakan spektronik-20. pada panjang gelombang 660 nm.

Hasil Pengamatan
Tabel 1 Penentuan Kadar Glukosa Darah dari Darah Ayam
Larutan Absorbansi Kadar Glukosa Darah (mg/ml)
Blanko 0 -
Standar Glukosa 0,14 1.00
Sampel 1 0,48 1.09
Sampel 2 0,49 1.11
Sampel 3 0,35 0.79
Contoh perhitungan:

Kadar glukosa darah (mg/ml) :


Nilai Sampel :
Nilai absorbansi standar : 0.44-0= 0.44

Kadar glukosa darah pada sample 1= mg/mL

Gambar 1. Uji glukosa darah (a.


Sampel1, b. Sampel 2, c. Sampel 3, d.
Standar glukosa, dan e. Blanko) setelah
ditambahkan akuades

Gambar 1. Uji glukosa darah (a.


Sampel1, b. Sampel 2, c. Sampel 3, d.
Standar glukosa, dan e. Blanko) sebelum
ditambahkan akuades

a
Pembahasan
Glukosa diuraikan dalam sel untuk menghasilkan
tenaga. Gula darah meningkat setelah kita makan atau
minum sesuatu yang bukan air putih biasa. Kadar glukosa
yang tinggi, yang disebut hiperglisemia, merupakan tanda
penyakit diabetes melitus. Gula darah yang tinggi lambat
laun dapat merusak mata, saraf, ginjal atau jantung. Kadar
yang tinggi ini dapat disebabkan oleh efek samping protease
inhibitor (PI). Gula darah yang rendah, yang
disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kelelahan. Hal ini
hanya salah satu penyebab kelelahan. Pada orang sehat, gula darah dikendalikan oleh
insulin (Spiritia 2004).

( Spiritia 2004)
Gambar 1 Struktur Kimia Glukosa
Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dari darah
masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas
kita tidak membuat cukup insulin. Atau, jumlah insulinnya cukup namun tubuhnya tidak bereaksi
secara normal. Ini disebut ‘resistansi insulin’. Apa pun alasannya, sel-sel tidak memperoleh
glukosa secukupnya untuk dijadikan tenaga, dan glukosa menumpuk dalam darah. Beberapa
orang yang memakai PI mengalami resistansi insulin dan kadar gula darahnya dapat meningkat
tajam. Keadaan ini kadang kala diobati dengan obat yang biasa dipakai untuk diabetes. Belum
ada tes darah yang sederhana untuk resistansi insulin (Dische 1954).
Metode yang banyak digunakan untuk perhitungan glukosa darah bergantung pada
kemampuan glukosa untuk mereduksi l larutan tembaga alkali. Pereaksi mengandung asam
fosfomolibdat yang dapat membentuk kompleks berwarna biru akibat adanya
kombinasi tembaga tereduksi (Dische 1954). Namun metode ini memiliki kerugian, yaitu warna
berangsur-angsur memudar dibandingkan dengan larutan standar glukosa dengan perlakuan yang
sama. Metode Folin-Wu diperkenalkan pertama kalioleh Folin dan Wu pada tahun 1919
(Berkman 1953). Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrat darah
bebas protein dengan pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan terjadia
kibat adanya kombinasi anion asam dengan bentukkationik
dari protein. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut,
filtratyang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi lebih cepat (Haden 1923).
Uji glukosa darah pada praktikum ini menggunakan
metode spektofotometri. Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam
penentuan kadar glukosa dalam darah. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang
didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahayaterdiri dari radias gelombang dengan
panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang berlainan sedangkan campuran cahaya
dengan panjang-panjangini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh
spektrum nampak 400-760 mm. Spektrofotometri terjadi bila perpindahan elektron dari tingkat
energi yang rendah ket ingkat energi yanglebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikutioleh
perubahan arah spin, hal inidikenal dengan sebutantereksitasi singlet. Prinsip kerja
spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert B eer, bila cahaya monokromatik melalui suatu
media, maka sebagian cahaya disebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian dipancarkan
(Spiritia 1967). Perubahan warna yangterjadi diamati danintensitas warnanya diamati dengan
spektronik-20 pada panjang gelombang 660 nm (Lehninger 1982)
Pengamatan dengan spektronik-20 menggunakan prinsip hukum Lambert Beer. Faktor
yang mempengaruhi adalah konsentrasi larutan dan bentuk wadah. Bagian sinar yang diserap
akan tergantung pada berapa banyak molekul yang beinteraksi dengan sinar. Bayangkan anda
memiliki zat warna organik yang kuat/tajam. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka
akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi
dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat
warnanya. Absorbansinya sangat rendah. Jika ingin membandingkan zat warna tersebut dengan
senyawa lain, namun tidak mengetahui konsentrasinya, maka tidak akan dapat dibuat
perbandingan dengan baik tentang senyawa mana yang menyerap sinar lebih banyak. Bentuk
wadah yang semakin panjang akan mempengaruhi panjang larutan sehingga sinar akan lebih
banyak diserap karena sinar berinteraksi dengan lebih banyak molekul (Murray 2003).
Praktikum kali ini digunakan beberapa pelarut dan pereaksi. Larutan
tersebut antara lain adalah kupritartratalkalis, fosfomolibdat, standar glukosa, H2SO4, Na-
Wolframat, dan akuades.Fungsi penambahan akuades adalah mengencerkan darah sehingga
albumin dalam darah akanlarut oleh akuades. Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air
serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur.
Penambahan Na-wolframat bertujuan mengendapkan albumin yangterlarut dalam air.
H2SO4 berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin 6 oleh Na-
wolframat. Larutan kupritartrat ditambahkan untuk membentukan warna biru ketika ditambahkan
pereaksi fosfomolibdat, karena larutan ini mengandung asamlaktat danion Cu+. Hal ini sesuai
dengan prinsip uji tauber yang memberikan hasil positif (warna biru) pada larutan yang
mengandung monosakarida (glukosa). Penambahan H2SO4 bertujuan menciptakan suasana asam
karena reaksi dengan fosfomolibdat terjadi pada suasana asam. Fungsi pemanasan selama 8
menit bertujuan untuk mempercepat reaksi (Poedjiadji 1994).
Pada penambahan kupritartrat, ion kupri akan direduksi oleh gula menjadi kupro dan
mengendap sebagai Cu2O. Dengan menambahan pereaksi fosfomolibdat kuprooksida melarut
lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru tua disebabkan oleh adanya oksidasi Mo.
Intensitaas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrate (Murray
2003).
Pada keadaan setelah penyerapan makanan, kadar glukosa darah pada manusia dan
banyak mamalia berkisar antara 4.5-5.5 mmol/L (Murray 2003). Setelah ingesti makanan yang
mengandung karbohidrat, kadartersebut dapat naik hingga 6.5-7.2 mmol/L. Saat puasa, kadar
glukosa darah akan turun menjadi sekitar 3.3-3.9 mmol/L.
Sampel darah yang digunakan untuk pengujian kadar glukosa dalam darah berasal dari
darah ayam. Kadar gula darah normal pada ternak ruminansia bervariasi, yaitu antara 40 – 60
mg/100 ml dan 35 - 55 mg/100 ml (Poedjiadji 1994). Glukosa darah berasal dari beberapa
sumber, antara lain adalah dari karbohidrat makanan, dari senyawa glikogenik melalui
glikoneogenesis, dan dari glikogen hati oleh glikogenesis Pada ternak ruminansia, dikenal
adanya sistem penjaga kadar glukosa dalam darah melalui proses glikolisis, glikogenesis dan lain
sebagainya, sehingga konsentrasi glukosa darah relatif konstan (Poedjiadji 1994).
Hasil pengamatan dan perhitungan menunjukkan bahwa kadar glukosa yang diperoleh
dari darah ayam adalah 0,79-1,11. Berdasarkan larutan standar glukosa sebesar 1,00. Hal tersebut
menunjukan bahwa berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai glukosa darah pada sampel
masih pada batas normal. Sampel tersebut tidak mengalami kelebihan kadar glukosa dalam darah
ataupun kekurangan kadar glukosa dalam darah. Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh
aktifitas tubuh, kesehatan dan faktor genetik.
Kesimpulan
Metode Follin-Wu dapatdigunakan untuk menentukan kadar glukosa dalam darah.Metode
ini menggunakan spektrofotometri. Spektrofotometri adalah metode analisis yang didasarkan
pada absorbs radiasi gelombang elektromagnetik. Prinsip kerja spektrofotometri didasarkan pada
Hukum Lambert-Beer. Kadar glukosa dari darah sapi yang diamati oleh kelompok praktikan
mempunyai nilai berkisar 1.09 mg/ ml. Kadar glukosa tersebut bernilai lebih rendah dari yang
seharusnya, sehingga sapi yang diambil darahnya dianggap praktikan menderita glisemia. Hal ini
mungkin disebabkan karena sapi belum makan saat darahnya diambil.

Daftar Pustaka
Dawn B. Marks, et al. Dasar-Dasar Kimiawi dan Biologis Biokimia. Dalam: Biokimia Kedokteran
Dasar. Jakarta: EGC. 2000: 96-125.
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.
Hawab, H. Mansyur. 2005. Pengantar Biokimia. Malang : Bayumedia.
Keenan, Charles W, Donald C. Kleinfelter dan Jesse H. Wood. 1992. Ilmu Kimia untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga.
Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga, Jakarta.
Poedjiadji, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Suharso Martoharsono. Enzim. Dalam: Biokimia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1986: 74.
http://machiato-affa.blogspot.com/2011/12/kadar-glukosa-dalam-darah.html

Anda mungkin juga menyukai