Anda di halaman 1dari 27

Case Report Session

Labioschisis

Oleh :

Mega Riska
1210070100052

Pembimbing :
dr. Khomeini, Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


SMF ILMU BEDAH RSI SITI RAHMAH
PADANG
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT saya panjatkan karena dengan rahmatNya saya
dapat menyelesaikan tugas Case Report Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSI Siti
Rahmah Padang dengan judul Labioschisis ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penyusunan Case Report ini adalah untuk memenuhi
tugas kepaniteraan klinik di RSI Siti Rahmah. Selain itu, penyusunan Case Report ini
juga bertujuan agar penyusun lebih memahami tentang kasus Labioschisis.
Dalam penyusunan case report ini, penyusun banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Khomeini Sp.B selaku
pembimbing atas segala bimbingan dan membagi pengalaman yang berharga dalam
penyusunan case report ini.
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa case report ini masih jauh dari
sempurna, baik dari pemikiran, pengetahuan, penyusunan bahasa, maupun
sistematika. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak yang membaca case report ini sangat diharapkan guna menjadi pelajaran bagi
penyusun dalam menyusun case report di waktu yang akan datang. Dan semoga case
report ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Padang, 28 desember
2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………i


DAFTAR ISI ……………………………………………...ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …..………………..........................................1

BAB II. TINJAUAN


………………………………………………2
KEPUSTAKAAN
………………………………………………4
2.1. Anatomi
………………………………………………5
2.2. Definisi
………………………………………………6
2.3. Etiologi
………………………………………………7
2.4. Patofisiologi.
………………………………………………8
2.5. klasifikasi
………………………………………………10
2.6.
………………………………………………11
2.7. Gambaran Klinis
………………………………………………13
2.8. Pemeriksaan Penunjang
………………………………………………17
2.9. Penatalaksanaan.
2.10. Komplikasi

BAB IV PENUTUP
………………………………………………22
4.1. Kesimpulan

………………………………………………21
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Labioschisis adalah suatu kelainan bawaan berupa celah pada bibir
atas di antara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat komplit dan inkomplit.
Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral dan jika celah terdapat
pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral. Kelainan ini terjadi karena
adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama yang menyebabkan
1,2
tergangguanya proses tumbuh kembang janin.
Permasalahan pada penderita celah pada bibir dan langit-langit
sudah muncul sejak penderita lahir. Derita psikis yang dialami pula oleh
penderita setelah menyadari dirinya berbeda dengan yang lain. Secara
fisik adanya celah akan membuat kesukaran minum karena adanya daya
hisap yang kurang. Se1ain itu terjadi permasalahan dalam segi
estetik/kosmetik, perkembangan gigi yang tidak sempurna serta gangguan
pertumbuhan rahang dan gangguan bicara berupa suara sengau. Penyulit
yang juga mungkin terjadi pada penderita celah bibir adalah infeksi pada
1
telinga tengah hingga gangguan pendengaran.
Pada orang kulit putih, cleft lip dengan atau tanpa cleft palate
ditemukan sekitar 1 dari 1000 kelahiran hidup, dua kali lebih banyak di
banding populasi di Asia dan setengah dari populasi di Amerika. Kelainan
ini lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita, juga dikatakan
bahwa kelainan ini lebih banyak ditemukan pada sisi wajah sebelah kiri
3,4,5,6
daripada sebelah kanan.
Secara umum, kelainan ini disebabkan oleh kombinasi faktor
genetik dan lingkungan. Sekitar 33- 36 % dari kasus yang ditemukan
menunjukkan riwayat keluarga yang menderita celah pada bibir berisiko
menderita kelainan yang sama. Cleft lip dengan atau palate dikaitkan
dengan lebih dari 150 sindrom, sindrom yang paling umum adalah Van der
Woude. Sedangkan faktor lingkungan antara lain infeksi virus misalnya
Rubella, penggunaan obat-obat teratogenik selama trimester
pertama kehamilan seperti steroid dan antikonvulsan, penyalahgunaan
alkohol, kebiasaaan merokok saat hamil, serta kekurangan nutrisi saat
hamil khususnya asam folat 3,4,5,6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Anatomi bibir dan hidung merupakan hal yang penting dalam
memahami kelainan yang disebabkan oleh celah facial. Elemen yang
terdapat pada bibir normal terdiri dari philtrum sentral, sebelah lateral
dibatasi oleh collum philtral dan sebelah inferior dibatasi oleh tuberkel
dan cupid bow. Cupid bow merupakan bagian tengah dari bibir atas yang
dibentuk oleh philtrum groove dan collum philtral yang kedalamannya
berbeda untuk tiap individu, sedangkan tuberkel adalah bagian tengah
vermillion yang menonjol. Pertemuan antara vermillion dan kulit
merupakan jembatan mukokutaneus yang biasa disebut white roll. Dua
cuping hidung dipisahkan oleh kolumella pada bagian luar dan septum
4,5
pada bagian dalam.

Gambar . Anatomi Bibir


Bibir bagian bawah memiliki satu unit kosmetik yaitu pada bagian mental crease
yang memisahkan bibir dengan dagu. Vermilion merupakan bagian bibir yang
paling penting dari sisi kosmetik. Lapisan sagital bibir dari luar ke dalam yaitu
epidermis, dermis, jaringan subkutaneus, m. orbicularis oris, submukosa dan
mukosa. Bibir atas yang normal mempunyai otot orbicularis oris utuh, 2 buah
philthrum ridge yang sejajar dan sama panjang dengan di tengahnya terbentuk
philthrum collum. Disamping itu mempunyai cupid bow, dibagian permukaan
7
mempunyai vermilion yang simetris.
Otot primer pada bibir adalah orbicularis oris, yang memiliki dua
komponen yaitu komponen eksternal dan internal. Serabut otot internal
berjalan horizontal atau sirkumferensial yang berperan dalam proses
makan. Sedangkan serabut otot eksternal berjalan obliq dan berfungsi
4,5
untuk membentuk ekspresi dan pergerakan bibir saat berbicara.
Kompetensi oris dikendalikan oleh m. orbicularis oris, dengan
musculus ekspresi wajah lainnya daerah otot ini dikenal dengan istilah
modiolus.
1. Muskulus elevator terdiri dari m. levator labii superior alaeque nasi, m.
levator labii superior, m. zygomaticum major, m. zygomaticum minor
dan m. levator anguli oris.
2. Muskulus retraktor bibir atas disusun oleh m. zygomaticum major, m.
zygomaticum minor dan m. levator anguli oris.
3. Muskulus depresor meliputi m. depresor anguli oris dan m. depresor
labii
inferior. Muskulus retraktor bibir bawah terdiri dari m. depresor anguli
oris dan m. platysma, sedangkan m. mentalis berfungsi untuk protrusi
8
bibir.
Serabut superficial dari orbicularis menembus garis tengah dan
masuk ke lateral kulit yang berlawanan dengan philtral groove forming
dari philtrum collum. Hasilnya bagian sentral philtral collum tertekan
akibat tidak adanya serabut otot yang secara langsung masuk ke dermis
pada garis tengahnya. Tuberkel bibir terbentuk oleh pars marginalis,
pembagian orbicularis sepanjang vermillion membentuk tuberkel bibir
5,6
dengan terjadinya eversi dari otot, vermillion cutaneous junction.
Pada bibir atas, levator labii superioris berperan dalam
pembentukan bibir. Serabutnya berjalan dari arah medial lingkaran
infraorbita, melingkupi kebawah masuk ke daerah dekat vermillion
cutaneus junction. Hampir semua dari serabut medial elevator labii
superioris ke bawah untuk masuk ke sudut ipsilateral dari collum philtrum
dan vermillion junction, membantu untuk mempertahankan daerah
4,5
terbawah collum philtrum dan puncak dari cupid bow.

Gambar . Otot pada bibir


(A – m. levator labii superioris, B – m. zygomaticus minor, C - m.
zygomaticus major, D - m. risorius, E - m. depressor anguli oris, F - m.
labii inferioris, G - m. orbicularis oris)

Begitu halnya dengan otot-otot nasal juga memegang peranan


penting. Levator superioris alaeque berjalan dari arah processus frontralis
maxillaris dan masuk pada permukaan mukosa pada bibir dan ala nasalis
transverse berjalan sepanjang dorsum nasal dan melingkupi sekeliling ala
untuk masuk sepanjang ambang nasi dari lateral ke medial menuju tulang
nasal anterior dan puncak incisal. Kemudian seratnya bergabung dengan
serabut obliq dari orbicularis dan depressi septi, dimana berjalan dari
alveolus diantara sentral dan lateral incisors kemudian masuk ke kulit
4,5
culomella selanjutnya ke puncak nasi dan lantai dasar dari crura media.
Celah unilateral demikian mengganggu perjalaran akhir
yang normal serabut otot yang menyilang embryologic fault line dari
processus nasalis dan maxillaris. Hasilnya simetris tetapi terjadi
pembentukan otot yang abnormal diantara equilibrium normal yang ada
dengan kelompok otot oral dan nasolabial. Dengan adanya premaksila
yang tidak terkendali, terbentuk deformitas dengan perbedaan
pertumbuhan dari masing-masing elemen. Alar cartilages merenggang
keluar dan berputar ke arah caudal, dimana terjadi subluksasi dari posisi
yang normal. Konsekuensinya puncak nasi melebar, columella memendek
4,5
serta dasar ala nasi berputar menjauhi kepala.
Vaskularisasi berasal dari a. labialis superior dan inferior,
cabang dari a. facialis. Arteri labialis terletak antara m. orbicularis oris dan
8
submukosa sampai zona transisi vemlilion-mukosa.
Inervasi
Inervasi sensoris bibir atas berasal dari cabang n. cranialis V (n.
trigeminus) dan n. infraorbitalis. Bibir bawah mendapat inervasi sensoris
dari n. mentalis. Pengetahuan inervasi sensoris ini penting untuk
melakukan tindakan blok anestesi. Inervasi motorik bibir berasal dari n.
cranialis VII (n. facialis). Ramus buccalis n.facialis menginervasi m.
orbicularis oris dan m. elevator labii. Ramus mandibularis n. facialis
8
menginervasi m. orbicularis oris dan m. depressor labii.
2.2 Definisi
Labioschisis adalah suatu kelainan bawaan berupa celah pada bibir
atas di antara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat komplit dan inkomplit.
Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral dan jika celah terdapat
pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral. Kelainan ini terjadi karena
adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama yang menyebabkan
tergangguanya proses tumbuh kembang janin.
2.3. Etiologi
 Genetik
 Lingkungan:
 Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama
masa embrional (gangguan sirkulasi fetomaternal) dan
adanya defisiensi asam folat, vit C dan Zn
 Teratogen berupa obat-obatan, kontrasepsi hormonal
dan jamu
 Infeksi seperti toxoplasma dan klamidia
 Nutrien serta metaolisme kolesterol
 Gabungan genetic dan lingkungan

2.4 Patofisiologi
Ketika proses perkembangan embriologi dari kepala dan leher
6,11
terjadi, akan diikuti dengan proses pembentukan celah pada wajah.
Selama minggu ketiga dan kedelapan, lima prominences pada wajah
digabungkan. Bibir kemudian berkembang antara minggu ketiga dan
ketujuh yang diikuti dengan langit-langit antara minggu kelima dan kedua
belas minggu. Karena proses ini sangat rumit, beberapa faktor-faktor
genetik dan lingkungan dapat mempengaruhi jenis dan tingkat keparahan
celah bibir dan langit-langit dan mengakibatkan kerusakan jaringan
11
berbagai yang terlibat.
Terjadi fusi antara prominensia maxillaris, nasal media dan lateral
melalui apoptosis, diferensiasi epithelial, dan subepitelial mesenkim.
Celah bibir dan celah palatum terjadi jika terdapat kegagalan fusi dari
jaringan ini. Beberapa penelitian menunjukkan kelainan ini merupakan
akibat sekunder dari defek pertumbuhan mesenkim atau differensiasi
epitel. Selain itu kesalahan dari pemprograman genetic juga dapat
mengganggu fusi prominensia maxillaries dan nasal medial. Akibatnya,
suplai darah dan otot terganggu dan mengakibatkan terjadinya cacat pada
11
bibir dan palatum.

2.5 . Klasifikasi
Celah pada bibir dapat dibedakan menjadi unilateral dan bilateral.
Selain itu, dapat pula dibagi menjadi komplit, inkomplit, dan mikroform.
Microform merupakan bentuk yang paling ringan. Mikrofrom tampak
sebagai defek kecil pada bagian atas dari vermilion sehingga batas dari
mukokutan hilang
Pembagian berdasarkan International Classification of the Diseases
(ICD), mencakup celah anatomis organ terlibat, lengkap atau tidaknya
celah, unilateral atau bilateral yang digunakan untuk sistem pencatatan dan
pelaporan yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO).8
Selain itu, celah pada bibir dapat dikelompokkan menjadi 2
kategori:
unilateral komplit atau inkomplit dan bilateral komplit atau inkomplit.11
1. Unilateral komplit. Jika celah bibir yang terjadi hanya di salah satu sisi
bibir dan memanjang hingga ke hidung atau dengan kata lain unilateral
komplit memberikan gambaran keadaan dimana te1ah terjadi
pemisahan pada salah satu sisi bibir, cuping hidung dan gusi. Unilateral
komplit memiliki dasar dari palatum durum yang merupakan daerah
bawah daripada kartilago hidung.

Gambar . Tipe unilateral komplit

2. Unilateral Inkomplit. Jika celah bibir terjadi hanya disalah satu sisi
bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung atau dengan kata lain
bahwa unilateral inkomplit memberikan gambaran keadaan dimana
terjadi pemisahan pada salah satu sisi bibir, namun pada hidung tidak
mengalami kelainan
3. Bilateral Komplit. Jika celah bibir terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung. Dapat terlihat adanya penonjolan pada
daerah premaxilla, yang disebabkan tidak adanya hubungan dengan
daerah lateral dari palatum durum.

4. Bilateral Inkomplit. Jika celah ini terjadi secara inkomplit dimana


kedua hidung dan daerah kedua premaxilla tidak mengalarni pemisahan
dan hanya menyertakan dua sisi bibir.

Sistem Kode Lokasi Celah


Ada cara penulisan lokasi celah bibir dan langit-langit yang
diperkenalkan oleh Otto Kriens, yaitu sistem LAHSHAL yang sangat
sederhana dapat menjelaskan setiap lokasi celah pada bibir, alveolar, hard
palate dan soft palate. Kelainan komplit, inkomplit, microform, unilateral
1
atau bilateral.
Bibir disingkat sebagai L (lips), gusi disingkat sebagai A (alveolar),
langit-Iangit dibagi menjadi dua bagian yaitu H (hard palate) dan S (soft
palate). Bila norrnal (tidak ada celah) maka urutannya dicoret, celah
komplit (lengkap) dengan huruf besar, celah inkomplit (tidak lengkap)
dengan huruf kecil dan huruf kecil dalam kurung untuk kelainan
microform. Pemakaian sistem LAHSHAL ini juga sesuai dengan ICD
1
(International Code Of Diagnosis).
LAHSAL SYSTEM
L=Lip; A=Alveolus; H=Hard Palate; S=Soft Palate
 S selalu di tengah
 Yang mendahului S adalah bagian kanan dan sesudah S adalah bagian
kiri
 Huruf besar menunjukkan bentuk ce1ah total
 Huruf kecil menunjukkan bentuk partial
 Di dalam kurung adalah bentuk microform
 Strip berarti normal atau intak.

Gambar :Sistem LAHSHAL


Contoh :
1. CLP/L-----L
Cleft Lip and Palate lokasi celah berada di bibir kanan dan kiri,
celah komplit 2. CLP/-----SHAL
CLP dengan lokasi celah komplit pada soft palate, alveolus dan bibir
bagian kiri. 3. CLP/ i-----
1
CLP celah bibir sebelah kanan inkomplit.

2.6. Diagnosis
Diagnosis Cleft lip and palate ditegakkan berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Pada anamnesis adanya keluhan yang diderita sejak lahir berupa


celah pada bibir yang menyebabkan kesulitan menyusui, makan,
berbicara, dan kesulitan mendengar. Riwayat keluarga dengan keluhan
serupa, adanya riwayat defisiensi nutrisi/vitamin pada ibu dan penggunaan
obat-obatan teratogenik selama trimester pertama kehamilan, serta adanya
2,5,8
riwayat penyalahgunaan alcohol dan kebiasaan merokok saat hamil.
2. Pemeriksaan Fisis
Pada pemeriksaan Fisis di daerah wajah diagnosis Cleft Lip dapat
di tegakkan. Pembagian berdasarkan International Classification of the
Diseases (ICD), mencakup celah anatomis organ terlibat, lengkap atau
tidaknya celah, unilateral atau bilateral; digunakan untuk sistem
pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh World Health Organization
8
(WHO).
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada saat dalam kehamilan, pemeriksaan celah dini pada janin
dapat kita lihat dengan menggunakan transvagina ultrasonografi pada
minggu ke-l1 masa kehamilan dan bisa juga dideteksi dengan
menggunakan transabdominal ultrasonografi pada usia kehamilan minggu
ke-16.

Namun, dalam mendiagnosis deformitas bibir atau langit-langit


ultrasonographer harus dapat melihat wajah janin. Hal ini sering tidak
mudah dan tes mungkin harus diulangi beberapa kali. Salah satu studi
besar melaporkan bahwa kurang dari sepertiga dari deformitas (celah)
bibir dan langit-langit kasus sebelumnya didiagnosis dengan USG.
Tingkat deteksi bervariasi tergantung pada keahlian sonographer,
kehamilan usia, kehadiran anomali lain, dan keterampilan radiolog
10,13
membaca film.
Jika celah pada bibir dapat dideteksi, maka janin kemungkinan
mengalami malformasi, gangguan kromosom atau kedua-duanya.
Bagaimanapun seorang dokter ahli dapat mendiagnosa sekitar 80% dari
pemeriksaan prenatal jika mereka menggunakan 3-dimensi ultrasonografi.
Untuk mendeteksi celah pada langit-langit sepertinya agak sulit jika
menggunakan ultrasonografi. MRI lebih memiliki ketelitian lebih baik
10,13
dibandingkan ultrasonografi.
(a) (b)

2.7. Penatalaksanaan

Penderita Cleft Lip mengalami berbagai permasalahan yang


ditimbulkan akibat cacat ini adalah psikis, fungsi, dan estetik dimana
ketiganya saling berhubungan. Untuk fungsi dan nilai estetik baik untuk
bibir, hidung dan rahangnya diperlukan pembedahan. Disamping jasa
seorang spesialis Bedah Plastik juga dibutuhkan sebuah tim dokter lain yang
terdiri dati dokter THT, dokter gigi spesialis ortodentis, dokter anak, tim
terapi bicara dan pekerja sosial.2,3

Bayi yang baru lahir dengan Cleft Lip segera dipertemukan dengan
pekerja sosial untuk diberi penerangan (edukasi) agar keluarga penderita
tidak mengalami stress dan menerangkan harapan yang bisa didapatkan
dengan perawatan yang menyeluruh bagi anaknya. Selain itu dijelaskan
juga masalah yang akan dihadapi kelak pada anak. Menerangkan
bagaimana memberi minum bayi agar tidak banyak yang tumpah. Pekerja
sosial membuatkan suatu record psicososial pasien dari sini diambil
sebagai bagian record Cleft Lip pada umumnya. Pekerja sosial akan
mengikuti perkembangan psikososial anak serta keadaan keluarga dan
lingkungannya. Ahli THT untuk mencegah dan menangani timbulnya
otitis media dan kontrol pendengaran.1

2.8. Preoperasi

Sebeum dilakukan observasi pada penderita kondisi bayi harus


sehat, tindakan pembedahan mengikuti tata cara ""rule of ten": bayi
berumur lebih 10 minggu, berat 10 pon atau 5 kg, dan memiliki
hemoglobin lebih dari 10 gr% dan tak ada infeksi lekosit di bawah
10.000.1,10
Memberikan penerangan terhadap keluarga penderita sehingga
tidak stress dan menerangkan harapan nyata yang bisa didapat dengan
perawatan menyeluruh bagi anaknya. Selanjutnya menginstruksikan
kepada keluarga penderita untuk konsisten memperhatikan penderita sejak
lahir hingga dewasa tanpa memperlihatkan empati yang berlebih.5
Dalam penanganan penderita Cleft lip dipedukan kerjasama para
spesialis dalam suatu tim yang akan diatur dalam sebuah protokol Cleft
lip, yaitu:1
1. Pasien umur 3 bulan (the over tens)
a. Operasi bibir dan hidung
b. Pencetakan model gigi
c. Evaluasi telinga
d. Pemasangan grommets bila perlu
2. Pasien umur 10 - 12 bulan
a. Operasi palatum
b. Evaluasi pendengarann dan telinga
3. Pasien umur 1 - 4 tahun
a. Evaluasi bicara, dimulai 3 bulan pasca operasi, follow up dilakukan
oleh speech pathologist.
b. Evaluasi pendengaran dan telinga
4. Pasien umur 4 tahun
Kalau bicara tetap jelek dipertimbangkan repalatografy atau
pharyngoplasty.
5. Pasien umur 6 tahun
a. Evaluasi gigi dan rahang, pembuatan model
b. Melakukan nasoendoskopi bagi yang memerlukan
c. Evaluasi pendengaran
6. Pasien umur
9-10 tahun
Alveolar
bone graft
7. Pasien umur 12 -13 tahun
a. Final touch untuk operasi-operasi yang dulu pemah dilakukan, bila
masih ada kekurangannya.
8. Pasien umur 17 tahun
a. Evaluasi tulang-tulang muka
b. Operasi advancement osteotomy Le Fort I

2.8. Intraoperesi (Teknik Pembedahan Celah Bibir)


1. Teknik untuk Mikroform Cleft Lip
Hal penting yang perlu di perhatikan dalam mengevaluasi celah tipe
mikroform adalah ketinggian vertical bibir. Jika ketinggian vertical bibir
mendekati normal maka ketidakseimbangan ini dapat dihilangkan dengan
elips eksisi. Flap triangular dari dari white roll dan vermillon dapat
digunakan untuk menyeimbangkan penutupan celah yang dikenal dengan
teknik double unilimb Z-Plasty dimana didapatkan skar luka hanya teratas
4,14
pada bagian bawah bibir.

Gambar. Titik-titik anatomi Cornu-vermilion-mukosa (Kiri).


Desain dua segitiga isosceles lateral (Cornu dan vermilion)
(kanan)
2. Teknik untuk unilateral cleft lip
Beberapa prosedur bedah untuk memperbaiki unilateral cleft lip
telah dikemukakan dengan variasi yang beragam antara lain "Rose-
Thompson Straight Line Closure, Randall-Tennison triangular flap repair,
Millard rotation-advancement repair, LeMesurier quadrilateral flap
repair, Lip adhesion, and Skoog dan Kernahan-Bauer upper dan lower lip
Z-plasty repair. Dan masih banyak lagi teknik-teknik yang lain seperti
teknik Delaire dan teknik Poole. Setiap teknik tersebut bertujuan untuk
mengembalikan kontuinitas dan fungsi dari musculus orbicularis dan
menghasilkan anatomis yang simetris. Kesemuanya mencoba untuk
memperpanjang pemendekan philtrum pada bagian bercelah dengan
melekatkan jaringan dari elemen bibir lateral ke elemen bibir medial,
dengan menggunakan berbagai kombinasi antara lain merotasi,
3,5
memajukan. dan mentransposisikan penutup.
Teknik Rose Thompsonn straight line closure merupakan teknik
untuk penyambungan linear defek minimal dari lengkung bibir dengan
pertimbangan megenai titik anatomis yang ada. Teknik Hagedorn-
LeMesurier, dimana unsur medialis bibir diperpanjang dengan
memperkenalkan sebuah lipatan quadrilateral yang dikembangkan dari
unsur bibir lateral. Sedangkan teknik Skoog, unsur medialis bibir
diperpanjang dengan memperkenalkan dua lipatan segitiga kecil yang
dikembangkan dari unsur bibir lateral. Dua teknik yang sering digunakan
3,5
yaitu teknik triangular (Tennison Randall) dan teknik rotasi Millard..
Tennison Randall menggunakan flap triangular dari sisi lateral,
dimasukkan ke sudut di sisi medial dari celah tepat di atas batas
vermillion, melintasi collum philtral sampai ke puncak cupid. Triangle ini
menambah panjang di sisi terpendek dari bibir. Teknik ini menghasilkan
panjang bibir yang baik tetapi jaringan parut yang terbentuk tidak terlihat
3,5
alami.
Gambar. Teknik Tennison Randall

Teknik Milliard Rotation Advancement adalah teknik yang dikembangkan


oleh Milliard dengan perbaikan bertahap cocok untuk memperbaiki baik
cleft lip komplit maupun inkomplit. Teknik ini sederhana, tapi diperlukan
mata yang baik dan tangan yang bebas karena merupakan teknik-teknik
'cut as you go' bagian nasal rekonstruksi harus didudukkan pada posisi
anatomi sphincter oral, rotasi seluruh crus lateral + medial dari kartilago
lateral, rekonstruksi dasar hidung (baik lebar dan tingginya) dengan
koreksi asimetris maksila yang hipoplastik untuk meninggikan ala bawah
yang mengalami deformitas dan penempatan kolumella dan septum nasi
ke midline untuk memperoleh nostril yang simetris. Keuntungan dari
teknik rotasi Millard adalah jaringan parut yang terbentuk berada pada
3
jalur anatomi normal dari collum philtral dan batas hidung.

Gambar .Teknik Millard


Teknik Millard membuat dua flap yang berlawanan di mana pada
sisi medial dirotasi ke bawah dari kolumella untuk menurunkan titik
puncak ke posisi normal dan sisi lateral dimasukkan ke arah garis tengah
3
untuk menutupi defek pada dasar kolumella.
Bagian bibir yang normal disiapkan untuk menerima bagian sisi
yang sumbing pada teknik Miliard, untuk itu maka sisi yang sehat dengan
cupid’s bow harus diiris sepanjang bawah kolumella dan dibebaskan ke
bawah, ke arah estetika normal. Bagian bibir yang sumbing harus diiris
sedemikian rupa untuk mengisi gap celah yang telah disiapkan pada bibir
3,5
yang sehat.
3. Teknik untuk Bilateral Cleft Lip
Sebuah prosedur bedah yang dengan banyak variasi untuk perbaikan dari
bilateral cleft lip telah banyak dijelaskan oleh para ahli. Diantaranya
adalah teknik yang diperkenalkan Veau III, Tennison , Manchester ,
Millard , dan lain-lain. Dua metode umum yang digunakan untuk
membangun pusat bibir vermilion . Pertama. melibatkan mukosa terlihat
pada aspek yang lebih rendah dari prolabial kulit untuk membentuk pusat
vermilion , seperti yang digunakan Manchester. Manchester tidak
mengembalikan kontinuitas orbicularis oris. Teknik ini tidak memberikan
hasil yang memuaskan karena mengakibatkan penampilan abnormal pada
bibir atas. Sebaliknya, Millard memperbaiki ketinggian lengkap terlibat
prolabium dan reconstitution orbicularis di premaxilla. Selain itu, Millard
membelok segmen lateral prolabium yang dimaksudkan untuk
menambahkan tinggi columellar pada tahap berikutnya.
Gambar.Teknik Millard pada bilateral cleft lip
2.9 Postoperasi
Makanan oral : untuk anak yang masih menyusui, setelah operasi
boleh langsung disusui. Namun ada beberapa center yang masih
menganjurkan untuk memberikan makanan lewat NGT sampai 10 hari
5
postoperatif kemudian baru bisa makan sebagaimana biasa.
Aktifitas : menginstruksikan kepada kedua orang tua untuk tidak
memberikan mainan atau dot yang memiliki permukaan yang tajam
selama 2 minggu setelah operasi. Beberapa center menganjurkan untuk
memakai Velcro elbow immobilizers
BAB III
PENUTUP

Labioschisis adalah suatu kelainan bawaan berupa celah pada


bibir atas di antara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat komplit dan
inkomplit. Celah pada satu sisi disebut labioschisis unilateral dan jika
celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis bilateral. Kelainan
ini terjadi karena adanya gangguan pada kehamilan trimester pertama
yang menyebabkan tergangguanya proses tumbuh kembang janin
Secara umum, kelainan ini disebabkan oleh kombinasi faktor
genetik dan lingkungan. Sekitar 33- 36 % dari kasus yang ditemukan
menunjukkan riwayat keluarga yang menderita celah pada bibir
berisiko menderita kelainan yang sama. Cleft lip dengan atau palate
dikaitkan dengan lebih dari 150 sindrom, sindrom yang paling umum
adalah Van der Woude. Sedangkan faktor lingkungan antara lain
infeksi virus misalnya Rubella, penggunaan obat-obat teratogenik
selama trimester pertama kehamilan seperti steroid dan
antikonvulsan, penyalahgunaan alkohol, kebiasaaan merokok saat
hamil, serta kekurangan nutrisi saat hamil khususnya asam folat
DAFTAR PUSTAKA

1. Marzoeki J. Teknik pembedahan celah bibir dan langit-langit. Jakarta: Sagung


Seto; 2001; Hal. 1-8
2. Anonim. Cleft lip and Palate. Available from: www.children’shealth-Cleft-Lip-
and-Palate.html
3. Hopper RA, Cutting C, Grayson B. Cleft Lip and Palate. In : Thorne CH, Beasley
RW, Aston SJ, Bartlett SP, Gurtner GC, Spear SL, editors. Grabb and Smith’s
th
Plastic surgery. 6 edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007; p.
201-14
4. Margulis A. Cleft Lip. In Kryger ZB, Mark Sisco. Practical Plastic Surgery.
Austin,Texas: Landes Biosciencep. 2007; p. 348-54
5. Patel PK. Craniofacial, Unilateral Cleft Lip Repair. Available at :
www.emedicine1279641-overview,craniofacial.htm
6. Dixon MJ, Mary L, Terri H, Jefferey CM. Cleft lip and palate ”Synthesizing
genetic and environmental influences”. NIH public Access. 2011.
7. Sandberg DJ, Michael DJ. Neonatal Cleft Lip and Cleft Palate Repair. 2002.
Available from : http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-1510181/Neonatal-
cleft-lip-and-cleft.html
8. Al Fatih M. Labio Gnato Palatoschisis. Available at:
http://www.scribd.com/doc/55885689/labio-gnato-palatoschisis
9. Patel PK. Craniofacial, Bilateral Cleft Lip Repair. 13 April, 2009. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1279040-overview
10. Egan T and Gregory A. Clef Lip and palate. In Dolan RW. Facial Plastic,
Reconstructive, and Trauma Surgery. New York: Marcel Dekker. p.358-70
11. Anonim. Cleft Lip and Cleft Palate. UNSW Embriology. Available at:
http://php.med.unsw.edu.au/embryology/index.php?title=2011_Group_Project_11
12. Anonim. Cleft Lip and Palate. Wikipedia. Available at:
http://en.wikipedia.org/wiki/Cleft_lip_and_palate

Anda mungkin juga menyukai