Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN MATERI KULIAH SAP 3

PENGAUDITAN II
(EKA 446 C2) R. IA 3.7

OLEH:
KELOMPOK 3

1. Putu Ayu Pramesti (1607531050/5)


2. Gusti Ayu Kade Wittianjani (1607531051/6)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM REGULER
2018
A. PENENTUAN RISIKO DETEKSI
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi salah saji
material yang ada dalam suatu asersi. Suatu rencana tingkat risikodeteksi yang bisa
diterima harus ditetapkan untuk setiap asersi laporan keuanganyang signifikan. Apapun
tingkat risiko yang digunakan auditor (cara kualitatifatau cara non-kuantitatif), rencana
risiko deteksi ditentukan berdasarkan hubungan yang dinyatakan dengan model sebagai
berikut:
Keterangan:
RA = Risiko Audit RB = Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian RD = Risiko Deteksi
Model di atas menunjukkan bahwa pada suatu tingkat risiko audit tertentu (RA) yang
ditetapkan auditor, risiko deteksi (RD) adalah berhubungan terbalikdengan tingkat risiko
bawaan (RB) dan risiko pengendalian (RP) yang ditentukan. Apabila digunakan dalam
tahap perencanaan untuk menetapkan rencana risikodeteksi, maka RP
mencerminkan rencana tingkat risiko pengendalian yangditetapkan sebagai komponen
pertama dari strategi audit awal. Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan
rencana tingkat pengujian substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen
terakhirdalam penetapan strategi audit awal untuk suatu asersi.
B. MERANCANG UJI SUBSTANTIF
Pengujian substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti tentangkewajaran setiap
asersi apoaran keuangan yang signifikan, dan di sisi lain pengujian substantif juga bisa
menghasilkan bukti yang menunjukkan adanya kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji
dalam pencatatan atau pelaporan transaksidan saldo–saldo. Perancangan pengujian
substantif meliputi penentuan sifat, saatdan luas pengujian yang diperlukan untuk
memenuhi tingkat risiko deteksi yangdapat diterima untuk setiap asersi.
Sifat Pengujian Substantif
Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis dan keefektivan prosedur
pengauditan yang akan dilakukan. Bila tingkat risiko deteksi yang diterima rendah maka
auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif dan biasanya lebih mahal. Dan
bila risiko deteksi yang diterima tinggi auditor menggunakan prosedur yang kurang
efektif yang biasanya lebih murah. Pengujian substantif terdiri dari 3 jenis :
1. Prosedur Analitis Digunakan dalam perencanaan audit untuk mengidentifikasi
daerah daerah atau tempat yang memiliki risiko tinggi terjadinya salah saji.

1
2. Pengujian Detail Transaksi Pengujian ini dilakukan auditor terutama untuk
menemukan kesalahan jumlah rupiah bukan atas penyimpangan atas
pengendalian.
3. Pengujian Detail atas Saldo Saldo Dilakukan untuk mendapatkan bukti bukti secara
langsung tentang sebuah saldo rekening dan bukan pada masing masing pendebetan
atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut.
C. PROSEDUR AWAL
Pengujian diawali dengan usaha mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan bidang
usaha klien. Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk menaksir saldo
utang dagang dan untuk menetapkan hubungan antara utang dagang dan untuk
menetapkan hubungan antara utang dagang dengan rekening-rekening kunci
lainnya seperti pembelian atau persediaan. Pengujian substantif untuk dimasukkan ke
dalam program audit
1) Tentukan prosedur awal untuk :
a) Menelusur saldo awal ke kertas kerja tahun lalu (jika mungkin
dilakukan)
Mereview aktivitas dalam rekening buku besar dan menyelediki hal hal yang tidak
biasa.
b) Memeriksa kebenaran penjumlahan pada catatan pendukung atau daftar untuk
digunakan pada pengujian berikutnya, dan memeriksa kecocokannya dengan saldo
di buku besar, untuk meyakinkan adanya kecocokan diantara keduanya.
2) Tentukan prosedur analitis yang akan digunakan
3) Tentukan pengujian detail transaksi yang akan dilakukan
4) Tentukan pengujian detail saldo-saldo yang akan dilakukan (sebagai tambahan
atas 1a, b, c diatas)
5) Pertimbangkan apakah ada ketentuan atau prosedur khusus yang bisa diterapkan
pada asersi yang sedang diuji, seperti prosedur-prosedur yang ditetapkan
PSA (sebagai contoh, keharusan untuk melakukan observasi perhitungan
fisik persediaan), atau yang ditetapkan oleh instansi lain yang berwenang yang
belum termasuk pada (3) dan (4) diatas. Tentukan prosedur-prosedur untuk
menentukan kesesuain dengan penyajian dan pengungkapan menurut prinsip-prinsip
akuntansi berlaku umum.

D. PROSEDUR ANALITIS
2
Prosedur analitis seringkali dipandang kurang efektif bila dibandingkan dengan
pengujian detil. Namun demikian, dalam keadaan tertentu prosedur ini justru dipandang
lebih efektif. Sebagai contoh, perbandingan antara jumlah seluruh pembayaran kepada
seorang pemasok dengan barang yang sesungguhnya diterima, bisa memberi petunjuk
tentang adanya kelebihan pembayaran. Hal ini mungkin tidak terdeteksi pada waktu
dilakukan pengujian atas masing – masing transaksi pembayaran kepada pemasok. PSA
No.22, Prosedur Analitis (SA 329.11), menyatakan bahwa efektivitas dan efisiensi
prosedur analitis tergantung pada :
a. Sifat asersi
b. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
c. Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat taksiran
d. Ketepatan taksiran
Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko deteksi yang
bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan pengujian detil.
Prosedur analitis biasanya ,tidak begitu mahal biaya pelaksanaannya. Oleh karena itu,
auditor perlu mempertimbangkan seberapa jauh prosedur ini dapat digunakan untuk
mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima sebelum auditor memutuskan untuk
melakukan pengujian detil.
E. PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
Pengujian detil transaksi terutama berupa penelusuran (Tracing) dan pencocokan ke
dokumen pendukung (vouching). Sebagai contoh, detil transaksi bisa ditelusur dari
dokumen pendukung. Misalnya faktur penjualan dan voucher ke dalam catatan
akuntansi seperti jurnal penjualan dan dan register voucher. Dalam pengujian ini auditor
memeriksa sebagian (dengan sampel) atau seluruh pendebetan dan pengkreditan atas
suatu rekening. Hasil pengujian tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan tentang
saldo rekening yang bersangkutan. Pengujian ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan dokumen-dokumen yang terdapat dalam arsip klien. Efektivitas pengujian
tergantung pada prosedur dan dokumen yang digunakan. Pengujian detil transaksi
biasanya lebih banyak menyita waktu dan biayanya juga lebih mahal. Efisiensi biaya
akan tercapai bila auditor melaksanakan pengujian berbarengan dengan pengujian
pengendalian yang disebut pengujian bertujuan ganda.

F. PENGUJIAN RINCIAN SALDO

3
Pengujian detil atas saldo–saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti secara langsung
tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada masing–masing pendebetan atau
pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut. Efektifitas pengujian ini juga
tergantung pada prosedur yang digunakan dan tipe bukti yang diperoleh. Berikut adalah
contoh bagaimana efektifitas pengujian atas saldo–saldo dapat direncanakan untuk
memenuhi berbagai tingkat risiko deteksi untuk asersi penilaian atau pengalokasian
rekening kas di bank.

G. PERBANDINGAN PENYAJIAN LAPORAN DENGAN GAAP


Persyaratan penyajian laporan aktiva tetap dalam keuangan bersifat ekstensif. Properti
yang digadaikan sebagai jaminan atas pinjaman harus diungkapkan. Kelayakan
pengungkapan klien yang berkaitan dengan aktiva menurut lease dapat ditentukan
dengan melihat kembali ke pengumuman akuntansi otoritatif dan perjanjian lease yang
berkaitan.

H. JASA BERNILAI TAMBAH


Berikut ini adalah beberapa peluang bernilai tambah yang penting, yang dapat
diberikan akuntan publik dengan menggunakan pengetahuan yang diperoleh selama audit
atas sekuritas yang mudah dipasarkan dan saldo kas:
a) Menentukan asumsi-asumsi penting berkenaan dengan penerimaan kas dan
pembayaran beban operasi yang mempengaruhi peramalan saldo kas.
b) Membantu manajemen dalam mengembangkan model-model peramalan saldo kas,
pinjaman yang diperlukan, atau potensi kelebihan saldo kas yang tersedia untuk
investasi.
c) Mengidentifikasi peluang untuk mengubah praktik bisnis, seperti perubahan
kebijakan kredit atau perubahan manajemen persediaan, yang akan
meningkatkan arus kas.
d) Membantu manajemen dalam mengembangkan kebijakan untuk investasi jangka
pendek kelebihan kas.
e) Mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan tingkat pengembalian atas
investasi jangka pendek atas kelebihan kas.

4
DAFTAR PUSTAKA
Auditing, Edisi II 2014, AI. Haryono Jusup, M. B. A., Ak. , Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi
https://japanesebuginese.wordpress.com/2013/01/18/audit-siklus-investasi-dan-
pembiayaan/comment-page-1/

Anda mungkin juga menyukai