PENGAUDITAN II
(EKA 446 C2) R. IA 3.7
OLEH:
KELOMPOK 3
1
2. Pengujian Detail Transaksi Pengujian ini dilakukan auditor terutama untuk
menemukan kesalahan jumlah rupiah bukan atas penyimpangan atas
pengendalian.
3. Pengujian Detail atas Saldo Saldo Dilakukan untuk mendapatkan bukti bukti secara
langsung tentang sebuah saldo rekening dan bukan pada masing masing pendebetan
atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut.
C. PROSEDUR AWAL
Pengujian diawali dengan usaha mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan bidang
usaha klien. Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk menaksir saldo
utang dagang dan untuk menetapkan hubungan antara utang dagang dan untuk
menetapkan hubungan antara utang dagang dengan rekening-rekening kunci
lainnya seperti pembelian atau persediaan. Pengujian substantif untuk dimasukkan ke
dalam program audit
1) Tentukan prosedur awal untuk :
a) Menelusur saldo awal ke kertas kerja tahun lalu (jika mungkin
dilakukan)
Mereview aktivitas dalam rekening buku besar dan menyelediki hal hal yang tidak
biasa.
b) Memeriksa kebenaran penjumlahan pada catatan pendukung atau daftar untuk
digunakan pada pengujian berikutnya, dan memeriksa kecocokannya dengan saldo
di buku besar, untuk meyakinkan adanya kecocokan diantara keduanya.
2) Tentukan prosedur analitis yang akan digunakan
3) Tentukan pengujian detail transaksi yang akan dilakukan
4) Tentukan pengujian detail saldo-saldo yang akan dilakukan (sebagai tambahan
atas 1a, b, c diatas)
5) Pertimbangkan apakah ada ketentuan atau prosedur khusus yang bisa diterapkan
pada asersi yang sedang diuji, seperti prosedur-prosedur yang ditetapkan
PSA (sebagai contoh, keharusan untuk melakukan observasi perhitungan
fisik persediaan), atau yang ditetapkan oleh instansi lain yang berwenang yang
belum termasuk pada (3) dan (4) diatas. Tentukan prosedur-prosedur untuk
menentukan kesesuain dengan penyajian dan pengungkapan menurut prinsip-prinsip
akuntansi berlaku umum.
D. PROSEDUR ANALITIS
2
Prosedur analitis seringkali dipandang kurang efektif bila dibandingkan dengan
pengujian detil. Namun demikian, dalam keadaan tertentu prosedur ini justru dipandang
lebih efektif. Sebagai contoh, perbandingan antara jumlah seluruh pembayaran kepada
seorang pemasok dengan barang yang sesungguhnya diterima, bisa memberi petunjuk
tentang adanya kelebihan pembayaran. Hal ini mungkin tidak terdeteksi pada waktu
dilakukan pengujian atas masing – masing transaksi pembayaran kepada pemasok. PSA
No.22, Prosedur Analitis (SA 329.11), menyatakan bahwa efektivitas dan efisiensi
prosedur analitis tergantung pada :
a. Sifat asersi
b. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
c. Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat taksiran
d. Ketepatan taksiran
Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko deteksi yang
bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan pengujian detil.
Prosedur analitis biasanya ,tidak begitu mahal biaya pelaksanaannya. Oleh karena itu,
auditor perlu mempertimbangkan seberapa jauh prosedur ini dapat digunakan untuk
mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima sebelum auditor memutuskan untuk
melakukan pengujian detil.
E. PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
Pengujian detil transaksi terutama berupa penelusuran (Tracing) dan pencocokan ke
dokumen pendukung (vouching). Sebagai contoh, detil transaksi bisa ditelusur dari
dokumen pendukung. Misalnya faktur penjualan dan voucher ke dalam catatan
akuntansi seperti jurnal penjualan dan dan register voucher. Dalam pengujian ini auditor
memeriksa sebagian (dengan sampel) atau seluruh pendebetan dan pengkreditan atas
suatu rekening. Hasil pengujian tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan tentang
saldo rekening yang bersangkutan. Pengujian ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan dokumen-dokumen yang terdapat dalam arsip klien. Efektivitas pengujian
tergantung pada prosedur dan dokumen yang digunakan. Pengujian detil transaksi
biasanya lebih banyak menyita waktu dan biayanya juga lebih mahal. Efisiensi biaya
akan tercapai bila auditor melaksanakan pengujian berbarengan dengan pengujian
pengendalian yang disebut pengujian bertujuan ganda.
3
Pengujian detil atas saldo–saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti secara langsung
tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada masing–masing pendebetan atau
pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut. Efektifitas pengujian ini juga
tergantung pada prosedur yang digunakan dan tipe bukti yang diperoleh. Berikut adalah
contoh bagaimana efektifitas pengujian atas saldo–saldo dapat direncanakan untuk
memenuhi berbagai tingkat risiko deteksi untuk asersi penilaian atau pengalokasian
rekening kas di bank.
4
DAFTAR PUSTAKA
Auditing, Edisi II 2014, AI. Haryono Jusup, M. B. A., Ak. , Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi
https://japanesebuginese.wordpress.com/2013/01/18/audit-siklus-investasi-dan-
pembiayaan/comment-page-1/