Anda di halaman 1dari 7

ISSN (Print) : 2443-1141

ISSN (Online) : 2541-5301


PENELITIAN

Analisis Pelaksanaan Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi Nosokomial Di ICU
RSUD Labuang Baji Makassar
Fitrahmadani Tirmanidhana1*, Sitti Raodhah2, Emmi Bujawati3

Abstrak

Infeksi nosokomial atau yang disebut juga Hospital Acquired Infection (HAI) adalah infeksi
yang didapat di rumah sakit atau difasilitas kesehatan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran pencegahan dan pengendalian Infeksi Nosokomial di Intensive Care Unit
RSUD Labuang Baji Makassar tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif dengan metode penentuan informan menggunakan purposive selected, ser-
ta Informan dalam penelitian ini terdiri dari 7 informan. Hasil penelitian diketahui bahwa pelaksa-
naan kewaspadaan universal dilakukan dengan mencuci tangan handwash dan handrub.
Penggunaan Alat Pelindung Diri digunakan berdasarkan indikasi masing-masing. Pengelolaan alat
kesehatan dilakukan di CSSD (Central Steril Supply Departement). Pengolahan limbah dipisahkan
berdasarkan jenisnya dan dilakukan penampungan sementara. Airborn precaution penempatan
pasien diletakkan di RPK (Ruang Perawatan Khusus) dan menggunakan masker khusus (N95). Drop-
let precaution pasien dapat ditempatkan di RPK, ruang isolasi ICU ataupun di tempat tidur biasa.
Contact precaution pasien ditempatkan di tempat tidur pasien biasa. Kesimpulan penelitian yakni
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di ICU RSUD Labuang Baji Makassar
Tahun 2016 dilaksanakan berdasarkan kewaspadaan universal dan kewaspadaan berdasarkan
transmisi.

Kata Kunci : Infeksi Nosokomial, Pencegahan Dan Pengendalian

Pendahuluan satu upaya peningkatan mutu pelayanan rumah


Pencegahan dan pengendalian infeksi sakit kepada masyarakat dengan menggunakan
nosokomial menjadi tantangan di seluruh dunia angka kejadian infeksi nosokomial sebagai indikator
karena dapat meningkatkan morbiditas dan mor- (Darmadi, 2008). Pada penelitian Ratna dkk (2012)
talitas serta meningkatkan biaya kesehatan menunjukkan prevalensi angka kejadian infeksi
disebabkan terjadi penambahan waktu pengobatan nosokomial pada semester II tahun 2009 (2,67),
dan perawatan rumah sakit. Prevalensi infeksi semester I dan II tahun 2010 (3,12 dan 4,36), serta
nosokomial di negara berkembang dengan sum- semester I dan II tahun 2011 (9,68 dan 19,71) per
berdaya terbatas lebih dari 40%. pengendalian in- 1000 pasien rawat inap. Proporsi kejadian infeksi
feksi nosokomial di rumah sakit merupakan salah nosokomial terbanyak menurut ruang adalah di
Edelweis (47,36%) tahun 2009, di ruang bougenville
*Korespondensi : fitramandhani@gmail.com (bedah) (65,3%) tahun 2010 dan di ruang Anggrek
1,2,3
Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri
(19,47%) tahtn 2011. Distribusi menurut waktu
Alauddin Makassar
V O L UM E 4, N O. 2, M E I—AG UST US 2 018 H IG IE N E 68

rawat inap (bulan) proporsi tertinggi pada bulan Juli kemudian diinterpretasikan dan disajikan dalam
2009 (36,84%), bulan maret dan agustus 2010 bentuk narasi.
(16,32%), bulan november 2011 (19,47%). Distri-
busi menurut jenis kelamin proporsi tertinggi Hasil
ditemukan pada perempuan untuk tahun 2009 dan Kewaspadaan Universal
2010 (78,94% dan 63,26%), dan laki-laki (51,05%) Pelaksanaan mencuci tangan di ruang ICU
pada tahun 2011. RSUD labuang baji makassar dilakukan dengan dua
Penelitian yang dilakukan oleh Evie pada cara cuci tangan yaitu handwash dan handrub. Hal
tahun 2013, menunjukkan tahun 2012 pada Januari ini sesuai dengan hasil wawancara berikut :
sampai Desember dari bangsal rawat inap di Ru- “jenisnya yaitu handwash dan
mah Sakit Umum Daerah Sukoharjo dengan jumlah handrub” (MS, 42 tahun, Februari 2016)
pasien rawat inap 7830 orang dan kasus infeksi Indikasi mencuci tangan di ruang ICU RSUD
nosokomial dari pasien yang dirawat di rumah sakit Labuang Baji Makassar dilakukan berdasarkan five
yaitu 37 orang yang terdiri dari kejadian pneuno- moment yaitu sebelum kontak dengan pasien,
mia ada 3 kasus, sepsis ada 8 kasus, pasien dengan sebelum melakukan tindakan aseptik, sesudah
tirah baring (Dekubitus) ada 3 kasus dan pasien terkena cairan tubuh pasien, sesudah kontak
yang terpasang infus (Flebitis) ada 23 kasus. dengan pasien dan sesudah kontak dengan ling-
Angka kejadian infeksi nosokomial di Ru- kungan pasien.
mah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Hal ini sesuai dengan wawancara berikut :
pada tahun 2013-2015 masing-masing sebesar “sebelum melakukan tindakan ke pasien
1,59%, 2,08%, dan 2,38%. Diantaranya terjadi in- kita dianjurkan cuci tangan,sesudah kontak
feksi phebitis, dekubitus, ILO/IDO (Infeksi Luka dengan pasien atau benda-benda yang sudah ter-
Operasi/ Infeksi Daerah Operasi), serta saluran in- kontaminasi dengan cairannya pasien atau setelah
feksi saluran kemih. Phlebitis dan dekubitus banyak kontak dengan lingkungan yang memungkinkan
terjadi di ruang perawatan intensif (Bag. Keperawa- kita terkena infeksi” (HJ, 38 tahun. Februari 2016).
tan RSUD Labuang Baji Makassar, 2015).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti Alat pelindung diri yang ada di ruang ICU
ingin mengetahui gambaran pencegahan dan pen- RSUD labuang baji makassar yaitu : Sarung tangan,
gendalian Infeksi Nosokomial di ruang ICU RSUD yang terdiri dari sarung tangan steril dan nonsteril.
Labuang Baji Makassar tahun 2016. Masker terdiri dari masker sekali pakai dan masker
kain. Penutup kepala. Baju pelindung dan baju kerja
Metode Penelitian serta Sepatu pelindung terdiri dari sepatu kain
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuali- dan sepatu kulit. Hal ini sesuai dengan hasil wa-
tatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini wancara berikut :
akan dilakukan pada ruang perawatan ICU “ada dek...disini tersedia masker satu kali
(Intensive Care Unit) di Rumah Sakit Umum Daerah pakai dan jenis kain. penutup kepala. Sarung tan-
Labuang Baji Makassar. Instrumen dalam penelitian gan steril dan non steril. sepatu bahan karet serta
ini berupa pedoman wawancara, ATK, kamera serta baju pelindung bahan kain dan baju kerja” (MS, 42
alat perekam. Jumlah informan sebanyak 7 orang tahun, Februari 2016).
yang terdiri dari Informan kunci yaitu kepala ruang
ICU RSUD Labuang Baji, Tim PPI/ IPCN RSUD Labu- Pengelolaan alat kesehatan dilakukan
ang Baji Makassar dan informan biasa, yaitu 5 dengan cara sterilisasi dan disinfeksi menggunakan
orang perawat pelaksana. Analisis dilakukan microwave di ruang CSSD, kemudian dilakukan
dengan metode “content analysis” atau analisis isi pencucian alat di ruang ICU dengan menggunakan
69 H IG IE N E V O L UM E 4, N O. 2, M E I—AG UST US 2 018

deterjen dan air setelah itu dilakukan penyimpanan wancara berikut :


digudang perlengkapan. Hal ini sesuai dengan “ada namanya RPK, karena ruang isolasi
hasil wawancara berikut : yang ada disini tidak cocok untuk pasien seperti itu
“oh semua alat kesehatan itu sudah disteri- karena bukan ruangan tertutup” (HJ, 38 tahun, Feb-
lisasi dek di CSSD, kemudian dilakukan pencucian, ruari 2016).
setelah bersih di simpan dilemari” (MS, 42 tahun,
Februari 2016) Pernyataan informan diatas didukung
Pernyataan informan diatas didukung dengan pernyataan informan kunci sebagai berikut :
dengan pernyataan informan kunci sebagai berikut: “kita tempatkan terpisah dengan pasien
“dibelakang sudah tersedia ruang CSS, disa- yang tidak terinfeksi di ruang khusus, disana ada
na dilakukan sterilisasi dan disinfeksi menggunakan RPK”(Br, 40 tahun, Maret 2016)
microwave, kemudian dibawa kesini, dicuci
menggunakan deterjen dan air pada baskom, Proteksi respirasi yang dilakukan untuk air-
setelah itu di simpan di gudang ini” (Ct, 22 tahun, born precautions yaitu menggunakan masker khu-
Februari 2016) sus (N95) saat melakuan perawatan yang mampu
melindungi pernafasan dari partikel organisme
Jenis limbah yang ada di ruang ICU yaitu yang sangat kecil. Hal ini sesuai dengan hasil wa-
limbah rumah tangga dan limbah medis. Limbah wancara berikut :
rumah tangga merupakan limbah yang non in- “untuk melindungi saluran pernafasan itu
feksius seperti limbah plastik makanan dll. Limbah kita harus menggunakan alat yang khusus” (HJ, 38
medis terdiri dari ampul, benda tajam habis pakai, tahun. Februari 2016)
botol infus, limbah infeksius dan limbah mudah
pecah (botol obat kaca). Hal ini sesuai dengan Pernyataan informan diatas didukung
hasil wawancara berikut : dengan pernyataan informan kunci sebagai berikut :
“ada limbah rumah tangga dan limbah “saat kita rawat itu harus menggunakan
medis seperti jarum suntik, ampul, yang terkena masker N95....” (BR, 40 tahun, maret 2016)
infeksi, botol infus, botol obat juga” (MS, 42 tahun,
Februari 2016) Isolasi ICU apabila tempat tidur di RPK-
Penanganan limbah di ruang ICU RSUD sudah penuh. Hal ini sesuai dengan hasil wa-
labuang baji makassar dilakukan dengan pewa- wancara berikut :
dahan khusus dengan membedakan tempat wa- “di ruang isolasi” (HJ, 38 tahun. Februari
dahnya sesuai jenis limbahnya. Kemudian dibawa ke 2016)
tempat pembuangan akhir untuk dimusnahkan, se- Pernyataan informan diatas didukung
tiap limbah yang ditampung dalam ruangan paling dengan pernyataan informan kunci sebagai beri-
lama 1 hari. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara kut:
berikut : “di usahakan dia di RPK, tapi jika memang
“disediakan wadah sementara disini, pada sudah penuh tidak apa-apa kalau tetap di ICU, kare-
saat penuh kemudian dibawa ke pembuangan akhir na terdapat ruang isolasi di ICU meskipun tidak ter-
untuk dimusnakan ” (HJ, 38 tahun. Februari 2016) tutup penuh” (Br, 40 tahun Maret 2016)
Kewaspadaan Terhadap Transmisi
Penempatan pasien dengan penyakit in- Penanganan pasien untuk kewaspadaan ter-
feksius melalu udara di tempatkan pada ruang hadap droplet di ruang ICU RSUD labuang baji ma-
perawatan khusus (RPK), karena ruang isolasi di ICU kassar dilakukan dengan menempatkan tempat
belum memadai. Hal ini sesuai dengan hasil wa- tidur pasien secara berjauhan serta menggunakan
V O L UM E 4, N O. 2, M E I—AG UST US 2 018 H IG IE N E 70

APD yang tepat saat merawat pasien. Hal ini sesuai hasil observasi bahwa terdapat Standar Operasion-
dengan hasil wawancara berikut : al Prosedur tentang cuci tangan Handwash dan
“tidak boleh berdekatan seperti di ruang Handrub yang dibuat oleh Tim PPI yang berdiri se-
perawatan lain terus dan perawat menggunakan jak tahun 2014 namun baru berjalan sejak novem-
baju pelindung” (HJ, 38 tahun. Februari 2016) ber tahun 2015 dan SPO tersebut belum disosial-
isasikan atau diturunkan ke setiap ruangan perawa-
Penempatan untuk pasien yang jenis infeksi tan termasuk ruang ICU dikarenakan SPO tersebut
yang mampu menularkan melalui kontak langsung masih dalam tahap penyempurnaan. Oleh karena
tetap di rawat di ruang ICU baik di tempat tidur itu Tim PPI menindaklanjuti dengan pemasangan
isolasi ICU maupun tempat tidur pasien biasa. Hal leflet 6 langkah mencuci tangan di setiap dinding
ini sesuai dengan hasil wawancara berikut : dekat westafel. Meskipun perawat mengetahui
“kalau ada pasien begitu dirawat disini, jika tentang cara mencuci tangan yang baik namun
bukan di tempat tidur yang isolasi...” (SA, 20 tahun, masih ada saja perawat yang tidak mencuci tangan
Februari 2016) saat akan merawat pasien. Kebiasaan mencuci tan-
gan baru akan dilaksanaan pada saat selesai me-
Pernyataan informan diatas didukung rawat pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
dengan pernyataan informan kunci sebagai berikut: yang dilakukan Parningsih (2011) yaitu perilaku cuci
“sama juga begitu dia diisolasi tapi kadang tangan oleh tenaga kesehatan baik dokter maupun
tetap di ICU” (Br, 40 tahun, Maret 2016) perawat menunjukkan bahwa sebagian besar petu-
gas tersebut tidak melaksanakan cuci tangan. Hal
Penangan pasien dengan kontak precaution ini terlihat pada waktu petugas akan memeriksa
yaitu menggunakan APD saat melaksanakan pasien, baik saat pertama kali atau pergantian dari
kegiatan perawatan serta menjaga kebersihan alat pasien satu ke pasien lainnya. Mereka pada
kesehatan dan lingkungan pasien. Hal ini sesuai umumnya mencuci tangan setelah selesai
dengan hasil wawancara berikut : melakukan pemeriksaan pasien keseluruhannya.
“ya dijaga, di rawat, dijaga kebersihannya Alat pelindung diri merupakan suatu alat
alatnya, tempat tidurnya perawat juga harus bersih yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh ter-
jika akan mulai merawat” (HJ, 38 tahun. Februari hadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana
2016) secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan
dari kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan pelin-
Pernyataan informan diatas didukung dung diri tidak menghilangkan bahaya ataupun
dengan pernyataan informan kunci sebagai berikut: mengurangi bahaya yang ada. peralatan ini hanya
“segala pengelolaannya harus ditangani mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan
khusus, mulai dimana dia ditempatkan pakai apa cara penempatan penghalang antara tenaga kerja
dia dirawat, perawatnya juga harus jaga kebersi- dengan bahaya (Suma’mur, 2009).
han karena dia bersentuhan langsung sama agen Berdasarkan hasil penelitian Alat pelindung
infeksinya”(Br, 40 tahun, Maret 2016) diri yang ada di ruang ICU RSUD labuang baji ma-
kassar yaitu : Sarung tangan, yang terdiri dari sar-
Pembahasan ung tangan steril dan onsteril. Masker terdiri dari
Kewaspadaan Universal masker sekali pakai dan masker kain.. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksa- kepala, baju pelindung, baju kerja, sepatu pelin-
naan mencuci tangan di ruang ICU RSUD labuang dung terdiri dari sepatu kain dan sepatu kulit. Hal
baji makassar dilakukan dengan dua cara cuc tan- ini sesuai dengan beberapa teori berikut bahwa
gan yaitu handwash dan handrub. Berdasarkan Jenis alat pelindung terdiri dari Sarung tangan,
71 H IG IE N E V O L UM E 4, N O. 2, M E I—AG UST US 2 018

masker, gaun Pelindung, sepatu pelindung, pelin- olaan alat kesehatan dilaksanakan berdasarkan 4
dung wajah. Tidak semua alat pelindung tubuh ha- proses penatalaksanaan peralatan yang dilakukan
rus dipakai, tetapi tergantung pada jenis tindakan yaitu dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau dis-
yang akan dikerjakan (Depkes RI, 2010) infeksi tingkat tinggi (DTT) serta penyimpanan.
Berdasarkan hasil observasi bahwa terdapat Penyimpanan alat kesehatan yang baik sama
Standar Operasional Prosedur tentang Penggunaan pentingnya dengan proses sterilisasi atau disinfeksi
APD. Namun, SPO tersebut belum disosialisasikan itu sendiri. Ada dua macam cara penyimpanan alat
atau diturunkan ke setiap ruangan perawatan ter- kesehatan yang baik yaitu alat yang dibungkus dan
masuk ruang ICU dikarenakan SPO tersebut masih alat yang tidak dibungkus (DepkeS RI, 2010).
dalam tahap penyempurnaan. Sehingga beberapa Berdasarkan hasil observasi terdapat lemari
perawat tidak menggunakan alat pelindung diri dan kotak steril tempat penyimpanan alat
sesuai indikasi penggunaan APD yang ada. Seperti kesehatan, setiap perawat yang telah melaksanakan
tidak menggunakan masker, penutup kepala dan pencucian terhadap alat kesehatan kemudian dik-
sepatu pelindung sesuai indikasi yang telah dijelas- eringkan dan dibungkus kemudian di masukkan da-
kan. Ditemukan juga bahwa beberapa perawat lam lemari. Untuk alat yang sering digunakan dile-
masih menggunakan baju kerja ruangan saat akan takkan di kotak steril. Tidak terdapat SPO yang
pulang ataupun keluar rumah sakit. Hal ini lebih mengatur tentang pelaksanaan pengelolaan alat
banyak terjadi pada perawat swa kelola. kesehatan di ruang ICU, baik yang masih dalam
Banyak faktor yang mempengaruhi petugas tahap penyempurnaan dari tim PPI.
kesehatan dalam menggunakan alat pelindung diri Hal ini sama dengan penelitian yang dil-
dalam menjamin keselamatannya sebelum bersen- akukan oleh Herpan (2012) bahwa sterilisasi dil-
tuhan dengan pasien dan melakukan tindakan. akukan di ruang CSSD (Central Sterile Supply Depar-
Dapat dipengaruhi oleh motivasi, pengetahuan, tement) yang kemudian dilakukan dekontaminasi,
ketersediaan prosedur, perilaku, kebiasaan maupun pencucian alat dan penyimpanan di ruang perawa-
ketersediaan Alat Pelindung Diri tersebut tan masing-masing.
(Bayuningsih, 2010). Berdasarkan hasil penelitian jenis limbah
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang yang ada di ruang ICU yaitu limbah rumah tangga
dilakukan Ristiawan (2013) terdapat standar dan limbah medis. Limbah rumah tangga merupa-
operasional setiap penggunaan alat pelindung diri kan limbah yang non infeksius seperti limbah plastik
namun sebagian dari tenaga kesehatan di rumah makanan dll. Limbah medis terdiri dari ampul, ben-
sakit ini tidak menggunakan alat pelindung diri da tajam habis pakai, botol infus, limbah infeksius
sesuai standar operasional prosedur yang telah dan limbah mudah pecah seperti : botol obat kaca.
ditetapkan oleh rumah sakit. Hal ini sesuai dalam pedoman Depkes RI
Berdasarkan hasil penelitian pengelolaan (2010) menyebutkan secara umum limbah rumah
alat kesehatan dilakukan dengan cara sterilisasi dan sakit dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu: 1)
disinfeksi menggunakan microwave di ruang CSSD, limbah klinis, 2) limbah non klinis baik padat mau-
kemudian dilakukan pencucian alat di ruang ICU pun cair. Limbah klinis/medis padat adalah limbah
dengan menggunakan deterjen dan air setelah itu yang terdiri dari limbah benda tajam, limbah in-
dilakukan penyimpanan digudang perlengkapan. feksius, limbah laboratorium, limbah patologi atau
Penyimpanan alat kesehatan di ICU disimpan di ru- jaringan tubuh, limbah sitotoksis, limbah farmasi,
angan khusus yaitu di gudang perlengkapan, cara dan limbah kimiawi.
menyimpannya dibagi atas dua cara yaitu dengan Penanganan limbah di ruang ICU RSUD labu-
dibungkus dan disimpan di kotak steril. ang baji makassar dilakukan dengan pewadahan
Hal ini sesuai dengan teori berikut pengel- khusus dengan membedakan tempat wadahnya
V O L UM E 4, N O. 2, M E I—AG UST US 2 018 H IG IE N E 72

sesuai jenis limbahnya. Kemudian dibawa ke tem- dan pengelompokkan tidak memungkinkan. Ke-
pat pembuangan akhir untuk dimusnahkan, setiap nakan Respirator partikulat (N95/Kategori N pada
limbah yang ditampung dalam ruangan paling lama efisiensi 95%) saat masuk ruang pasien (Kemenkes
1 hari. RI, 2012).
Hal ini sesuai dengan teori berikut bahwa Berdasarkan hasil observasi bahwa terdapat
upaya penanganan limbah di pelayanan kesehatan Standar Operasional Prosedur tentang Pengelolaan
meliputi penangan limbah medis dan limbah non Pasien dengan Airborn yang dibuat oleh Tim PPI.
medis. Adapun teknik penanganan dari limbah ter- Namun, SPO tersebut belum disosialisasikan atau
sebut yaitu pemisahan, pewadahan sementara pa- diturunkan ke setiap ruangan perawatan termasuk
da tempat yang tahan air dan tahan bocor serta ruang ICU dikarenakan SPO tersebut masih dalam
dilakukan pengangkutan untuk melakukan tahap penyempurnaan. Ruang isolasi yang berada
pemusnahan di IPAL (Depkes RI, 2010). di ruang ICU belum memadai untuk penemptan
Berdasarkan hasil observasi bahwa terdapat pasien airborn precaution karena ruang isolasi
Standar Operasional Prosedur tentang Pengelolaan seharusnya tertutup. Hal ini tidak sesuai dengan
Limbah Rumah Sakit Dan Pengelolaan Limbah penelitian yang dilakukan Salaswati (2012) terdapat
Tajam. Namun, SPO tersebut belum disosialisasikan ruang isolasi khusus infeksi sebanyak 2 tempat
atau diturunkan ke setiap ruangan perawatan ter- tidur dengan ruangan yang tertutup yang hanya
masuk ruang ICU dikarenakan SPO tersebut masih bisa dimasuki oleh perawat. Baik petugas
dalam tahap penyempurnaan. Meskipun seperti kesehatan maupun keluarga pasien yang memiliki
itu, perawat telah membuang limbah pada tempat- daya tahan tubuh yang rendah tidak diperbolehkan
nya masing-masing karena di ICU RSUD labuang masuk ke dalam ruang isolasi.
baji makassar telah tersedia beberapa jenis tempat Dari hasil penelitian bahwa penempatan
pembuangan sementara untuk limbah diantaranya untuk pasien dengan jenis infeksius menularkan
tempat sampah ampul, tempat sampah farmasi, lewat percikan tetap dirawat di ruang ICU apabila
tempat sampah botol infus, tempat sampah in- tempat tidur di RPK sudah penuh. Penanganan
feksius dan tempat sampah rumah tangga. pasien untuk kewaspadaan terhadap droplet di
Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi ruang ICU RSUD labuang baji makassar dilakukan
Dari hasil penelitian bahwa penempatan dengan menempatkan tempat tidur pasien secara
pasien dengan penyakit infeksius lewat udara di berjauhan serta menggunakan APD yang tepat saat
tempatkan pada ruang perawatan khusus (RPK), merawat pasien.
karena ruang isolasi di ICU belum memadai. Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila
Proteksi respirasi yang dilakukan untuk airborn tidak mungkin lakukan pengelompokkan. Tempat-
precautions yaitu menggunakan masker khusus kan dalam ruangan yang memiliki ventilasi dengan
(N95) saat melakuan perawatan yang mampu laju pertukaran udara. Pakailah masker bila bekerja
melindungi pernafasan dari partikel organisme dalam radius 1 m terhadap pasien, saat kontak
yang sangat kecil. erat. Masker seyogyanya melindungi hidung dan
Hal ini sesuai dengan teori berikut bahwa mulut, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien
tempatkan pasien di ruang terpisah (ruang isolasi dengan infeksi saluran napas serta menggunakan
perawatan) yang mempunyai laju pertukaran udara Apron bila baju pelindung tembus cairan
>12 ACH, Diletakan pada lantai dasar yang tidak (Kemenkes RI, 2012).
berhubungan langsung dengan lokasi tempat Berdasarkan hasil observasi di ICU terdapat
WBP/Tahanan melakukan aktifitas harian/area ter- 7 tempat tidur bagi pasien perawatan intensif yang
buka, Konsultasikan dengan tim PPI sebelum diletakkan berjauhan serta 1 tempat tidur isolasi
menempatkan pasien bila tidak ada ruang isolasi yang memiliki dinding kaca dan pintu tersendiri.
73 H IG IE N E V O L UM E 4, N O. 2, M E I—AG UST US 2 018

Sedangkan di RPK terdapat 5 tempat tidur untuk Fauzia, Neila. (2014). Kepatuhan Standar Prosedur
pasien khusus infeksi. Berdasarkan hasil penelitian Operasional Hand Hygiene Pada Perawat Di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal
penempatan untuk pasien yang jenis infeksi yang
Kedokteran Brawijaya, 28 : 1
mampu menularkan melalui kontak langsung, tetap
Herpan Y.W. (2012). Analisis Kinerja Perawat dalam
dirawat di ruang ICU baik di tempat tidur isolasi ICU
Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSU PKU
maupun tempat tidur pasien biasa. Penangan pasien Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Kes
dengan contack precaution yaitu menggunakan APD Mas, 6: 174-189.
saat melaksanakan kegiatan perawatan serta menja- Kemenkes RI (2012). Pedoman Teknis Ruang
ga kebersihan alat kesehatan dan lingkungan pasien. Perawatan Intensif Rumah Sakit. Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Pelayanan Penunjang
Medik Dan Sarana Keseahatan.
Kesimpulan
Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di ICU Parningsih S.H. (2011). Gambaran Pelaksanaan Ke-
waspadaan Universal di RSUD Dr.Moewardi
RSUD Labuang Baji Makassar dilakukan dengan cuci Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1: 19-
tangan handwash dan handrub menggunakan 24
alkoglyserin dengan cara 6 langkah cuci tangan Ratna N., . (2012). Infeksi Nosokomial di RSUD Set-
WHO. Pengelolaan alat kesehatan dilakukan steri- jonegoro Kabupaten Wonosobo. Media
lisasi di ruang CSSD (Central Steril Supply Departe- Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1: 201-
204
ment). Pengolahan limbah dilakukan dengan pewa-
dahan khusus dengan membedakan tempat wa- Ristiawan D. (2013) Hubungan Antara Lama Perawa-
tan dan Penyakit yang Menyertai dengan
dahnya sesuai jenis limbah rumah tangga dan
Terjadinya Infeksi Nosokomial di RSI Sultan
limbah medis. Pelaksanaan Kewaspadaan Ber- Hadlirin Jepara. JIKK, 1: 10-15.
dasarkan Transmisi di ICU RSUD Labuang Baji Ma-
Salawati L. (2012). Pengendalian Infeksi Nosokomial.
kassar yang terdiri dari airborn precaution dengan Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 12 : 104-105
pasien ditempatkan pada ruang perawatan khusus
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif.
(RPK) serta menggunakan masker N95. Droplet pre- Bandung: Alfabeta
caution pasien ditempatkan pada RPK atau pada
Suma'mur. (2009). Higiene Perusahaan dan
ruang ICU dengan menggunakan APD baju pelin- Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung
dung serta tempat tidur diletakkan berjauhan. Con- Seto.
tack precaution pasien ditempatkan di ruang ICU Zulkarnain, I. (2009). Infeksi Nosokomial. In: Buku
dengan menggunakan APD sarung tangan serta Ajar Ilmu Penyakit Dalam III. Edisi ke-5. Ja-
menjaga kebersihan tangan dan alat pasien. karta: Fakultas Kedokteran Universitas Indo-
nesia.

Daftar Pustaka

Bayuningsih R. (2010). Breathalyzer For The Hand


Washing (Reminding For Hand Washing)
Bagi Perawat Di Ruang Icu. Ilmu Keperawa-
tan, 2: 11-13
Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika
Dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Depkes RI (2010). Pedoman Pelaksanaan Kewaspa-
daan Universal di Pelayanan Kesehatan. Ja-
karta: Direktorat Jendral Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Ling-
kungan.

Anda mungkin juga menyukai