BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan yang sangat
toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan
pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan
kisaran kondisi lingkungan tertentu. Keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit,
disamping faktor lainnya seperti bahan tanaman (genetis) dan perlakuan kultur teknis yang
diberikan (PPKS, 2003).
Karet dalam bahasa kimia yang disebut sebagai elestomer dapat berasal dari alam
yang dihasilkan dari pohon karet (Hevea brasiliensis) yang disebut dengan karet alam dan
dapat pula berasal dari hasil pabrikasi yang disebut dengan karet sintesis. Pembuatan karet
sintesis dengan menggunakan bahan baku residu minyak bumi (parafin) dengan teknik
polimerasi, sehingga mutu karet sintesis dapat dibuat dengan konsisten (Panuladsih, 2001).
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan tanaman Karet
(Hevea brasiliensis) merupakan jenis komoditi perkebunan terbesar dengan nilai
ekonomis yang tinggi. Tanaman kelapa sawit dalam bahasa latin dinamakan
Elaeis guineensis Jacq. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion dari bahasa Yunani yang
berarti minyak dan kata guineensis berasal dari kata Guinea yaitu merupakan nama suatu
daerah di Pantai Barat Afrika, sedangkan kata Jacq adalah singkatan dari Jacquin seorang
botanis dari Amerika yang pertama membuat susunan taksonomi dari tanaman ini.
Tanaman kelapa sawit di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah kolonial
Belanda dan ditanam di Kebun Raya Bogor (Pahan, 2011).
Sejarah pembukaan perkebunan di indonesia dapat dikelompokkan dalam lima
periode, dimana perkembangan pengusahaannya memiliki dasar hukum yang berbeda-beda
sesuai dengan situasi dan kondisi pada masa tersebut. Pengelompokan tersebut sebagai
berikut :
- Periode penjajahan belanda (1600-1942)
- Periode pendudukan jepang (1942-1945)
- Periode revolusi fisik beberapa tahun setelah indonesia merdeka dan pemulihan
perkebunan (1945-1955)
- Periode pengalihan/nasionalisasi perkebunan dari swasta asing ke PNP/PTP dan
perkembangan pada pemerintahan orde baru (1956-1990an)
2
1.3 Profil Singkat PT. Perkebunan Nusantara III ( Persero) Kebun Pulau Mandi
Gambar 1.1 Kantor PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Pulau Mandi
PTPN III Kebun Pulau Mandi merupakan salah satu Kebun yang berada dibawah
naungan Distrik Asahan. Kebun Pulau Mandi pertama sekali dibuka pada tahun
1910 s/d 1938 dan ditanami dengan budidaya tembakau oleh Perusahaan Jerman. Pada
tahun 1938 s/d 1942 diambil alih oleh Pemerintah Jepang dan ditanami dengan Pohon
Shere dengan nama Perusahaan Suagamu Kabosaki Kaisyah Sumatera Kagio. Kemudian
pada tahun 1943 s/d 1949 oleh Belanda diberi nama Gubernemen Lambow Dedrijf (GLB)
dengan budidaya karet dan pada tahun 1950 diubah menjadi PPN Republik Indonesia.
Dalam perjalanannya PPN Republik Indonesia diubah kembali menjadi PPN Lama pada
tahun 1952, dan perubahannya dilanjutkan pada tahun 1953 s/d 1965 berubah nama
menjadi PPN-SUMUT-IX.
Kemudian pada tahun 1965 Kebun Pulau Mandi masuk kedalam kelompok PPN
Karet VII. Pada saat terjadi penyederhanaan Organisasi PPN pada Tahun 1968 Kebun
Pulau Mandi masuk kedalam PNP V. Pada tahun 1974 PNP V berubah menjadi PT
Perkebunan V (Persero). Sampai pada tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT
Perkebunan III, IV, V dan pada tahun 1996 menjadi PT Perkebunan Nusantara III.
Pada tanggal 2 Maret 1998 Kebun Pulau Mandi digabung menjadi satu dengan
Kebun Ambalutu dengan nama Kebun Pulau Mandi dan pada tanggal 01 Juni 2004 Kebun
Pulau Mandi dipisahkan kembali menjadi dua yaitu Kebun Pulau Mandi dan Kebun
Ambalutu.
Berdasarkan pengelolaannya, Kebun Pulau Mandi mengelola kegiatan usaha
dibidang perkebunan dengan dua jenis komoditi tanaman yakni Tanaman Kelapa Sawit
dan Tanaman Karet, yang dikelola diatas Lahan HGU dengan luas ± 3.766,40 Ha. Sesuai
dengan Sertifikat HGU SK Menteri/Kepala BPN No. 32/HGU/BPN/95 diterbitkan tanggal
10 Mei 1995 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2025. PTPN III Kebun Pulau Mandi
4
terdiri dari 5 (lima) Afdeling dengan komoditi tanaman terdiri dari 2 (dua) jenis tanaman
yaitu tanaman karet dan kelapa sawit yang pada bulan Juli 2017 terdiri dari:
Tabel 1. Luas Areal Komoditi Kelapa Sawit dan Karet di PTPN III Kebun Pulau Mandi
KELAPA SAWIT
AFDELING KARET JUMLAH
TBM TM
1.4 Ekologi
PTPN III Kebun Pulau Mandi terletak di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera
Utara seluas 3.766,40 Ha. PTPN III Kebun Pulau Mandi memiliki 5 Afdeling dengan
kegiatan tanaman yang diusahakan tanaman Karet dan tanaman Kelapa Sawit. PTPN III
Kebun Pulau Mandi terletak pada ketinggian ± 62 Meter diatas permukaan laut, dengan
garis lintang 02°. 52°. 3,18° LU dan 99°. 30 °.4,98° LS yang berlokasi di Kec. Buntu Pane,
Kabupaten Asahan ( ± 21 Km dari kota Kisaran) dan berbatasan dengan:
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Prapat Janji / kebun Sei Silau.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun Janji Nauli, Ambar, Sidorukun dan
PTPN IV.
Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Ujung Seribu, Sarefa, Bangun Sari dan
BSP.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Buntu Pane, Lestari
1.5 Visi dan Misi PTPN III Kebun Pulau Mandi
Visi
Menjadi Perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan
tata kelola bisnis terbaik.
5
Misi
Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.
Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.
Memperlakukan karyawan sebagai asset strategik dan mengembangkannya secara
optimal.
Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan imbal hasil terbaik bagi investor.
Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.
Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.
Dan melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.
BAB II
METODOLOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2.1 Rancangan
Rancangan praktek kerja lapangan (PKL) ini dilakukan dengan membentuk
kelompok yang terdiri dari 5 orang, mahasiswa menentukan lokasi tujuan PKL, dan
memohon surat pengantar kepada program studi. Jika telah mendapat surat pengantar dari
Dekan, mahasiswa langsung menghubungi instansi tujuan yang akan dijadikan tempat
praktek kerja lapangan agar mendapat surat kesediaan perusahaan tersebut. Instansi
tersebut dapat dipilih sendiri dengan persetujuan Pembantu Ketua I/Ketua Jurusan. Praktek
kerja lapangan ini dilaksanakan 30 hari kerja, mahasiswa akan dibimbing oleh dosen
pembimbing praktek kerja lapangan yang ditetapkan oleh Ketua Jurusan. Mahasiswa wajib
mengikuti kuliah pembekalan lalu melakukan konsultasi perihal praktek kerja lapangan
dengan dosen pembimbing praktek kerja lapangan dan menuliskan kerangka acuan
mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.
2.2 Implementasi
Praktek kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan dengan cara turun langsung ke
lapangan, mengamati, mempraktikkan sekaligus mendokumentasikan cara kerja yang ada
di lapangan dibawah arahan instruktur atau pembimbing lapangan, serta berinteraksi
dengan pekerja yang ada di lapangan dan turut serta dalam membantu pekerjaan mereka.
Pelaksanaan praktek kerja lapangan yang telah terealisasi dilakukan dengan cara
memperhatikan penjelasan pembimbing lapangan, berinteraksi melakukan
(tanya-jawab) dengan pembimbing lapangan, mencatat penjelasan pembimbing lapangan,
mempraktekkan secara langsung pekerjaan lapangan yang mampu dikerjakan misalnya
memupuk, memanen sawit, menyiram tanaman di pembibitan, penyiangan secara chemis
dan memperhatikan cara kerja karyawan serta berinteraksi degan karyawan untuk
pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan misalnya melakukan penyemprotan di kebun
tanaman ulang, dalam pengendalian hama, pemupukandan sebagainya serta
mendokumentasikan setiap pekerjaan yang dipraktekkan di lapangan. Tepat pada tanggal
18 Agustus 2018 dosen pembimbing praktek kerja lapangan mengadakan kunjungan ke
lokasi PKL.
Pembuatan laporan praktek kerja lapangan dilakukan pada saat PKL sedang
berlangsung dengan mengumpulkan data-data yang ada di lapangan sehingga laporan dapat
dikumpulkan tepat pada waktu yang telah ditetapkan.
8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Konsolidasi
Sebelum melakukan praktek kerja lapangan terlebih dahulu dilakukan konsolidasi
atau melapor ke kantor APK ( Asisten Personalia Kantor), Asisten Lapangan, dan Manajer.
Pada pertemuan ini dilakukan perencanaan praktek kerja lapangan ke depannya yaitu 2
minggu di afdelling 1 yang terdiri dari Tanaman menghasilkan karet dan juga pembibitan
Main nursery sawit.
Pada setiap pagi kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan apel di kantor
afdeling yang telah ditentukan, dan mengikuti kegiatan yang akan dilaksanakan di
lapangan.
3.2.3 Penyadapan
Penyadapan dilakukan pada pagi hari sekitar jam 06.00 sd 09.30. penyadapan ini
dilakukan dengan melukai kulit agar getah keluar. Adapun hal yang di perhatikan dalam
penyadapan adalah :
1. Menarik skrap dari permukaan alur sadap dan mengumpulkannya
2. Memperbaiki letak talang yang mungkin ikut tercabut sewaktu penarikan scrap atau
memindahkan tempatnya bila sudah terlalu dekat dengan alur sadap.
3. Memperbaiki atau memperjelas parit muka dan parit belakang
4. Membuat sorongan kearah parit belakang dari sorongan dimulai penyadapan dari
atas kebawah.
Posisi pohon yang telah disadap selalu berada di depan yang akan disadap
sehingga penyadap dapat memperhatikan aliran lateks pohon yang di sadap. Bila
ada lateks yang meluber, penyadap harus maju ke depan menuntun lateks agar
mengalir ke mangkok.
Dethin M45 untuk pencegahan Apogonia Sp (bercak daun) dosis 2 gram/ Liter
Pengendalian hama pada pembibitan dilakukan dengan rotasi 1 kali seminggu sedangkan
pengendalian penyakit dilakukan dengan rotasi 2 minggu.
3.3.3 Pemupukan di Main Nursery
Pemupukan yang dilakukan diberikan sesuai umur bibit. Pupuk diberikan dan
ditaburkan melingkar diatas tanah berjarak sekitar 4-8 cm dari batang sawit dan dilakukan
sehari setelah penyiangan. Pada saat pemupukan tidak dibenarkan mengenai leher akar dan
daun.
10 1,0 - -
12 1,0 - 10,0
14 - 10,0 -
16 - 10,0 25,0
18 - 10,0 -
20 - 10,0 25,0
22 - 15,0 -
24 - 15,0 25,0
26 - 15,0 -
28 - 15,0 25,0
30 - 20,0 -
32 - 20,0 50,0
34 - 20,0 -
36 - 20,0 50,0
38 - 25,0 -
40 - 25,0 50,0
Total 50,0 230,0 290,0
TBM III dengan rotasi 1x3 bulan. Pada 6 bulan pertama TBM I, untuk
meningkatkan efektifitas pengendalian gulma dapat ditambahkan dengan
herbisida berbahan aktif Metil Metsulfuron 20%.
mepet bentuk cangkem kodok/mulut ikan kemudian diangkut ke TPH bersamaan dengan
brondolan. TBS yang beratnya > 30 kg harus dibelah dua sehingga memudahkan peresapan
uap pada rebusan masuk ke dalam tandan buah.
Tandan buah lewat matang/busuk, dibrondolkan dan dimasukkan kedalam goni
sedangkan tandan kosong diletakkan di pinggir TPH.Pengutipan brondolan dan
penyusunan TBS bebas dari sampah dan kotoran lainnya.TBS disusun di TPH kelipatan 5
setiap barisnya dan gagang menghadap ke jalan, sedangkan ditempatkan di belakang
susunan TBS. Semua TBS diberi kode mandor dan nomor pemanen dengan memakai
pensil kopi atau alat tulis yang lain. Jumlah TBS per TPH dan tanggal panen dituliskan
pada tangkai bekas potongan tandan dan ditempatkan di atas goni brondolan atau di atas
susunan TBS. Seluruh TBS di TPH, sebelum di kirim ke PKS harus disortasi oleh Krani
Transport.
Pelaksanaan panen didaerah jalur listrik dilaksanakan oleh pemanen khusus yang
terlatih dan dilengkapi dengan peralatan panen Alloystick/gagang egrek atau dodos yang
telah dilapis karet (anti kontak). Pada hari hujan tidak dibenarkan panen diareal jalur listrik
3.5.3 Pemeriksaan Panen Kelapa Sawit (Kap Inspeksi)
Setiap pemanen yang memanen di areal TM Normal, diperiksa setiap hari dan kelas
pemanen ditetapkan setiap hari. Setiap pemanen yang memanen di Areal Tidak Produktif
(ATP), Percepatan Panen (TBM III) dan Areal Rencana TU, diperiksa setiap hari dan
jumlah denda bagi pemanen yang tidak melaksanakan panen bersih ditetapkan setiap hari.
Jumlah pohon yang diperiksa sebanyak 20 pohon yang dipanen untuk setiap pemanen di
ancak panen. Pemeriksaan panen dilaksanakan oleh Asisten Afdeling, Mandor I dan
petugas Kap Inspeksi terhadap ancak/lapangan yang dipanen pada hari itu dan produksi
hari itu di TPH. Petugas Kap Inspeksi memeriksa pemanen setiap hari diluar yang
diperiksa oleh Asisten dan Mandor I. Jumlah pemanen yang diperiksa setiap hari, 10 %
oleh Asisten Afdeling, 20 % oleh Mandor I dan 70 % oleh petugas Kap Inspeksi.
Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir pemeriksaan potong buah yang sudah
ditetapkan. Pencatatan didalam formulir pemeriksaan, antara lain : ketentuan umum
(tanggal, nama pemanen, kode mandor, ancak panen). Tiap kesalahan yang dijumpai
dicatat pada kolom-kolom yang sudah ditentukan dan jumlah kesalahan dicatat dengan
angka. Berdasarkan hasil pemeriksaan di Tempat Penerimaan Hasil (TPH) dan ancak
panen dari setiap pemanen dapat dinilai dan ditentukan kelas pemanen sebagai dasar
pembayaran premi.
3.5.4 Pengambilan Contoh Daun Tanaman Kelapa Sawit
Pengambilan contoh daun tanaman kelapa sawit merupakan bahan pertimbangan
untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan kelapa sawit di TM (tanaman menghasilkan).
Alat yang digunakan adalah eggrek, alat tulis, dan karung. Pada pengambilan contoh
22
tanaman dilakukan dengan mengambil daun ke 17. Jumlah contoh daun yang diambil dari
satu KCD sebanyak 30 pohon. Jumlah helai daun untuk satu pohon diambil 4 helai dengan
2 helai dari kiri dan 2 helai dari kanan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) mampu membuat mahasiswa lebih memahami
konsep-konsep non-akademis di dunia kerja nyata serta mampu berinteraksi dengan
karyawan dan masyarakat.
2. Dalam setiap pelaksanaan kerja diperlukan komunikasi yang baik, inovasi dan
kreativitas dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan.
3. Untuk mencapai produksi maksimal diperlukan koordinasi antara setiap elemen
perkebunan maupun afdeling.
4. Setiap pekerjaan di perkebunan memiliki biaya yang harus diperhitungkan sehingga
diperlukan pengelolaan yang baik.
5. Dalam melaksanakan kegiatannya, perkebunan menjalin kerjasama dengan
kontraktor dan masyarakat di sekitar perkebunan.
Saran
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Sebaiknya terus terjalin dengan institut akademik
dan aktif mengikut sertakan mahasiswa dalam proses penelitian komoditi kelapa
sawit dan karet.
Untuk menghindari kecelakaan dalam pekerjaan di perkebunan akan lebih baik jika
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan mengikuti prosedur pekerjaan sesuai
Instruksi Kerja (IK).
Sebaiknya PTPN III lebih memperhatikan pengolahan tanah pada saat hendak
melaksanakan TU (tanaman ulang) kelapa sawit dan juga karet agar tanah tidak
terkontaminasi jamur ganoderma dan jamur akar putih.
25
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Adlin. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Pahan, Iyung. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Panuladsih, S. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet.
Medan.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Profil Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.