Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan yang sangat
toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan
pertumbuhan yang sehat dan jagur serta menghasilkan produksi yang tinggi dibutuhkan
kisaran kondisi lingkungan tertentu. Keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit,
disamping faktor lainnya seperti bahan tanaman (genetis) dan perlakuan kultur teknis yang
diberikan (PPKS, 2003).
Karet dalam bahasa kimia yang disebut sebagai elestomer dapat berasal dari alam
yang dihasilkan dari pohon karet (Hevea brasiliensis) yang disebut dengan karet alam dan
dapat pula berasal dari hasil pabrikasi yang disebut dengan karet sintesis. Pembuatan karet
sintesis dengan menggunakan bahan baku residu minyak bumi (parafin) dengan teknik
polimerasi, sehingga mutu karet sintesis dapat dibuat dengan konsisten (Panuladsih, 2001).
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan tanaman Karet
(Hevea brasiliensis) merupakan jenis komoditi perkebunan terbesar dengan nilai
ekonomis yang tinggi. Tanaman kelapa sawit dalam bahasa latin dinamakan
Elaeis guineensis Jacq. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion dari bahasa Yunani yang
berarti minyak dan kata guineensis berasal dari kata Guinea yaitu merupakan nama suatu
daerah di Pantai Barat Afrika, sedangkan kata Jacq adalah singkatan dari Jacquin seorang
botanis dari Amerika yang pertama membuat susunan taksonomi dari tanaman ini.
Tanaman kelapa sawit di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah kolonial
Belanda dan ditanam di Kebun Raya Bogor (Pahan, 2011).
Sejarah pembukaan perkebunan di indonesia dapat dikelompokkan dalam lima
periode, dimana perkembangan pengusahaannya memiliki dasar hukum yang berbeda-beda
sesuai dengan situasi dan kondisi pada masa tersebut. Pengelompokan tersebut sebagai
berikut :
- Periode penjajahan belanda (1600-1942)
- Periode pendudukan jepang (1942-1945)
- Periode revolusi fisik beberapa tahun setelah indonesia merdeka dan pemulihan
perkebunan (1945-1955)
- Periode pengalihan/nasionalisasi perkebunan dari swasta asing ke PNP/PTP dan
perkembangan pada pemerintahan orde baru (1956-1990an)
2

- Periode pembangunan perkebunan (2000-2004) dan awal pelaksanaan undang-undang


perkebunan no. 18 tahun 2004.
Praktek kerja lapangan merupakan wujud aplikasi terpadu antara sikap,
kemampuan, dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dibangku kuliah. Dengan
mengikuti praktek kerja lapangan diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan
dan pengalaman mahasiswa dalam mempersiapkan diri dalam dunia pekerjaan dan masa
depan kedepannya.
Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan suatu kegiatan akademik terjadwal
dilakukan secara mandiri berupa observasi dan orientasi yang dilakukan oleh seorang
mahasiswa pada suatu perusahaan perkebunan/instansi atau balai penelitian, baik milik
pemerintah atau swasta yang mempunyai beban sebesar 2 SKS. Dalam pelaksanaan PKL
seorang mahasiswa terikat kepada peraturan dan hukum yang dikeluarkan oleh negara,
perusahaan atau instansi dan peraturan mengenai tata tertib selama pelaksanaan PKL yang
dikeluarkan oleh Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Adapun tujuan dilaksanakannya praktek kerja lapang adalah untuk memberikan
kesempatan kepada mahasiswa agar :
1. Belajar mempersiapkan diri turun ke masyarakat dengan bekal ilmu yang sudah
didapat dan mampu membandingkan antara ilmu yang didapat selama di bangku
perkuliahan dengan kenyataan yang ada di dunia kerja nyata. Lebih dapat
memahami konsep-konsep non akademis dan non teknis di dunia kea nyata.
2. Mampu menganilisa dan memahami permasalahan dalam sistem yang lebih
kompleks dan luas.
3. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah di dapatkan dengan memberikan
sedikit kontribusi pengetahuan pada perusahaan perkebunan dan instansi, secara
jelas dan konsisten dengan komitmen yang tinggi.
3

1.3 Profil Singkat PT. Perkebunan Nusantara III ( Persero) Kebun Pulau Mandi

Gambar 1.1 Kantor PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Pulau Mandi

PTPN III Kebun Pulau Mandi merupakan salah satu Kebun yang berada dibawah
naungan Distrik Asahan. Kebun Pulau Mandi pertama sekali dibuka pada tahun
1910 s/d 1938 dan ditanami dengan budidaya tembakau oleh Perusahaan Jerman. Pada
tahun 1938 s/d 1942 diambil alih oleh Pemerintah Jepang dan ditanami dengan Pohon
Shere dengan nama Perusahaan Suagamu Kabosaki Kaisyah Sumatera Kagio. Kemudian
pada tahun 1943 s/d 1949 oleh Belanda diberi nama Gubernemen Lambow Dedrijf (GLB)
dengan budidaya karet dan pada tahun 1950 diubah menjadi PPN Republik Indonesia.
Dalam perjalanannya PPN Republik Indonesia diubah kembali menjadi PPN Lama pada
tahun 1952, dan perubahannya dilanjutkan pada tahun 1953 s/d 1965 berubah nama
menjadi PPN-SUMUT-IX.
Kemudian pada tahun 1965 Kebun Pulau Mandi masuk kedalam kelompok PPN
Karet VII. Pada saat terjadi penyederhanaan Organisasi PPN pada Tahun 1968 Kebun
Pulau Mandi masuk kedalam PNP V. Pada tahun 1974 PNP V berubah menjadi PT
Perkebunan V (Persero). Sampai pada tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT
Perkebunan III, IV, V dan pada tahun 1996 menjadi PT Perkebunan Nusantara III.
Pada tanggal 2 Maret 1998 Kebun Pulau Mandi digabung menjadi satu dengan
Kebun Ambalutu dengan nama Kebun Pulau Mandi dan pada tanggal 01 Juni 2004 Kebun
Pulau Mandi dipisahkan kembali menjadi dua yaitu Kebun Pulau Mandi dan Kebun
Ambalutu.
Berdasarkan pengelolaannya, Kebun Pulau Mandi mengelola kegiatan usaha
dibidang perkebunan dengan dua jenis komoditi tanaman yakni Tanaman Kelapa Sawit
dan Tanaman Karet, yang dikelola diatas Lahan HGU dengan luas ± 3.766,40 Ha. Sesuai
dengan Sertifikat HGU SK Menteri/Kepala BPN No. 32/HGU/BPN/95 diterbitkan tanggal
10 Mei 1995 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2025. PTPN III Kebun Pulau Mandi
4

terdiri dari 5 (lima) Afdeling dengan komoditi tanaman terdiri dari 2 (dua) jenis tanaman
yaitu tanaman karet dan kelapa sawit yang pada bulan Juli 2017 terdiri dari:
Tabel 1. Luas Areal Komoditi Kelapa Sawit dan Karet di PTPN III Kebun Pulau Mandi
KELAPA SAWIT
AFDELING KARET JUMLAH
TBM TM

Afdeling I 260,77 377 637,77

Afdeling II 706,01 - 706,01

Afdeling III 736,56 - 736,56

Afdeling IV 759,31 - 759,31

Afdeling V 98,20 668,80 - 767

JUMLAH 98,20 3131,45 377 3606,65

1.4 Ekologi
PTPN III Kebun Pulau Mandi terletak di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera
Utara seluas 3.766,40 Ha. PTPN III Kebun Pulau Mandi memiliki 5 Afdeling dengan
kegiatan tanaman yang diusahakan tanaman Karet dan tanaman Kelapa Sawit. PTPN III
Kebun Pulau Mandi terletak pada ketinggian ± 62 Meter diatas permukaan laut, dengan
garis lintang 02°. 52°. 3,18° LU dan 99°. 30 °.4,98° LS yang berlokasi di Kec. Buntu Pane,
Kabupaten Asahan ( ± 21 Km dari kota Kisaran) dan berbatasan dengan:
 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Prapat Janji / kebun Sei Silau.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun Janji Nauli, Ambar, Sidorukun dan
PTPN IV.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Ujung Seribu, Sarefa, Bangun Sari dan
BSP.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Buntu Pane, Lestari
1.5 Visi dan Misi PTPN III Kebun Pulau Mandi
Visi
Menjadi Perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan
tata kelola bisnis terbaik.
5

Misi
 Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan.
 Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.
 Memperlakukan karyawan sebagai asset strategik dan mengembangkannya secara
optimal.
 Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan imbal hasil terbaik bagi investor.
 Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.
 Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.
 Dan melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

1.6 Struktur organisasi

Gambar 1.2 Struktur Organisasi


1.7 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di PT Perkebunan Nusantara III Kebun
Pulau Mandi Kecamatan Buntu Pane yang terletak di Kabupaten Asahan Sumatera Utara.
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dimulai pada tanggal 16 Juli 2018 – 23 Agustus
2018.
6

Praktek kerja lapangan dilakukan di afdeling 1 yaitu tanaman menghasilkan karet


dan pembibitan kelapa sawit, di afdeling 2 yaitu tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit
dan di afdeling 5 yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit.
1.8 Fasilitas Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Dalam melakukan Praktek Kerja Lapangan di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun
Pulau Mandi, fasilitas yang didapatkan oleh team PKL berupa rumah sebagai tempat
tinggal selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan dan kendaraan sebagai alat
transportasi selama melakukan kegiatan PKL.
1.9 Mekanisme Interaksi dengan Pembimbing Lapangan
Peserta PKL diberikan pembimbing lapangan (Asisten Afdeling). Pembimbing
lapangan selalu memberikan pengarahan, pada pagi hari pukul 06.00 WIB di kantor setiap
afdeling mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan lokasi yang akan dikunjungi
mahasiswa PKL dimulai dari hari senin s/d sabtu. Kemudian pembimbing lapangan
memberikan arahan kepada mandor untuk menuntun mahasiswa ke lapangan dalam
melakukan kegiatan yang telah didiskusikan. Selanjutnya memberikan penjelasan
mengenai kegiatan yang dilakukan, kemudian memberikan kesempatan untuk tanya jawab
kepada mahasiwa dan yang terakhir adalah masukan masukan yang mendukung untuk
menyukseskan kegiatan PKL. Setelah kegiatan selesai peserta PKL membuat jurnal harian
serta jurnal mingguan dan diperiksa oleh pembimbing lapangan peserta.
7

BAB II
METODOLOGI PRAKTEK KERJA LAPANGAN
2.1 Rancangan
Rancangan praktek kerja lapangan (PKL) ini dilakukan dengan membentuk
kelompok yang terdiri dari 5 orang, mahasiswa menentukan lokasi tujuan PKL, dan
memohon surat pengantar kepada program studi. Jika telah mendapat surat pengantar dari
Dekan, mahasiswa langsung menghubungi instansi tujuan yang akan dijadikan tempat
praktek kerja lapangan agar mendapat surat kesediaan perusahaan tersebut. Instansi
tersebut dapat dipilih sendiri dengan persetujuan Pembantu Ketua I/Ketua Jurusan. Praktek
kerja lapangan ini dilaksanakan 30 hari kerja, mahasiswa akan dibimbing oleh dosen
pembimbing praktek kerja lapangan yang ditetapkan oleh Ketua Jurusan. Mahasiswa wajib
mengikuti kuliah pembekalan lalu melakukan konsultasi perihal praktek kerja lapangan
dengan dosen pembimbing praktek kerja lapangan dan menuliskan kerangka acuan
mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.

2.2 Implementasi
Praktek kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan dengan cara turun langsung ke
lapangan, mengamati, mempraktikkan sekaligus mendokumentasikan cara kerja yang ada
di lapangan dibawah arahan instruktur atau pembimbing lapangan, serta berinteraksi
dengan pekerja yang ada di lapangan dan turut serta dalam membantu pekerjaan mereka.
Pelaksanaan praktek kerja lapangan yang telah terealisasi dilakukan dengan cara
memperhatikan penjelasan pembimbing lapangan, berinteraksi melakukan
(tanya-jawab) dengan pembimbing lapangan, mencatat penjelasan pembimbing lapangan,
mempraktekkan secara langsung pekerjaan lapangan yang mampu dikerjakan misalnya
memupuk, memanen sawit, menyiram tanaman di pembibitan, penyiangan secara chemis
dan memperhatikan cara kerja karyawan serta berinteraksi degan karyawan untuk
pekerjaan yang tidak mampu dikerjakan misalnya melakukan penyemprotan di kebun
tanaman ulang, dalam pengendalian hama, pemupukandan sebagainya serta
mendokumentasikan setiap pekerjaan yang dipraktekkan di lapangan. Tepat pada tanggal
18 Agustus 2018 dosen pembimbing praktek kerja lapangan mengadakan kunjungan ke
lokasi PKL.
Pembuatan laporan praktek kerja lapangan dilakukan pada saat PKL sedang
berlangsung dengan mengumpulkan data-data yang ada di lapangan sehingga laporan dapat
dikumpulkan tepat pada waktu yang telah ditetapkan.
8

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Konsolidasi
Sebelum melakukan praktek kerja lapangan terlebih dahulu dilakukan konsolidasi
atau melapor ke kantor APK ( Asisten Personalia Kantor), Asisten Lapangan, dan Manajer.
Pada pertemuan ini dilakukan perencanaan praktek kerja lapangan ke depannya yaitu 2
minggu di afdelling 1 yang terdiri dari Tanaman menghasilkan karet dan juga pembibitan
Main nursery sawit.
Pada setiap pagi kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan apel di kantor
afdeling yang telah ditentukan, dan mengikuti kegiatan yang akan dilaksanakan di
lapangan.

Gambar 3.1 Pelaksanaan Apel Pagi


3.2 Tanaman Karet
3.2.1 Pembukaan Tanaman Susulan
Pembukaan pokok susulan baru untuk di sadap dilakukan pendataan. Pembukaan
pokok baru ini dipilih sesuai dengan kriteria yang telah sesuai dengan IK( instruksi kerja)
dan adapun hal yang dilakukan pada pembukaan pokok susulan ini adalah sebagai berikut :
 Diukur lilit batang dari pertautan okulasi setinggi 130 cm untuk alur sadap yang
baru
 Dilakukan penyadapan pada batang karet dengan kemiringan 400
 Dipasang talang sebagai alat pengalir getah
 Dipasang kawat sejauh 15 cm dari talang dan juga mangkok sebagai tempat
penampung getah karet.
 Lalu pada bagian batang yang di sadap dilakukan penggambaran alur sadap untuk 1
semester atau 6 bulan.
9

Gambar 3.2 Pembukaan pokok susulan baru


3.2.2 Pemakaian obat perangsang lateks (Stimulansia)
Pemakaian obat dilakukan 2 hari sebelum penyadapan, obat yang dilakukan adalah
etherel. Pemakaian obat ini dilakukan agar lateks dengan cepat keluar dari pembuluh
lateks. Sehingga akan meningkatkan produksi.
Adapun hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian obat ini adalah sebagai
berikut :
 Pengaplikasian stimulansia dilakukan 2 hari sebelum penyadapan
 Pengaplikasian stimulansia tergantung jenis tanaman yaitu slow starter dan quick
starter.
 Pengaplikasian obat slow starter dilakukan 4 kali dalam sebulan atau 200 %.
Sedangkan untuk quick starter dilakukan sebanyak 2 kali dalam sebulan atau 100%.
 Sebelum aplikasi obat terlebih dahulu skrap pada alur sadap di bersihkan agar obat
yang diaplikasikan dapat di serap oleh kulit karet.

Gambar 3.3 Pengaplikasian Stimulansia


10

3.2.3 Penyadapan
Penyadapan dilakukan pada pagi hari sekitar jam 06.00 sd 09.30. penyadapan ini
dilakukan dengan melukai kulit agar getah keluar. Adapun hal yang di perhatikan dalam
penyadapan adalah :
1. Menarik skrap dari permukaan alur sadap dan mengumpulkannya
2. Memperbaiki letak talang yang mungkin ikut tercabut sewaktu penarikan scrap atau
memindahkan tempatnya bila sudah terlalu dekat dengan alur sadap.
3. Memperbaiki atau memperjelas parit muka dan parit belakang
4. Membuat sorongan kearah parit belakang dari sorongan dimulai penyadapan dari
atas kebawah.
 Posisi pohon yang telah disadap selalu berada di depan yang akan disadap
sehingga penyadap dapat memperhatikan aliran lateks pohon yang di sadap. Bila
ada lateks yang meluber, penyadap harus maju ke depan menuntun lateks agar
mengalir ke mangkok.

Gambar 3.4 Penyadapan


 Arah bidang sadapan searah dengan barisan tanaman
 Titik ketinggian 130 cm dari pertautan okulasi
 Diatas titik ketinggian sebesar 2 mm dibuat irisan 1 selebar 1 cm dengan kedalaman
±4 cm
 Pada penyadapan yang kedua di buat 1 mm diatas irisan pertama
11

3.2.4 Pendeteksian Penyakit Tanaman Karet


Jamur Akar Putih (JAP) Rigidoporus Lignosus pada TBM atau TM Jamur ini
dikendalikan dengan cara kimia atau biologi yaitu:
Gejala Serangan:
 Gejala serangan secara dini sangat sulit dilihat terutama pada tanaman TBM.
 Gejala hanya dapat dilihat dengtan mengorek tanah disekitar perakaran. Ciri khas
adalah benang-benang miselium berwarna putih pada waktu basah dan kering.
 Pada TBM 3-TBM 5 atau TM gejala yang terlihat tanaman berbunga-berbuah tidak
pada waktu

Gambar 3.5 Penyakit JAP


Kering Alur Sadap ( KAS ) adalah penyakit tanaman karet di akibatkan fisiologis.
Belum diketahui jelas penyebab penyakit dari KAS ini tetapi ada beberapa gejalanya
sebagai berikut :
 Penyebab penyakit ini adalah gangguan fisiologis sehingga sulit di deteksi secara
dini
 Gejala awal terlihat adanya lateks encer bewarna bening dan pada saat sadap lateks
menetes relatif lebih lama
 Timbul bercak berwarna coklat pada alur sadap yang semula hanya sebagian yang
mengeluarkan cairan berwarna coklat
 Pada saat tingkat serangan lanjut, bercak coklat akan menjalar ke seluruh alur sadap
dan akhirnya pohon tidak mengeluarkan latek.
12

Gambar 3.6 Tanaman karet terkena KAS


3.2.5 Penyemprotan Gulma Tanaman Karet
Pengendalian Gulma :
1. Penyiangan Stripan/Jalur Pohon :
a. Penyiangan Jalur selebar 1,5 m dari kiri, kanan pohon.
b. Penyiangan stripan pada TM biasa dilaksanakan secara chemis dengan rotasi 2x
setahun. Rotasi pertama dilaksanakan sebelum aplikasi pemupukan.
c. Bila pemakaian bahan kimia untuk blanket 1,25 L/Ha, maka pemakaian bahan
kimia untuk stripan disesuaikan dengan jumlah barisan.
Contoh untuk tanaman dengan jumlah barisan = 20 baris/Ha.
1,5 m x 2 x 20 baris x 100 m x 1,25 Ltr/Ha
10.0000
= 0,75 Liter/Ha
2. Penyiangan gawangan.
Gulma seperti pakisan dan rumput-rumputan yang tumbuh digawangan sampai
ketinggian 30 cm masih diperkenankan.

Gambar 3.7 Penyemprotan Gulma TM Karet


13

3.3 Pembibitan Main Nursery Kelapa Sawit


3.3.1 Seleksi Bibit
Seleksi bertujuan untuk memperoleh bibit yang benar-benar sehat, normal dan yang
bermutu baik. Dengan demikian, seleksi harus dilaksanakan hati-hati dengan tuntutan
langsung dari Asisten Afdeling/ Asisten Kepala.
Seleksi pembibitan kelapa sawit di Main Nursery dilakukan pada :
a. Seleksi I umur 4 bulan
b. Seleksi II umur 6 bulan
c. Seleksi III umur 8 bulan
d. Seleksi IV Saat akan ditanam di lapangan. Seleksi bibit umumnya ± 15%

Gambar 3.8 Seleksi Bibit Kelapa Sawit Abnormal


3.3.2 Pemeliharaan di Main Nursery
a. Penyiangan
Penyiangan dilakukan didalam polybag dan diluar polybag. Penyiangan dilakukan
dalam polybag harus dilakukan secara manual dengan rotasi 2 kali sebulan. Penyiangan
diluar polybag dilakukan secara manual dan sistem chemis. Secara manual dengan
pemberantasan gulma diantara polibag dengan cara mencabut gulma yang berada dalam
polybag rotasi penyiangan 2 kali sebulan. sedangkan Secara sistem chemis dengan cara
menyemprot semua gulma yang berada diluar polybag, dengan rotasi 2 kali sebulan.

Gambar 3.9 Penyiangan dalam polybag


14

Gambar 3.10 Penyiangan luar polybag


b. Pemberian serasah (Mulching)
Permukaan tanah polybag dapat diberikan mulsa berupa cangkang kelapa sawit
yang gunanya untuk menekan penguapan air, pertumbuhan gulma, menahan pukulan air
siraman dan mengatur kelembaban tanah. kebutuhan cangkang ± 0,5 kg/kantong.

Gambar 3.11 Serasah (mulcing)


c. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari, pagi hari jam 07.00-10.00 dan sore hari jam
15.00-18.00 WIB dengan menggunakan irrigation tube. Dengan pipa 2 inci setiap 4 baris
dilakukan pemasangan recuder 1 inci dan diujungnya dipasang irrigation tube. Pada
tekanan 0.8-1.0 bar air keluar layaknya hujan.

Gambar 3.12 Sistem irrigation tube


d. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit di pembibitan dengan cara kimia yaitu
menggunakan insektisida dan fungisida. Beberapa insektisida dan fungisida yang
digunakan adalah:
 Daconil 75 WP dengan bahan aktif Klorotalonil 75% untuk mengendalikan
penyakit pada pembibitan tanaman kelapa sawit
15

 Dethin M45 untuk pencegahan Apogonia Sp (bercak daun) dosis 2 gram/ Liter
Pengendalian hama pada pembibitan dilakukan dengan rotasi 1 kali seminggu sedangkan
pengendalian penyakit dilakukan dengan rotasi 2 minggu.
3.3.3 Pemupukan di Main Nursery
Pemupukan yang dilakukan diberikan sesuai umur bibit. Pupuk diberikan dan
ditaburkan melingkar diatas tanah berjarak sekitar 4-8 cm dari batang sawit dan dilakukan
sehari setelah penyiangan. Pada saat pemupukan tidak dibenarkan mengenai leher akar dan
daun.

Gambar 3.13 Pengaplikasian pupuk NPK 12.12.17.2

Gambar 3.14 Pengaplikasian pupuk dolomit


Pada pembibitan ini, digunakan bibit yang berasal dari PPKS dengan dosis
rekomendasi pemupukan sebagai berikut:
Tabel 2. Dosis Rekomendasi Pemupukan
Umur bibit kelapa Dosis Pemupukan (gram)/polybag)
sawit NPK 15.15.6.4 NPK 12.12.17.2 DOLOMIT
(Minggu)
2 2,5 - -
3 2,5 - 10,0
4 5,0 - -
5 5,0 - 10,0
6 7,5 - -
8 7,5 - 10,0
16

10 1,0 - -
12 1,0 - 10,0
14 - 10,0 -
16 - 10,0 25,0
18 - 10,0 -
20 - 10,0 25,0
22 - 15,0 -
24 - 15,0 25,0
26 - 15,0 -
28 - 15,0 25,0
30 - 20,0 -
32 - 20,0 50,0
34 - 20,0 -
36 - 20,0 50,0
38 - 25,0 -
40 - 25,0 50,0
Total 50,0 230,0 290,0

3.4 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Kelapa Sawit


Pemeliharaan TBM Kelapa Sawit
 Pengaplikasian Sistem Khemis
 Membersihkan piringan pohon dan pasar pikul dengan menggunakan bahan
aktif fluroksipir MHE dan pengendalian gulma digawangan dengan
menggunakan bahan aktif glifosat.
 Pada 6 bulan pertama TBM 1 dilaksanakan membersihkan piringan pohon
dengan garuk, rotasi 1 x 1 bulan. Kemudian pada Semester-II TBM 1
dilaksanakan membersihkan piringan pohon dan pasar pikul dengan
menggunakan bahan kimia.
 Membersihkan piringan pohon dan pasar pikul dengan menggunakan bahan
kimia berbahan aktif Fluroksipir MHE di TBM I s/d III, rotasi 1x1 bulan.
 Membersihkan gawangan dari gulma/ rumput yang tumbuh dipiringan pohon,
pasar pikul dan diantara kacangan dengan menggunakan bahan aktif Glifosat
saat TBM I dengan rotasi 1x1 bulan, TBM II dengan rotasi 1x2 bulan dan
17

TBM III dengan rotasi 1x3 bulan. Pada 6 bulan pertama TBM I, untuk
meningkatkan efektifitas pengendalian gulma dapat ditambahkan dengan
herbisida berbahan aktif Metil Metsulfuron 20%.

Metil Metsulfuron Glifosat


20%

Gambar 3.15 Pengaplikasian Sistem Khemis


 Pengendalian Kumbang Tanduk
Pengendalian kumbang tanduk yang dilakukan yaitu dengan pengendalian secara
manual dan kimia. Pengendalian secara manual dengan cara pengutipan gendon (larva)
pada batang tanaman kelapa sawit yang telah busuk di lapangan. Pada areal TBM (tanaman
belum menghasilkan) pengendalian kumbang tanduk secara kimia menggunakan
insektisida (granular) yang bersifat sistemik dan slow realease dengan merk dagang
Marshal. Diaplikasikan pada pangkal pelepah termuda sebanyak 5 gram per pohon dengan
rotasi 3 minggu. Alat yang digunakan adalah ember sebagai wadah sendok plastik kecil
sebagai takaran dosis marshal.

Gambar 3.16 Pengendalian secara manual

Gambar 3.17 Pengendalian secara sistem chemis


18

 Siklus Hidup Kumbang Tanduk

Gambar 3.18 Siklus hidup Kumbang Tanduk


3.5 Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit
3.5.1 Pemeliharaan Tanaman TM
 Penunasan
Penunasan dilaksanakan untuk mempertahankan jumlah pelepah daun sesuai umur
tanaman, mempertahankan luas permukaan daun untuk proses fotosintesa, mempermudah
pelaksanaan panen dan mencegah kehilangan brondolan yang sangkut diketiak pelepah.
Menunas pelepah yang tidak berfungsi yaitu pelepah yang terletak rata dengan tanah dan
telah menguning/mengering. Jumlah pelepah yang dipertahankan adalah 56-64 pelepah.
Pemotongan pelepah dilakukan rapat ke pangkal pelepah dan bidang potong
berbentuk tapak kuda yang miring keluar membentuk sudut 15° s/d 30° terhadap bidang
datar, untuk menghindari tersangkutnya brondolan diketiak pelepah. Pelepah yang telah
ditunas, dipotong 3 (tiga) bagian lalu dikumpulkan dan dirumpuk diantara tanaman (dalam
barisan) pada areal datar sampai dengan bergelombang.
Standart pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman yaitu:
 Umur tanaman < 8 tahun jumlah pelepah 65-64 atau songgo 3 (tiga) yaitu sistem
pengelolaan pelepah dengan cara mempertahankan minimal 3 (tiga) pelepah
dibawah tandan tertua tidak dibenarkan dipotong.
 Umur tanaman > 8 tahun jumlah pelepah 48-56 atau songgo 2 (dua) yaitu sistem
pengelolaan pelepah dengan cara mempertahankan minimal 2 (dua) dibawah
tandan tertua tidak dibenarkan dipotong.
19

3.5.2 Pemanenan Kelapa Sawit

Gambar 3.19 Pemanenan kelapa sawit


Pemanenan kelapa sawit dilakukan untuk memperoleh TBS yang sesuai dengan
kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan persyaratan untuk menentukan
TBS yang dapat di panen. TBS dapat dipanen jika sudah membrondol secara alami dan
berada disekitar pokok tanaman sawit. Pelaksanaan panen kelapa sawit dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu :
a. Dodos, untuk tanaman berumur < 8 tahun
b. Egrek untuk tanaman berumur > 8 tahun
Tabel 3. Tingkat Kematangan Tandan Buah Panen Kelapa Sawit
Derajat kematangan Jumlah Brondolan
Matang I 10-25 buah luar telah membrondol
Matang II 25-75 buah luar telah membrondol
Matang III 75-80 buah luar telah membrondol
Matang IV >80 buah luar telah membrondol

Matang I Matang II Matang III Matang IV


Gambar.20 Tingkat Kematangan Tandan Buah Panen Kelapa Sawit
Pelepah yang berada dibawah TBS diturunkan sebelum memotong TBS. Namun
demikian jumlah pelepah yang tinggal dipokok harus sesuai dengan standart umur
tanaman. Pelepah bekas panen dipotong 3 (tiga) bagian dan dirumpuk diantara tanaman
(dalam barisan) pada areal datar s/d bergelombang. Pada daerah-daerah miring/perengan
pelepah tidak dipotong dan dirumpuk diantara barisan tanaman dengan posisi tegak lurus
terhadap kemiringan areal. Tandan buah yang sudah dipanen, gagang tandan dipotong
20

mepet bentuk cangkem kodok/mulut ikan kemudian diangkut ke TPH bersamaan dengan
brondolan. TBS yang beratnya > 30 kg harus dibelah dua sehingga memudahkan peresapan
uap pada rebusan masuk ke dalam tandan buah.
Tandan buah lewat matang/busuk, dibrondolkan dan dimasukkan kedalam goni
sedangkan tandan kosong diletakkan di pinggir TPH.Pengutipan brondolan dan
penyusunan TBS bebas dari sampah dan kotoran lainnya.TBS disusun di TPH kelipatan 5
setiap barisnya dan gagang menghadap ke jalan, sedangkan ditempatkan di belakang
susunan TBS. Semua TBS diberi kode mandor dan nomor pemanen dengan memakai
pensil kopi atau alat tulis yang lain. Jumlah TBS per TPH dan tanggal panen dituliskan
pada tangkai bekas potongan tandan dan ditempatkan di atas goni brondolan atau di atas
susunan TBS. Seluruh TBS di TPH, sebelum di kirim ke PKS harus disortasi oleh Krani
Transport.
Pelaksanaan panen didaerah jalur listrik dilaksanakan oleh pemanen khusus yang
terlatih dan dilengkapi dengan peralatan panen Alloystick/gagang egrek atau dodos yang
telah dilapis karet (anti kontak). Pada hari hujan tidak dibenarkan panen diareal jalur listrik
3.5.3 Pemeriksaan Panen Kelapa Sawit (Kap Inspeksi)

Gambar 3.21 Pemeriksaan Panen Kelapa Sawit (Kap Inspeksi)


Pemeriksaan panen kelapa sawit (kap inspeksi) adalah pemeriksaan terhadap
seluruh proses panen dengan memberikan nilai kesalahan sesuai norma yang ditetapkan.
Kapspeksi dilakukan dengan 2 kali pemeriksaan yaitu :
Tabel 4. Pemeriksaan di Ancak Panen
No. Kesalahan Denda
1. Tangkai panjang tidak dipotong Rp. 2000
2. Tangkai TBS tidak berbentuk huruf V Rp. 500
3. TPH tidak diberi nomor Rp. 1000
4. TBS busuk fraksi 5 (lima) tidak diketek Rp. 2000
21

5. TBS tidak disusun di TPH Rp. 500


6. Buah mentah (F 00) Rp. 10.000

Tabel 5. Pemeriksaan di TPH


No. Kesalahan Denda
1. Brondolan tidak dikutip bersih Rp. 50
2. Buah matang tidak dipanen Rp. 10.000
3. Buah matang dipanen tidak diangkat ke TPH Rp. 25.000
4. Pelepah tidak disusun digawangan mati Rp. 1000
5. Buah lewat matang tidak dipanen Rp. 10.000
6. Pelepah tidak diturunkan Rp. 1000

Setiap pemanen yang memanen di areal TM Normal, diperiksa setiap hari dan kelas
pemanen ditetapkan setiap hari. Setiap pemanen yang memanen di Areal Tidak Produktif
(ATP), Percepatan Panen (TBM III) dan Areal Rencana TU, diperiksa setiap hari dan
jumlah denda bagi pemanen yang tidak melaksanakan panen bersih ditetapkan setiap hari.
Jumlah pohon yang diperiksa sebanyak 20 pohon yang dipanen untuk setiap pemanen di
ancak panen. Pemeriksaan panen dilaksanakan oleh Asisten Afdeling, Mandor I dan
petugas Kap Inspeksi terhadap ancak/lapangan yang dipanen pada hari itu dan produksi
hari itu di TPH. Petugas Kap Inspeksi memeriksa pemanen setiap hari diluar yang
diperiksa oleh Asisten dan Mandor I. Jumlah pemanen yang diperiksa setiap hari, 10 %
oleh Asisten Afdeling, 20 % oleh Mandor I dan 70 % oleh petugas Kap Inspeksi.
Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir pemeriksaan potong buah yang sudah
ditetapkan. Pencatatan didalam formulir pemeriksaan, antara lain : ketentuan umum
(tanggal, nama pemanen, kode mandor, ancak panen). Tiap kesalahan yang dijumpai
dicatat pada kolom-kolom yang sudah ditentukan dan jumlah kesalahan dicatat dengan
angka. Berdasarkan hasil pemeriksaan di Tempat Penerimaan Hasil (TPH) dan ancak
panen dari setiap pemanen dapat dinilai dan ditentukan kelas pemanen sebagai dasar
pembayaran premi.
3.5.4 Pengambilan Contoh Daun Tanaman Kelapa Sawit
Pengambilan contoh daun tanaman kelapa sawit merupakan bahan pertimbangan
untuk mendapatkan rekomendasi pemupukan kelapa sawit di TM (tanaman menghasilkan).
Alat yang digunakan adalah eggrek, alat tulis, dan karung. Pada pengambilan contoh
22

tanaman dilakukan dengan mengambil daun ke 17. Jumlah contoh daun yang diambil dari
satu KCD sebanyak 30 pohon. Jumlah helai daun untuk satu pohon diambil 4 helai dengan
2 helai dari kiri dan 2 helai dari kanan.

Gambar 3.22 Pelaksanaan Pengambilan KCD di Lapangan


Setelah selesai daun yang telah diambil dibawa ke kantor afdeling 2 untuk
membersihkan daun tersebut. Alat dan bahan yang digunakan adalah gunting, kapas,
aquadesh, plastik, jarum jahit, benang dan label. Dipotong daun sepertiga dari atas dan
sepertiga dari bawah dengan ukuran 20 cm. Dipisahkan daun dengan lidi. Setelah itu
dilakukan pembersihan dengan menggunakan kapas dan aquadesh, setelah kering daun
dijahit kemudian dimasukan kedalam plastik beserta label dengan keterangan nama kebun,
luas, nomor KCD, afdeling, blok, pelepah ke, tahun tanam, tanggal pengambilan serta
waktu pengambilan. Setelah selesai dilakukan pengiriman ke balai penelitian. Pengambilan
KCD dilakukan di afdeling 2 selama 1 hari.

Gambar 3.23 Proses Pelaksanaan KCD


23

3.5.5 Pemeliharaan Jalan


Perbaikan jalan dilakukan secara manual dengan cara lubang-lubang yang terdapat
pada badan jalan yang tergenang air harus dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian Batu
padas dipecahkan dan disusun serta ditutup dengan tanah kering untuk pengikat. Pastikan
air hujan mengalir ketempat yang lebih rendah dan tidak tertahan atau tergenang pada
badan jalan.

Gambar 3.24 Pemeliharaan Jalan


24

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Praktek Kerja Lapangan (PKL) mampu membuat mahasiswa lebih memahami
konsep-konsep non-akademis di dunia kerja nyata serta mampu berinteraksi dengan
karyawan dan masyarakat.
2. Dalam setiap pelaksanaan kerja diperlukan komunikasi yang baik, inovasi dan
kreativitas dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di lapangan.
3. Untuk mencapai produksi maksimal diperlukan koordinasi antara setiap elemen
perkebunan maupun afdeling.
4. Setiap pekerjaan di perkebunan memiliki biaya yang harus diperhitungkan sehingga
diperlukan pengelolaan yang baik.
5. Dalam melaksanakan kegiatannya, perkebunan menjalin kerjasama dengan
kontraktor dan masyarakat di sekitar perkebunan.
Saran
 Praktek Kerja Lapangan (PKL) Sebaiknya terus terjalin dengan institut akademik
dan aktif mengikut sertakan mahasiswa dalam proses penelitian komoditi kelapa
sawit dan karet.
 Untuk menghindari kecelakaan dalam pekerjaan di perkebunan akan lebih baik jika
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan mengikuti prosedur pekerjaan sesuai
Instruksi Kerja (IK).
 Sebaiknya PTPN III lebih memperhatikan pengolahan tanah pada saat hendak
melaksanakan TU (tanaman ulang) kelapa sawit dan juga karet agar tanah tidak
terkontaminasi jamur ganoderma dan jamur akar putih.
25

DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Adlin. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Pahan, Iyung. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.
Panuladsih, S. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet.
Medan.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Profil Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Anda mungkin juga menyukai