Anda di halaman 1dari 10

pH METER

I. TANGGAL PELAKSANAAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 21 September 2018 di Laboratorium Kimia
Analisis lantai 3 Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir -BATAN.
II. TUJUAN
1. Mempelajari daerah kerja indikator asam/basa dan persentase kesalahannya
dibandingkan dengan pH-meter.
2. Mempelajari jalannya titrasi asidimetri/alkalimetri dengan menggunakan pH-meter,
sehingga dapat ditentukan titik ekuivalennya.
III. DASAR TEORI
pH merupakan potensi Hidrogen atau biasa dikatakan sebagai tingkat keasaman atau
kebasaan suatu zat, dimana semakin banyak kandungan hidrogen dalam suatu zat maka
semakin asam zat tersebut.
pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan.
Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa mempunyai pH lebih besar
dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH = 7. pH larutan dapat ditentukan dengan
menggunakan indikator pH (indikator universal) ataupun dengan menggunakan pH-meter.
(Purba, 2007)
Sorensen (1868-1939), seorang ahli kimia dari Denmark, mengusulkan konsep pH untuk
menyatakan konsentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+.
Secara matematika diungkapkan dengan persamaan :
pH = - log [H+]
Larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik karena mengandung ion-ion yang dapat
bergerak bebas. Salah satu penjelasan mengapa air dapat menghantarkan listrik ialah
karena sebagian kecil dari air terionisasi menjadi ion H+ dan ion OH- menurut reaksi
kesetimbangan sebagai berikut.

H2O (l) ⇌ H+ (aq) + OH- (aq)

Tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan ionisasi air adalah :


[𝐻 + ][𝑂𝐻 − ]
𝐾𝑐 =
[𝐻2 𝑂]
Oleh karena [H2O] dapat dianggap konstan, maka hasil perkalian Kc dengan nilai [H2O]
merupakan suatu konstanta yang disebut tetapan kesetimbangan air (Kw).
Kw = [H+] x [OH-]
Harga Kw pada berbagai suhu adalah 1 x 10-14
pH meter merupakan suatu alat untuk mengukur derajat keasaman atau kebasaan suatu
larutan pada Ph meter digital terdapat elektroda khusus yang berfungsi untuk mengukur pH
bahan-bahan semi padat , elektroda (probe pengukur) terhubung sebuah alat elektronik yang
mengukur dan menampilkan nilai pH. Probe atau Elektroda merupakan bagian penting dari
pH meter, Elektroda adalah batang seperti struktur biasanya terbuat dari kaca. Pada bagian
bawah elektroda ada bohlam, bohlam merupakan bagian sensitif dari probe yang berisi
sensor. Untuk mengukur pH larutan, probe dicelupkan ke dalam larutan.
Prinsip kerja utama pH meter terletak pada sensor probe berupa elektrode kaca (glass
electrode) dengan jalan mengukur jumlah ion H3O+ di dalam larutan. Ujung elektrode kaca
adalah lapisan kaca setebal 0,1 mm yang berbentuk bulat (bulb). Bulb ini dipasangkan
dengan silinder kaca non-konduktor atau plastik memanjang, yang selanjutnya diisi dengan
larutan HCl (0,1 mol/dm3). Di dalam larutan HCl, terendam sebuah kawat elektrode
panjang berbahan perak yang pada permukaannya terbentuk senyawa setimbang AgCl.
Konstannya jumlah larutan HCl pada sistem ini membuat elektrode Ag/AgCl memiliki nilai
potensial stabil.
pH meter harus dikalibrasi sebelum setiap pengukuran. Untuk penggunaan kalibrasi
normal harus dilakukan pada awal setiap hari. Alasan untuk ini adalah bahwa elektroda
kaca tidak memberikan emf direproduksi selama waktu yang cukup lama. Kalibrasi harus
dilakukan dengan setidaknya dua larutan buffer standar yang menjangkau rentang nilai pH
yang akan diukur. Untuk tujuan umum buffer pada pH 4 dan pH 10 yang diterima.
IV. METODE
1. Alat
a. pH Meter
b. Buret 50 mL
c. Labu ukur 50 mL, 100 mL, dan 1000 mL
d. Pipet tetes
e. Pipet volume 25 mL
f. Pipet ukur 0,5 mL
g. Batang pengaduk kaca
h. Gelas beaker 100 mL, 400 mL, 500 mL
i. Kaca arloji ukuran sedang
j. Sendok sungu
k. Neraca analitik
l. Magnetic stirer
2. Bahan
a. Larutan Indikator Phenolftalein
b. Larutan NaOH 0,5 N
c. Larutan H3PO4 0,5 N
d. Larutan C2H2O4 0,5 N
e. Larutan KH2PO4 0,5 N
f. Aquadest
3. Langkah Kerja
a. Persiapan Larutan
- Pembuatan Larutan NaOH 0,5 N
1) Sebanyak 20 gram kristal NaOH ditimbang.
2) Kristal NaOH yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquadest
dalam labu ukur 1000 mL.
- Pembuatan Larutan H3PO4 0,5 N
1) Sebanyak 0,42 mL larutan H3PO4 99% diambil.
2) Larutan H3PO4 yang telah diambil kemudian diencerkan dengan aquadest
dalam labu ukur 50 mL.
- Pembuatan Larutan KH2PO4 0,5 N
1) Sebanyak 3,402 gram kristal KH2PO4 ditimbang.
2) Kristal KH2PO4 yang telah ditimbang kemudian dilarutkan dengan aquadest
dalam labu ukur 100 mL.
b. Standardisasi NaOH
1) Larutan NaOH yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam buret 50 mL.
2) Sebanyak 3,15 gram kristal C2H2O4 ditimbang kemudian dilarutkan dengan
aquadest dalam labu ukur 100 mL.
3) Larutan C2H2O4 0,5 N yang telah dibuat kemudian diambil 10 mL lalu
dimasukkan ke dalam labu erlemeyer 100 mL.
4) Sebanyak 3 tetes larutan indikator phenolftalein ditambahkan ke dalam labu
erlenmeyer yang berisi larutan C2H2O4 0,5 N.
5) Larutan dititrasi hingga menunjukkan perubahan warna dari bening menjadi
merah magenta.
6) Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali.
c. Pengaruh pH terhadap Konsentrasi
1) pH-meter distandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan standar yang
tersedia yaitu larutan buffer dengan pH 7.
2) Sebanyak 100 mL larutan NaOH 0,5 N dimasukkan ke dalam gelas beaker 500
mL kemudian diukur pH-nya menggunakan alat pH-meter.
3) Setelah alat menunjukkan nilai pH larutan, kemudian sebanyak 25 mL aquadest
ditambahkan ke dalam gelas beaker kemudian diaduk kembali.
4) pH larutan kemudian diukur kembali menggunakan pH-meter.
5) Penambahan sebanyak 25 mL aquadest diulangi hingga didapatkan 5 data.
6) Langkah “2)” sampai “5)” diulangi kembali untuk larutan asam H3PO4 dan
larutan garam KH2PO4.
d. Pengaruh pH terhadap Titrasi Asam-Basa
1) Larutan NaOH 0,5 N terstandardisasi dimasukkan ke dalam buret 50 mL.
2) Sebanyak 10 mL larutan H3PO4 0,5 N diambil kemudian diencerkan
menggunakan aquadest hingga menjadi 100 mL.
3) Larutan H3PO4 0,05 N yang telah jadi kemudian dimasukkan ke dalam gelas
beaker 400 mL.
4) pH awal larutan H3PO4 dicek menggunakan pH-meter.
5) Setelah pH awal diketahui lalu titrasi larutan H3PO4 dengan NaOH dimulai
dengan menambahkan sejumlah NaOH sesuai dengan pH larutan H3PO4.
6) Proses titrasi dilakukan hingga pH larutan mencapai 14.
V. DATA HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan Larutan
a. Pembuatan Larutan NaOH 0,5 N
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑁= ×
𝑀𝑟 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚 1000
0,5 𝑁 = ×
40 𝑔/𝑚𝑜𝑙 1000 𝑚𝐿
𝑚 = 20 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
b. Pembuatan Larutan H3PO4 0,5 N
𝑁 =𝑀×𝑎
0,5 = 𝑀 × 3
𝑀 = 0,16 𝑀
%. 𝜌. 10
𝑀=
𝑀𝑟
99 × 1,88 𝑔/𝑚𝑜𝑙 × 10
=
98 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 18,99 𝑀
𝑀1 × 𝑉1 = 𝑀2 × 𝑉2
18,99 𝑀 × 𝑉1 = 0,16 𝑀 × 50 𝑚𝐿
𝑉1 = 0,42 𝑚𝐿
𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 0,42 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝐻3 𝑃𝑂4 99%
c. Pembuatan Larutan KH2PO4 0,5 N
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑁= ×
𝐵𝐸 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑚 1000
0,5 𝑁 = ×
136 𝑔/𝑚𝑜𝑙 100 𝑚𝐿
2
𝑚 = 3,402 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 3,402 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙 𝐾𝐻3 𝑃𝑂4
2. Standardisasi Larutan NaOH dengan Larutan C2H4O6 0,5 N
No Titrasi ke- Volume C2H4O6 Volume NaOH Perubahan Warna
1. I 10 mL 9,9 mL Bening-Magenta
2. II 10 mL 10 mL Bening-Magenta
Rata-rata 10 mL 9,95 mL

3. Pengaruh pH terhadap Konsentrasi


a. Larutan Basa NaOH 0,5 N 100 mL
No. Volume Basa (mL) pH
1. 100 mL + 25 mL aquadest 14,789
2. 125 mL + 25 mL aquadest 14,700
3. 150 mL + 25 mL aquadest 14,692
4. 175 mL + 25 mL aquadest 14,686
5. 200 mL + 25 mL aquadest 14,657
6. 225 mL + 25 mL aquadest 14,626

b. Larutan Garam KH2PO4 0,5 N 100 mL


No. Volume Garam (mL) pH
1. 100 mL + 25 mL aquadest 7,383
2. 125 mL + 25 mL aquadest 7,380
3. 150 mL + 25 mL aquadest 7,370
4. 175 mL + 25 mL aquadest 7,367
5. 200 mL + 25 mL aquadest 7,360
6. 225 mL + 25 mL aquadest 7,354

c. Larutan Asam H3PO4 0,5 N 25 mL


No. Volume Asam (mL) pH
1. 25 mL + 25 mL aquadest 4,616
2. 50 mL + 25 mL aquadest 4,816
3. 75 mL + 25 mL aquadest 4,889
4. 100 mL + 25 mL aquadest 4,933
5. 125 mL + 25 mL aquadest 4,966
6. 150 mL + 25 mL aquadest 4,996
4. Pengaruh pH terhadap Titrasi Asam-Basa
Larutan asam : 100 mL H3PO4 0,05 N
No. Volume Basa (mL) pH
1. 0 mL 5,061
2. 0,5 mL 5,078
3. 1 mL 5,132
4. 1,5 mL 5,209
5. 2 mL 5,319
6. 2,5 mL 5,525
7. 3,5 mL 6,788
8. 4 mL 9,102
9. 4,5 mL 9,374
10. 5 mL 9,721
11. 5,5 mL 9,995
12. 6 mL 10,634
13. 6,5 mL 13,092
14. 7 mL 13,838
15. 7,5 mL 13,987
16. 8 mL 14,101
17. 8,5 mL 14,179
18. 9 mL 14,248
19. 9,5 mL 14,311

VI. DATA HASIL PERHITUNGAN


1. Standardisasi NaOH
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑀𝐶2 𝐻4 𝑂6 × 𝑉𝐶2 𝐻4 𝑂6
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 × 9,95 𝑚𝐿 = 0,5 𝑁 × 10 𝑚𝐿
𝑀𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,502 𝑁
𝑠𝑒𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 0,502 𝑁
2. Pengaruh pH terhadap Konsentrasi
a. Larutan Basa NaOH 0,5 N 100 mL + aquadest
𝑁1 × 𝑉1 = 𝑁2 × 𝑉2
0,5 𝑁 × 100 𝑚𝐿 = 𝑁2 × 100 𝑚𝐿
𝑁2 = 0,5 𝑁
𝑝𝑂𝐻 = −𝑙𝑜𝑔[𝑂𝐻 + ]
= − log 0,5
= 0,301
𝑝𝐻 = 14 − 𝑝𝑂𝐻
= 14 − 0,301
= 13,698

(ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘)


𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | × 100%|
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
(13,698 − 14,789)
=| × 100%|
13,698
= 7,96%
Dengan cara yang sama untuk data yang berbeda, diperoleh hasil sebagai berikut :
No. Volume NaOH pH (praktik) pH (teori) % Kesalahan
1. 100 mL 14,789 13,698 7,96%
2. 125 mL 14,700 13,602 8,07%
3. 150 mL 14,692 13,523 8,64%
4. 175 mL 14,686 13,456 9,14%
5. 200 mL 14,657 13,397 9,39%
6. 225 mL 14,626 13,346 9,58%
Grafik :

Grafik Volume NaOH vs pH


15
14.8
y = -0.0011x + 14.868
14.6 R² = 0.8544
14.4
14.2
14
13.8
13.6
13.4 y = -0.0028x + 13.957
R² = 0.987
13.2
0 50 100 150 200 250

pH Praktik pH teori Linear (pH Praktik) Linear (pH teori)

b. Larutan Garam KH2PO4 0,5 N 100 mL + aquadest


𝑁1 × 𝑉1 = 𝑁2 × 𝑉2
0,5 𝑁 × 100 𝑚𝐿 = 𝑁2 × 100 𝑚𝐿
𝑁2 = 0,5 𝑁
𝑁 =𝑎×𝑀
0,5 𝑁 = 2 × 𝑀
0,5 𝑁
𝑀=
2
M = 0,25 M
𝐾𝑤
[𝑂𝐻 − ] = √ × 𝑀
𝐾𝑎

10−14
=√ × 0,25
(7,5 × 10−3 )

= 5,773 × 10−7
𝑝𝐻 = 14 − (−𝑙𝑜𝑔[𝐻 + ])
= 14 − (− log 5,773 × 10−7 )
= 7,761
(ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘)
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | × 100%|
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
(7,761 − 7,383)
=| × 100%|
7,761
= 4,87%
Dengan cara yang sama untuk data yang berbeda, diperoleh hasil sebagai berikut :
No. Volume KH2PO4 pH (praktik) pH (teori) % Kesalahan
1. 100 mL 7,383 7,761 4,87%
2. 125 mL 7,380 7,712 4,31%
3. 150 mL 7,370 7,673 3,95%
4. 175 mL 7,367 7,639 3,57%
5. 200 mL 7,360 7,610 3,29%
6. 225 mL 7,354 7,585 3,04%
Grafik :

Grafik Volume KH2PO4 vs pH


7.8
7.75
7.7
7.65
7.6 y = -0.0014x + 7.8899
7.55 R² = 0.9856
7.5
7.45
7.4
y = -0.0002x + 7.4076
7.35
R² = 0.9842
7.3
0 50 100 150 200 250

pH Praktik pH teori Linear (pH Praktik) Linear (pH teori)

c. Larutan Asam H3PO4 0,5 N 25 mL + aquadest


𝑁1 × 𝑉1 = 𝑁2 × 𝑉2
0,5 𝑁 × 25 𝑚𝐿 = 𝑁2 × 25 𝑚𝐿
𝑁2 = 0,5 𝑁
𝑁 =𝑎×𝑀
0,5 𝑁 = 3 × 𝑀
0,5 𝑁
𝑀=
3
M = 0,167 M
[𝐻 + ] = √𝐾𝑎 × 𝑀

= √(6,2 × 10−8 ) × 0,167


= 4,158 × 10−5
𝑝𝐻 = − log[𝐻 + ]
= − log 4,158 × 10−5
= 4,381
(ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘)
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | × 100%|
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
(4,381 − 4,616)
=| × 100%|
4,381
= 5,36%
Dengan cara yang sama untuk data yang berbeda, diperoleh hasil sebagai berikut :
No. Volume H3PO4 pH (praktik) pH (teori) % Kesalahan
1. 25 mL 4,616 4,381 5,36%
2. 50 mL 4,816 4,682 2,85%
3. 75 mL 4,889 4,858 0,63%
4. 100 mL 4,933 4,985 1%
5. 125 mL 4,966 5,080 2,24%
6. 150 mL 4,996 5,159 3,16%
Grafik :

Grafik Volume H3PO4 vs pH


5.3
5.2 y = 0.006x + 3.8897
5.1 R² = 0.9358
y = 0.0027x + 4.4247
5 R² = 0.8454
4.9
4.8
4.7
4.6
4.5
4.4
4.3
0 50 100 150 200 250

pH Praktik pH teori Linear (pH Praktik) Linear (pH teori)


3. Pengaruh pH terhadap Titrasi Asam-Basa
Apabila dibuat grafik antara volume NaOH yang ditambahkan vs perubahan pH yang
terjadi maka akan terbentuk kurva seperti di bawah ini :

pH
18
16 y = 0.6535x + 3.186
R² = 0.9404
14
12
10
8
6
4
2
0
0 5 10 15 20

Dari grafik diatas dapat ditentukan :


pKa1 = pH III (1 mL) = 5,132
pKa2 = pH IX (4,5 mL) = 9,374
pKa3 = pH XVII (8,5 mL) = 14,179
Maka dapat ditentukan pH ekuivalen titrasi H3PO4 dengan NaOH :
𝑝𝐾𝑎1 + 𝑝𝐾𝑎2 5,132 + 9,374
𝑝𝐻 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 1 = = = 7,426
2 2
𝑝𝐾𝑎2 + 𝑝𝐾𝑎3 9,374 + 14,179
𝑝𝐻 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 2 = = = 11,950
2 2
Selain itu dapat dilakukan perhitungan untuk membandingkan apakah titik ekuivalen
berada di 10 mL untuk Na3PO4, 6 mL untuk Na2HPO4, dan 4 mL untuk NaH2PO4.
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑁𝐻3 𝑃𝑂4 × 𝑉𝐻3 𝑃𝑂4
0,5 𝑁 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,05 𝑁 × 100 𝑚𝐿
𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 = 10 𝑚𝐿
(ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 − ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘)
𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 = | × 100%|
ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
(10 𝑚𝐿 − 10 𝑚𝐿)
=| × 100%|
10 𝑚𝐿
= 0%

Anda mungkin juga menyukai