A. Pengkajian
Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh sejumlah gejala dan
tanda, serta disebabkan oleh berbagai kelainan jantung, seperti: gangguan irama
jantung, gangguan endokardial, pericardial, valvular, atau miokardial. Kelainan
miokardial dapat bersifat sistolik (berhubungan dengan kontraksi dan pengosongan
ventrikel), diastolic (berhubungan dengan relaksasi dan pengisian pengisian
ventrikel), atau kombinasi keduanya (Muttaqin, 2012:206).
Pengkajian pada klien dengan gagal jantung merupakan salah satu aspek penting
dalam proses perawatan. Hal ini penting untuk merencanakan tindakan selanjutnya.
Perawat mengumpulkan data dasar mengenai informasi status terkini klien tentang
pengkajian sistem kardiovaskular sebagai prioritas pengkajian. Pengkajian sistematis
pasien mencakup riwayat yang cermat, khususnya yang berhubungan dengan
gambaran gejala. Terjadi kelemahan fisik secara umum, seperti: nyeri dada, sulit
bernpas (dyspnea), palpitasi, pingsan (sinkop), atau keringat dingin (diaphoresis).
Masing-masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinya serta faktor yang
mencetuskan dan meringankan (Muttaqin, 2012:206).
1. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, dan riwayat penyakit dahulu.
a. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan, meliputi: dyspnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik.
1) Dyspnea
Keluhan dyspnea atau sesak napas merupakan manifesatsi kongesti pulmonal
sekunder dari kegagalan ventrikel kiri dalam melakukan kontraktilitas
sehingga akan mengurangi curah sekuncup. Dengan meningkatnya LVDEP,
maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP), karena atrium dan
ventrikel berhubungan langsung selama diastole. Peningkatan LAP
diteruskan ke belakang masuk ke dalam anyaman vascular paru-paru,
meningkatkan tekanan kapiler, dan vena paru-paru.
2) Kelemahan fisik
Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah kelemahan dan
kelelahan dalam melakukan aktifitas (Muttaqin, 2012:208).
3) Edema sistemik
Tekanan arteri paru dapat meningkat sebagai respons terhadap peningkatan
kronis terhadap tekanan vena paru. Hipertensi pulmonal meningkatkan
tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Mekanisme kejadian seperti yang
terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana
akhirya akan terjadi sistemik dan edema sistemik (Muttaqin, 2012:208).
d. Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta
bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga
ditanyakan. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia
muda merupakan faktor resiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada
keturunannya (Muttaqin, 2012:210).
f. Psikososial
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress
akibat kesakitan bernapas, dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi
dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat disertai insomnia
atau kebingungan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terdiri atas keadaan umum dan pengkajian B1-B6.
a. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien gagal jantung biasanya didapatkan
kesadaran yang baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat.
1) B1 (Breathing)
Pengkajian yang didapat dengan adanya tanda kongesti vascular
pulmonal adalah dyspnea, ortopnea, dyspnea nocturnal paroksimal,
batuk, dan edema pulmonal akut. Crackles atau ronki basah halus secara
umum terdengar pada dasar posterior paru. Hal ini dikendali sebagai
bukti gagal ventrikel kiri. Sebelumcrackles dianggap sebagai kegagalan
pompa, klien harus diinstruksikan untuk batuk dalam guna membuka
alveoli basilaris yang mungkin dikompresi dari bawah diafragma
(Muttaqin, 2012:211).
2) B2 (Bleeding)
Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengkajian apa saja yang
dilakukan pada pemeriksaan jantung dan pembuluh darah.
a) Inspeksi
Inspeksi adanya parut pasaca pembedahan jantung. Lihat adanya
dampak penurunan curah jantung. Selain gejala-gejala yang
diakibatkan dan kongesti vascular pulmonal, kegagalan venrtikel kiri
juga dihubungkan dengan gejala tidak spesifik yang berhubungan
dengan penurunan curah jantung. Klien dapat mengeluh lemah,
mudah lelah, apatis, letargi, kesulitan berkonsentrasi, deficit memori,
dan penurunan toleransi latihan. Gejala ini mungkin timbul pada
tingkat curah jantung rendah kronis dan merupakan keluhan utama
klien. Sayangnya, gejala ini tidak spesifik dan sering dianggap
depresi, neurosis, atau keluhan fungsional. Oleh karena itu, secara
potensi hal ini merupakan indicator penting penyimpanan fungsi
pompa yang sering tidak dikenali kepentingannya, dank lien juga
diberi keyakinan dengan tidak tepat atau diberi tranquilizer (sediaan
yang meningkatkan suasana hati-mood). Ingat, adanya gejala tidak
spesifik dari curah jantung rendah memerlukan evaluasi cermat
terhadap jantung serta pemeriksaan psikis yang akan memberi
informasi untuk menentukan penatalaksanaan yang tepat (Muttaqin,
2012:212).
Edema di mulai pada kaki dan tumit (edema dependen dan secara
bertahap bertambah ke atas tungkai yang pada akhirnya ke genitelia
eksterna serta tubuh bagian bawah. Edema sacral sering jarang terjadi
pada klien yang berbaring lama, karena daerah sacral menjadi daerah
yang dependen. Pitting edema adalah yang akan tetap cekung bahkan
setelah penekanan ringan dengan ujung jari (Muttaqin, 2012:212)
b) Palpasi
Oleh karena peningkatan frekuensi jantung merupakan respons awal
jantung terhadap stress, sinus takikardia mungkin dicurigai dan sering
ditemukan pada pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa jantung.
Irama lain yang berhungan dengan kegagalan pompa meliputi :
kontraksi atrium prematur, takikardia atrium paroksimal, dan denyut
ventrikel premature (Muttaqin, 2012:213).
Selain itu, pada gagal jantung kiri yang dapat dapat timbul pulsus
alternans (suatu perubahan kekuatan denyut arteri). Pulsus alternans
menunjukkan gangguan fungsi mekanis yang berat dengan
berulangnya variasi denyut ke denyut pada curah sekuncup (Muttaqin,
2012:213).
c) Auskultasi
Tekanan darah biasannya menurun akibat penurunan isi sekuncup.
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat
dikenali dengan mudah di bagian yang meliputi : bunyi jantung ke
tiga dan ke empat (S3,S4) serta crakles pada paru-paru, S4 atau gallop
atrium, mengikuti kontraksi atrium dan terdengar paling baik dengan
bel stestokep yang ditempelkan dengan tepat pada apeks jantung
(Muttaqin, 2012:215).
Posisi lateral kiri mungkin diperlukan untuk mendapatkan bunyi. Ini
terdengar sebelum bunyi jantung pertama (S1) dan tidak selalu tanda
pasti kegagalan kongestif, tetapi dapat menurunkan complains
(peningkatan kekakuan) miokard. Ini mungkin indikasi awal
premonitori menuju kegagalan. Bunyi S4 adalah bunyi yang umum
terdengar pada klien dengan infark miokardium akut dan mungkin
tidak mempunyai pronogsis bermakna, tetapi mungkin menunjukkan
kegagalan yang baru terjadi.
S3 atau gallop ventrikel adalah tanda penting dari gagal ventrikel kiri
dan pada orang dewasa hampir tidak pernah ada pada adanya penyakit
jantung signifikan. Kebanyakan dokter akan setuju bahwa tindakan
terhadap gagal kongestif diindikasikan dengan adanya tanda ini. S3
terdengar pada awal diastolic setelah bunyi jantung kedua (S2), dan
berkaitan dengan periode pengisian ventrikel pasif yang cepat. Ini
juga dapat di dengar paling baik dengan bel stestoskop yang di
letakan tepat di apeks, dengan klien pada posisi lateral kiri dan pada
akhir ekspirasi. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasannya di dapatkan apabila penyebab gagal jantung karena
kelainan katup (Muttaqin, 2012:215).
d) Perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi
jantung (kardiomegali).
3) B3 (Brain)
Kesadaran biasannya compos mentis, di dapatkan sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien : wajah
meringis, menangis, merintih, mengerang, dan menggeliat (Muttaqin,
2012:215).
4) B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan,
karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan
tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menandakan
adanya retensi cairan yang parah (Muttaqin, 2012:215).
5. B5 (Bowel)
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat pembesaran
vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan (Muttaqin,
2012:215).
Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran
vena di hepar merupakan manifestasi dari kegagalan jantung. Bila proses ini berkembang,
maka tekanan di pembuluh portal meningkat, sehingga cairan terdorong keluar rongga
abdomen, yaitu suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga
abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernapasan (Muttaqin,
2012:216).
6. B6 (Bone)
Hal-hal yang biasanya terjadi dan ditemukan pada pengajian B6 adalah sebagai berikut.
Kulit Dingin
Gagal depan pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda berkurangnya perfungsi keorgan-
organ. Oleh karena darah di alihkan dari organ-organ non vital demi mempetahankan perfusi
ke jantung dan otak, maka manifestasi paling dini dari gagal kedepan adalah berkurangnya
perfusi organ-organ seperti kulit dan otot-otot rangka. Kulit yang pucat dan dingin di
akibatkan oleh vasokonstraksi perifer, penurunan lebih lanjut dari curah jantung dan
meningkatnya kadar hemoglobin tereduksi mengakibatkan sianosis. Vasokonstriksi kulit
menghambat kemampuan tubuh untuk melepaskan panas. Oleh karena itu, demam ringan dan
keringat yang berlebihan dapat ditemukan (Muttaqin, 2012:216).
Mudah lelah
Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang, sehingga menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia yang
terjadi akibat distres pernapasan dan batuk. Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka
menyebabkan kelemahan dan keletihan. Gejala-gejala ini dapat ekserbasi oleh
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia. Pemenuhan personal higiene
mengalami perubahan(Muttaqin, 2012:216).
B. Diagnosa Keperawatan