2. LATAR BELAKANG
Program kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program KIA termasuk satu dari enam
program pokok Puskesmas yang bertujuan untuk memantabkan dan
meningkatkan mutu pelayanan secara efektif dan efisien.
Program ini bertanggung jawab dalam kegiatan pelayanan sebagai berikut :
pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan
keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir dengan komplkasi, bayi dan balita.
Angka kematian Ibu (AKI), Angka kematian neonatus (AKN) Angka Kematian bayi
(AKB), dan angka kematian balita (AKABA) merupakan beberapa indikator status
kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi
dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per
100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000
kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kesepakatan Global Development Goals/MDGS pada tahun 2015
diharapkan Angka Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun
waktu 1990 sd 2015 dan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990 -2015. Berdasarkan hal itu
Puskesmas Pucangsawit mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu menjadi 102/100.000 kelahiran hidup, Angka kematian bayi dari 68
menjadi 23/1.000 kelahiran hidup, dan Angka kematian Balita 97 menjadi 32/1.000
kelahiran hidup pada tahun 2015.
Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan
segera setelah setelah persalinan.
Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan
infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain krang energi
kronis (KEK) pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).
Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan meningkatkan resiko terjadinya kematian
ibu dibanding dengan ibu yang tidak anemia.
Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0 sd 6 hari adalah
gangguan pernapasan (#&%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%),
kelainan darah / ikterus (6%) postmatur (3%) dan kelainan kongenital (1%).
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-
an melalui program Safe Motherhood initiative yang mendapat perhatian besar
dan dukungan dari bebagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhir
tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi untuk menajamkan
strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer
(MPS) yang dicanangkan oleh pemerintahpada tahun 2000.
Sejak tahun 1985 pemerintah merancang Child Survival (CS) untuk penurunan
AKB.
Kedua strategi tersebut diatas telah sejalan dengan Grand Strategi DEPKES tahun
2004.
Rencana Strategi Making Pregnancy Safer (MPS) terdiri dari 3
pesan kunci dan 4 strategi.
Tiga pesan kunci MPS adalah :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obsetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap upaya pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Empat strategi MPS adalah :
1. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi dan Balita
di tingkat dasar dan rujukan.
2. Membangun kemitraan yang efektif.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat.
4. Meningkatkan Sistem Surveilans, Pembiayaan, Monitoring dan informasi KIA.
Rencana Strategi Child Survival (CS) terdiri dari 3 pesan kunci dan 4 strategi.
Tiga pesan kunci CS adalah:
1. Setiap bayi dan balita memperoleh pelayanan kesehatan dasar paripurna.
2. Setiap bayi dan balita sakit ditangani secara adekuat.
3. Setiap bayi dan balita tumbuh dan berkembang secara optimal.
Empat strategi CS adalah:
1. Peningkatan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan
balita yang berkualitas berdasarkan bukti ilmiah
2. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas
sektor dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan
sumber daya yang tersedia serta memantapkan koordinasi perencanaan kegiatan
MPS dan child survival.
3. Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga melalui kegiatan peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu, bayi baru
lahir dan balita serta pemanfaatan pelayanan kesehatan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan balita.
Sehubungan dengan penerapan sistim desentralisasi dan memperhatikan PP
38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan PP
41/2007 tentang Struktur Organisasi Pemerintah di Daerah, maka pelaksanaan
strategi MPS di daerahpun diharapkan dapat lebih terarah dan sesuai dengan
permasalahan setempat. Dengan adanya variasi antar daerah dalam hal
demografi dan geografi maka kegiatan dalam program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) perlu disesuaikan.
Agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan mutu
pelayanan program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas ditingkat
Kabupaten/Kota. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya
cakupan program di masing-masing wilayah kerja. Untuk itu, besarnya cakupan
pelayanan KIA di suatu wilayah kerja perlu dipantau secara terus menerus, agar
diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja
tersebut yang paling rawan. Dengan diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu dan
anak, maka wilayah kerja tersebut dapat lebih diperhatikan dan dicarikan
pemecahan masalahnya.
3. TUJUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
4. KEGIATAN
a. Kegiatan Pokok
1) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai
standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan),
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan
khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan).
Dalam penerapannya terdiri atas:
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b) Ukur tekanan darah.
c) Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
d) Ukur tinggi fundus uteri.
e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
f) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
g) Toksoid (TT) bila diperlukan.
h) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
i) Test laboratorium (rutin dan khusus).
j) Tatalaksana kasus
k) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus
dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok berrisiko,
pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,
tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut
lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar
tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah
minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
antenatal kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter,
bidan dan perawat.
2) Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan
persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih terdapat penolong
persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan
akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a) Pencegahan infeksi
b) Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
c) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
d) Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
e) Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan
pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan
bidan.
5) Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi
kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi
tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi.
Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat
tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang
adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan
angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
a) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Anak lebih dari 4.
c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
d) Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
e) Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
f) Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul
dan tulang belakang
g) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum
kehamilan ini.
h) Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,
kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes
Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
i) Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
j) Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
k) Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi
masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
l) Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
m) Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
n) Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
o) Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah
9-12 kg selama masa kehamilan
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
a) Ketuban pecah dini.
b) Perdarahan pervaginam :
c) Intra Partum : robekan jalan lahir
d) Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
e) Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata,
kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri
f) Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140
mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pretibial.
g) Ancaman persalinan prematur.
h) Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis,
sepsis.
i) Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju.
j) Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat
penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu
dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk
kasus risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor risiko pada ibu baik oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya
penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu
hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada
Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
a) Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
b) Riwayat Kejang
c) Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
d) Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
e) Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
f) Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
g) Merintih
h) Ada pustul Kulit
i) Nanah banyak di mata
j) Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
k) Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
l) Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
m) Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian
ASI
n) BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
o) Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
a) Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
b) Asfiksia
c) Infeksi Bakteri
d) Kejang
e) Ikterus
f) Diare
g) Hipotermia
h) Tetanus neonatorum
i) Masalah pemberian ASI
j) Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
Dari sepuluh (10) kegiatan pokok KIA dibuatlah jenis jenis kegiatan
KIA untuk Usaha Kesehatan Masyarakat sebagai berikut :
1. Menciptakan interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan
ibu hamil) dan ibu hamil dengan bidan/tenaga kesehatan tentang kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi, mitos/kepercayaan/adat istiadat
setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
2. Menciptakan pemahaman, perubahan sikap dan perilaku ibu hamil tentang:
kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan itu?, perubahan
tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya, apa
saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan pengaturan gizi termasuk pemberian
tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia).
perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi kehamilan, hubungan
suami istri selama kehamilan, obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh
ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, dan P4K(perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi).
persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan, dan proses
persalinan).
perawatan Nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui
ekslusif?, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan
penyakit ibu nifas).
KB pasca persalinan.
perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian K1 injeksi,tanda
bahaya bayi baru lahir, pengamatan perkembangan bayi/anak dan pemberian
imunisasi pada bayi baru lahir).
mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatanibu
dan anak.
penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan dan
penanganan malaria pada ibu hamil).
akte kelahiran
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu mempunyai anak berusia
antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi , tukar
pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan,
gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh
fasilitator dengan menggunakan buku KIA
1. Tujuan Umum :
2. Tujuan Khusus :
PERSIAPAN KEGIATAN
1. Pertemuan persiapan
Peserta
Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak usia
antara 0-5 th dengan pengelompokan 0-1 th, 1-2 th, 2-5 th. Peserta kelompok belajar
terbatas, paling banyak 15 orang
Persiapan
Mempersiapkan materi
Mengundang ibu yang mempunyai anak yang berusia antara 0-5 tahun
Mempersiapkan tim fasilitator dan narasumber
Menyusun rencana anggara
Jarak pertemuan
o Kelompok A (usia 0-1 th) 2x pertemuan dengan jarak pertemuan 1-3 bulan
o Kelompok B (usia 1-2 th) 2x pertemuan dengan jarak 3-6 bulan
o Kelompok C (usia 2-5 th) 2x pertemuan dengan jarak 6 bl-1 th
Pindah ke kelompok berikutnya sesuai dengan usia balita
Jarak pertemuan kelas ibu balita dapat disesuaikan dengan kesepakatan
masing-masing wilayah.
Rincian kegiatan :
Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan: memantapkan dan
meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan
efisien.Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai
berikut:
Peningkatan pelayanan antenatal di Puskesmas Pucangsawit dengan mutu yang baik
serta jangkauan yang seluas luasnya di wilayah kerja Puskesmas Pucangsawit.
Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan
pertolongan oleh tenaga kesehatan professional secara berangsur.
Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil,baik oleh tenaga kesehatan maupun di
masyarakat oleh kader serta penanganannya dan pengamatan secara terus menerus.
Pelayanan Antenatal
Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal, walaupun pelayanan
antenatal selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamesa,pemeriksaan fisik
(umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi,serta intervensi dasar
dan khusus sesuai resiko yang ada, namun dalam penerapan operasionalnya dikenal
standar minimal “10T” untuk pelayanan antenatal,yang terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Untuk menjamin mutu pelayanan ditetapkan frekuensi pelayanan minimal 4
kali,dengan ketentuan sebagai berikut:
Minimal 1 kali pada triwulan I (1-3 bln)
Minimal 1 kali pada triwulan II (4-6 bln)
Minimal 2 kali pada triwulan III (7-6 bln)
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu
pelayanan,khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani kasus
resiko tinggi yang ditemukan.
Deteksi Dini Ibu Hamil Beresiko
Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna,deteksi dini kehamilan
beresiko perlu lebih digalakan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat.dalam
rangka itulah deteksi ibu hamil beresiko perlu difokuskan kepada keadaan yang
menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan dukun bayi.semua
kehamilan mempunyai resiko, resiko kehamilan yng tidak langsung,namun meningkatkan
kematian,disebut sebagai “FAKTOR RESIKO”, yaitu:
Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Anak lebih dari 4.
Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang 2 tahun.
Tinggi badan kurang dari 145 cm.
Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5
cm.
Riwayat keluarga menderita kencing manis,hipertensi,dan riwaya cacat
congenital.
Kelainan bentuk tubuh,misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Semakin banyak ditemukan factor resiko pada ibu hamil,maka semkin tinggi resiko
kehamilannya.
Resiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal,yang
secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi, resiko tinggi
pada kehamilan meliputi:
Hb kurang dari 8 gr%.
Tekanan darah tinggi(systole > 140 mmHg,diastole > 90 mmHg).
Oedema yang nyata.
Eklampsia.
Perdarahan pervaginam.
Ketuban pecah dini.
Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu.
Letak sungsang pada primigravida.
Infeksi berat / sepsis.
Persalinan premature.
Kehamilan ganda.
Janin yang besar.
Penyakit kronis pada ibu:jantung,paru,ginjal,dll.
Riwayat obstetric buruk,riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.
C. Tujuan MTBS
Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit
tersering pada balita.
Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan
MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain:
pneumonia,
diare,
malaria,
campak
dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia).
E. Penilaian
Untuk menilai napas cepat atau tidak dengan patokan:
Hitung napas dalam 1 menit:
Bila umur anak 2 bulan - < 12 bulan : napas cepat bila 50 x atau lebih per menit
Bila umur anak 12 bulan - < 5 tahun : napas cepat bila 40x atau lebih per menit
Referensi
1. Modul MTBS
2. Varney, Midwifery, 1997
1. Sasaran
e. Pemantauan dan pengawasan Bumil resti. Sasaran: seluruh ibu hamil resiko tinggi
di 3 Kalurahan.
Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
a.Pelayanan
DDTK di
Posyandu
b.Pelayanan
DDTK PAUD
dan TK
c.Pelayanan
Kelas Ibu hamil
d.Pelayanan
Kelas ibu balita
e.Pemantauan
dan
pengawasan
Bumil resti
f. Pelayanan
MTBS di
Posyandu
b. Pelaksana
1. Kepala Puskesmas
2. Penanggungjawab program