Anda di halaman 1dari 2

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang disebabkan karena penurunan fungsi organ

tubuh akibat menurunnya fungsi sel pada jaringan, sehingga terjadi gangguan pada proses
metabolisme. Di Indonesia, penyakit degeneratif menjadi salah satu permasalahan utama di bidang
kesehatan. Penyakit degeneratif yang paling sering dijumpai diantaranya gangguan kardiovaskuler,
hipertensi, diabetes melitus, asam urat, tingginya kolesterol, di mana berbagai penyakit tersebut dapat
saling memengaruhi dan berpotensi menimbulkan komplikasi.

Sebuah survei dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menyatakan pada tahun 1986
gangguan kardiovaskular menempati peringkat ketiga penyebab kematian, dan masih bertahan pada
survei tahun 1992 dan 1995. Survei dari RISKESDAS pada tahun 2007 juga menyatakan bahwa
gangguan kardiovaskuler memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit tidak menular di Indonesia
(Hatma, 2011).

Menurut data WHO (2012), penyakit hipertensi dan diabetes melitus (DM) termasuk dalam
10 besar penyebab kematian di Indonesia. Kemudian pada tahun 2014, penyebab terbesar kematian di
Indonesia dalam kategori penyakti tidak menular adalah gangguan kardiovaskuler (37%), yang mana
penyakit ini juga dapat digolongkan sebagai penyakit degeneratif. Penyebab gangguan kardiovasuker
sendiri dapat pula dikarenakan tingginya kolesterol dalam darah.

Sifat dari penyakit degeneratif sendiri yang cenderung tidak dapat disembuhkan total,
menimbulkan berbagai permasalahan dalam pelaksanaan terapi, salah satunya adalah ketidakpatuhan
pasien untuk menjalani terapi, karena terapi biasanya bersifat kontinyu dan seumur hidup, minimal
dengan menjaga pola hidup. Ketidakpatuhan pasien tentu akan berdampak pada keberhasilan terapi.
Kondisi ini juga merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk dapat memonitor perkembangan
terapi dan kondisi pasien. Sebuah survei di Indonesia, mengungkapkan hanya 31,3% pasien kolesterol
tinggi yang mampu mencapai target terapi. Pada survei yang sama 72,3% masih dalam level resiko
tinggi dan sangat tinggi. Faktor yang menyebabkan rendahnya keberhasilan terapi yaitu 50,4% pasien
menghentikan minum obat ketika merasa keadaannya telah membaik, 56,3% pasien lupa meminum
obat, dan lebih dari separo pasien yang tidak tepat dosis hanya 12,5% yang memperoleh dosis baru.
Selain itu, dari tenaga kesehatan hanya 84,1% yang melaksakan tata laksana terapi secara benar sesuai
aturan yang telah ditetapkan (Munawar et. al., 2013).

Sebuah penilitian yang meneliti faktor penyebab ketidakpatuhan pasien hipertensi,


melaporkan bahwa sebesar 88% faktor bersumber dari sistem pelayanan kesehatan, dan sebesar 92%
bersumber dari pasien sendiri. Permasalahan dari pelayanan keshatan meliputi diantaranya kurangnya
informasi dan follow up dari tenaga kesehatan, permasalahan dengan jadwal pengukuran tekanan
darah, Sedangkan dari pasien di antaranya ketidakpedulian pasien dan rasa frustasi dengan terapi yang
harus dijalani (Jokisalo et. al., 2002).

Terapi penyakit degeneratif yang relatif membutuhkan waktu yang lama, memerlukan
dokumentasi data rekam medis yang baik, sehingga perkembangan terapi dapat dianalisa dan
dilakukan solusi yang tepat apabila timbul permasalahan dalam terapi. Permasalahan yang dihadapi
adalah, tidak setiap pasien memiliki data rekam medis yang baik dan data rekam medis pada
umumnya hanya dimiliki oleh rumah sakit atau instansi kesehatan terkait di mana pasien tersebut
pernah memperoleh terapi, sehingga tidak bisa diakses atau dilacak data rekam medis pasien tersebut
bila berobat ke instansi kesehatan yang berbeda. Keadaan ini berpotensi meningkatakan medication
error (kesalahan medis), termasuk resiko polifarmasi, terjadinya alergi dan efek samping obat,
sehingga keberhasilan terapi tidak dapat tercapai.
Berdasar permasalahan yang telah dipaparkan, tentu diperlukan sebuah inovasi untuk
meningkatkan kepatuhan pasien, monitoring (pemantauan) perkembangan keadaan pasien, serta
sistem rekam medis yang terstandar dan terintegrasi untuk tenaga ahli kesehatan. Gagasan tertulis ini
menawarkan solusi gelang kesehatan bernama HECTIC (Health Detector and Medication Record)
yang dapat memantau perkembangan pasien dan terintegrasi dengan data rekam medis.

Hatma, Ratna D., 2011, Lipid Profiles Among Diverse Ethnic Groups in Indonesia, Acta Med
Indones-Indones J Intern Med 43(1).

Jokisalo, E., et. al., 2002, Factors related to non-compliance with antihypertensive drug
therapy, Journal of Human Hypertension 16: 577–583.

Munawwar et. al., 2013, LDL Cholesterol Goal Attainment in Hypercholesterolemia:


CEPHEUS Indonesian Survey, Acta Cardiol Sin 29: 71-81.

WHO, 2012, Indonesia Proportional mortality ,


http://www.who.int/nmh/countries/idn_en.pdf, diakses pada 21 Oktober 2017 pukul 13.15

Anda mungkin juga menyukai