Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA 51 TAHUN DENGAN


TUMOR GINGGIVA SUSPEK JINAK

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior


Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun Oleh :
Vera Palupi Putri 22010110200155
Andriardus Mujur 22010111200030
Fitri Amalia 22010111200070
Wulan Febriani 22010111200145

ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

Tumor rongga mulut adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang


terjadi pada rongga mulut yang pertumbuhannya tidak dapat dikendalikan dan
tidak berguna bagi tubuh. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada bibir, pipi, dasar
mulut, palatum, lidah dan di dalam tulang rahang . Jaringan tersebut dapat tumbuh
pada bagian anterior rongga mulut, posterior rongga mulut, dan tulang rahang.
Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak
(benigna). Neoplasia jinak : pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansi,
terlokalisir, berkapsul, dan tidak bermetastasis. Neoplasia ganas : pertumbuhan
jaringan baru yang cepat, infiltrat jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke
organ-organ lain/ metastase, sering juga disebut kanker. Perlu diperhatikan
perbedaan antara keduanya, bahwa neoplasia jinak merupakan pembentukan
jaringan baru yang abnormal dengan proses pembelahan sel yang masih terkontrol
dan penyebarannya terlokalisir. Sebaliknya pada neoplasia ganas, pembelahan sel
sudah tidak terkontrol dan penyebarannya meluas. Pada neoplasia ganas, sel tidak
akan berhenti membelah selama masih mendapat suplai makanan.
Proses terjadinya neoplasma tidak dapat lepas dari siklus sel karena
sistem kontrol pembelahan sel terdapat pada siklus sel. Gangguan pada siklus sel
dapat mengganggu proses pembelahan sel sehingga dapat menyebabkan
neoplasma. Kerusakan sel pada bagian kecilnya, misalnya gen, dapat
menyebabkan neoplasma ganas. Tetapi jika belum mengalami kerusakan pada gen
digolongkan pada neoplasma jinak, sel hanya mengalami gangguan pada faktor-
faktor pertumbuhan (growth factors) sehingga fungsi gen masih berjalan baik dan
kontrol pembelahan sel masih ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI, ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI NEOPLASMA


Neoplasma adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal yang
bertumbuh dengan kecepatan yang tidak biasa, progresif, dan tidak dapat
dikontrol oleh tubuh. Neoplasma dibedakan menjadi neoplasma jinak
(benigna) dan ganas (maligna). Neoplasia jinak merupakan pertumbuhan
jaringan baru yang lambat, ekspansi, terlokalisir, berkapsul, dan tidak
bermetastasis. Neoplasia ganas merupakan pertumbuhan jaringan baru
yang cepat, infiltratif ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke
organ-organ lain/ metastase, sering juga disebut kanker.

Etiologi
Tumor/neoplasma jinak di rongga mulut dapat berasal dari sel odontogen
atau non odontogen. Tumor-tumor odontogen sama seperti pembentukan
gigi normal, merupakan interaksi antara epitel odontogen dan jaringan
ektomesenkim odontogen. Dengan demikian proses pembentukan gigi
sangat berpengaruh dalam tumor ini. Sedangkan tumor non odontogen
rongga mulut dapat berasal dari epitel mulut, nevus/pigmen,
jaringanikatmulut, dan kelenjar ludah.

Faktor penyebab yang merangsang tumor jinak digolongkan dalam dua


kategori, yaitu :
 Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter
dan faktor-faktor pertumbuhan, misalnya gangguan hormonal dan
metabolisme.
 Faktor eksternal, misalnya trauma kronis, iritasi termal kronis
(panas/dingin), kebiasaan buruk yang kronis, dan obat-obatan.

Klasifikasi Neoplasma Jinak (Benigna)

1. Odontogenik
a. Epitelium odontogenik (berdasarkan asal jaringan)
-Ameloblastoma
-Calcifyng epitelial odontogenik tumor (pinborg tumor)
-Clear cell odontogenik tumor
-Squamos odontogenik tumor
-Adenomatoid odontogenik tumor
b. Epitelium dan ectomesenkim odontogenik
-Ameloblastic fibroma
-Ameloblastic fibroodontoma
-Odontoameloblastoma
-Complex Odontoma
-Compound Odontoma
c. Ektomesenkim( dengan atau tanpa epitelium odontogenik)
-Odontogenik fibroma
-Odontogenik Myxoma
-Benigna cementoblastoma
2. Non odontogenik
a. Osteogenik neoplasm
-cemento-ossifyng fibroma
b. Lesi tulang non neoplastik
-cherubism -central giant cell granuloma, dll

Klasifikasi Neoplasma Ganas (Malignant)


1. Odontogenik
a. Ektodermal : intraalveolar carcinoma
b.Mesodermal : odontogenik sarcoma
c. Ektodermal & mesodermal : ameloblastic fibrosarcoma
2. Non odontogenik
-osteosarcoma
-Ewing sarcoma
-Multiple myeloma

Carcinoma merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan epitel.


Sarkoma merupakan tumor ganas yang berasal dari jaringan ikat. Benigna
pada rongga mulut dapat dijumpai pada jaringan gusi atau membran
mukoperiosteal dari pros.alveolar rahang atas atau rahang bawah :
Fibroma, Hyperplasia, pyogenic granuloma, pregnancy tumor, papilloma,
hemangioma, peripheral giant cell reparative granuloma, peripheral giant
cell tumor, neuroma
Pada tulang kortikal rahang atas atau rahang bawah : Exostoses, torus
palatina, torus mandibula, chondroma, osteochondroma, osteoma atau
diffus hiperostosis. Dalam tulang kanselus rahang atas atau bawah :
Diffuse hyperostosis osteoma, ossifyng fibroma, asteoid osteoma,
ameloblastoma, myxoma, odontoma, dll
Diatas atau dibawah mukosa pipi: Fibroma, neuro fibroma, lipoma,
fibropapilloma, hemangioma, epulis fisuratum, pleomorpic adenoma,dll
Pada palatum : Fibroma, fibromatosis, fibropapilloma, myxofibroma,
rhabdomyoma, mixed tumor, dll. Pada lidah : Papilloma, hemangioma,
rhabdomyoma, myoblastoma, leiomyoma, lympangioma. Pada dasar mulut
: Mixed tumor (plemorpic adenoma), myxofibroma, dll

B. PATOGENESIS dan GAMBARAN KLINIS NEOPLASMA

Patogenesis
Ploriferasi gen diatur oleh DNA pada setiap sel di jaringan. Gen yang
mengatur ploriferasi sel (ki-67 gene) dan gen yang menghentikan ploriferasi
sel pada suatu waktu yaitu repressor gen, e.g. P53, krev-1/ Gas1. Repressor
gen berfungsi untuk mengontrol. Pada keadaan tertentu bila repressor gen
terganggu atau mengalami kerusakan, maka sel akan berploriferasi & tidak
terkontrol. Pada jaringan permanen (otot, syaraf) repressor gen terikat dengan
kuat, sehingga sangat sulit dipisahkan pada waktu sel berdiferensiasi. Pada
sumsum tulang, repressor gen sangat mudah dipengaruhi oleh stimuli dari
lingkungan seperti hormon, bahan-bahan kimia, virus, radiasi, dan panas.
Pertumbuhan terkontrol bila ada stimulus, dapat menyebabkan hiperplasia,
sedangkan pertumbuhan tidak terkontrol, ploriferasi sel terganggu dan sel
tumbuh tidak terkontrol menjadi neoplasia.

C. PEMERIKSAAN KLINIS dan PEMERIKSAAN PENUNJANG


Anamnesis
Dalam hal ini pasien ditanyakan mengenai tanda dan gejala seperti :
- Nyeri (jarang ada, jika ada biasanya karena infeksi sekunder atau lesi
invasif)
- Bengkak(selalau ada, jika lambat lesi menyebar, jika cepat terjadi
infeksi bersamaan/ lesi yang agresif)
- Fungsi yang terganggu (termasuk fungsi mobilisasi rahang)
- Perubahan motorik/ sensorik
- Riwayat keganasan (fatktor predisposisi)
- Riwayat keluarga (sindrom nervus sel basal dan sindrom Gardner)

Pemeriksaan Fisik
- Periksa bagian epitel, jaringan ikat, otot, tulang, vaskular, dan kelenjar
getah bening
- Melihat perubahan permukaaan sepeerti trauma, neoplasma, metabolik
atau inflamasi.
- Perhatikan adanya edema, lokasi, jaringan asal onset dan kecepatan
pembesarannya. Kemudian ukurannya, ditanyakan juga mengenai
perubahan ukuran yang berhubungan dengan makan, fungsi rahang
dan adanya massa.
- Melihat terganggunya fungsi rahang berhubungan dengan penyakit
yang mengenai TMJ, tumor ganas, atau tumor jinak yang agresif.
- Fraktur patologis pada mandibula dapat mengakibatkan gangguan akut
pada oklusi, mobilitas rahang, dan bentuk wajah.
- Tumor/ penyebaran kista dari maksila dapat menyebabkan sumbatan
pada hidung dan telinga serta deviasi nasal septum.
- Untuk semua lesi pada rahang, harus dilakukan auskultasi untuk
mendengar adanya bruit atau pulsasi.
- Dapat pula dilakukan pemeriksaan melalui pembauan, karena masing-
masing jaringan memiliki bau tersendiri yang dapat diidentifikasi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Roentgen
- Tomography
- CT scan
- MRI
- Radionuclide imaging
- Biopsi
- Sialography

Kelebihan Kekurangan Roentgen Skrining


- dapat dilakukan
- mudah
- murah
- eliminasi struktur overlyng -diskriminasi yang rendah
- 2dimensi

Kelebihan dan kekurangan Tomography


- Memberikan informasi secara proporsional
- struktur terlihat dalam keadaan preselected plane
- dimensi yg akurat -Tinggi radiasi
- mahal
- alat terbatas
- CT scan -lokasi & staging tumor
- Evaluasi pengobatan
- menghasilkan gambar dari banyak sisi
- dapat mengetahui sampai densitas yg kecil
- peralatan yg rumit dan mahal
- alat terbatas

MRI
- tumor jaringan lunak
- dapat mendeteksi adanya metastasis
- ekstensi tumor pd rahang ke jaringan lunak
- tidak ada radiasi
- noninvasif
- tissue contrast
- diskriminasi jaringan
- mahal
- alat terbatas
- gambaran detil tulang yang kurang baik
- lama

-
Radionuclide Imaging
- Metastasis
- Artritis
- infeksi skeletal
- deteksi penyakit yg menyebar luar
- menunjukan anatomi
- lama
- semua organ terekspos

BIOPSI
Merupakan pengambilan jaringan patologi untuk tujuan pemeriksaan
mikroskopik. Indikasi :
• Jika pemeriksaan klinis& tanda gejala tdk cukup untuk menegakan
diagnosis
• Lesi yg persistensi setelah dilakukan removal
• Untuk melihat perubahan malignansi
Kontraindikasi :
• Lesi yang pulsatile (vaskularisasi aktif)
• Lesi radiolusen intrabony(sepsis pada lesi & jaringan sekitar)
• Lesi yang berpigmen (tingkat malignansi tinggi)
Jenis -jenis:
• Biopsi insisi : lesi ganas & tumor jinak agresif
• Biopsi eksisi : lesi kecil (<1cm) & lesi jinak, dilakukan sampai 1-
2mm
• Punch biopsi : jarang dilakukan dimulut, lebih sering untuk kulit
• Biopsi aspirasi : massa jaringan lunak dikepala dan leher( KGB &
kel.saliva)
• Cytological smear : lesi epitel dipermukaan, terutama yg tdk
brkeratin tebal
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Tiadah
Umur : 51 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jenis kelamin : Perempuan
Masuk Poli : 23 November 2011 pukul 10.00 WIB
No. CM : C324625
Alamat : Karangturi, bogosari-Guntur-Demak

KELUHAN SUBYEKTIF
ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 23 November 2011 pukul 10.00 WIB di poli Gigi
dan Mulut RSDK

Keluhan utama : benjolan pada gusi kiri atas

Riwayat Penyakit Sekarang

± 1 tahun sebelum memeriksa ke poli gigi mulut,pasien mengeluh muncul


benjolan di gusi kiri atas. Benjolan semakin lama semakin besar, tidak nyeri, dan
tidak mudah berdarah. Pasien masi bisa makan seperti biasa.
± 2 bln yang lalu, benjolan telah berukuran sebesar bola bekel pada gusi kiri
pinggir atas. Mulai terasa nyeri jika disentuh. Tidak mudah berdarah, masih dapat
makan dan minum seperti biasa
± 3 hari SMRS, benjolan terpukul dari arah luar. Darah mengalir dari benjolan.
Darah baru berhenti setelah ditekan. Nyeri (+) senut- senut hingga telinga kiri,
pusing (+), pingsan (-).
± 1 hari SMRS, benjolan masih terasa nyeri, pusing (+), sulit membuka mulut (-).
Makan dan minum (-) karena nyeri. Darah kadang- kadang masih keluar. Pasien
berobat ke RSD Sunan Kalijaga dan dirujuk ke RSDK.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penderita belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
2. Riwayat sakit gigi sebelumnya (+).
3. Riwayat minum obat-obat epilepsi disangkal.
4. Riwayat penyakit DM dan Hipertensi disangkal
5. Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal
6. Riwayat menyirih disangkal.
7. Riwayat Penyinaran sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


1. Riwayat menderita penyakit seperti ini disangkal
2. Riwayat keganasan disangkal
3. Riwayat darah tinggi disangkal
4. Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi


Suami bekerja sebagai petani, pasien sebagai ibu rumah tangga. Mempunyai 4
orang anak yang sudah mandiri. Tinggal hanya dengan suami dengan penghasilan
perbulan Rp.400.000. Biaya pengobatan ditanggung.pribadi dengan rencana
mengajukan Jamkesmas.
Kesan : sosial ekonomi kurang

PEMERIKSAAN OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 23 November 2011 pukul 10.30 WIB di poli Gigi dan
Mulut RSDK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tensi : 120/70
Nadi : 88 kali/menit
RR : 22 kali/menit
Suhu : 36,5 ᵒC

EKSTRA ORAL
Inspeksi : asimetri wajah (+), pembengkakan (+) trismus (-)
Palpasi : benjolan di mukosa bucal rahang atas kiri (+) ukuran ± 5x4x3 cm,
konsistensi keras batas tegas, warna seperti warna sekitarnya
Leher
Inspeksi : pembesaran nnll -/-
Palpasi : pembesaran nnll. -/-

INTRA ORAL
Mukosa Pipi : Edema -/+ ; hiperemis -/+
Mukosa Palatum : Edema -/- ; hiperemis -/-
Mukosa dasar mulut : Edema -/- ; hiperemis -/-
Mukosa Pharynx : Edema -/- ; hiperemis -/-
Kelainan periodontal : Gigi goyang (-)
Ginggiva atas : Benjolan regio bucal kiri, hiperemis -/+
Ginggiva bawah : Edema -/- ; hiperemis -/-
Karang gigi : (+) seluruh gigi
Pocket : (-)

STATUS LOKALIS
Inspeksi : Tampak benjolan di mukosa buccal kiri atas sebesar ± telur ayam,
hiperemis (+), oedematous (+), ulcus (-)
Palpasi : Teraba benjolan ukuran ± 4x4x2,5 cm, konsistensi keras, batas
tegas nyeri tekan (+), mudah berdarah (-), permukaan rata,
bertangkai (+)
Gigi 2.6
Inspeksi : tampak sisa akar
Palpasi : -/-
Perkusi : -/-
Sondase : -/-

Gigi 2.7
Inspeksi : tampak sisa akar
Palpasi : -/-
Perkusi : -/-
Sondase : -/-

Gigi 2.8
Inspeksi : tampak gigi tumbuh miring

DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Keluhan Utama : Tumor ginggiva suspek jinak pada regio buccal
sinistra
Diagnosa Banding :
Diagnosis Penyakit Lain :
Periodontitis kronis e.c Gangren Pulpa 2.6, 2.7
Erupsio Difficilis 2.8
Gingivitis kronis generalisata e.c Calculus

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium : Darah lengkap, GDS, elektrolit, kimia darah
Pemeriksaan radiologi : X-photo panoramik
Pemeriksaan histopatologi jaringan tumor
PENATALAKSANAAN
1. Tumor ginggiva suspek jinak pada regio buccal sinistra
Tx : Konsul Bedah Mulut ( pro eksisi biopsy)
2. Periodontitis kronis e.c Gangren Pulpa 2.6, 2.7
Tx : Ekstraksi GP 2.6, 2.7
3. Erupsio Difficilis 2.8
Tx : Ekstraksi 2.8
4. Gingivitis kronis generalisata e.c Calculus
Tx : Kalkulektomi
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien di diagnosis dengan tunor ginggiva suspek jinak pada regio
buccal kiri rahang atas. Anamnesis di dapatkan pasien mengeluh muncul benjolan
di gusi kiri rahang atas ± 1 tahun yang lalu, benjolan mula- mula kecil makin
lama semakin besar, tidak nyeri, dan tidak mudah berdarah. Pasien masi bisa
makan seperti biasa. ± 2 bln yang lalu, benjolan telah berukuran sebesar bola
bekel pada gusi kiri pinggir atas. Mulai terasa nyeri jika disentuh. Tidak mudah
berdarah, masih dapat makan dan minum seperti biasa. ± 3 hari SMRS, benjolan
terpukul dari arah luar. Darah mengalir dari benjolan. Darah baru berhenti setelah
ditekan. Nyeri (+) senut- senut hingga telinga kiri, pusing (+), pingsan (-). ± 1 hari
SMRS, benjolan masih terasa nyeri, pusing (+), sulit membuka mulut (-). Makan
dan minum (-) karena nyeri disangkal. Darah kadang- kadang masih keluar.
Riwayat keganasan sebelumnya disangkal, riwayat sakit gigi sebelumnya (+),
penyakit sistemik (DM, Hipertensi), penyinaran sebelumnya, merokok,
mengkonsumsi alkohol disangkal. Pemeriksaan Ekstraoral didapatkan asimetri
wajah (+), pembengkakan pada pipi kiri (+) dan tidak terdapat trismus. Palpasi
didapatkan benjolan di mukosa bucal rahang atas kiri (+) ukuran ± 5x4x3 cm,
konsistensi keras batas tegas, warna seperti warna sekitarnya. Pemeriksaan
Intraoral didapatkan benjolan di mukosa buccal kiri atas sebesar ± telur ayam,
hiperemis (+), oedematous (+), ulcus (-). Palpasi didapatkan benjolan ukuran ±
4x4x2,5 cm, konsistensi keras, batas tegas nyeri tekan (+), mudah berdarah (-),
permukaan rata, bertangkai (+). Pada pemeriksaan gigi geligi pasien juga
didapatkan adanya periodontitis kronis e.c gangren radix 2.6; 2.7 dan erupsi
difficilis 2,8 serta gingivitis kronis generalisata e.c calculus.

Anda mungkin juga menyukai