□ Tujuan:
Mengetahui penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Vertigo
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara □ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ E-mail □ Pos
membahas:
Data pasien: Nama: Tn R RM: 07 96 10
Nama klinik: RSUD Majenang
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Vertigo
RPS:
Pasien datang ke IGD RSUD Majenang dengan keluhan kepala terasa berputar yang dirasakan
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien merasa dirinya seperti berputar dan ruangan
disekelilingnya pun ikut berputar. Keluhan ini bertambah berat saat pasien merubah posisi
tubuhnya, duduk ataupun berdiri. Saat berbaring pun pasien merasakan kepalanya terasa berputar
sehingga pasien harus memejamkan matanya agar rasa berputarnya berkurang. Pasien sempat
berobat ke puskesmas namun gejala tidak berkurang. Kepala terasa berputar ini dirasakan
semakin memburuk saat 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan telinganya berdenging selama rasa berputar di kepala berlangsung.
Keluhan ini sebelumnya pernah dirasakan pasien. Pasien sempat berobat ke puskesmas dan
denging di telinga berkurang, namun muncul kembali sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengeluh
mual sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit namun tidak sampai muntah.
Pasien mengaku memiliki riwayat hipertensi namun tidak rutin kontrol dan tidak mengkonsumsi
obat. Pasien tidak memiliki penyakit lain seperti jantung, kencing manis, dan asma. Pasien
mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Tidak ada keluhan lain
seperti demam, gangguan BAK dan BAB.
2. Riwayat kesehatan/Penyakit:
Riwayat Hipertensi : Diakui
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
Riwayat batuk-batuk lama : Disangkal
Riwayat sulit BAB/BAK : Disangkal
Riwayat operasi sebelumnya : Disangkal
Riwayat keluhan serupa : Diakui
3. Riwayat keluarga:
Riwayat Hipertensi : Diakui
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
4. Riwayat Pekerjaan:
Pasien merupakan seorang manta buruh kasar
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik:
Pasien tinggal dengan Istri
6. Lain-lain: (-)
Daftar Pustaka:
1. Chain, TC. 2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with Dizziness and
Vertigo. Illnois: wolter kluwerlippincot William and Wilkins.
2. Duus, Peter. 1996. Diagnosis topik neurologi: anatomi, tanda, gejala; alih bahasa, Deby H.
Ronardy; editor edisi bahasa Indonesia, Wita J. Suwono. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal 126-127.
3. Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family Physician
January 15, 2006; Volume 73, Number 2.
4. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular migraine
in Journal Nerology: 25: 333-338.
5. Lumbal tobing. 2000. Vertigo. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta. Hal 341-357.
6. Mardjono M, Sidharta P. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Hasil pembelajaran:
1. Definisi Vertigo
2. Penatalaksanaan Vertigo
A. Status Neurologi
Kesadaran/GCS : E4M6V5
Pupil
Kanan Kiri
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
refleks cahaya langsung + +
refleks cahaya tak lansung + +
Saraf Kranial
Kanan Kiri
N. I (olfactiorius) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. II (opticus)
Visus
Baik Baik
Lapang pandang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III (oculomotorius)
- -
Ptosis
Pergerakan bola mata Baik Baik
triceps + +
patella + +
achilles + +
Refleks patologis
Hoffman - -
Tromner - -
Babinski - -
Chaddok - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schifer - -
Gorda - -
GDS 92 mg/dl
3. Assessment
Vertigo
4. Plan:
Nonfarmakologi
Terapi fisik:
a. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian mata ditutup
b. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal
c. Dari sikap duduk diperintahkan untuk berdiri dengan mata terbuka,
kemudian mata ditutup
d. Olah raga menggerakkan kepala
Farmakologi
IVFD RL 20 tpm
Inj Omz 40 mg Inj Ondancetron 4 mg
Flunarizine 3 x 5mg Paracetamol 3x500 mg kp
Citicoline 1 x 500mg Irbesartan 1x300mg
Betahistine 3 x 1
5. Tinjauan Pustaka
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang sering digambarkan
sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness);
deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau
chepalgia, terutama karena di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering
digunakan secara bergantian.
Definisi
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada sensasi berputar
sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada
sistim keseimbangan
Vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar
penderita bersangkutan dengan kelainan system keseimbangan (ekuilibrium).
Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat kecelakaan, stres,
gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan
lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan
yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi tubuh dari
organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo:
1. Penyakit system vestibular perifer (yaitu labirin, nervus VIII atau inti vestibularis)
a) Telinga :
- Telinga luar : serumen, benda asing
- Telinga tengah : retraksi membrane timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media
dengan efusi, labirintitis, koleastetoma, rudapaksa dengan perdarahan.
- Telinga dalam : Labirintis akuta toksika, trauma, serangan vascular, alergi, hidrops labirin
(morbus meniere), mabuk gerakan, vertigo postural.
b) Nervus VIII :
- Infeksi
- Trauma
- Tumor
c) Inti vestibularis (batang otak) :
- Infeksi (meningitis, encephalitis, abses otak)
- Perdarahan
- Trombosis (arteri serebeli postero-inferior)
- Tumor
- Sklerosis multiple
2. Penyakit susunan saraf pusat
a) Vascular
- Iskemik otak
- Hipertensi kronis
- Arteriosklerosis
- Anemia
- Hipertensi kardiovascular
b) Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses.
c) Trauma
d) Tumor
e) Migren
f) Epilepsi
g) Kelainan endokrin (hipotiroid, hipoglikemik, keadaan menstruasi, hamil, menoupase)
h) Kelaianan psikoneurosis
3. Mata : paresis otot mata, kelainan refraksi, glaucoma
4. Kelainan propioseptik : pellagra, anemia pernisiosa, alkohholisme, tabes dorsalis.
Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di perifer
(telinga – dalam, atau saraf vestibular).
a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum
b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis
vestibulocochlear
(N. VIII)
c. Medical vertigo dapat diakibatkan oleh penurunan tekanan darah , gula darah yang
rendah,
atau gangguan metabolic karena pengobatan atau infeksi sistemik.
Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala atau tanda batang otak lainnya
atau tanda onset akut misalnya sakit kepala tuli dan temuan neurologis lainnya misalnya trigeminal
sensory loss pada infark arteri cebellar postero inferior. Pada pasien seperti ini perlu cepat dirujuk dan
diinvestigasi. Red flag pada pasien dengan vertigo meliputi:
Sakit kepala
Gejala neurologis
Tanda neurologis
Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan kronik. Vertigo akut biasanya
memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan vertigo kronik memiliki mekanisme multifaktorial.
Dizziness yang kronik lebih sering terjadi pada usia tua karena insiden penyakit komorbid yang lebih
besar.
Habituasi Ya Tidak
Nistagmus spontan + -
VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum. Untuk
menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang
otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.
VERTIGO PERIFER
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Paling sering disebabkan oleh
vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung
beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui),
namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh
neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit
meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman
pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis
vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada penyakit ini, mulainya
vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada
neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.
Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan nystagmus.
Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya nvolunter, bolak balik, ritmis, dengan frekuensi
tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu.
Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan rangsangan
alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi netral atau
Vertigo spontan
Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri,
misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan Endolimfa yang meninggi. Vertigo
spontan komponen cepatnya mengarah ke jurusan lirikan kedua bola mata.
Vertigo posisi
Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena perangsangan
pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal. Debris ialah
kotoran yang menempel pada kupula kanalis semi-sirkularis.
Vertigo kalori
Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting ditanyakan pada
pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini dengan
serangan yang pernah dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya adalah betul,
sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.
Patofisiologi
Setiap orang tinggal di ruangan dan mampu berorientasi terhadap sekitarnya berkat adanya
informasi-informasi yang dating dari indera. Didalam orientasi ruangan ini indera yang penting
peranannya adalah system vestibular (statokinetik), system penglihatan (visual/optic), dan rasa dalam
(proprioseptik). Untuk bekerja secara wajar, unit ini memerlukan normalitas fungsi fisiologi indera-
indera tersebut sehingga informasi yang ditangkap dari sekitarnya adalah proporsional dan adekuat.
Informasi ini dipertukarkan dan diproses lebih lanjut oleh suatu unit pemroses sentral dan selanjutnya
proses yang berlangsung dalam system saraf pusat akan bekerja secara reflektorik.
Tetapi bila oleh sesuatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, maka unit proses sentral tidak
lagi dapat memproses informasi-informasi secara wajar/biasa, melainkan menempuh jalur luar biasa.
Hasil akhir yang didapat selain ketidak sempurnaan adaptasi otot-otot mata dan ekstremitas tersebut
juga akan memberikan tanda/peringatan kegawatan. Tanda ini dapat dalam bentuk yang disadari
ataupun yang tidak disadari oleh penderita.
Yang disadari:
- Bersumber dari pusat vestibular ialah vertigo
- Bersumber dari system saraf otonom ialah mual, muntah, berkeringat, dll.
- Bersumber dari system motorik ialah rasa tidak stabil
Yang tidak disadari: terutama bersumber dari otot mata yaitu timbulnya nistagmus.
Penyimpangan proses yang wajar tersebut diatas dapat sebagai akibat abnormalitas fungsi
fisiologik salah satu atau lebih indera atau akibat informasi yang tidak harmonis, atau tidak
terkoordinasinya informasi-informasi yang datang dari indera-indera ekuilibrium. Biasanya, bila
abnormalitas itu bersumber dari sistem visual akan menimbulkan rasa ringan dikepala, sedangkan bila
bersumber dari system vestibular akan menimbulkan rasa gerakan. Dikatakan dari semua indera itu,
system vestibularlah yang pegang andil paling besar terhadap ekuilibrium. Disamping ikut andil dalam
orientasi ruangan, system vestibular merupakan organ penting yang bekerja otomatis mempertahankan
dan menstabilkan posisi dan penglihatan. Sistem ini dapat membangkitkan reflex otomatis, involuntar,
gerakan paksaan yang hanya bergantung pada kesadaran seseorang. Termasuk gerakan bola mata
involuntary/ nistagmus dan refleks penyesuaian terhadap posisi miring.
Diagnosis
1. Anamnesis
Pertama-tama ditanyakan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar, tujuh keliling, rasa
naik perahu dan sebagainya.
Keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: perubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan,
ketegangan.
Apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang timbul, paroksimal, kronik, progresif atau
membaik. Beberapa penyakit tertentu mempunyai profil waktu yang karakteristik.
Penggunaan obat-obatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain
yang diketahui ototoksik/vestibulotoksik
Apakah ada keluhan yang menyertai mual, muntah, gangguan pendengaran, tinnitus.
Adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipertensi, hipotensi. Juga
kemungkinan trauma akustik.
2. Pemeriksaan Fisik
Ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau neurologik
– vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak
bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum.
Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab; apakah akibat
kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat–korteks serebri, serebelum,
batang otak, atau berkaitan dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula
faktor psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.
Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmia jantung, hipertensi, hipotensi,
gagal jantung kongestif, anemi, hipoglikemi.
Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi
dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang
sesuai.
Pemeriksaan Neurologis
1. Pemeriksaan mata
Mencari adanya nistagmus:
a. Pada mata dalam posisi netral bila ada nistagmus disebut nistagmus spontan.
b. Bila pada mata melirik kekiri dan kanan, atas bawah bila ada nistagmus disebut nistagmus
tatapan.
c. Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan system saraf pusat mempunyai cirri-ciri,
sebagai berikut:
Nistagmus pendular: nistagmus yang tidak mempunyai fase cepat atau lambat.
Nistagmus ventrikal yang murni: nistgamus yang gerakan ke atas dan bawah.
Nistagmus rotatari yang murni: gerakannya berputar
Gerakan nistagmoid: gerakan bolamata yang bukan nistagmus sebenarnya tetapi mirip
dengan nistagmus.
Nistagmus tatapan yang murni: nistagmus yang berubah arahnya bila arah lirikan mata
berubah.
1. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg : penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata
terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa
penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada
kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.
b. Tandem Gait: penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki
kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler perjalanannya akan menyimpang, dan pada
kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut
setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan
berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang
lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
Gambar 2. Unterberger Tes
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barang)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya
ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan
berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup.
Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan dan lima langkah ke
belakang selama setengah menit; jika ada gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan
dengan arah berbentuk bintang.
Gambar 4. Uji Babinsky Weil
1. Fungsi Vestibuler
a. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus; lakukan uji ini ke kiri dan kanan.
Secara cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke posisi terlentang)
Kepala harus menggantung ke bawah dari meja periksa
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis semisirkularis lateralis dalam
posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC)
masing-masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus yang timbul dihitung
lamanya sejak permulaan irigasi sampai hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional preponderance ke kiri atau
ke kanan.Canal paresis ialah jika abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air
hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika abnormalitas ditemukan
pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga.
Canal paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau n. VIII, sedangkan directional
preponderance menunjukkan lesi sentral.
Follow up
Pendamping:
dr. Nur Cahyono Anggorojati
Disusun oleh:
dr. Faidh Husnan
RSUD MAJENANG
KABUPATEN CILACAP
2018