Anda di halaman 1dari 3

Aku Buruh, Kamu Buruh, Kita Semua Buruh

Oleh: Darmawan Hakim Putra

(Ilustrasi: http://juragancipir.com/tips-aman-melamar-kerja/)
Paska lulus dari dunia kampus mahasiswa akan dihadapkan dengan pemenuhan
kebutuhan hidup sendiri dengan mencari pekerjaan. Ketika mahasiswa sudah lepas dari dunia
pendidikan, ia akan dihadapkan dengan kehidupan yang sebenarnya. Setelah selesai dari
bangku sekolah yang sudah di pijak selama kurang lebih 16 tahun terhitung dari sekolah
dasar, ia di tuntut untuk hidup mandiri dengan mendapatkan pekerjaan. Tetapi, lulusan
sarjana pun sekarang tak mudah untuk mendapatkan pekerjaan, sebab sarjana bukanlah
sebuah status sosial yang memiliki nilai lebih saat ini. Banyak dan mudah untuk menjadi
sarjana apalagi dengan jumlah universitas yang bertambah banyak. Hal itu yang
menyebabkan kesempatan kerja lebih kecil dan persaingan mendapatkan pekerjaan semakin
ketat.
Kerja merupakan cara untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia supaya
mendapatkan hidup layak dan dengan begitu kebutuhannya sebagai manusia. Dan juga karena
orang biasa yang masih baru lulus dari bangku sekolah dan tak memiliki modal sosial maka
mencari pekerjaan adalah hal yang sulit di tengah persaingan dengan lulusan sarjana lainnya.
Bekerja di perusahaan atau di lembaga pemerintah yang bukan tempat kerja milik pribadi,
maka harus bekerja dengan ketentuan dan kesepakatan yang sudah di tetapkan oleh
perusahaan. Singkatnya pekerja hanyalah seorang buruh dalam sebuah sistem yang sudah di
tetapkan oleh perusahaan, jika tidak bersedia boleh hengkang tapi di sisi lain kebutuhan akan
kerja akhirnya mengikat untuk tetap tinggal karena ketika satu pekerja pergi masih banyak
pekerja yang bersedia mengisinya.
Meskipun harus dibayar dengan upah murah, jam kerja yang lebih dari delapan jam,
tak ada tunjangan lembur, dan maraknya pekerja kontrak yang tidak diberikan jaminan oleh
perusahaan karena perusahaan membutuhkan pekerja murah dan mau bekerja demi
perusahaan. Apalagi persaingan dengan tenaga kerja asing yang mulai di datangkan dari luar
negeri, yang katanya pemerintah itu merupakan bentuk dari globalisasi dalam pasar tenaga
kerja. Padahal di dalam negeri sendiri saja masih banyak pengangguran.
Buruh sejatinya adalah mereka yang tidak memiliki alat produksi dalam mekanisme
kerjanya. Buruh bukan sekedar mereka yang bekerja di pabrik yang di awasi oleh mandor.
Bahkan mereka yang bekerja sebagai pegawai kantor pun sejatinya adalah buruh karena
hidup mereka begantung kepada di pemilik modal yang disebut sebagai atasan, namun secara
umum konotasi antara atasan, pemilik modal atau nama lain apapun yang memberikan upah
berdasar lamanya jam kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dan peraturan lain yang
mengikatnya sejatinya ia adalah buruh. Sebab ia tidak bebas dalam menentukan pilihan
apalagi hanya dengan posisi struktural staf saja.
Istilah buruh muncul pertama kali di Indonesia ketika Indonesia sejak tahun 1895 di
dalam hubungan ekonomi Dunia ialah bahwa Indonesia dijadikan tempat sumber bahan
mentah, tempat penanaman modal, tempat pemasaran hasil produksi kapitalis dunia serta
sebagai sumber tenaga buruh yang sangat murah. Dengan lahirnya imperialisme Belanda di
Indonesia itulah, lahir dalam arti yang sebenarnya kaum buruh di Indonesia.
Adanya penanaman modal industri oleh imperialiskapitalis monopoli tingkat tinggi
dalam berbagai lapangan di Indonesia pabrik-pabrik, bengkel-bengkel, pertambangan,
transport, perkebunan, industri-industri gula, industri-industri kecil. Lahirlah golongan rakyat
dalam masyarakat yang baru yaitu “kaum Buruh”, sebagai golongan yang menurut
kedudukan sosialnya berkepentingan untuk menghapuskan sistem penghisapan dan
penindasan yang dijalankan oleh kaum kapitalis monopoli “imperialis” Belanda.
Munculnya kelas sosial merupakan sebagai salah satu bentuk perubahan sosial di
masyarakat yang sebelumnya disebut budak. Budak hanya bekerja tanpa lelah dan tak
dibayar, di perlakukan bukan seperti manusia, diambil paksa dari keluarganya. Sedangkan
buruh, adalah tenaga yang dibayar oleh si pemilik modal guna memenuhi keuntungannya.
Meskipun demikian, buruh pun pada awal mulanya hanya sebagai pekerja kasar saja yang di
berikan upah murah, jam kerja yang tidak teratur. Sehingga menyita waktunya untuk istirahat
saja kurang apalagi urusan bercinta dengan pasangan, atau melakukan hal lainnya. Karena di
tuntut untuk mencapai target hasil produksi perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
Hal itu masih berlangsung sampai hari ini, meski tidak semua perusahaan demikian,
tetapi tentang jaminan pekerja dari jaminan sosial, jaminan kesehatan, keselamatan kerja
masih kurang untuk mereka. Bagi buruh perempuan yang memiliki kebutuhan seperti cuti
hamil, cuti haid, juga pelecehan seksual yang dialami buruh perempuan ditempat
kerja.Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa buruh bukanlah sekedar mereka yang
bekerja di pabrik, tapi siapapun yang bekerja untuk orang lain adalah buruh. Meski manajer
perusahaan, pegawai pemerintah, tenaga kesehatan, tenaga pendidik. Mereka adalah buruh
karena bekerja untuk orang lain dan bergantung dengannya. Intinya bahwa kita adalah buruh
hanya perbedaannya terdidik dan tidak terdidik.

Anda mungkin juga menyukai