Anda di halaman 1dari 13

PEMANFAATAN BIJI KELOR (Moringa oleifera L.

) DAN TONGKOL
JAGUNG (Zea mays, L.) DALAM PENURUNAN COD DAN BOD LIMBAH
CAIR INDUSTRI TAHU
Nurhadyati, Bibiana Dho Tawa, Febri O. Nitbani

Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana


Kupang
2013

Abstrak
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas dan hasil pengolahan dari
kombinasi biji kelor sebagai biokoagulan dan arang aktif dari tongkol jagung
sebagai adsorben dalam penurunan BOD dan COD. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah koagulasi-flokulasi menggunakan biji kelor dengan
variasi konsentrasi 5000, 5200 dan 5400 ppm, adsorpsi menggunakan arang aktif
tongkol jagung pada konsentrasi 26,67 ppm dan kombinasi koagulasi/flokulasi-
adsorpsi. Parameter yang diukur adalah COD dan BOD dengan nilai awal untuk
limbah cair tahu yang digunakan adalah 1048,8 mg/L untuk COD dan 201,78
mg/L untuk BOD. Pada proses koagulasi-flokulasi yang dilakukan terpisah
diperoleh konsentrasi maksimum yaitu 5200 ppm mampu menurunkan hingga
555,07mg/L untuk COD dan 161,68mg/L untuk BOD. Pada proses adsorpsi yang
dilakukan terpisah mampu menurunkan hingga 512,13 mg/L untuk COD dan
115,42 mg/L untuk BOD pada pengguaan 26,67 ppm arang aktif. Sedangkan pada
metode kombinasi koagulasi-flokulasi dan adsorpsi terjadi penurunan COD hingga
272,93 mg/L dan BOD hingga 73,07 mg/L dengan penggunaan 5200 ppm
biokoagulan dan 26,67 ppm arang aktif. Nilai ini memenuhi standar baku mutu
yang ditetapkan.

Kata kunci: biji kelor, limbah cair industri tahu, koagulasi-flokulasi, adsorpsi,
nilai COD dan BOD

Abstact
It has been conducted a research were to measure effectiveness and treatment
result of merunggai stone as biokoagulan and activated carbon of corncob as
adsorbent as an reducing COD and BOD. The metod using is koagulation-
floculation make use of merunggai stone with variation consentration 5000, 5200
and 5400 ppm, adsorption make use of activated carbon of corncob at
consentration 26,67 ppm and koagulation/floculation- adsorption combination.
Measure parameter is COD and BOD with value early for tofu liquid wastewater
1048,8 mg/L for COD and dan 201,78 mg/L for BOD. At koagulation-floculation
process did separate gain concentration maximum that is 5200 ppm able reducing
up to 555,07mg/L for COD dan 161,68mg/L for BOD. At adsorption process did
separate able reducing up to512,13 mg/L for COD dan 115,42 mg/L for BOD to
utilizing 26,67 ppm activated carbon. Meanwhile, at koagulation/floculation-
adsorption combination occur reducing COD up to 272,93 mg/L and BOD up to
73,07 mg/L by utilizing 5200 ppm biokoagulan and 26,67 ppm activated carbon.
This value meet a demand quality standard as maintain.
Key words: merunggai stone, tofu liquid wastewater, koagulation-
floculation, adsorption, COD and BOD value

PENDAHULUAN memiliki kelemahan.Metode ini


Tahu merupakan salah satu membutuhkan waktu rata-rata
sumber protein dengan kandungan penahanan air limbah pada tangki
gizi yang tinggi dan diminati semua aerasi (HRT) yang lama yaitu paling
kalangan masyarakat karena harga kurang 6-8 jam.Waktu ini
yang relatif murah dan terjangkau. dibutuhkan untuk penurunan kadar
Peningkatan produksi tahu bahan-bahan organik pada limbah
berbanding lurus dengan cair. Selain itu biaya packing untuk
peningkatan limbah cair tahu. menyusun reaktor aerasinya relatif
Limbah cair tahu berpotensi tinggi. Metode lain juga telah
mencemari lingkungan perairan dilakukan oleh Agung dan Winata
karena mengandung senyawa (2010) dengan menggunakan
organik yang cukup tinggi yang teknologi plasma yang mampu
sebanding dengan nilai COD dan menurunkan nilai COD mencapai
BODnya, sehingga perlu dilakukan 1581,44 mg/L dengan menggunakan
pengolahan limbah tersebut sebelum energi sebesar 10 kV. Pada
dibuang ke lingkungan. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Leto
beberapa proses pengolahan yang (2012) menunjukkan bahwa arang
telah dilakukan, diantaranya aktif dari tongkol jagung memiliki
penelitian yang dilakukan oleh kemampuan menaikkan pH dan
Antara (1996) pada pengolahan menurunkan nilai COD hingga
menggunakan lumpur aktif 358,97 mg/L pada waktu kontak 30
menunjukkan penurunan kadar COD menit dan 349,0933 mg/L pada dosis
dan BOD berturut-turut hingga 970 optimum 0,4 gram.
mg/L dan 454 mg/L dalam waktu Dari sekian proses yang telah
14,6 jam. Penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengkombnasikan
dilakukan oleh Enrico (2008) proses koagulasi-flokukasi
menggunakan koagulan dari biji menggunakan biji kelor dan adsorpsi
asam jawa yang hanya mampu menggunakan adsorben arang aktif
menurunkan nilai COD hingga dari tongkol jagung. Penelitian ini
6127,3 mg/L dalam penggunaan bertujuan untuk mengetahui
3000 mg biji asam jawa per liter efektifitas dan hasil pengolahan dari
limbah. Jika menggunakan metode kombinasi biji kelor sebagai
biofilter aerobic seperti yang biokoagulan dan arang aktif dari
dilakukan oleh Pohan (2008) masih
tongkol jagung sebagai adsorben tahu terdiri dari dua jenis senyawa,
dalam penurunan BOD dan COD yaitu senyawa yang mudah
. diuraikan oleh mikroorganisme dan
TINJAUN PUSTAKA senyawa yang sulit terurai oleh
Menurut Balai Laboratorium mikroorganisme. Senyawa yang sulit
Kesehatan Semarang (1995) dalam terurai akan menyebabkan
limbah cair terdapat beberapa pengolahan limbah ini semakin sulit,
senyawa seperti yang terlihat pada sedangkan senyawa yang mudah
tabel berikut: terurai oleh mikroorganisme akan
Tabel 1.komposisi limbah cair tahu menghasilkan gas buangan berupa
N Parameter Kadar NH3 (ammonia), H2S (hidrogen
o sulfida) dan CH4 (metana) yang
1 Protein 0,42 % dapat menimbulkan bau yang tidak
2 Lemak 0,13 % sedap serta akan merusak jaringan
3 Karbohidrat 0,11 %
saraf karena ketiga gas ini termasuk
4 Air 98,87 %
5 Kalsium 13,60 ppm dalam kategori gas yang berbahaya.
6 Phosphor 1,74 ppm Bau yang sangat menyengat dapat
7 Besi 4,55 ppm diartikan telah dihasilkan banyak gas
Sumber: data uji Balai buangan, sehingga dapat dikatakan
Laboratorium Kesehatan senyawa organik dan
Semarang, 1995 mikroorganisme yang terkandung
Dengan adanya senyawa- dalam limbah cair tersebut juga
senyawa ini, limbah cair industri dalam kapasitas yang tinggi
tahu memiliki potensi pencemaran sehingga nilai dari COD dan BOD
yang sangat tinggi seperti yang meningkat tajam.Oleh karena limbah
dilaporkan oleh Leto (2012) dalam cair industri tahu memiliki potensi
penelitiannya tentang perbandingan dalam pencemaran lingkungan,
kemampuan dalam penjernihan sehingga sebelum dibuang ke
limbah tahu oleh arang aktif dari biji lingkungan harus dilakukan
kapuk, tongkol jagung dan pengolahan terlebih dahulu.
tempurung kemiri, nilai COD dan Tanaman kelor diketahui
BOD berturut-turut yaitu 3070 mg/L mengandung polielektrolit kationik
dan 2790,5 mg/L, sedangkan pada dan flokulan alamiah dengan
baku mutu limbah cair kegiatan komposisi kimia berbasis
industri maksimum untuk COD dan polipeptida, mengandung hingga 6
BOD berturut-turut 300 mg/L dan asam-asam amino terutama asam
150 mg/L. glutamate, mentionin dan arginin
Nilai COD dan BOD yang (Jhan, 1986).Pada tahun 2005, Fahey
tinggi dapat diartikan bahwa mengidentifikasi polielektrolit yang
terdapat banyak senyawa-senyawa berfungsi sebagai zat anti bakteri
organik yang terkandung dalam dalam biji kelor yaitu 4-α-L
limbah tersebut.Limbah cair industri rhamnosyloxyl-benzil isothiocynate.
Zat aktif tersebut berfungsi Tongkol jagung memiliki
menetralkan tegangan permukaan komposisi selulosa 40%,
sekaligus mengikat partikel koloid hemiselulosa 36% dan lignin 16%.
limbah cair. Oleh karena adanya selulosa dan
Uji coba kinerja biji kelor sebagai hemiselulosa maka tongkol jagung
biokoagulan dalam penjernihan air sangat potensial dikembangkan
telah dilakukan dengan konsentrasi sebagai adsorben dalam bentuk arang
optimum 25 mg/L dalam waktu 70 aktif. Arang aktif merupakan arang
menit dengan nilai kekeruhan yang dengan daya serap tinggi yang
tersisikan 96,3% dan pH 6,87 (Tiser, ditentukan oleh luas permukaan
2012). Namun ketika biji kelor partikel akibat dilakukan aktivasi
dikombinasikan dengan tawas dalam dengan bahan-bahan kimia ataupun
limbah cair industri tekstil, hasil yang dengan pemanasan pada temperatur
diperoleh kurang efektif dalam hal tinggi. Dengan demikian, arang akan
penyisihan kekeruhan, TSS, COD, mengalami perubahan sifat-sifat
dan kadar warna pada pH 7,8 fisika dan kimia.
(Rambe, 2009). Menurut Pandia
(2005), biji kelor memberikan METODOLOGI PENELITIAN
pengaruh yang kecil terhadap derajat Bahan dan Alat
keasaman dan konduktifitas serta Bahan yang digunakan dalam
jumlah lumpur yang diproduksi lebih penelitian ini antara lain: limbah cair
sedikit dari jumlah lumpur yang industri tahu di “Bintang” Oesapa,
diproduksi oleh ferro sulfonat sebagai biji kelor dan tongkol jagung yang
koagulan. terdapat di Kota Kupang, HCl 1,5
Tongkol jagung merupakan M, padatan HgSO4, larutan K2Cr2O7
limbah dari tanaman jagung yang 0,25 N, H2SO4 pekat, larutan Ferro
selama ini hanya digunakan sebagai Ammonium sulfat (FAS) 0,023 N,
kayu bakar oleh masyarakat indikator ferroin, larutan AgNO3 0,1
NTT.Adapun produksi jagung di M, Na2S2O3 0,0241 N, indikator
Nusa Tenggara Timur pada tahun amilium, alkil iodide azida, MnSO4,
2010 sebesar 653.620 ton (BPS NTT, aquades dan kertas saring whatman
2012). Dengan luas wilayah daratan 42. Alat-alat yang digunakan dalam
Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah penelitian ini antara lain: visible
180.27 km2 atau 0,38 % dari luas spectrophotometer Pharma Biotech
propinsi NTT (47.349,9 km2 ) dapat NOVASPEC II, oven WTB binder,
memproduksi jagung sebanyak neraca analitik Denver Instrument
653.620 ton. Hal ini berarti bahwa M-220D, tanur CHARBOLITE
NTT dapat menghasilkan ± 400.000- 2416,
an ton tongkol jagung yang masih Thermostatschrank/Thermostat
terbuang percuma tanpa adanya Cabinet/Armoire Thermogulatrice
pemanfaatan yang efektif. AQUA LYTIC, IEC Industrial
Equipment & Control PTY.LTD
Made In Australia Input: 240V. denganmenentukan kadar air,
ac.50Hz.4AMP. C.S.7683V. kadar abu dan luas permukaannya.
CAT.No.2090.001, mortal, gelas 3. Proses koagulasi-flokuasi
piala, cawan porselin, flocculator, Prosedur standarnya dilakukan
ayakan ukuran 250 μm, pengaduk dengan pencampuran cepat
magnetik, dan alat-alat gelas yang biokoagulan (200 rpm) selama 20
biasa digunakan dalam laboratorium. menit dilanjutkan dengan
Cara Kerja pencampuran lambat biokoagulan
1. Penyiapan dosis larutan esktrak (50 rpm) selama 30 menit untuk
biji kelor memicu terjadinya flokulasi.
Pada penelitian ini akan Setelah itu sampel dibiarkan
digunakan 3 dosis larutan esktrak selama 20 menit dan kemudian
biji kelor yaitu 5000, 5200 dan disaring. Filtrat yang diperoleh
5400 mg/L limbah cair industri sebagian akan dilakukan analisis
tahu. BOD dan COD sedangkan yang
2. Pengambilan dan pembuatan sebagiannya akan dilanjutkan
arang aktif dari tongkol jagung dengan proses adsorpsi. Perlakuan
Tongkol jagung dijemur dan diulangi masing-masing 3 kali
dipotong kecil lalu dibuat menjadi untuk tiap dosis biokoagulan. Dan
arang dengan cara disangrai hasil terbaik akan dilanjutkan
hingga asapnya hilang. Untuk pada proses adsorpsi.
mendapatkan arang yang 4. Proses adsorpsi
maksimal, tongkol jagung Sebanyak 13,33 gram arang
dikarbonisasi dalam tanur pada aktif ditimbang kemudian
suhu 500 oC selama 1 jam dicampurkan dalam 500 mL
(Bangash dan Alam, 2007). Arang sampel dan diaduk dengan waktu
yang dihasilkan tersebut digerus 30 menit. Campuran kemudian
dan diayak dengan ayakan 250 disaring dan filtrat-nya diukur
μmkemudian diaktivasi dengan nilai BOD dan COD dengan
larutan asam klorida (HCl) 1,5 M pengulangan masing-masing
dengan perbandingan 1:10 (Ufi, analisis adalah 3 kali.
2007). Proses aktivasi dilakukan 5. Kombinasi proses koagulasi-
selama ±24 jam. Selanjutnya, flokulasi dan adsorpsi
arang didekantasi dan dilakukan Hasil koagulasi-flokulasi
pencucian dengan akuades sampai terbaik dari prosedur 4
bebas klorida, kemudian dilanjutkan dengan proses
dikeringkan dalam oven pada adsorpsi. Pada proses adsorpsi,
suhu 110 oC selama 3 jam sebanyak 13,33 gram arang aktif
(Widhianti, 2010). Arang yang ditimbang kemudian
diperoleh siap digunakan sebagai dicampurkan dalam 500 mL
adsorben. Arang aktif ini filtrat yang diperoleh dari hasil
dikaraktesisasi koagulasi-flokuasi dan diaduk
dengan waktu 30 menit. serap arang aktif terhadap
Campuran kemudian disaring dan methylene blue.Luas permukaan
filtrat-nya diukur nilai BOD dan berbanding lurus dengan jumlah
COD. methylene blue yang
terserap.Larutan methylene blue
HASIL DAN PEMBAHASAN yang digunakan terlebih dahulu
1. Karakterisasi Arang Aktif dan ditentukan panjang gelombang
Serbuk Kelor maksimum pada daerah 500-700
Arang aktif dan biji kelor yang nm. Pengukuran dilakukan
digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
sebelum digunakan dalam spektrometer UV-Vis dan
pengolahan limbah cair tahu, diperoleh panjang gelombang
terlebih dahulu dikarakterisasi. maksimum adalah 655 nm dengan
Arang aktif yang digunakan nilai absorbansi sebesar
memiliki kadar air sebesar 2,5 %. 0,097.Grafik panjang gelombang
Jika dibandingkan dengan Standar dapat dilihat pada gambar 1
Mutu Arang Aktif menurut
0,12
SNI06-3730-95, yang menyatakan
bahwa standar untuk kadar air 0,1
arang aktif adalah maksimal 10
Absorbansi

0,08
%, sehingga terlihat bahwa arang
aktif yang diperoleh pada 0,06
penelitian ini termasuk dalam
0,04
kategori baik dalam penggunaan
sebagai adsorben karena 0,02
memenuhi standar mutu arang
0
aktif.
600 650 700 750
Pada pengukuran kadar abu,
arang aktif yang digunakan Panjang gelombang (nm)
memiliki kadar abu sebesar
Gambar 1.Grafik panjang gelombang
2,15%, sedangkan nilai yang
maksimum methylene blue
ditetapkan oleh SNI06-3730-95
tentang Standar Mutu Arang Aktif
Panjang gelombang maksimum
adalah maksimal 10 %. Dari hasil
yang diperoleh digunakan pada
perbandingan tersebut dapat
pengukuran selanjutnya.Setelah
dikatakan bahwa arang aktif yang
diperoleh panjang gelombang
diperoleh memiliki kelayakan
maksimum, tahap selanjutnya
dalam penggunaan sebagai
dalam penentuan luas permukaan
adsorben karena memenuhi
adalah penentuan kurva standar
standar mutu arang aktif.
methylene blue. Kurva standar
Penentuan luas permukaan
methylene blue ini diperlakukan
dilakukan menggunakan daya
pada variasi konsentrasi 2. Penurunan COD dan BOD
methylene blue 1, 2, 3, 4 dan 5 dengan metode koagulasi-
ppm. Kurva standar ini terlihat flokuasi
pada gambar 4.2, sedangkan Penggunaan metode koagulasi-
untuk data hasil pengukuran flokulasi dapat menurunkan nilai
terlampir pada lampiran 4. COD dan BOD seperti yang
0,18 tercantum dalam tabel 2, gambar
0,16 3 dan gambar 4.Hasil ini
0,14
Absorbansi

0,12 merupakan rata-rata dari tiga kali


0,1 pengulangan pada setiap
0,08
0,06 y = 0,0143x + 0,0819 perlakuan dengan LA limbah
0,04 R² = 0,9971 awal, A koagulasi 5000 ppm, B
0,02 koagualsi 5200 ppm dan C
0
koagulasi 5400 ppm.
0 5 10
Tabel 2.Tabel penurunan COD dan
BOD dengan metode
Konsentrasi methylene blue (ppm)
koagulasi-flokulasi.
Gambar 2.Kurva standar
methylene blue Sampel LA A B C
Persamaan yang diperoleh dari COD 1048, 840, 555,0 696
grafik ini adalah y = 0,014x + (mg/L) 8 27 7 ,13
0,081 dengan R= 0,999. BOD 201,7 182, 161,6 176
Persamaan ini digunakan dalam (mg/L) 8 14 8 ,90
penentuan konsentrasi sisa 1200
methylene blue yang tidak
terserap oleh arang aktif pada 1000
COD (mg/L)

penentuan luas permukaan.48,57 800


ppmmethylene blue dari 50 ppm
600
telah diadsorpsi oleh arang aktif.
Konsentrasi methylene blue yang 400
terserap dapat digunakan untuk 200
menentukan luas permukaan
0
arang aktif tersebut yaitu sebesar
LA A B C
1797,88m2/g. Sampel
Pada penghomogenan ukuran
serbuk bji kelor digunakan ayakan Gambar 3. Grafik penurunan COD
yang berukuran 250 μm.Dengan dengan metode
dilakukan pengayakan, serbuk biji koagulasi-flokulasi
kelor yang lolos ayakan Berdasarkan data pada tabel 2
dinyatakan memiliki ukuran lebih atau gambar 3 di atas terlihat jelas
kecil dari 250 μm. bahwa dengan kehadiran
biokoagulan dapat menurunkan
nilai COD. Pada penggunaan pemberian biokoagulan sebesar
biokoagulan sebesar 5200 ppm 5000 ppm dan 5400 ppm,
dapat menurunkan nilai COD penurunan yang terjadi tidak
hingga mencapai 555,07 mg/L
sebesar pada pemberian dosis
dari nilai COD limbah awal
sebesar 1048,8 mg/L, sedangkan 5200 ppm yaitu masing-masing
pada pemberian biokoagulan hanya mencapai 182,14mg/L dan
sebesar 5000 ppm dan 5400 ppm, 176,90mg/L. Berbeda dengan
penurunan yang terjadi tidak nilai COD, nilai BOD cenderung
sebesar pada pemberian dosis menyatakan penggunaan oksigen
5200 ppm yaitu masing-masing dalam pendegradasian senyawa
hanya mencapai 182,14mg/L dan
organik secara biologi, sehingga
696,13 mg/L. Hal ini dipengaruhi
jumlah senyawa organik yang pada saat nilai BOD
dapat didegradasi secara kimiawi menunjukkan nilai yang tinggi
yang dipisahkan dari limbah cair maka hal tersebut menunjukan
tahu tersebut. senyawa organik yang mampu
didegradasi secara biologi masih
250
terkandung dalam limbah cair
200 tahu dalam jumlah yang besar.
BOD (mg/L)

150 Penurunan nilai COD dan


BOD dalam limbah cair tahu
100 dipengaruhi oleh adanya zat aktif
dari biji kelor yaitu 4-α-L
50 rhamnosyloxyl-benzil
isothiocynate (gambar 5).
0
LA A B C
Sampel

Gambar 4. Grafik penurunan BOD


dengan metode koagulasi-
flokulasi
Nilai BOD memiliki pola
penurunan seperti terlihat pada
tabel 2 atau gambar 4.Seperti
halnya penurunan nilai COD,
dengan kehadiran biokoagulan Gambar 5. Zat aktif 4-α-L
juga dapat menurunkan nilai rhamnosyloxyl-benzil
isothiocynate(Sumber:
BOD.Pemberian biokoagulan
Fahey, 2005)
sebesar 5200 ppm dapat
menurunkan nilai BOD hingga Zat aktif ini memiliki dua sisi
mencapai 161,68mg/L dari nilai yang berbeda muatan.Yang
BOD limbah awal sebesar berperan sebagai sisi positifnya
201,78mg/L,sedangkan pada adalah atom N. Hal ini
disebabkan pasangan elektron flokulasi. Proses flokulasi ini
bebas yang terkandung dalam terjadi pada pengadukan lambat
atom N akan beresonansi yaitu 50 rpm selama 30 menit.
membentuk ikatan rangkap tiga, - Pada proses ini, gumpalanakan
N≡C- sehingga N akan saling bertumbuk dan terikat
kekurangan elektron dan membentuk gumpalanyang lebih
bermuatan positif, sedangkan besar. Semakin lama waktu
untuk sisi negatifnya akan tumbukan yang diberikan maka
cenderung ke arah atom akan semakin banyak
S.Elektron π dari ikatan -C=S gumpalanyang saling bertumbuk
berpindah membentuk pasangan dan membentuk gumpalanbesar,
elektron bebas pada S. Ketika namun waktu yang diberikan juga
dilakukan koagulasi dengan tidak boleh terlalu lama karena
pengadukan cepat (200 rpm) tumbukan yang terjadi justru
selama 20 menit mengakibatkan dapat memecahkan
senyawa organik menjadi gumpalanyang telah terbentuk,
terpecah menjadi ion negatif dan sehingga pada penelitian ini
ion positif, ion positif akan ditarik hanya dilakukan dalam waktu 30
oleh S dari zat aktif sedangkan menit.
ion negatif akan ditarik oleh N 3. Penurunan COD dan BOD
dan membentuk jembatan antar dengan Metode Adsorpsi
partikel yang disebut flok
(gumpalan). Selain atom N dan Penggunaan metode adsorpsi
dapat menurunkan nilai COD dan
atom S yang berpengaruh dalam BOD seperti yang tercantum
proses koagulasi-flokulasi dalam tabel 3 dan gambar 6.Hasil
terhadap penurunan nilai COD ini merupakan rata-rata dari tiga
dan BOD dalam limbah cair tahu kali pengulangan pada setiap
juga dipengaruhi oleh gugus perlakuan dengan LA limbah
hidroksil (-OH) pada struktur 4- awal dan Ad adsorpsi.
α-L rhamnosyloxyl- Tabel 3. Tabel penurunan COD dan
benzilisothiocynate tersebut. BOD dengan metode
Kecenderungan terjadinya ikatan adsorpsi
didasarkan pada prinsip likes Sampel LA Ad
dissolved likes. Senyawa yang COD (mg/L) 1048,8 512,13
bersifat polar akan tertarik oleh BOD (mg/L) 201,78 115,42
gugus hidoksil tersebut.
Gumpalan yang terbentuk
masih merupakan gumpalanyang
berukuran kecil. Untuk
memperbesar ukuran gumpalan
agar mudah dalam proses
pengendapan, dilakukan proses
1200 250 koagulasi-flokulsi selalu
menyisakan senyawa organik dan
1000 200 menyebabkan pennurunan nilai
COD (mg/L)

BOD (mg/L)
800 BOD dan COD belum mencapai
150
600 standar baku mutu.
100 Penurunan nilai COD dan
400
50 BOD dengan menggunakan
200
metode adsorpsi dipengaruhi oleh
0 0 kepolaran dari arang aktif, pori
LA Ad LA Ad
dan sisi aktif dari arang aktif.Pada
Sampel Sampel arang aktif terdapat atom C bebas
dan interaksinya secara kovalen
(a) (b)
sehingga memungkinkan arang
Gambar 7.Grafik penurunan COD aktif tersebut bersifat non-polar.
(a) dan BOD (b) dengan Berdasarkan prinsip likes
metode adsorpsi. dissolvedlikes, pada proses ini
Dari perlakuan yang diberikan arang aktif akan memisahakan
diperoleh nilai BOD dan COD Senyawa organik yang bersifat
sebesar 115,42mg/L dan 512,13 non-polar pula seperti halnya sifat
mg/L seperti yang terlihat pada dari arang aktif yang digunakan.
table 3 dengan pola penurunan Pada factor poriarang aktif,
pada gambar 6. Seperti halnya pori tersebutmelakukan
pada kasus koagulasi-flokulasi, penjerapan senyawa organik.
pada proses adsorpsi belum Tinggi rendahnya daya tampung
mampu menurunkan nilai BOD pori biji kelor terhadap senyawa
dan COD hingga mencapai organik dipengaruhi oleh kadar
standar baku mutu. Alasan yang air, kadar abu dan luas
diberikanpun sama yaitu belum permukaan. Arang aktif yang
mampu memisahkan senyawa digunakan memiliki kadar air dan
organik secara keseluruhan dari kadar abu yang relatif rendah.
limbah cair tersebut. Namun yang Rendahnya kadar air dan kadar
membedakan antara proses abu menyatakan pembukaan pori
adsorpsi dan koagulasi-flokulasi terhadap arang aktif relatif relatif
adalah jenis senyawa organik tinggi, sehingga jumlah pori arang
yang dipisahkan. Pada proses aktif semakin meningkat. Begitu
koagulasi-flokulsi hanya mampu puladengan luas permukaan yang
memisahkan senyawa organik menyatakan jumlah pori arang
yang bersifat polar sedangkan aktif. Semakin tinggi luas
pada proses adsorpsi memisahkan permukaan semakin tinggi pula
senyawa organik yang bersifat jumlah pori. Arang aktif yang
non-polar, sehingga baik pada memiliki luas permukaan yang
proses adsorpsi maupun tinggi disebabkan karena adanya
pori yang berukuran kecil dalam koagulasi-flokulasi dan
jumlah yang banyak. Semakin adsorpsi.
banyak pori tersebut maka sisi Berdasarkan data pada tabel 4
aktif dari arang aktif semakin atau gambar 7 terlihat bahwa
meningkat. terjadi penurunan nilai COD dari
4. Kombinasi proses koagulasi- 1048,8 mg/L hingga 273,93 mg/L
flokulasi dan adsorpsi dan penurunan nilai BOD dari
Penggunaan kombinasi 201,78 mg/L hingga 73,07 mg/L.
metode koagulasi-flokulasi dan Nilai COD dan BOD dengan
adsorpsi dapat menurunkan nilai metode kombinasi koagulasi-
COD dan BOD seperti yang flokulasi dan adsorpsi ini
tercantum dalam tabel 4 dan memenuhi standar yang telah
gamabr 7.Hasil ini merupakan
ditetapkan oleh Keputusan
rata-rata dari tiga kali
pengulangan pada setiap Menteri Negara Lingkungan
perlakuan dengan La limbah awal Hidup Nomor : Kep-
dan Com kombinasi. 51/MENLH/10/1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Tabel 4. Tabel penurunan COD dan
Kegiatan Industri jika
BOD dengan kombinasi
dibandingkan dengan ketika
metode koagulasi-flokulasi
kedua metode tersebut dilakukan
dan adsorpsi
secara terpisah.
Sampel LA Com
Kombinasi ini dilakukan secara
COD 1048,8 272,93 bertahap yang dimulai dengan
(mg/L) proses koagulasi-flokulasi dan
BOD 201,78 73,07 kemudian diikuti proses adsorpsi
(mg/L) sehingga kedua proses ini saling
melengkapi satu sama lain. Disaat
1200 250 dilakukan proses koagulasi-
1000 200 flokulasi maka molekul organik
COD (mg/L)

yang bersifat polarakan


BOD (mg/L)

800
150 mengendap bersama zat aktif dari
600
400 100 biji kelor dalam bentuk gumpalan,
sehingga yang tersisa adalah
200 50
molekul organik yang besifat non-
0
0 polar. Molekul organik ini akan
LA Com dipisahkan dari limbah tersebut
Sampel Sampel dengan proses adsorpsi. Molekul
organik ini akan terjerap dalam
(a) (b) arang aktif yang digunakan
Gambar 7.Grafik penurunan COD sehingga ketika dilakukan
(a) dan BOD (b) dengan penyaringan maka sebagian besar
kombinasi metode senyawa organik telah disisihkan.
PENUTUP kesempurnaan penelitian ini.
1. Kesimpulan Saran-saran tersebut adalah:
Dari hasil penelitian mengenai 1. Arang aktif yang digunakan
penurunan COD dan BOD limbah diaktivasi secara fisika dan
cair industri tahu dengan biji kimiawi serta dilakukan
kelor (Moringa Oleifera, L.) dan modifikasi lebih lanjut untuk
tongkol jagung (Zea Mays,L.) pembukaan pori maupun sisi
yang telah dilakukan di aktifnya.
laboratorium Kimia Fakultas 2. Menambahkan parameter yang
Sains dan Teknik Universitas digunakan dalam menganalisis
Nusa Cendana, Kupang pada karakteristik limbah cair awal
bulan Desember 2012 hingga maupun limbah hasil
bulan April 2013, peneliti dapat pengolahan.
menyimpulkan hal-hal berikut: 3. Dengan menggunakan metode
1. Kombinasi biji kelor sebagai yang sama dapat menggantikan
biokoagulan dan arang aktif biokoagulan dan arang aktif
dari tongkol jagung sebagai dari sumber alam yang lain
adsorben efektif dalam yang dapat digunakan.
menurunkan nilai BOD dan
COD pada limbah cair industri DAFTAR PUSTAKA
tahu yaitu pada penggunaan Agung, T.R., dan Winata, H.S.,
dosis biji kelor sebesar 5200 2010, Pengolahan Air Limbah
ppm dan 0,4 gram arang aktif Industri Tahu Dengan
dalam 15 mL limbah cair Menggunakan Teknologi
industri tahu dapat Plasma, Jurnal Ilmiah Teknik
menurunkan COD dan BOD Lingkungan, 5(2):19-28.
berturut-turut sebesar 272,93 Antara, N.S., 1996, Kinerja Luumpur
mg/L dan 73,07mg/L. aktif Pada Pengolahan Limbah
2. Nilai BOD dan COD limbah Cair Industri Tahu, Universitas
cair industri tahu setelah Udayana, Majalah Ilmiah
dilakukan pengolahan Teknologi Pertanian. 2(1):33-
menggunakan kombinasi biji 39.
kelor dan arang aktif Bangash, F.K, dan Alam, S., 2007,
memenuhi standar baku mutu Brilliant Blue Adsorption
terhadap limbah cair kegiatan From Aqueous Solution On
industri. Activated Carbon Produced
2. Saran From Corncob Waste,
Penelitian ini masih belum J.Chinese Chem Soc..54:595-
sepenuhnya dikatakan baik.Oleh 606.
karena itu, peneliti memberikan Erico, B., 2008, Pemanfaatan Biji
beberapa saran demi Asam (Tamarindus Indica)
Sebagai Koagulan Alternative
Dalam Proses Penjernihan Alternatif Pada Proses
Limbah Cair Tahu, Tesis Penjernihan Air Minum di
Sekolah pascasarjana, Mata Air Oeneke Kabupaten
TTU, Skripsi Jurusan Kimia
Universitas Sumatera Utara.
FST Undana, Kupang.
Fahey, J.W., 2005, Moringa
oleifera: A Review Of The
Medical Evidemce For Its
Nutritional, Theraupetic, And
Prophylactic Properties, Part 1.
Trees for Life Journal 1:5
Fahmi, M.S. dkk, 2008, Pemanfaatan
Serabut Biji Kelor (Moringa
Oleifera) Sebagai Penjernih
Air Yang Tercemar Kapur Di
Daerah Ciampea, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Jhan, S.A.A., 1989, Industrial Water
Pollution Control, Ed.2, New
York:Mcgraw Hill Inc.84-110.
Leto, K.T., 2012, Perbandingan
Kemampuan Arang Aktif Biji
Kapuk, Tongkol Jagung Dan
Tempurung Kemiri Sebagai
Adsorben Pada Pengolahan
Limbah Cair Tahu, Skripsi
Jurusan Kimia FST Undana,
Kupang.
Pohan, N., 2008, Pengolahan Limbah
Cair Tahu Dengan Proses
Biofilter Aerobik, Tesis,
Sekolah Pascasarjana,
Universitas Sumatera Utara.
Rambe, A.M., 2009, Pemanfaatan
Biji Kelor (Moringa Oleifera)
Sebagai Koagulan Alternatif
Dalam Proses Penjenihan
Limbah Cair Industri Tekstil,
Tesis Sekolah Pascasarjana,
Universitas Sumatera Utara.

Tiser, G., 2012,Pemanfaatan Biji


Kelor (Moringa Oleifera
[Lam]) Sebagai Biokoagulan

Anda mungkin juga menyukai