Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ireene H. A.

Sinurat
NIM : 1261050215
Kelompok :8B

1. Apa itu “speedball”?


Speedball adalah istilah untuk kombinasi heroin dan kokain. Kokain dan
heroin masing-masing dimasukkan ke dalam spuit yang berbeda, lalu jarum
dari spuit berisi kokain dilepas dan heroin dimasukkan ke spuit berisi kokain
tersebut, kemudian setengah dari campuran ini dimasukkan kembali ke spuit
yang awalnya berisi heroin. Injeksi dilakukan secara intravena.

2. Apa rekomendasi terapi dan intervensi medis yang dapat diberikan pada kasus
ini?
Terapi dan intervensi medis yang dapat diberikan adalah kombinasi
buprenorfin dan indatraline. Buprenorfin merupakan agonis parsial reseptor 
dan menimbulkan analgesia. Indatraline berfungsi mem-block reuptake
dopamin, serotonin dan norepinefrin dimana efeknya sama dengan efek
kokain. Kedua obat ini memiliki durasi/masa kerja yang lebih lama daripada
heroin maupun kokain.

1. Sebutkan sistem opioid endogen (agonis dan reseptor)


Ada 3 jenis opioid endogen : Endorfin, Enkefalin, dan Dinorfin
Ada 3 reseptor opioid yaitu: reseptor mu (), reseptor kappa (), reseptor delta
().

Reseptor  memperantarai efek analgetik mirip morfin; euforia, depresi napas,


miosis, berkurangnya motilitas saluran cerna.
Reseptor  memperantarai efek analgetik mirip pentazosin; sedasi, miosis dan
depresi napas tapi tidak seadekuat agonis .
Reseptor  menimbulkan depresi pernapasan.
Dari penelitian didapatkan bahwa reseptor  dihubungkan dengan
berkurangnya frekuensi napas sedangkan reseptor  dihubungkan dengan
berkurangnya tidal volume.

2. Sebutkan efek farmakodinamik golongan opioid


Pada SSP timbul narkosis, analgesia, eksitasi (mual dan muntah), miosis,
depresi napas.
Pada saluran cerna terjadi pergerakan lambung berkurang, motilitasnya
berkurang, pergerakan isi lambung ke duodenum diperlambat, memperlambat
pencernaan makanan di usus halus, isi usus menjadi lebih padat karena
penerusan isi usus yang lambat disertai sempurnanya absorpsi. Pada usus
besar, gerakan propulsi usus besar berkurang, tonus meningkat dan spasme
usus besar menyebabkan penerusan isi kolon diperlambat dan tinja menjadi
keras. Terjadi konstipasi.
Pada sistem CVS, opioid dosis terapi tidak memengaruhi tekanan darah,
frekuensi maupun irama denyut jantung. Terjadi vasodilatasi perifer, dan
melepaskan histamin yang merupakan faktor penting dalam timbulnya
hipotensi.
Pada kulit, dalam dosis terapi terjadi pelebaran pembuluh darah kulit sehingga
kulit tampak merah dan terasa panas terutama di flush area (muka, leher, dada
bagian atas). Seringkali juga disertai kulit yang berkeringat.
Terjadi juga pengurangan kecepatan metabolisme. Suhu badan turun akibat
aktivitas otot yang menurun dan vasodilatasi perifer.

3. Sebutkan penggolongan opioid dan beri masing-masing 1-2 contoh


a. Agonis kuat contohnya morfin dan metadon
b. Agonis parsial contohnya kodein dan propoksifen
c. Campuran agonis dan antagonis contohnya buprenorfin dan pentazosin
d. Antagonis contohnya nalokson dan naltrekson
4. Indikasi penggolongan opioid
a. Sebagai analgesik. Morfin dan opioid lain terutama diindikasikan untuk
meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati
dengan analgesik non-opioid.
b. Sebagai antitusif. Kodein dosis rendah dapat digunakan sebagai antitusif
sedangkan pada dosis tinggi menimbulkan analgesik
c. Morfin intravena dapat mengurangi/menghilangkan sesak napas akibat
edema pulmonal.
d. Efek antidiare. Alkaloid morfin berguna untuk menghentikan diare
berdasarkan efek langsung terhadap otot polos usus. Pada pengobatan
diare yang disebabkan oleh intoksikasi makanan atau intoksikasi akut obat,
pemberian morfin harus didahului dengan pemberian garam katartik untuk
mengeluarkan penyebab.

5. Efek samping golongan opioid


a. Mual dan muntah
b. Urtikaria, eksantem, dermatitis kontak, pruritus, bersin (reaksi alergi)
c. Hipotensi (pada dosis tinggi)
d. Konstipasi
e. Rasa mengantuk
f. Depresi napas (pada dosis tinggi)

6. Tanda keracunan akut morfin


Pada intoksikasi akut morfin, terjadi frekuensi napas melambat, 2-4kali/menit,
pernapasan Cheyne Stokes. Pasien sianotik, kulit muka merah tidak merata
agak kebiruan. Tekanan darah yang mula-mula baik akan menurun sampai
terjadi syok bila napas memburuk. Pupil sangat kecil (pin point pupils)
kemudian midriasis jika terjadi anoksia. Pembentukan urin sangat berkurang
karena terjadi penglepasan ADH dan turunnya tekanan darah. Suhu badan
rendah, kulit terasa dingin, tonus otot rangka rendah, mandibula dalam
keadaan relaksasi dan lidah dapat menyumbat jalan napas. Pada bayi mungkin
terjadi konvulsi. Kematian biasanya disebabkan oleh depresi napas.
7. Obat yang dapat diberikan untuk mengatasi keracunan akut morfin?
Dapat diberikan Nalokson.

8. Obat yang dapat diberikan sebagai terapi substitusi untuk gejala putus obat
akibat ketergantungan morfin?
Dapat diberikan Metadon, Buprenorfin dan Klonidin.

9. Bagaimana mekanisme ketergantungan kokain?


Secara farmakologi, kokain dapat berefek anestesi lokal, vasokontriksi, dan
psikostimulan. Efek stimulan dari kokain karena kokain meningkatkan kerja
dopamin, NE dan serotonin dengan cara menghambat reuptake ke 3
neurotransmitter ini. Peningkatan neurotransmiter terutama dopamin di
nucleus accumbens bertanggungjawab terhadap timbulnya euphoria dan
adiktif. Dosis normal kokain dapat menyebabkan efek mengurangi nafsu
makan, meningkatkan denyut jantung, euphoria, pupil melebar, pandangan
kabur, agitasi, kewaspadaan dan rasa percaya diri meningkat, dorongan seks
meningkat. Pada dosis tinggi, selain efek di atas, dapat timbul efek seperti
sakit kepala, gelisah, perilaku agresif, hilang konsentrasi, hilang libido, hilang
motivasi dan ambisi, nyeri dan gangguan jantung. Penggunaan jangka panjang
dapat menyebabkan ketergantungan baik fisik maupun psikis. Putus obat
karena kokain dapat menyebabkan depresi yang sangat dalam (berlawanan
dengan efeknya sebagai stimulan), ingin bunuh diri, muntah, gangguan tidur,
perasaan sangat lapar, kelelahan, nyeri otot dan craving.

10. Sebutkan 3 tahapan pada proses konseling


a. Tahap eksplorasi
Pada tahap eksplorasi konselor membentuk rapport yang baik, mengumpulkan
informasi yang diperlukan, identifikasi dan klarifikasi masalah klien.
b. Tahap intepretasi
Pada tahap intepretasi konselor melakukan asesmen terhadap masalah klien
dan menetapkan kembali permasalahannya secara profesional.
c. Tahap menentukan tujuan dan bertindak
Pada tahap ini konselor bersama klien menentukan sasaran yang ingin dicapai
dan merencanakan terapi.
11. Sebutkan keterampilan hidup yang diperlukan untuk perubahan perilaku pada
gangguan penggunaan NAPZA!
Ketrampilan hidup adalah mutlak diperlukan untuk perubahan perilaku pada
gangguan penggunaan NAPZA.

Dengan memiliki keterampilan hidup, klien dapat mengatasi situasi yang


kondusif kepada penggunaan NAPZA.

Dengan memiliki keterampilan hidup, klien juga akan lebih berhasil mencapai
tujuan terapi, Ketrampilan intra- dan inter-personal juga akan meningkatkan
kemampuannya mempertahankan pola hidupnya yang baru.

Carlson dan Lewis membagi ketrampilan hidup yang bermanfaat bagi klien
dengan Gangguan penggunaan NAPZA sebagai berikut :
1. asertif
2. keterampilan sosial
3. pengendalian diri terhadap perilaku
4. menemukan alternatif dari menggunakan NAPZA
5. penyelesaian masalah
6. mengatasi emosi
7. menejemen stres

Sebutkan indikator keberhasilan pada konseling klien dengan gangguan penggunaan


NAPZA!
Indikator keberhasilan pada konseling klien dengan gangguan penggunaan NAPZA
didasarkan kepada perubahan perilaku dari yang maladaptif menjadi adaptif dan tidak
menderita gangguan pada kesehatannya atau penyakit yang ( terlanjur ) diderita
mendapat pengobatan.
1. Emosi : stabil, dapat mengekspresikan perasaannya secara wajar.
2. Perilaku: dapat mengendalikan perilaku dengan baik dan tidak
memperlihatkan perilaku yang maladaptif
3. Kognisi : dapat berpikir secara rasional dan realistis
4. Persepsi : tidak mengalami gangguan persepsi, dapat mempersepsi diri
dan lingkungannya dengan baik
5. Hubungan interpersonal : memuaskan bagi dirinya dan orang lain
6. Fungsi sosial: dapat belajar dengan baik jika masih menempuh
pendidikan dan dapat bekerja dengan prestasi yang baik bila sudah
bekerja.
7. Fungsi keluarga: dapat menunaikan tugasnya sebagai anggota keluarga
( sebagai suami, sebagai istri, sebagai orangtua atau sebagai anak )
8. Tidak terlibat masalah hukum yang berkaitan dengan NAPZA
9. Pola hidup yang baik, teratur dan seimbang: makanan yang sehat dan
cukup, istirahat dan tidur yang cukup dan teratur, rekreasi yang sehat

Anda mungkin juga menyukai