Anda di halaman 1dari 63

MODUL

PRAKTEK PNEUMATIK

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2018

i
LEMBAR PERSETUJUAN

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM PNEUMATIK

JURUSAN MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

Disusun Oleh:

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Ka. Lab. Teknik Mesin Ka. Progdi. Teknik Mesin

Hera Setiawan, ST.,M Eng. Rianto Wibowo, ST.,M Eng.

i
KATA PENGANTAR

Sebagai upaya mengembangkan ketrampilan praktek Sistem Pneumatik bagi


mahasiswa dan pelajar sekolah kejuruan , kami mencoba menyusun buku petunjuk praktek
Dasar Sistem Penumatik. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memasyarakatkan Sistem
Pneumatik seiring dengan perkembangan sistem kontrol Pneumatik di industri.

Buku petunjuk praktek ini difokuskan pada pengenalan dasar sistem pneumatik,
sehingga diharapkan memudahkan bagi mahasiswa dalam memulai belajar sistem
penumatik. Kegiatan praktek ini cukup dilakukan dengan beban 1 sks selama satu semester.

Diharapkan sebelum melaksanakan praktek, telah dipelajari .terlebih dahulu dasar teori
dan langkah kerjanya, sehingga sangat memudahkan dalam memahami sistem pneumatik
selama kegiatan praktek.

Dengan segala kekurangannya, diharapkan buku ini dapat memberikan manfaat yang
besar bagi yang mempelajarinya.

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
A. Pengertian ................................................................................................... 1
B. Cara kerja sistem pneumatik ............................................................................ 2
C. Klasifikasi Sistim Pneumatik ............................................................................. 3
1. Praktek Pengenalan Sumber Udara Mampat ........................................................ 4
A. Teori Dasar .................................................................................................. 4
B. Perawatan Sumber Udara Mampat ............................................................... 7
C. Pelaksanaan Praktek .................................................................................. 7
2. Praktek Pengenalan Unit Pelayanan Udara ......................................................... 8
A. Teori Dasar ................................................................................................. 8
B. Perawatan sistem pelayanan udara ............................................................ 12
C. Pelaksanaan Praktek ................................................................................. 13
3. Praktek Pengenalan Unit Pengarah .................................................................... ..... 13
A. Teori Dasar ................................................................................................. 14
B. Pelaksanaan Praktek ................................................................................... 31
4. Praktek Pengenalan Unit Penggerak ................................................................... 32
A Teori Dasar ................................................................................................. 3
B. Perawatan Silinder ....................................................................................... 4
C. Pelaksanaan Praktek ................................................................................... 5
5. Praktek Sirkit Pneumatik .................................................................................... 6
A Teori Dasar ................................................................................................... 7
B. Pelaksanaan Praktek ........................................................................................ 8

iii
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Pengertian pneumatik menurut pengertian bahasa berasal dari bahasa Yunani
“pneuma“ yang berarti “napas” atau “udara”. Jadi pneumatik berarti terisi udara atau
digerakkan oleh udara bertekanan. Pneumatik adalah sebuah sistem penggerak yang
menggunakan tekanan udara sebagai tenaga penggeraknya. Cara kerja Pneumatik sama
saja dengan hidrolik yang membedakannya hanyalah tenaga penggeraknya. Jika pneumatik
menggunakan udara sebagai tenaga penggeraknya, sedangkan hidrolik menggunakan
cairan oli sebagai tenaga penggeraknya. Dalam pneumatik tekanan udara inilah yang
berfungsi untuk menggerakkan sebuah cylinder kerja. Cylinder kerja inilah yang nantinya
mengubah tenaga/tekanan udara tersebut menjadi tenaga mekanik (gerakan maju mundur
pada cylinder).
Sistem pneumatik ini biasa diaplikasikan pada mesin – mesin industri. Dikarenakan
kurangnya daya/kekuatan mekanik dari pneumatik, maka pneumatik ini hanya bisa
diaplikasikan pada mesin – mesin yang tidak terlalu membutuhkan tenaga mekanik yang
kuat (mesin-mesin bertenaga ringan) dalam pengoperasiannya. Sedangkan untuk mesin-
mesin yang membutuhkan tenaga mekanik yang kuat harus menggunakan sistem hidrolik.
Penggunaan silinder pneumatik biasanya untuk keperluan antara lain: mencekam
benda kerja, menggeser benda kerja, memposisikan benda kerja, mengarahkan aliran
material ke berbagai arah. Penggunaan secara nyata pada industri antara lain untuk
keperluan: membungkus (verpacken), mengisi material, mengatur distribusi material,
penggerak poros, membuka dan menutup pada pintu, transportasi barang, memutar benda
kerja, menumpuk/menyusun material, menahan dan menekan benda kerja. Melalui gerakan
rotasi pneumatik dapat digunakan untuk, mengebor, memutar mengencangkan dan
mengendorkan mur/baut, memotong, membentuk profil plat, menguji, proses finishing
(gerinda, pasah, dll.)

Berikut ini kelebihan dan kekurangan pada sistem pneumatik dan hidrolik:
 Kelebihan pada sistem pneumatik:
- Ramah lingkungan / bersih (jika terjadi kebocoran dalam sistem perpipaan).
- Udara sebagai tenaga penggerak memiliki jumlah yang tak terbatas.
- Lebih cepat dan responsif jika dibandingkan dengan hidrolik.
- Harganya yang murah.

 Kekurangan pada sistem pneumatik:


- Daya mekanik yang dihasilkan kecil.

1
- Membutuhkan perawatan yang lebih tinggi, karena udara sebagai penggeraknya
biasanya kotor dan mengandung air sehingga gesekan antara piston cylinder dan
rumah cylinder besar dan mempercepat kerusakan pada air cylinder.

 Kelebihan pada sistem hidrolik:


- Memiliki daya mekanik yang besar
- Cylinder hidrolik lebih awet bila dibandingkan dengan cylinder pneumatik (air cylinder).
- Oli sebagai tenaga penggeraknya tidak akan habis/berkurang bila tidak terjadi
kebocoran. Sehingga hanya diperlukan investasi diawal.

 Kekurangan pada sistem hidrolik:


- Tidak ramah lingkungan (jika terjadi kebocoran dalam sistem perpipaan).
- Harga oli yang cukup mahal.
- Kurang responsif bila dibandingkan dengan pneumatik.

B. Cara kerja sistem pneumatik


Cara kerja sistem pneumatik yaitu, udara disedot oleh kompresor dan disimpan pada
reservoir air ( tabung udara) hingga mencapai tekanan kira-kira sekitar 6 – 9 bar. Kenapa
harus 6 – 9 bar, karena bila tekanan hanya dibawah 6 bar akan menurunkan daya mekanik
dari cylinder kerja pneumatik dan sedangkan bila bertekanan diatas 9 bar akan berbahaya
pada sistem perpipaan atau kompresor. Baca berapa standar tekanan maksimal yang
terdapat pada name plate reservoir air dari kompresor. Selanjutnya udara bertekanan itu
disalurkan ke sirkuit dari pneumatik dengan pertama kali harus melewati air dryer (pengering
udara) untuk menghilangkan kandungan air pada udara. Dan dilanjutkan menuju ke katup
udara (shut up valve), regulator, selenoid valve dan menuju ke cylinder kerja, sesuai yang
ditunjukkan pada gambar 1.
Gerakan air cylinder ini tergantung dari selenoid, bila selenoid valve menyalurkan udara
bertekanan menuju ke inlet dari air cylinder maka piston akan bergerak maju sedangkan bila
selenoid valve menyalurkan udara bertekanan menuju ke outlet dari air cylinder maka piston
akan bergerak mundur. Jadi dari selenoid valve inilah penggunaan aplikasi pneumatik bisa
juga di kombinasikan dengan elektrik, seperti PLC ataupun rangkaian kontrol listrik lainnya.
Sehingga mempermudah dalam pengaplikasiannya.

2
C. Klasifikasi Sistim Pneumatik
Sistim elemen pada pneumatik memiliki bagian-bagian yang mempunyai fungsi
berbeda. Secara garis besar sistim elemen pada pneumatik dapat digambarkan pada skema
berikut :

Gambar 1. Klasifikasi Elemen Sistim Pneumatik (FESTO FluidSIM)

3
PRAKTEK I
PENGENALAN SUMBER UDARA MAMPAT / BERTEKANAN

Tujuan instruksional :
Setelah melaksanakan praktek ini diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan :
1. Menjelaskan fungsi dan cara kerja kompresor beserta kelengkapannya.
2. Mengatur tekanan dalam tangki udara.
3. Mengatur tekanan kerja.

A. Teori Dasar.
Sumber udara mampat adalah unit tenaga yang melakukan kerja memampatkan
(kompresi) udara sampai tekanan kerja tertentu dan menyimpannya dalam tangki udara.
Bagian-bagian dari sumber udara mampat terdiri dari :

1. Kompresor.
Kompresor berfungsi untuk membangkitkan/menghasilkan udara bertekanan dengan
cara menghisap dan memampatkan udara tersebut kemudian disimpan di dalam tangki
udara kempa untuk disuplai kepada pemakai (sistem pneumatik).
Kompressor dilengkapi dengan tabung untuk menyimpan udara bertekanan, sehingga
udara dapat mencapai jumlah dan tekanan yang diperlukan. Tabung udara bertekanan pada
kompressor dilengkapi dengan katup pengaman, bila tekanan udaranya melebihi ketentuan,
maka katup pengaman akan terbuka secara otomatis.
Pemilihan jenis kompresor yang digunakan tergantung dari syarat-syarat pemakaian
yang harus dipenuhi misalnya dengan tekanan kerja dan volume udara yang akan
diperlukan dalam sistim peralatan(katup dan silinder pneumatik).
Macam – macam kompressor dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

4
Diantara macam-macam kompresor yang umum dipakai adalah kompresor torak bolak
balik. Adapun gambar kompresor bolak balik sebagaimana Gb. 2.

Gambar 2. Kompresor bolak balik

Cara kerja kompresor torak bolak baiik adaiah sebagai berikut :


Bila piston bergerak kebawah (TMB), katup pemasukan terbuka, katup pengeluaran
tertutup, maka udara luar masuk kedalam silinder melalui saluran pemasukan. Bila piston
bergerak ke atas (TMA), katup pemasukan tertutup, katup pengeluaran terbuka, udara
keluar melalui saluran pengeluaran untuk dimampatkan dalam tangki udara.

Keterangan :
1. Saluran Masuk
2. Katup Masuk
3. Katup Buang
4. Saluran Keluar
5. Piston
6. Poros Engkol
7. Silinder

2. Tangki Udara
Air Receiver Tank / Tangki Penerima Udara adalah tangki yang berfungsi untuk
menyimpan udara yang berasal dari kompresor. Tangki penerima udara dirancang sebagai

5
penyangga pasokan untuk memenuhi lonjakan permintaan jangka pendek yang dapat
melebihi kapasitas kompresor angin.
Air Receiver Tank penting untuk setiap sistem udara terkompresi sebagai:

 Penyangga dan menyediakan penyimpanan untuk jangka pendek dari permintaan


yang tinggi.
 Penerima untuk mengurangi kinerja kompresor angin dan meningkatkan kinerja
sistem.
 Tahap pertama dari pemisahan kelembaban, dan harus dilengkapi dengan saluran
kondensat untuk memastikan fungsi yang tepat.
Semua tangki penerima angin ini dilengkapi dengan katup pengaman dan alat pengukur
tekanan.

3. Sistem Pengaturan ON / OFF


Pada mesin kompresor terdapat suatu alat yang berfungsi untuk mengatur tekanan
angin pada tabung sesuai dengan tekanan kapasitas angin yang di rekomendasikan atau
bisa di atur sesuai keinginan pengguna mesin kompresor tersebut. Otomatis pada tabung
kompresor ini bertujuan untuk menjaga sistem keamanan tabung agar tidak meledak oleh
tekanan angin yang terlalu besar masuk ke dalam tabung kompresor dan akan mengatur
hidup matinya motor listrik pada kompresor tersebut.
Karena fungsinya yang sangat penting maka kinerja otomatis kompresor ini harus
senantiasa di perhatikan perawatannya dan juga penyetelannya pun harus sesuai standar
yang di rekomendasikan, dengan adanya otomatis pada mesin kompresor ini maka kita bisa
mengatur tekanan angin dan jarak jeda antara mesin hidup dan kapan mesin kompresor
tersebut akan mati. Adapun sistem pengaturan ON / OFF ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Sistem Pengaturan ON / OFF

6
4. Katup Regulator
Fungsi alat ini adalah mengatur besarnya tekanan kerja agar sesuai dengan kebutuhan
dalam instalasi sistem pneumatik. Bentuk katup regulator adalah seperti pada gambar 4
berikut :

Gambar 4. Katup Regulator

Cara kerjanya adalah sebagai berikut :


Untuk mengatur tekanan udara yang keluar dari kompresor, maka tarik regulating knob
dan putar sesuai dengan tekanan kerja yang dikehendaki yang terbaca dalam pengukur
tekanan.

B. Perawatan Sumber Udara Mampat


1. Tempatkan kompresor pada daerah yang bersih, kering dan berventilasi baik.
2. Upayakan fluktuasi perubahan voltasi kurang dari 5%.
3. Gunakan minyak pelumas yang sesuai (SAE 30 L-DAB 100);
4. Pastikan level minyak pelumas diatas garis merah.
5. Gantilah minyak pelumas secara berkala.
6. Bukalah katup dibawah tangki untuk mengeluarkan air kondensasi setiap 6O jam kerja,
secara rutin.

C. Pelaksanaan Praktek.
Bahan dan alat :
- 1 unit kompresor.
- Drey (-).
- Drey (+).

Waktu : 50 menit

7
Langkah kerja:
1. Kenalilah bagian-bagian dari kompresor.
2. Catatlah ciri-ciri kompresor bolak balik.
3. Pastikan sumber tegangan dalam kondisi baik.
4. Hidupkan kompresor, posisi saklar (knob) on.
5. Amatilah pada alat ukur tekanan, catat pada tekanan berapa kompresor mati.
Tekanan1: ...........Kg/cm2
6. Tekan saklar (knob) pada posisi off. Bukalah discharge valve hingga tekanan menurun.
7. Bukalah Bok hitam dengan drey (+) dan aturlah posisi switch, untuk mengatur tekanan
yang dikehendaki.
8. Atur saklar pada posisi on, amatilah alat ukur tekanan. Catatlah tekanan pada saat
kompresor mati. Tekanan 2 : ............kg/cm2.
9. Putar knop regulator , buka discharge valve, amatilah alat ukur tekanan. Berapa
tekanan kerja.
10. Ulangilah kegiatan diatas, untuk mendapatkan tekanan berbeda.
11. Simpulkan kerja kontrol otomatis kompresor.
12. Catatlah dalam lembar laporan praktek.

PRAKTEK II
PRAKTEK PENGENALAN UNIT PENGOLAHAN UDARA (AIR SERVICE UNIT)

Tujuan instruksional :
Setelah melakukan praktck ini diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan :
- Menunjukan bentuk dan menjelaskan fungsi Filter udara.
- Menunjukan bentuk dan menjelaskan fungsi regulator tekanan.
- Menunjukan bentuk dan menjelaskan fungsi Lubrikator.

A. Teori Dasar
Udara bertekanan (kempa) yang akan masuk dalam sistem pneumatik harus harus
diolah terlebih dahulu agar memenuhi persyaratan, antara lain :
a. Tidak mengandung banyak debu yang dapat merusak keausan komponen-komponen
dalam sistem pneumatik.
b. Mengandung kadar air rendah, kadar air yang tinggi dapat merimbulkan korosi dan
kemacetan pada peralatan pneumatik.
c. Mengandung pelumas, pelumas sangat diperlukan untukmengurangi gesekan antar
komponen yang bergerak seperti pada katup-katup dan aktuator.

8
Secara lengkap suplai udara bertekanan memiliki urutan sebagai berikut: Filter udara,
sebelum udara atmosfer dihisap kompresor, terlebih dahulu disaring agar tidak ada partikel
debu yang masuk kekompresor sebagai filter awal. Kompresor digerakkan oleh motor listrik
atau mesin bensin/diesel tergantung kebutuhan. Tabung penampung udara bertekanan
akan menyimpan udara dari kompresor, selanjutnya melalui katup satu arah udara
dimasukan ke FR/L unit, yang terdiri dari Filter, Regulator dan Lubrication/pelumasan agar
lebih memenuhi syarat. Setelah memenuhi syarat kemudian baru ke sistim rangkaian
pneumatik, seperti tertera dalam bagan di bawah ini:

Adapun komponen – komponen pengolahan udara terdiri dari :

1. Filter udara
Filter Udara (air filter) berfungsi sebagai alat penyaring udara yang keluar dari tangki
udara yang akan masuk kesistem. Filter ini dirancang untuk dapat memisahkan partikel-
partikel yang terbawa seperti debu, oli residu, dsb. Adapun gambar filter udara seperti
ditunjukan pada gambar 5.

9
Gambr 5. Filter Udara

Kasa Filter mempunyai lubang bervariasi antara 0,01 – 40 mikron. Ukuran pori filter
menunjukkan ukuran partikel minimum yang dapat disaring dari udara mampat, Misal filter
5 micron akan menyaring partikel yang mempunyai diameter lebih besar dari 0,005 mm.
Penggantian filter dilakukan jika perbedaan tekanan antara output dan input sebesar 0,4
– 0,6 bar. Perawatan filter yang biasa dilakukan yaitu : mengganti atau mencuci elemen
filter, membuang air kondensasi.

2. Pengatur Tekanan (Pressure Regulator).


Alat ini berfungsi untuk mengatux tekanan kelja (sekunder) dalam sistem pneumatik.
Bentuk pengatur tekanan sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6.

Gambar 6. Pengatur Tekanan / Regulator

10
Adapun cara kerjanya sebagai berikut :
Tekanan udara sekunder tergantung besar kecilnya bukaan lubang pada dudukan(4).
Bila baut pengatur(1) dikencangkan maka lubang pada dudukan(4) akan bertambah hingga
tekanan sekunder bertambah. Apabila tekanan sekunder naik karena adanya stagnasi
misalnya, maka tekanan balik akan menekan diafragma(2) ke bawah dan mengakibatkan
piring katup(3) terdesak ke bawah oleh pegas(5) hingga lubang(4) mengecil. Apabila
tekanan sekunder terlalu besar, maka diafragma akan jauh tertekan ke bawah dan lubang
penghubung akan terbuka hingga udarakeluar lewat pintu angin.

3. Pengukur tekanan (pressure gauge)


Pada umumnya pada pengatur tekanan dipasang langsung pengukur tekanan. Bentuk
pengukur tekanan yang umum dipakai adalah pengukur tekanan Bourdon seperti gambar 7.

Gambar 7. Pengukur Tekanan / Pressure Gauge

Cara kerjanya adalah :


Udara masuk melalui saluran P (1), akibat tekanan pipa Bourdon (2) merenggang.
Penambahan panjang pipa diubah ke jarum penunjuk(6) melalui tuas penghubung(3),
tembereng bergerigi(4) dan roda gigi pinion(5). Tekanan udara dapat dibaca pada skala(7).

4. Lubrikator
Fungsi alat ini adalah untuk mencampur udara dengan kabut minyak pelumas agar
udara yang mengalir kc selumh sistem mengandung cukup pelumas. Maksud pencampuran
ini adalah agar komponen-komponen gerak pada pneumatik mendapat pelumasan,
mengurangi gesekan, menjaga keausan dan agar tidak berkarat. Pelumasan dilakukan

11
secara terputus-putus dengan jangka waktu tertentu atau kabut minyak dialirkan dibamu
oleh aliran udara konstan. Bentuk lubrikator seperti gambar 8.

Bulatan Kaca

IN OUT

Tabung Minyak
Pelumas

Minyak Pelumas

Gambar 8. Lubrikator

Cara kerjanya adalah :


Udara bertekanan mengalir melalui throttle variable (venturi) untuk menghasilkan
tekanan deferensial yang digunakan untuk mendorong pelumas di dalam tabung keatas
melalui saluran pemberi minyak. Kemudian pelumas di turunkan melalui pipa turun ke nosel
venturi dan menyebar waktu dibawa oleh aliran udara kekomponen pneumatik Kecepatan
turun dikontrol oleh jarum dan dimonitor melalui bulatan kaca. Venturi dirancang untuk
mempertahankan jumlah pelumas yang diberikan.

B. Perawatan sistem pelayanan udara.


1. Tetesan uap air dalam mangkuk perlu dikeluarkan secara benar dan periodik.
2. Mangkuk perlu dijaga dari bahan-bahan kimia organik agar tidak mudah rusak.
3. Filter harus dipasang pada kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan pembersihan
dan penggantian kassa.
4. Pembersihan filter perlu dilakukan secara berkala.

12
C. Pelaksanaan praktek.
Bahan dan alat:
- 1 buah filter udara.
- 1 buah Pengatur tekanan.
- 1 buah pengukur tekanan.
- 1 buah lubrikator.

Waktu : 30 menit

Cara kerja:

1. Amatilah bagian-bagian dari Filter udara. Catatlah ciri-cirinya.


2. Amatilah bagian-bagian dari Pengatur tekanan. Catatlah ciri-cirinya
3. Amatilah Bagian-bagian dari lubrikator. Catatlah ciri-cirinya.
4. Aturlah tekanan sekunder dengan memutar pengatur tekan.
5. Bukalah discharge valve pada tangki udara.
6. Amatilah tekanan pada alat pengukur tekanan, dan catat.
7. Bandingkan dengan tekanan pada Kompresor.
8. Pada saat udara melewati lubrikator, amatilah isi mangkuk.
9. Ulangilah kegitan di atas.
10. Buatlah kesimpulan kerja unit pelayanan udara.
11. Buatlah Iaporan dalam Iembar laporan praktek.

PRAKTEK III
PRAKTEK PENGENALAN UNIT PENGARAH

Tujuan instruksional :
Setelah melaksanakan praktek ini diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan:
1. Mampu menjelaskan macam-macam katup pengarah.
2. Mampu menunjukkan bagian-bagian katup pengarah.
3. Mampu mengidentiiikasi jumlah lubang, sistem operasi dan jumlah posisi katup
pengarah.
4. Mampu menjclaskan fungsi check valve, shuttle valve ,quict exhaust valve , throttle
valve dan speed control! valve.

13
A. Teori dasar.
Unit pengarah merupakan unit pokok dari sistem penumatik yang melakukan fungsi
mengatur gerakan, kecepatan, urutan gerak dan arah gerak dari udara mampat, untuk
selanjutnya mendukung kerja sister; pneumatik pada actuator. Unit pengarah ini biasanya
diwujudkan dalam bentuk katup atau valve yang macam-macamnya akan dibahas berikut
ini.

1. Katup pengontrol arah (directional control valve).


Katup pengontrol arah berfungsi untuk mengatur atau mengendalikan arah udara
kempa yang akan bekerja menggerakan aktuator, dengan kata lain katup ini berfungsi untuk
mengendalikan arah gerakan aktuator. Katup pengontrol arah digambarkan dengan jumlah
lubang dan jumlah kotak. Lubang-lubang menunjukkan saluran -saluran udara dan jumlah
kotak menunjukkan jumlah posisi.

 Simbol
Cara membaca simbol katup pneumatik sebagai berikut :

14
Katup-katup pneumatik diberi nama berdasarkan pada:

a. Jumlah lubang/saluran kerja (port).


b. Jumlah posisi/ruang kerja.
c. Jenis penggerak / pengaktifan katup, dan
d. Nama tambahan lain sesuai dengan karakteristik katup.

Berikut ini contoh-contoh penamaan katup yang pada umumnya disimbolkan sebagai berikut
:

Dari simbol katup di atas menunjukkan jumlah lubang/port ada 5 buah, bagian bawah
ada 3 port (1,3,5) sedangkan di bagian output ada 2 port (2,4). Katup tersebut juga memiliki
dua posisi/ruang yaitu A dan B. Penggerak katup berupa udara bertekanan dari sisi 14 dan
12. Sisi 14 artinya, bila disisi tersebut diberi tekanan udara, maka tekanan udara akan
mengaktifkan ruang A, sehingga port 1 akan terhubung dengan port 4 (ditulis 14). Demikian
pula sebaliknya jika sisi 12 diberi tekanan udara, maka tekanan udara tersebut akan
mengaktifkan ruang B sehingga port 1 akan terhubung dengan port 2 (ditulis 12).
Berdasarkan pada data-data di atas, maka katup di atas diberi nama : KATUP 5/2
penggerak udara bertekanan.

15
Simbol-simbol katup kontrol arah sebagai berikut :

a. Metode Pengaktifan
Metode pengaktifan Katup Kontrol Arah bergantung pada tugas yang diperlukan . Jenis
pengaktifan bervariasi, seperti secara mekanis, pneumatis, elektris dan kombinasi dari
semuanya. Simbol metode pengaktifan diuraikan dalam standar DIN 1219 berikut ini :

16
17
 Penomoran Pada Lubang
Sistem penomoran yang digunakan untuk menandai KKA sesuai dengan DIN ISO
5599. Sistem huruf dan sistem penomoran dijelaskan sebagai berikut :

18
Jenis – Jenis Katup Kontrol Arah :
1. Katup 3/2
Katup 3/2 adalah katup yang membangkitkan sinyal dengan sifat bahwa sebuah sinyal
keluaran dapat dibangkitkan juga dapat dibatalkan/diputuskan. Katup 3/2 mempunyai 3
lubang dan 2 posisi. Ada 2 konstruksi sambungan keluaran :
• posisi normal tertutup (N/C) artinya katup belum diaktifkan, pada lubang keluaran tidak
ada aliran udara bertekanan yang keluar.
• posisi normal terbuka (N/O) artinya katup belum diaktifkan, pada lubang keluaran sudah
ada aliran udara bertekanan yang keluar.

- Katup 3/2 N/C , Bola Duduk

- Katup 3/2 N/C , Dudukan Piring

19
- Katup 3/2 N/O, Dudukan Piring

- Katup 3/2 Pilot Tunggal N/C

- Katup 3/2 Pilot Tunggal N/O

20
- Katup 3/2 Dengan Tuas Rol

Katup 3/2 , NC, pengaktifan dengan rol Katup 3/2 , NO, pengaktifan dengan rol

2. Katup 4/2 dudukan piringan

Keadaan Tidak aktif Keadaan Aktif

21
3. Katup 4/3 , plat geser dengan posisi tengah tertutup

4. Katup 5/2, Dudukan Piringan

22
5. Katup Satu Arah
Ada banyak variasi dalam ukuran dan konstruksi dikembangkan dari katup satu arah.
Disamping itu katup satu arah dengan fungsi elemen yang lain membentuk elemen
yang terpadu, seperti katup kontrol aliran satu arah, katup buangan cepat, katup fungsi
“DAN”, katup fungsi “ATAU”.

a. Katup Cek ( Check Valves )


Check Valve adalah katup satu arah, artinya ia hanya dapat digunakan untuk satu arah
aliran saja. Digunakan dalam sirkuit pneumatik untuk mencegah arus balik. Pemblokiran ke
satu arah dapat dilakukan dengan konis (cones ), bola, pelat atau membran.

b. Katup Dua Tekanan / Katup Fungsi “ DAN “ (TwoPressure Valves )


Salah satu katup yang membutuhkan dua sinyal masukan untuk menghasilkan sinyal
keluaran adalah katup dua tekanan (Two Pressure Valves) atau katup fungsi “DAN”.

Katup Fungsi “DAN” dengan input pada Y Katup Fungsi “DAN” dengan input pada X dan Y

23
Udara bertekanan hanya mengalir jika ke dua lubang masukan diberi sinyal. Satu
sinyal masukan memblokir aliran. Jika sinyal diberikan ke dua sisi masukan ( X dan Y ),
sinyal akan lewat ke luar. Jika sinyal masukan berbeda tekanannya, maka sinyal dengan
tekanan yang lebih besar memblokir katup dan sinyal dengan tekanan yang lebih kecil
yang mengalir ke luar sebagai sinyal keluaran. Katup dua tekanan pada umumnya
digunakan untuk kontrol pengunci, kontrol pengaman, fungsi cek dan fungsi logika.

c. Katup Ganti / Katup Fungsi “ATAU” ( ShuttleValve )


Katup ini mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Jika udara dialirkan melalui
lubang pertama (Y), maka kedudukan seal katup menutup lubang masukan yang lain
sehingga sinyal dilewatkan ke lubang keluaran (A). Ketika arah aliran udara dibalik (dari
A ke Y), silinder atau katup terhubung ke pembuangan. Kedudukan seal tetap pada
posisi sebelumnya karena kondisi tekanan.

Katup Fungsi “ATAU” dengan input pada Y Katup Fungsi “ATAU” dengan input pada X

Katup ini disebut juga komponen fungsi “ATAU”. Biasanya katup ini digunakan untuk
kontrol dua arah / tempat.

d. Katup Buangan-Cepat ( Quick Exhaust Valve )


Katup buangan-cepat digunakan untuk meningkatkan kecepatan silinder. Prinsip kerja
silinder dapat maju atau mundur sampai mencapai kecepatan maksimum dengan jalan
memotong jalan pembuangan udara ke atmosfir. Dengan menggunakan katup buangan
cepat, udara pembuangan dari silinder keluar lewat lubang besar katup tersebut.

24
Katup buangan cepat, udara mengalir Katup buangan cepat, udara pembuangan
ke silinder dari silinder

Katup buangan cepat mempunyai sambungan udara masuk P, keluaran A dan lubang
pembuangan R. Aliran udara masuk lewat P dan keluar bebas melaui terbukanya
komponen katup cek. Lubang R terblokir oleh piringan . Jika udara disuplai dari lubang A,
piringan akan menutup lubang P dan udara keluar ke atmosfir lewat lubang R.
Peningkatan kecepatan tersebut dibandingkan dengan pembuangan udara lewat katup
kontrol akhir. Cara tersebut mudah dilaksanakan dengan jalan memasang katup
buangan-cepat langsung pada silinder atau sedekat mungkin dengan silinder.

6. Katup Kontrol Aliran


Katup kontrol aliran mempengaruhi volume aliran udara bertekanan yang keluar
pada dua arah. Bila katup cek dipasang bersama-sama dengan katup ini, maka
pengaruh kontrol kecepatan hanya pada satu arah saja. Gabungan katup ini dapat
dipasang langsung pada lubang masukan atau keluaran silinder atau pada lubang
pembuangan katup kontrol arah.

a. Katup Cekik Dua Arah ( Throttle Valves)


Katup cekik pada keadaan normal dapat diatur dan pengesetannya dapat dikunci pada
posisi yang diinginkan. Karena sifat udara yang kompresibel, karakteristik gerakan
silinder tergantung dari beban dan tekanan udara. Oleh karena itu katup kontrol aliran
digunakan untuk mengontrol kecepatan silinder dengan berbagai harga yang bervariasi.
Hati-hati agar tidak menutup katup ini penuh, karena akan menutup udara ke sistem.

25
Katup Cekik , Dua Arah ( Throttle Valves)

b. Katup Kontrol Aliran Satu Arah.


Dengan konstruksi katup seperti ini, aliran udara lewat pencekikan (penyempitan)
hanya satu arah saja. Blok katup cek akan memblokir aliran udara, sehingga aliran
udara hanya lewat pencekikan. Pada arah yang berlawanan udara bebas mengalir lewat
katup cek. Katup ini digunakan untuk mengatur kecepatan silinder.

Katup Kontrol Aliran, Satu Arah

26
Ada dua jenis rangkaian pencekikan aliran udara untuk silinder kerja ganda , yaitu
pencekikan udara masukan dan pencekikan udara buangan.

• Pencekikan Udara Masukan


Pada pencekikan udara masukan, katup kontrol aliran satu arah dipasang sedemikian
rupa sehingga udara yang masuk silinder dicekik. Udara pembuangan bisa keluar
dengan bebas melalui katup satu arah yang dipasang pada sisi keluaran silinder.
Perubahan pergeseran beban ketika melewati sebuah katup pembatas, menunjukkan
ketidakteraturan yang besar dalam pemberian kecepatan, jika udara masukan diperkecil.
Pencekikan udara masukan dapat digunakan pada silinder kerja tunggal dan dan silinder
dengan volume kecil.

• Pencekikan Udara Keluaran


Dengan pencekikan udara buangan, udara masukan mengalir dengan bebas ke
silinder dan udara buangan dicekik. Dalam hal ini piston dibebani antara dua
pengereman. Pertama, efek pengereman adalah tekanan masukan pada silinder dan yang
kedua adalah udara buangan yang ditahan oleh katup kontrol aliran satu arah. Pencekikan
udara buangan digunakan untuk mengatur kecepatan silinder kerja ganda.

Pencekikan udara keluaran


Pencekikan udara masukan

27
7. Katup Tekanan
Katup tekanan adalah elemen yang sangat mempengaruhi tekanan atau dikontrol oleh
besarnya tekanan. Katup tekanan dapat dibagi dalam 3 kelompok sebagai berikut :
• Katup pengatur tekanan ( Pressure Regulating Valve )
• Katup pembatas tekanan ( Pressure Limiting Valve )
• Katup sakelar tekanan ( Sequence Valve )

a. Katup Pengatur Tekanan


Katup pengatur tekanan diuraikan di bagian perlengkapan pemeliharaan udara
(Servis Unit). Yang penting dari unit ini adalah untuk menjaga tekanan yang stabil,
walaupun dengan tekanan masukan yang berubah-ubah. Tekanan masukan harus lebih
besar daripada tekanan keluaran yang diinginkan.

b. Katup Pembatas Tekanan


Katup ini terutama dipakai sebagai katup pengaman (katup tekanan lebih). Katup ini
mencegah terlampauinya tekanan maksimal yang ditolerir dalam sistem. Apabila nilai
dalam tekanan maksimal tercapai pada lubang masukan, maka lubang keluaran pada katup
akan terbuka dan udarabertekanan dibuang ke atmosfir. Katup tetap terbuka sampai katup
ditutupoleh gaya pegas di dalam setelah mencapai tekanan kerja yang diinginkan.

28
c. Katup Sakelar Tekanan
Katup ini bekerja sesuai dengan prinsip yang sama seperti katup pembatas
tekanan. Katup akan terbuka apabila tekanan yang diatur pada pegas terlampaui.
Udara mengalir dari 1(P) ke 2(A). Lubang keluaran 2(A) terbuka apabila sudah
terbentuk tekanan yang diatur pada saluran kontrol 12(X). Piston kontrol membuka jalur
1(P) ke 2(A).

8. Katup Tunda Waktu


Katup tunda waktu adalah kombinasi/gabungan dari katup 3/2, katup kontrol aliran
satu arah, dan tangki udara. Katup 3/2 dapat sebagai katup dengan posisi normal
membuka (NO) atau menutup (NC). Jika hanya menggunakan katup 3/2 dan katup
kontrol aliran satu arah, tunda waktunya biasanya berkisar antara 0-30 detik. Dengan
menggunakan tambahan tangki udara, waktu dapat diperlambat. Perubahan waktu secara
akurat dijamin, jika udara bersih dan tekanan relatif stabil.

29
a. Katup Tunda Waktu NC

b. Katup Tunda Waktu N0

30
B. Pelaksanaan Praktek.

Bahan dam alat :


- Katup 3/2 penggerak tombol.
- Katup 3/2 penggerak plunyer.
- Katup 3/2 penggerak roller.
- Katup 5/2 penngerak pilot.
- Katup 5/2 penggerak tuas.
- Check valve.
- Shuttle valve.
- Speed control valve

Waktu : 30 menit

Langkah kerja :

1. Amati dan catatlah ciri-ciri dari masing-masing katup.


- Jumlah lubang :
- Sistem operasi
- Jumlah posisi
2. Bedakan fungsi dari masing-masing katup.
3. Tentukan mana lubang masuk (input) dan lubang keluar (out put).
4. Pasanglah selang secara benar dan kemudian lepaskan secara benar.
5. Pasanglah silincer pada lubang yang tepat.
6. Buatlah laporan dalam lebar laporan praktek.

31
PRAKTEK IV
PRAKTEK PENGENALAN UNIT PENGGERAK

Tujuan Instruksional :
Setelah melakukan praktek, peserta dapat:
1. menyebutkan bagian-bagian silinder kerja tunggal.
2. menjelaskan prinsip kerja silinder kerja tunggal.
3. menyebutkan bagian-bagian silinder kerja ganda.
4. menjelaskan prinsip kerja silinder kerja ganda.
5. menjelaskan pemasangan silinder
6. menyebutkan kegunaan silinder.
7. menentukan gaya piston silinder.
8. menentukan kebutuhan udara yang dibutuhkan silinder
9. menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan silinder.

A. Dasar Teori

1. Aktuator
Aktuator adalah bagian keluaran untuk mengubah energi suplai menjadi energi
kerja yang dimanfaatkan. Sinyal keluaran dikontrol oleh sistem kontrol dan aktuator
bertanggung jawab pada sinyal kontrol melalui elemen kontrol terakhir.Aktuator pneumatik
dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yaitu gerak lurus dan putar.
1) Silinder Gerak Lurus (gerakan linear) :
 Silinder kerja tunggal.
 Silinder kerja ganda.
2) Silinder Gerak Putar :
 Motor udara
 Aktuator yang berputar (ayun)

1. Silinder Gerak Lurus (gerakan linear)

a. Silinder Kerja Tunggal (Single Acting Cylinder)


Silinder kerja tunggal mempunyai seal piston tunggal yang dipasang pada sisi suplai
udara bertekanan. Pembuangan udara pada sisi batang piston silinder dikeluarkan ke
atmosfir melalui saluran pembuangan. Jika lubang pembuangan tidak diproteksi
dengan sebuah penyaring akan memungkinkan masuknya partikel halus dari debu ke

32
dalam silinder yang bisa merusak seal. Apabila lubang pembuangan ini tertutup akan
membatasi atau menghentikan udara yang akan dibuang pada saat silinder gerakan keluar
dan gerakan akan menjadi tersentak-sentak atau terhenti. Seal terbuat dari bahan yang
fleksibel yang ditanamkan di dalam piston dari logam atau plastik. Selama bergerak
permukaan seal bergeser dengan permukaan silinder. Gambar konstruksi silinder kerja
tunggal sebagai berikut :

Dengan memberikan udara bertekanan pada satu sisi permukaan piston, sisi yang lain
terbuka ke atmosfir. Silinder hanya bisa memberikan gaya kerja ke satu arah . Gerakan
piston kembali masuk diberikan oleh gaya pegas yang ada didalam silinder direncanakan
hanya untuk mengembalikan silinder pada posisi awal dengan alasan agar kecepatan
kembali tinggi pada kondisi tanpa beban. Pada silinder kerja tunggal dengan pegas,
langkah silinder dibatasi oleh panjangnya pegas. Oleh karena itu silinder kerja tunggal
dibuat maksimum langkahnya sampai sekitar 80 mm.

b. Silinder Ganda (Double Acting Cylinder)


Konstruksi silinder kerja ganda adalah sama dengan silinder kerja tunggal, tetapi tidak
mempunyai pegas pengembali. Silinder kerja ganda mempunyai dua saluran (saluran
masukan dan saluran pembuangan). Silinder terdiri dari tabung silinder dan
penutupnya, piston dengan seal, batang piston, bantalan, ring pengikis dan bagian
penyambungan. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

33
Dengan memberikan udara bertekanan pada satu sisi permukaan piston (arah maju) ,
sedangkan sisi yang lain (arah mundur) terbuka ke atmosfir, maka gaya diberikan pada
sisi permukaan piston tersebut sehingga batang piston akan terdorong keluar sampai
mencapai posisi maksimum dan berhenti. Gerakan silinder kembali masuk, diberikan
oleh gaya pada sisi permukaan batang piston (arah mundur) dan sisi permukaan piston
(arah maju) udaranya terbuka ke atmosfir. Keuntungan silinder kerja ganda dapat dibebani
pada kedua arah gerakan batang pistonnya. Ini memungkinkan pemasangannya lebih
fleksibel. Gaya yang diberikan pada batang piston gerakan keluar lebih besar daripada
gerakan masuk. Karena efektif permukaan piston dikurangi pada sisibatang piston oleh luas
permukaan batang piston.
Silinder aktif adalah dibawah kontrol suplai udara pada kedua arah gerakannya.
Pada prinsipnya panjang langkah silinder dibatasi, walaupun faktor lengkungan dan
bengkokan yang diterima batang piston harus diperbolehkan. Seperti silinder kerja tunggal,
pada silinder kerja ganda piston dipasang dengan seal jenis cincin O atau membran.

34
Macam-Macam Silinder Kerja Ganda :

2. Silinder Gerak Putar

a. Air Motor(Motor Pneumatik)


Motor pneumatik adalah aktuator yang menghasilkan gerak putar secara terus
menerus dengan menggunakan udara bertekanan. Ada bermacam-macam jenis motor
pneumatik tergantung desainnya yaitu rotary vane, axial piston, radial piston, gerotor,
turbine, V-type, and diaphragm. Rotary vane, axial- dan radial-piston, dan gerotor air
motors banyak digunakan untuk aplikasi industri. Motor pneumatik ini telah cukup
berkembang dan penggunaanya telah cukup meluas. Macam-macam motor pneumatik,
antara lain:

35
Motor Piston Radial dan Motor Axial

Rotari Vane Motor

b. Aktuator Putar
Aktuator putar adalah aktuator yang bergerak dari 0o sampai 270o. Konstruksi
aktuator putar seperti pada gambar berikut :

36
c. Silinder Putar
Silinder putar adalah aktuator yang menghasilkan gerakan berputar dari 0o sampai
360o yang berasal dari gerakan lurus. Batang piston mempunyai profil bergigi. Profil
bergigi ini menggerakkan roda gigi. Gerakan linear piston diubah menjadi gerakan putar
dari roda gigi dengan sudut putaran dari 0o sampai 360o. Torsi yang dihasilkan mulai 0,5
Nm sampai 150 Nm pada tekanan kerja 6 bar, tergantung diameter piston.

D. Dasar Perhitungan Pneumatik


Dasar perhitungan pneumatik merupakan bagian yang akan membahas tentang
perhitungan dasar dalam pneumatik. Bagian ini akan mendeskripsikan tentang perhitungan
tekanan udara (P), perhitungan debit aliran udara (Q), kecepatan torak (V), Gaya Torak (F)
dan dasar perhitungan daya motor. Sebelum melaksanakan perhitungan pneumatik terlebih
dahulu harus mengetahui konversi-konversi satuan yang sering dipakai dalam perhitungan
dasar pneumatik. Adapun konversi satuan tersebut antara lain : a) satuan panjang, b)
satuan volume, c) satuan tekanan, d) satuan massa, e) satuan energi, f) satuan gaya dan g)
satuan temperatur. Selengkapnya dapat dilihat di bawah ini :

37
38
1. Gaya Piston
Gaya piston yang dihasilkan oleh silinder bergantung pada tekanan udara, diameter
silinder dan tahanan gesekan dari komponen perapat. Gaya piston secara teoritis
dihitung menurut rumus berikut:

𝑭 = 𝑨. 𝙥

Untuk silinder kerja tunggal:

𝝅
𝑭 = [𝑫² · 𝙥] − 𝒇
𝟒

Untuk silinder kerja ganda :


𝝅
• langkah maju 𝑭 = 𝑫² · 𝟒 𝙥
𝝅
• langkah mundur 𝑭 = ( 𝑫² − 𝒅𝟐 ) · 𝟒 𝙥

Keterangan :
F = Gaya piston ( N )
f = Gaya pegas ( N )
D = Diameter piston ( m )
d = Diameter batang piston ( m )
A = Luas penampang piston yang dipakai (m²)
p = Tekanan kerja ( Pa )
Pada silinder kerja tunggal, gaya piston silinder kembali lebih kecil daripada gaya
piston silinder maju karena pada saat kembali digerakkan oleh pegas . Sedangkan pada
silinder kerja ganda, gaya piston silinder kembali lebih kecil daripada silinder maju karena
adanya diameter batang piston akan mengurangi luas penampang piston. Sekitar 3 - 10
% adalah tahanan gesekan. Berikut ini adalah gaya piston silinder dari berbagai ukuran
pada tekanan 1 - 10 bar.

39
Silinder pneumatik tahan terhadap beban lebih. Silinder pneumatik dapat dibebani lebih
besar dari kapasitasnya. Beban yang tinggi menyebabkan silinder diam.
Kebutuhan Udara
Untuk menyiapan udara dan untuk mengetahui biaya pengadaan energi, terlebih
dahulu harus diketahui konsumsi udara pada sistem. Pada tekanan kerja, diameter
piston dan langkah tertentu, konsumsi udara dihitung sebagai berikut :

Kebutuhan Udara = Perbandingan Kompresi × Luas Penampang Piston × Panjang Langkah


1,031 + 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑏𝑎𝑟)
𝑃𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖 =
1,031

Untuk mempermudah dan mempercepat dalam menentukan kebutuhan udara, tabel


di bawah ini menunjukkan kebutuhan udarapersentimeter langkah piston untuk berbagai
macam tekanan dan diameter piston silinder.

40
Tabel: Kebutuhan udara silinder pneumatik persentimeter langkah dengan fungsi tekanan
kerja dan diameter piston.

Kebutuhan udara dihitung dengan satuan liter/menit (l/min) sesuai dengan standar
kapasitas kompresor. Kebutuhan udara silinder sebagai berikut :

 Silinder kerja tunggal 𝙌=𝒔·𝒏·𝒒 dalam L/Menit


 Silinder kerja ganda 𝙌 = 𝟐 (𝒔 · 𝒏 · 𝒒) dalam L/Menit

Keterangan :
Q = kebutuhan udara silinder ( l/min ).
q = kebutuhan udara persentimeter langkah piston.
s = panjang langkah piston ( cm ).
n = jumlah siklus kerja per menit.

2. Kecepatan Piston
Kecepatan piston rata-rata dari silinder standar berkisar antara 0,1-1,5 m/s (6 - 90
m/min). Silinder khusus dapat mencapai kecepatan 10 m/s. Kecepatan silinder pneumatik
tergantung :
• Beban ( gaya yang melawan silinder ),
• Tekanan kerja,
• Diameter dalam dan panjang saluran antara silinder dan katup kontrol arah,
• Ukuran katup kontrol arah yang digunakan.

41
Kecepatan piston dapat diatur dengan katup pengontrol alirandan dapat ditingkatkan
dengan katup pembuang cepatyang dipasang pada sistem kontrol tersebut. Kecepatan rata-
rata piston tergantung dari gaya luar yang melawan piston (beban) dan ukuran lubang aliran
dapat dilihat seperti pada tabel berikut :

B. Perawatan silinder
Kerusakan yang sering ditemui adalah kebocoran udara dam kekurangan out put
disebabkan oleh keausan rod packing dan piston packing. Kesulitan ini disebabkan oleh
komponen yang sudah waktunya diganti, kekurangan pelumasan, kemasukan drain dan
cemaran, dalam hal ini sering periksa kondisi filter dan lubrikator.
Packing yang mengalami keausan tidak rata menunjukkan arah gerakan beban silinder
berlainan. Dalam hal ini packing harus diganti, silinder dan beban harus di stel searah.
Pemeriksaan sambungan selang, kebocoran pada lubang piston rod perlu dilakukan
kontinyu, agar kerusakan yang terjadi dapat segera diatasi.

C. Pelaksanaan Praktek
Bahan dan alat :
- Single acting silinder.
- Double acting silinder.

42
Waktu : 50 menit.

Langkah kerja :
1. Catatlah ciri-ciri bagian dari single acting silinder.
- Jumlah lubang udara :
- Arah gerakan :
- Jenis pegas :
- Panjang langkah :
- Cara pemasangan :
2. Catatlah ciri-ciri bagian dari double acting silinder.
- Jumlah lubang udara :
- Arah gerakan :
- Jenis pegas :
- Panjang langkah :
- Cara pemasangan :
3. Pasanglah selang pada lubang udara untuk single dan double acting silinder.
4. Buatlah kesimpulan dalam lembar laporan praktek.

PRAKTEK V
PRAKTEK SIRKIT PNEUMATIK

Tujuan Instruksional
Setelah melaksanakan praktek ini diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan :
1. Membaca diagram sirkit pneumatik.
2. Memilih komponen yang tepat untuk sirkit pneumatik.
3. Menjelaskan cara kerja sirkit pneumatik.
4. Membuat rangkaian sirkit pneumatik.

A. Teori Dasar

1. Diagram alir
Diagram rangkaian harus digambar dengan tata cara penggambaran yang benar.
Karena hal ini akan memudahkan seseorang untuk membaca rangkaian , sehingga
mempermudah pada saat merangkai atau mencari kesalahan sistem pneumatik. Tata
letak komponen diagram rangkaian harus disesuaikan dengan diagram alir dari mata
rantai kontrol yaitu sebuah sinyal harus mulai mengalir dari bawah menuju ke atas

43
dari gambar rangkaian. Elemen yang dibutuhkan untuk catu daya akan digambarkan
pada bagian bawah rangkaian secara simbol sederhana atau komponen penuh dapat
digunakan. Pada rangkaian yang lebih luas , bagian catu daya seperti unit pemelihara,
katup pemutus dan berbagai distribusi sambungan dapat digambarkan tersendiri. Diagram
alir mata rantai kontrol dan elemen-elemennya digambarkan sebagai berikut :

44
Jenis dan Simbol Komponen Sistim Pneumatik :

2. Tata Letak Rangkaian


Yang dimaksud tata letak rangkaian adalah diagram rangkaian harus digambar
tanpa mempertimbangkan lokasi tiap elemen yang diaktifkan secara fisik. Dianjurkan
bahwa semua silinder dan katup kontrol arah digambarkan secara horisontal dengan
silinder bergerak dari kiri ke kanan, sehingga rangkaian lebih mudah dimengerti.

45
Contoh :
Batang piston silinder kerja ganda bergerak keluar jika tombol tekan atau pedal kaki
ditekan. Batang piston kembali ke posisi awal setelah keluar penuh dan tekanan pada
tombol atau pedal kaki dilepas. Masalah di atas dipecahkan oleh rangkaian kontrol
dengan tata letak gambar diagram berikut ini.

Pada gambar menunjukkan perbedaan antara posisi gambar dengan lokasi


benda/elemen sesungguhnya. Pada praktiknya katup V1 terletak pada posisi akhir
langkah keluar silinder. Pada diagram rangkaian elemen V1 digambar pada tingkat sinyal
masukan dan tidak mencerminkan posisi katup. Penandaan V1 pada posisi silinder
keluar penuh menunjukkan posisi sesungguhnya dari katup V1 tersebut.
Diagram rangkaian memperlihatkan aliran sinyal dan hubungan antara komponen
dan lubang saluran udara. Diagram rangkaian tidak menjelaskan tata letak komponen
secara mekanik. Rangkaian digambar dengan aliran energi dari bawah ke atas. Yang
terdapat dalam rangkaian meliputi sumber energi, masukan sinyal, pengolah sinyal,
elemen kontrol akhir dan elemen penggerak (aktuator). Posisi katup pembatas ditandai
pada aktuator. Jika kontrol rumit dan terdiri dari beberapa elemen kerja, rangkaian kontrol
harus dibagi ke dalam rangkaian rantai kontrol yang terpisah. Satu rantai dapat dibentuk
untuk setiap fungsi grup. Kalau mungkin, rantai-rantai ini sebaiknya disusun
berdampingan dalam urutan yang sama dengan gerakan langkah operasinya.

46
3. Penandaan Elemen
Penanandaan tiap-tiap elemen kontrol untuk mengetahui dimana lokasi elemen
tersebut berada. Ada dua macam penandaan yang telah dikenal dan sering digunakan
yaitu : penandaan dengan angka dan penandaan dengan huruf.

a. Penandaan Dengan Angka


Disini ada beberapa kemungkinan untuk menandai dengan angka. Dua sistem yang
sering digunakan yaitu :
• Nomor seri
Sistem ini sebaiknya untuk kontrol yang rumit .
• Penandaan yang disusun dari nomor grup dan nomor seri dengan grup, misalnya
4.12 artinya elemen 12 pada grup 4.

4. Klasifikasi grup :
Grup 0 : semua elemen sumber energi ditandai dengan angka depan 0
Grup 1, 2, 3, … : penandaan dari satu mata rantai kontrol ( grup ).
Sistem untuk nomor seri :
.0 : elemen kerja
.1 : elemen kontrol
.2, .4 : semua elemen yang mempunyai pengaruh pada gerakan maju, ditandai
dengan nomor seri genap.
3 , .5 : semua elemen yang mempunyai pengaruh pada gerakan mundur, ditandai
dengan nomor seri gasal.
.01, .02 : elemen antara elemen kontrol dan elemen kerja yaitu katup kontrol aliran dan
katup buangan-cepat.
Sistem penandaan berdasarkan pada sistem nomor grup mempunyai keuntungan
bahwa dalam praktiknya seorang perawatan dapat mengenali pengaruh dari sinyal dari
nomor pada masing-masing komponen.
Sebagai contoh : jika terjadi kegagalan pada silinder 2.0, makadapat diasumsikan
bahwa penyebabnya dapat ditemukan pada grup 2, oleh karena itu
komponenkomponen yang mempunyai tanda angka pertama 2 harus diperiksa. Gambar
berikut menunjukkan penandaan elemen dari sebuah mata rantai kontrol.

47
Penandaan elemen dari sebuah rangkaian pneumatik

Karena rangkaian hanya terdiri dari satu grup, maka semua elemen angka
pertama bertanda 1, artinya lokasinya berada pada grup 1. Silinder ditandai dengan
angka 1.0. Katup kontrol akhir ditanda dengan angka 1.1. Katup-katup yang menyebabkan
silinder bergerak maju ditandai dengan angka : 1.2, 1.4 dan 1.6. Sedangkan katup yang
menyebabkan silinder bergerak mundur ditandai dengan angka 1.3. Sumber energi
ditandai 0.1.

b. Penandaan Dengan Huruf


Tipe ini digunakan terutama pada rangkaian yang dikembangkan secara metodik.
Untuk pemakaian yang luas, tipe ini meliputi kalkulasi dan daftar yang dapat dilakukan
lebih mudah dan lebih jelas jika menggunakan huruf. Elemen kerja ditandai dengan
huruf besar, elemen sinyal dan limit switch ditandai dengan huruf kecil. Bertolak
belakang dengan tipe terdahulu, elemen sinyal dan limit switch tidak ditandai ke dalam
kelompok grup. Lokasi tipe ini seperti diilustrasikan pada gambar berikut :

48
A, B, C… : tanda dari elemen-elemen kerja
ao, bo, co…. : tanda dari limit switch yang digerakkan pada posisi belakang
silinder A,B,C,...
a1, b2, c3…. : tanda dari limit switch yang digerakkan pada posisi batang piston
ke depan dari silinder A, B,C ….

Keuntungan dari tipe ini adalah dapat dengan segera diketahui komponen sinyal yang
sedang digerakkan jika silinder bergerak ke posisi yang dituju. Misalnya, gerakan A+
menunjukkan limit switch a1 yang diperintahkan bekerja, dan gerakan A- menunjukkan
limit switch ao yang diperintahkan bekerja. Dalam praktiknya, penandaan elemen-elemen
suatu rangkaian pneumatik menggunakan kombinasi angka dan huruf.

B. Pelaksanaan Praktek
1. Praktek kontrol silinder gerak tunggal (single acting cylinder)

Bahan dan alat :

1. Silinder gerak tunggal I buah.


2. Katup 3/2 Tombol tekan.
3. Katup 3/2 Roller,
4. Katup 3/2 Plunyer.
5. Katup 3/2 Selektor.
6. Selang.

Waktu : 100 menit.

Langkah Kerja:

a. Siapkan unit sumber udara mampat dan pelanyanan udara, pastikan dalam kondisi siap
kerja.
b. Pasanglah selang dari out put lubrikator.

49
c. Buatlah rangkaian dengan katup 3/2 tombol tekan, untuk diagram seperti gambar
berikut ini :

1.0

1.1
2

1 3
0.1

d. Pastikan pemasangan selang secara benar.


e. Bukalah Discharge valve ditangki agar udara mampat mengalir.
f. Tekanlah tombol pada katup , amati gerakan silinder.
g. Lepas tombol pada katup, amati gerakan silinder.
h. Tutup discharge valve pada tangki.
i. Ulang kegiatan diatas dengan mengganti Katup , amati gerakan silinder.
j. Buatlah kesimpulan cara kerja silinder gerak tunggal dengan kontrol katup 3/2.
k. Buatlah laporan dilembar laporan praktikum.
l. Bersihkan peralatan dan simpanlah dengan baik.

3. Praktek kontrol silinder gerak Ganda (Double acting Cylinder)

Bahan dan alat :

- Silinder gerak ganda l buah.


- Katup 5/2 Tuas.
- Selang.

50
Waktu 30 menit.

Langkah kerja :

a. Siapkan unit sumber udara mampat dan pelayanan udara, pastikan dalam kondisi siap
kerja.
b. Pasanglah selang pada output lubrikator.
c. Buatlah rangkaian, seperti diagram sirkit pneumatik pada gambar

1.0

1.1
4 2

5 3
1

0.1

d. Pastikan selang terpasang dengan benar.


e. Bukalah discharge valve pada tangki, agar udara mengalir.
f. Rubahlah posisi tuas, perhatikan gerakan pada silinder.
g. Ulangi kegiatan tersebut beberapa kali.
h. Pahamiiah mekanisme kerja dari katup 5/2 dan silinder gerak ganda.
i. Buatlah kesimpulan cara kerja rangkaian sirkit tersebut.
j. Buatlah laporan dalam lembar laporan praktek.
k. Bersihkan peralatan dan simpanlah dengan baik.

51
4. Praktek pengaturan kecepatan silinder gerak tunggal.

Bahan dan alat :


- Silinder gerak tunggal 1 buah.
- Katup 3/2 tombol tekan.
- Katup kontrol aliran.
- Selang.

Waktu : 30 menit.

Langkah kerja :

a. Siapkan unit sumber udara mampat dan pelayanan udara, pastikan daiam kondisi siap
kerja.
b. Pasanglah selang pada out put lubrikator.
c. Buatlah rangkaian dari diagram sirkit pneumatik seperti pada gambar.

1.0
50%

1. 02

1.1
2

1 3
0.1

52
d. Pastikan selang terpasang dengan benar.
e. Bukalah discharge valve pada tangki, agar udara mengalir.
f. Tekan tombol katup, amatilah gerakan silinder.
g. Aturlah katup kontrol kecepatan, tekan tombol katup, amatilah gerakan silinder.
h. Uiangi kegiatan tersebut, pahamilah cara kerja rangkaian tersebut.
i. Tutup kembali discharge vaive bila kegiaian seiesai.
j. Buatlah kesimpulan cara kerja rangkaian tersebut.
k. Buatlah laporan dalam lembar laporan praktek.
l. Bersihkan peralatan dan simpanlah dengan baik.

5. Praktek pengaturan kecepatan silinder gerak ganda.

Bahan dan alat :


- Silinder gerak ganda I buah.
- Katup 5/2 Tuas:
- Katup kontrol aliran.

Waktu: 30 menit.

Langkah kerja :
a. Siapkan unit sumber udara mampat dan pelayanan udara, pastikan dalam kondisi siap
kerja.
b. Pasanglah selang pada out put lubrikator.
c. Buatlah rangkaian dari diagram sirkit pneumatik seperti pada gambar.

53
d. Pastikan selang terpasang dengan benar.
e. Bukalah discharge valve pada tangki, agar udara mengalir.
f. Tekan tombol katup, amatiiah gerakan siiinder.
g. Aturlah katup kontrol kecepatan, tekan tombol katup, amatilah gerakan siiinder.
h. Ulangi kegiatan tersebut, pahamilah cara kerja rangkaian tersebut.
i. Tutup kembaii discharge valve biia kegiatan teiah seiesai.
j. Buatlah kesimpulan cara kerja rangkaian teréebut.
k. Buatlah laporan dalam lembar laporan praktek.
l. Bersihkan peralatan dan simpaniah dengan baik.

6. Praktek kontrol dengan shuttle valve.

Bahan dan alat :


- Silinder Gerak tunggal 1 buah.
- Katup 3/2 Tombol 2 buah.
- Katup 3/2 plunyer 2 buah.
- Shuttie valve I buah.
- Selang.

54
Waktu : 30 menit

Langkah kerja:

a. Siapkan unit sumber udara mampat dan pelayanan udara, pastikah dalam kondisi siap
kerja.
b. Pasanglah selang pada out put lubrikator.
c. Buatlah rangkaian dan diagram sirkit pneumatik seperti pada gambar.

1 .0

1 .6
2
1 1

1 .2 1 .4
2 2

1 3 1 3

0 .1

d. Pastikan selang terpasang dengan benar.


e. Bukalah discharge valve pada tangki, agar udara mengalir.
f. Tekan tombol 1, amatiiah gerakan siiinder.
g. Tekan tombol 2, amatiiah gerakan siiinder.
h. Ulangi kegiatan tersebutdengan menggunakan katup 3/2 Plunyer, pahamilah cara kerja
rangkaian tersebut.
i. Tutup kembaii discharge valve bi ia kegiatan teiah seiesai.
j. Buatlah kesimpulan cara kerja rangkaian teréebut.
k. Buatlah laporan dalam lembar laporan praktek.
l. Bersihkan peralatan dan simpaniah dengan baik.

55
7. Praktek Kontrol dengan pilot valve.

Bahan dan alat :


- Silinder gerak ganda 1 buah
- Katup 5/2 selenoid.
- Katup 3/2 Tombol.
- Katup 3/2 Rolier.
- Seiang.

Waktu : 30 menit.

Langkah kerja:

a. Siapkan unit sumber udara mampat dan pelayanan udara, pastikan daiam kondisi siap
kerja.
b. Pasanglah selang pada output lubrikator.
c. Buatiah rangkaian dari diagram sirkit pneumatik seperti pada gambar.

d. Pastikan selang terpasang dengan benar.


e. Bukalah discharge valve pada tangki, agar udara mengalir.
f. Tekan tombol katup 1, amatiiah gerakan silinder.
g. Tekan tombol katup 2, amatilah gerakan silinder.
h. Ulangi kegiatan tersebut, pahamilah cara kerja rangkaian tersebut.
i. Tutup kembali discharge valve bila kegiatan telah selesai.

56
j. Buatlah kesimpulan cara kerja rangkaian tersebut.
k. Buatlah Iaporan dalam Iembar laporan praktek.
l. Bersihkan peralatan dan simpanlah dengan baik.

8. Praktek Kontrol dengan Katup Tunda

Bahan dan alat :

- Silinder Gerak ganda.


- Katup tunda
- Katup 5/2 Pilot 1 buah.
- Katup 3/2 Roller.
- Katup 3/2 tombol.
- Selang

Waktu : 30 menit.

Langkah kerja :

a. Siapkan unit sumber udara mampat dan pelayanan udara, pastikan dalam kondisi siap
kerja.
b. Pasanglah selang pada out put lubrikator.
c. Buatlah rangkaian dari diagram sirkit pneumatik seperti pada gambar.
d. Pastikan selang terpasang dengan benar.
e. Setel waktu pada katup tunda sesuai yang dikehendaki.
f. Bukalah discharge valve pada tangki, agar udara mengalir.
g. Tekan tombol katup 1, amatilah gerakan silinder.
h. Tekan roller katup 2 agak lama, amatilah pengaruh katup tunda terhadap gerakan
silinder.
i. Ulangi kegiatan tersebut dengan merubah waktu katup tunda, pahamilah cara kerja
rangkaian tersebut.
j. Tutup kembaii discharge valve bila kegiatan telah selesai.
k. Buatlah kesimpulan cara kerja rangkaian tersebut.
l. Buatlah laporan dalam Iembar laporan praktek.
m. Bersihkan peralatan dan simpanlah dengan baik.

57
1.0

1.1 4 2

5 3
1
1.5 2

1.2 12
2

50% 3
1
1 3

2 1.3

0.1 1 3

Rangkaian Dengan Katup Tunda Waktu

9. Praktek kontrol otomatis.

Bahan dan alat :


- Silinder gerak ganda.
- Kamp 5/2 Pilot.
- Katup 3/2 Roller 2 buah.
- Selang.

Waktu : 50 menit.

Langkah kerja :

a. Siapkan unit sumber udara mampat dan pelayanan udara, pastikan dalam kondisi siap
kerja.
b. Pasanglah selang pada output lubrikator
c. Buatlah rangkaian dari diagram sirkit pneumatik seperti pada gambar berikut.

58
1 .2 3

2 1

1 .0 1 .3
2

1 3

1 .1
4 2

0 .1 5 3
1

d. Pastikan selang terpasang dengan benar.


e. Pastikan ujung piston rod dapat menyentuh roller kedua katup.
f. Bukalah discharge valve pada tangki, agar udara mengalir.
g. Untuk memulai tekan salah satu roller, amatilah gerakan silinder.
h. Ulangi kegiatan tersebut, pahamiiah carakerja rangkaian tersebut.
i. Tutup kembali discharge valve bila kegiatan telah selesai.
j. Buatlah kesimpulan cara kerja rangkaian tersebut.
k. Buatlah laporan dalam lembar laporan praktek.
l. Bersihkan peralatan dam simpanlah dengan baik.

59

Anda mungkin juga menyukai