Anda di halaman 1dari 10

dengan aneka pemikiran dan perenungan Filosofis dari

MATERI KULIAH FILSAFAT HUKUM para Filsuf.


(IGAM Wardana S.H, LL.M., Ph.D.) 2. Berfilsafat
Melakukan refleksi kritis atas semesta hidup kita
Perbedaan Filsafat dan Teori sebagai manusia. Hasil refleksi tersebut adalah
1. Filsafat pemikiran dan perenungan filosofis. Filsafat tidak
 Philo (cinta) dan Sophia (Kebijaksanaan)  menjadi obyek tetapi menjadi aktivitas/predikat diri
Pengetahuan & penyelidikan dengan akal budi kita sebagai subyek.
mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan
hukumnya. Unsur dalam Filsafat
Subyek  Merujuk pada manusia yang dibekali cara
 Dekat dengan aktivitas refleksi & kontemplasi
berpikir sebagai mahluk yang ingin memperoleh
(metodologi).
pengetahuan dan kebijaksanaan
 Memunculkan masalah dengan meragukan
Obyek  Fokus/hal yang dipilih untuk dijadikan bahan
kemapanan segala sesuatu (pendekatan).
pengamatan, perenungan, dan refleksi secara kritis (Hal
 Ruang lingkup yang lebih luas, umum, dan
yang dipikirkan Subyek).
mendalam.
Metodologi  Cara yang menghubungkan manusia
 Berdasar pada kemungkinan yang spekulatif. (subyek) dalam menghadapi suatu hal (obyek) yang
2. Teori diamati dan direfleksikan dan berpengaruh pada
 Theoros (Pengamatan)  Pendapat yang perspektif Subyek terhadap Obyek yang secara tidak
didasarkan pada penelitian dan penemuan, langsung mendekatkan subyek dengan obyek tersebut
didukung oleh data dan argumentasi yang jelas. (Pendekatan/approach).
 Dekat dengan metode ilmiah/sains (metodologi).
 Lekat dengan upaya pemecahan masalah/Problem Pendekatan dalam Filsafat
solving (pendekatan). 1. Pendekatan Kronologis
 Tidak seluas, sedalam, dan umum seperti Filsafat.  Mencermati pemikiran para Filsuf dalam
 Berdasar pada akurasi data dan verifikasi atas lintasan sejarah, dari waktu ke waktu,
kesimpulan yang kita ambil. dalam kurun waktu tertentu (secara
etimologis).
Sejarah Filsafat 2. Pendekatan Tematik
Abad ke-5 SM, kata Filsafat mulai digunakan oleh  Mengarahkan focus kajian pada tema tertentu yang
Plato dalam Phaidros bahwa manusia dijuluki sebagai muncul dalam perbincangan filsafat.
Philosophos/ pecinta & pencari kebijaksanaan.  Pendekatan ini mengarahkan kita untuk
Selanjutnya Filsafat menjadi cabang ilmu mengetahui, berpikir, dan berbicara secara
pengetahuan yang melintasi sejarah peradaban manusia sistematis tentang tema tertentu yang telah kita
mulai dari era Yunani Kuno, Abad Pertengahan, Abad pilih.
Pencerahan, Abad Rasionalisme, Abad ke-19, dst.  Contoh: Mazhab/aliran pemikiran filsafat dalam
hukum yang meliputi Mazhab hukum kodrat,
Berkenalan dengan Filsafat dan Berfilsafat Mazhab positivisme hukum. Teori Murni tentang
1. Berkenalan dengan Filsafat Hukum, Mazhab Hukum Sosiologis, dsb.
“Berusaha unutk mampu mengidentifikasi hal-hal
yang secara umum telah disepakati dan ditunjuk Tugas Filsafat
sebagai Filsafat. Aktivitas ini membuat kita bergaul 1. Tugas Kritis
 Mencegah pengkristalan sebuah klaim kebenaran, Berikut merupakan proposisi dasar dalam sistem
dominasi, dan hegemoni kebenaran tertentu. filsafat ini:
 Ditandai dengan adanya pertanyaan filosofis yang  Bahwa dunia yang terikat ruang dan waktu
mengingatkan ketidaksempurnaan kemanusian bergantung keberadaannya pada realtas yang
kita yang akan membawa kita pada kerendahatian. melampaui dunia material (transendental).
2. Tugas Konstruktif  Realitas tidak terbatas pada obyek dan kejadian
 Mencoba menyusun sebuah gambar besar dari yang terjadi dalam ruang dan waktu. Penjelasan
semesta realitas yang dihadapi subyek, sehingga atas realitas ini ada di entitas yang melampaui
setiap unsur tersebut menempati tempat yang tepat ruang dan waktu.
dalam gambar yang kita susun (puzzle).
 Membuat subyek dapat mengidentifikasi sesuatu Hubungan Filsafat Hukum dan Jurisprudence
sebagai entitas/kesatuan dari mozaik-mozaik Jurisprudence adalah praksis hidup yang baik dan
pengalaman kita. benar, dimana dalam ilmu hukum Indonesia disebut
sebagai ajaran hukum karena ilmu yang mengorientasikan
Model Pertanyaan Filsafat sesorang pada keahlian praktis dibandingkan teoritis.
1. Pertanyaan Logis  Mempertanyakan validitas Jurisprudence adalah filsafat hukum, tetapi
sebuah norma. filsafat yang mengarahkan seseorang untuk menjadi arif
2. Pertanyaan Ontologis  Pertanyaan tentang (prudens) dalam praksis hidup. Yang faktanya hukum
keberadaan suatu hal. Secara spesifik ingin hidup dalam praksis hidup tersebut (kerangka
mengetahui bagaimana struktur keberadaan hal bermasyarakat).
tersebut. Menurut Theo Huijbers, Jurisprudence disebut
3. Pertanyaan Epistemologis  Mempertanyakan sebagai filsafat hukum karena mengandung sifat-sifat
kemungkinan/probabilitas dari pengetahuan subyek. yang praktis karena tujuan utamanya memang untuk
Epistemologi mencoba untuk menentukan asal-usul menjawab tentang apa yang seharusnya dilakukan
(nature) dan batas-batas dari pengetahuan manusia. menurut hukum.
4. Pertanyaan Aksiologis  Berkaitan dengan nilai-nilai
yang diyakini masyarakat dan mempertanyakan Periodesasi Filsafat Hukum
kegunaan dari suatu hal, misalnya nilai estetika dan 1. Zaman Yunani-Romawi (Abad 2 SM-Abad 5 M)
moral. Ditandai dengan usaha untuk memahami hukum
keluar dari lingkup sacral dengan mempersoalkan
Sistem Filsafat gejala alam (Sekular).
1. Sistem Filsafat Naturalistik 2. Abad Pertengahan (Abad 5-Abad 15 M)
“Natural” disini merujuk pada entitas alam yang dapat Coraknya, membangun keterhubungan antara Tuhan
dicerap oleh indra manusia. Ada 3 proposisi/asumsi, (Agama) dengan hukum.
yaitu: 3. Zaman Renaissance (Abad 15-1650)
 Hanya ada 1 tatanan relaitas saja. Hukum dikaji dalam hubungannya dengan kebebasan
 Tatanan ini terdiri dari objek dan peristiwa yang manusia dan dengan negara bangsa (nation-state)
terjadi dalam kerangka ruang & waktu. yang dipelopori semangat Revolusi Prancis.
 Tatanan ini bersifat independen (mandiri) dan 4. Zaman Rasionalisme (Abad 1650-1800)
otonom (mempunyai aturan & beroperasi secara Hukum dipandang dalam konteks rasional melalui
independen). kerangka sistem negara (sekular).
2. Sistem Filsafat Transendental 5. Abad ke-19 (1800-1900)
Hukum dipandang sebagai factor dalam  Hukum memiliki kaitan erat dengan moral karena
perkembangan kebudayaan dan sebagai obyek standar yang digunakan utuk menilai norma atau
penyelidikan ilmiah (Kritis). Dilatarbelakangi sistem hukum adalah moralitas. Sehingga, moral
Revolusi Industri dengan memandang hukum sebagi merupakan “hukum” yang lebih tinggi (The higher
instrument elite tertentu. Law).

Pengertian Mazhab Tokoh Mazhab Hukum Kodrat Tradisional


Aliran pemikiran yang memiliki karakteristik berikut: 1. Cicero  Teori belum mapan (Parsial & terpecah-
1. Memiliki posisi/titik pijakan tertentu dalam melihat pecah).
dunia. 2. Thomas Aquinas  Sudah elaborative; Ketika
2. Secara sosiologis memiliki komunitas tersendiri yang manusia melanggar hukum moral bukan hukum sama
keberadaannya dicirikan dan ditentukan oleh sekali/bukan arti hukum yang sebenernya; Lex iniusta
keberadaan aliran tersebut. non est lex (an just law is not a law/ hukum yang tidak
3. Secara historis terdapat kontinuitas dalam waktu baik adil bukanlah hukum).
eksistensi sosiologisnya maupun epistemologisnya. 3. Hugo Grotius/De Groot  Menggunakan perpektif
sekuler (moral berasal dari kehidupan manusia tidak
Mazhab Hukum Kodrat Tradisional melulu dari teks-teks suci); RASIONALITAS.
Proposisi Dasar Mazhab Hukum Kodrat 4. John Finnis  Basic goods (Kehidupan dan
1. Terdapat tatanan yang secara obyektif mengatur kesehatan, pengetahuan, kesenangan, pengalaman
kodrat kemanusiaan dan alam semesta yang menjadi estetik, persahabatan, kelayakan praktis, dan “agama”.
pedoman penilaian; Ada kekuatan di luar manusia. Hukum kodrat Tradisional  Moralitas yang
2. Keberadaan hukum merupakan fenomena dari tatanan bersumber dari agama. Menitikberatkan pada eksistensi
obyektif, universal dan kodrati tsb.  HAM. the higher law (Hukum yang lebih tinggi), mengelaborasi
3. Hukum kodrat merupakan hukum yang fundamental isinya, serta menganalisis konsekuensi dari keberadaanya.
dalam kehidupan manusia.
4. Hukum memiliki kaitan erat dengan moral karena Mazhab Hukum Kodrat Modern
standar yang digunakan untuk menilai norma/sistem Proposisi Mazhab Hukum Kodrat Modern
hukum adalah MORALITAS. Sehingga, moral 1. Merupakan kelanjutan dari mazhab hukum kodrat
merupakan “hukum” yang lebih tinggi (the higher tradisional, tetapi dengan perubahan dalam merespon
law). kritik dari Mazhab Positivisme Hukum.
5. Moralitas sebagai the higher law bersumber dari teks 2. Menggunakan moral sebagai standar evaluasi untuk
agama, pengalaman spiritual, studi tentang sifat dasar melakukan penilaian atas hukum.
manusia. Sehingga terdapat 2 pendekatan dalam Hukum Kodrat Modern  Moralitas bersumber dari
Hukum Kodrat yakni Pendekatan Teologis dan praktek” sosial yang kemudian melahirkan nilai” yang
Pendekatan Sekuler. dinamakan sebagai Moral.

HAM Partikularitas vs. Universalitas Tokoh Mazhab Hukum Kodrat Modern


1. Partikularitas sesuai konteks budaya 1. Lon Fuller
masyarakat/zaman setempat.  The Morality of Law
 Contoh: Zaman Soeharto terkait demonstrasi tidak  Hukum merupakan suatu aktivitas yang memiliki
sesuai dengan gaya ketimuran yang dipegang tujuan moral.
rezim Soeharto.  Positivisme hukum mengaburkan makna hukum
2. Universalitas  Hak hidup. dengan pandangan one projection of authority,
pemerintah memberikan perintah dan rakyat  Argumentasi yang benar adalah argumentasi yang
menuruti perintah. ahir dari proses ilmiah  Apa yan disebut Hukum
 Terdapat 8 syarat yang harus dipenuhi bagi adalah segala sesuatu yang lahir dari proses-proses
validitas hukum : Formal.
o Hukum harus bersifta umum.  Hukum diciptakan oleh manusia  Tidak ada
o Hukum harus ditetapkan namanya hukum Tuhan (Konteks PH).
o Tidak ada yang berlaku surut.  Norma sosial bukan merupakan hukum kecuali ia
o Hukum harus mudah dipahami diadopsi dan ditegakkan oleh otoritas.
o Tidak kontradiktif  Hukum merupakan fakta sosial yang dapat
o Tidak memerintahkan perbuatan yang diobservasi secara empiris. Ia ditemukan dalam
melebihi kemampuan manusia. aturan” yang ditetapkan oleh otoritas, seperti
o Hukum harus relative konstan dari waktu ke legislative dan pengadilan, atau dalam praktek”
waktu. actual dari pihak yang melaksanakan aturan.
o Ada keserasian antara hukum yang ditetapkan  Hukum sebagaiamana adanya (law as it is) harus
dengan implementasinya. dibedakan degan hukum sebagaimana mestinya
2. Ronald Dworkin (law as ought to be)  Hukum yang ideal, adil,
 Taking Rights Seriously dsb. unutk menciptakan kepastian hukum.
 Sistem hukum terdiri dari norma/aturan dan  Seperangkat kriteria formal dapat diindetifikasi
prinsip-prisnip unutk menilai apakah sebuah aturan bisa disebut
 Prinsip hukum merupakan proposisi moral yang hkum.
ditetapkan dengan instrument resmi  Keterkaitan antara hkum dan moralitas tidak
 Evaluasi moral merupakan bagian integral dari semestinya ada meski kadang nilai moral dapat
cara kita menggambarkan dan memahami hukum. menjadi basis dari hukum.
3. Tipologi Positivisme Hukum
 Tipologi Pertama ( Teori Hukum Sebagai Perintah
13 September 2017 John Austin)  I
 Tipologi Kedua (Teori Hukum H.L.A Hart)
Mazhab Positivisme Hukum  Tipologi Ketiga (Teori Hukum Murni Hans
Gambaran Umum Positivisme Hukum Kelsen)  J
1. Positivisme dan Logika Positivisme
 Aguste Comte (1798-1857) yang hidup di abad Positivisme Inggris
Pencerahan. Hukum setara dengan perintah dari penguasa/adalah
 “we can truly understand the nature and perintah dari penguasa
functioning of society only by the scientific
method (metodologi) of empirical observation Proposisi Dasar dari Positivisme Hukum
(observasi empiris), theory construction and 1. Tesis Sosial
verification.” Apa yang disebut hukum dalam suatu masyarakat
 Tiga Tahap Cara Berpikir Manusia : tertentu pada dasarnya merupakan sebuah fakta sosial.
o Teologik 2. Tesis Separabilitas
o Metafisik  Masih berkomponen gaib Tidak terdapat hubungan antara hukum dan moralitas.
o Saintifik (ilmiah)  Masyarakat mampu
berargumentasi secara ilmiah.
2. Tema” Umum dalam Positivisme Hukum
Tokoh Mazhab Positivisme Hukum  Kehendak penguasa hanya akan menjadi hukum
1. Thomas Hobbes (1588-1679) jika tertuang dalam bentuk legislasi.
 Tokoh pertama yang meahirkan teori hukum
berdasarkan pada konsep otoritas kekuasaan. 3. John Austin (1790-1859)
 “only strong central government could secure the  Teori Hukum perintah
safety and wellbeing of the people” Hukum merupakan perintah dari penguasa yang
 Homo homini lupus --> Manusia adalah serigala ditopang oleh ancaman sanksi bila dilanggar.
bagi manusia lain.  Tiga unsur dalam definisi tersebut (Pembentu
 “Pertarungan antar manusia adalah sifat dasar Hukum)
manusia, yang dibutuhkan pemimpin yang superior o Penguasa Politik
uantuk menyatukan orang yang bertikai untuk o Perinah
tertib, untuk itu perlu dikeluarkan hukum oleh o Sanksi
otoritas tersebut.”  Aspek dasar dai penguasa politik
 Kebajikan tertinggi menuntut rakyat untuk o Penguasa merupakan masnusia yang superior
memandang hukum setara dengan perintah dari o Secara perilaku umum, rakyat mengikuti
penguasa (soverign). perintanya
o Penguasa tidak tunduk pada penguasa lainnya
2. Jeremy Bentham (1748-1832) o Kekuasaan tidak bisa dibatasi secara umum
 Salah satu tokoh terbesar dalam sejarah Positivisme o Kedaulatan tidak bisa terpecah-pecah.
hukum.  Perintah mengandung :
 Melahirkan konsep utulitirianisme hukum  o Kehendak yang diungkapkan oleh otoritas
Hukum melayani sebanyak mungkin kebahagiaan penguasa dan harus diikuti
masyarakat. o Tidak mengikuti kehendak tersebut
 Law as the expressed willof a sovereign  Hukum merupakan keburukan.
merupakan ekspresi dari keinginan penguasa. o Terdapat sanksi menggunakan kata atau tanda.
 Hukum dapat diartikan sebagai kempulan aturan  Positivis focus pada aspek legalitas, bukanpada
deklaratif dari kehendak yang diadopsi oleh aspek nilai dari hukum.
penguasa (the sovereign) . o Legalitas sebuah hukum ditentukan oleh
 Kekuasaan dari penguasa hanya bisa dibtatasi oleh sumbernya (siapa yang membuat) bukan
konstitusi (Transcedent Laws), mau kah penguasa dinilai dari nilai substansinya).
dibatasi kekuasaannya ? o Permasalahan mengenai nilai hukum dalah
 Faktanya, Kekuasaan bukan dibatasi, tetapi sesuatu yang berbeda, hkum suka maupun
konstitusi menafsirkan keinginan dari penguasa dan tidak suka yang telah dibuat oleh otoritas
membantu hakim dalam menerapkan kekuasaan adalah tetap sebuah hukum.
tersebut di pengadilan.  Austin tdaklah berusaha untuk menjadikan hukum
 Prinsip Utilitas  satu”nya basis untuk melakukan sebagai ilmu pengetahuan seperti Hans Kelsen
penilaian atas hukum dan bukan melalui asumsi- (science of law).
asumsi KehendakNya.
 Aturan hukum lahir dari conception (Pemikiran & 4. Herbert Lionel Adolphus Hart (1907-1992)
asumsi Penguasa) atau adoption (mengadopsi  A Theory of Soft Positivism  Lebih moderat.
untuk diterapkan). o Dimana hukum dapat hidup d masyarakat
sebagai praktek sosial meskipun belum
dideklarasikan sebagai hukum (The practice Idealisme Transedental
thesis).  Idealisme merupakan tradisi filsafat yang
o Sistem dapat memberikan izin kepada berpandangan bahwa tidak ada sesuatu yang eksis di
pengadian untuk menggunakan standar moral luar pikiran (ide) manusia.
dalam menyeesaikan sebuah kass (the rule of  Ide (persepsi) dulu baru dicocokan dengan materi
recognition). yang nyata/ ide menentukan kenyataan.
 Law Consists of Rules of Two Distinct Types  Immanuel Kant  “Kita tidak bisa memahami sesuatu
o Primary Rules yang trekandung dalam sesuatu itu sendiri., filsafatnya
o Secondary Rules (a power to legislate, a power sebagai transcedenyang ada hanyalah persepsi kita
to adjudicate, a rile of recognition  Moraitas akan sesuatu tersebut.
dapat diadopsi menjadi hukum).  Guna membedakan dirinya dengan idealism ketat,
 Kritis Hart atas Austin kant menyebut fislafatnya sebagai transcendental
o Penguasa merupakan individu yang superior. idealism bahwa pengetahuan berdiri dari pengalaman.
Padahal masyarakat tunduk bukan saja kepada
pribadi penguasa tetapi kepada aturannya. Teori Hukum Murni
o Konsepsi hukum sebagai perintah. Padahal  Berlandaskan epistimologi dari idealism trasedental.
hukum tidak hanya membatasi tetapi juga  Hukum bukan merupakan suatu fakta (materi) namun
membebaskan, bahkan memerluas kebebasan merupakan norma-norma yang berada di tataran
 Anda diijinkan untuk berbuat sesuatu pikiran manusia. Hukum buanlah materi yang bisa
dengan jaminan hukum, Demo. diobesrvasi, tetapi berupa ide/pikiran mengenai apa
o Penekanan pada sanksi dalam menejelaskan yang harus terjadi.
normativitas hukum. Sanksi tidak bisa  Kelsen berpendapat, Fakta berkaitan dengan sesuatu
digunakan untuk menilai validitas hkum, tetapi seadanya (sein/is), sedangkan norma merupakan
karena melihat hukum sebagai hal yang baik proposisi tentang bagaimana sesuatu tersebut
utnuk diikuti (lebih penting dan bermakna). semestinya (sollen/ought to be)
Hukum berpatok pada sanksi, berarti hukum  Hukum harus berdri sendiri sebagai sesuatu yang
telah kehilangan rohnya. otonom  Teori hukum murni.
 Fuller-Hart Debate in Harvard Law Review  Proses pemurnian hukum :
o Hart membantah adanya hubunga antara 1. Membedakan dengan tergas antara hkum dengan
hukum dan moralitas. fakta.
2. Memisahkan secara tegas hukum dari moralitas.

20 September 2017 1. Teori Hukum Kodrat


Positivisme Jerman 2. PErbedaan Positivisme Inggris dan JErma
Aturan hukum berdasar kepada norma yang lebih tinggi, a. Kaitan hukum dan moral
maka Tidak ada hubungan antara moralitas dan hukum. i. Jerman  Hukum adalah Norma/ide
(Pikiran/das sollen)
Tokoh Positivisme Jerman ii. Inggris  hukum adalah Fakta Sosial
(Tubuh/das sein)
1. Hans Kelsen
Pilih 3 dari 5; Kedalaman Jawaban, Penguasaan
 Pencetus constitutional court
Konsep (Kajian hukum dan Filsafat/Cari pendapat
 Pencetus mekanisme judicial review yang ), Contoh, Identifikasi Pendapat (Elaborasi).

Imanuel Kant  Hans Kelsen


Pak Arvie Johan (18 Oktober 2017) *Konsisten
Mazhab Sejarah Hukum
Masa lalu dilihat untuk melihat posisi kita sekarang. Contoh  Analisis hukum kekuasaan negara pasca
Kepercayaan bahwa pengetahuan yang mendalam tentang amandemen UUD 1945, Konflik Mesuji, Tradisi Gresekan.
masa lalu adalah penting untuk mengerti masa kini.
Mazhab Utilitarianisme
Bahwa setiap negara mempunyai karakteristik sedniri Jeremy Bentham & J.S.Mill  Hukum yang baik adalah
(sesuai periode sejarah, peradaban, dan nasionalitas) and hukum yang memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya
tidak ada negara yang lebih superior (Johann Gottfried bagi sebanyak-banyaknya orang.
Herder). Mempunyai irisan dengan Positivisme Hukum yang
Hukum adalah refleksi dari sejarah pengalaman manusia, memandang bahwa hukum adalah perintah. Hanya saja hukum
budaya, dan spirit/volkgeist (Friedrich Carl von Savigny). tersebut ditujukan kebahagiaan sebesar-besarnya orang dengan
Ide dan institusi hukum mmeiliki jalan pembangunan berasaskan keadilan dan kemanfaatan.
masing-masing dan pola pertumbuhannya dapat dilihat Mazhab ini pun mendapat kritik karena hanya berfokus
melalui bukti sejarah (Henry Maine). pada kebahagiaan saja. Selain itu, mazhab ini pun mengabaikan
kepentingan minoritas, karena memang ditujukan untuk
Prancis  Feodalisme dalam tanah dan alat” produksi sebesar-besarnya orang (minoritas). Co. Pembangunan Waduk.
(Egalite, Liberte, Fraternite) Mazhab Utilitarianisme pada era ini diimplemetasikan
Prusia  Tanah (Otoritas, Tradisi, Spirit, dan Karakter dalam konsep Economic analysis of Law/Law & Economic
Nasional) dimana kebahagiaan dan penderitaan dianalogikan sebagai cost
and benefit yang memunculkan rugi-untung.
Friedrich von Savigny Untuk itu dibutuhkan kemaslahatan total yang muncul
1. Menolak hukum alam, karena sistem hukum dalam bentuk kompensasi, agar minoritas yang “dirugikan” pun
merupakan bagian dari budaya manusia. tetap mendapat kebahagiaan. Co. Pembangunan Waduk.
2. Hukum bukan perintah wajib dari legislator, tetapi ia
dibangun untuk menemukkan spirit (volkgeist) Cara Berpikir
nasionalisme. 1. MIRA (Metodological Individulism Rasional Action) 
3. Savigny “sukses” menolak France Code dan Setiap individu yang selalu ingin mengoptimalkan
mendorong kodifikasi Jerman yang berangkat dari kemampuannya unttuk manfaat yang besar bagi dirinya
Romawi. sendiri (cost & benefit) dengan tetap memerhatikan orang
lain (mahluk sosial). Kalau tindakan rasional yang
Hukum berasal dari volkgeist/jiwa bangsa, sehingga hukum dimaksud adalah tindakan yang dilakukan dengan
di suatu negara belum tentu dapat diterapkan di bangsa lain, memerhatikan sumber daya yang ia punya (asimetris). Co.
karena volkgeist masing-masing bangsa berbeda-beda. Beli saham.
2. Hukum sebagai harga.
Hukum itu bottom up, jadi hukum digali dulu dari nilai- Hukum memberikan pedoman kepada masyarakat akan
nilai/volkgeist dalam masyarakat. suatu tindakan/perilaku dipahami sebagai kewajiban bukan
pilihan (H.L.A. Hart). Ketika hukum dipandang sebagai
Problematis Kritis harga, maka apabila sanksi yang diberikan lebih rendah dari
1. Volkgeist  Savigny tidak pernah mendeskripsikan manfaat dari perbuatan tersebut, maka tidak akan
secara jelas yang dimaksud dengan Volkgeist/spirit memberikan efek jera.
bangsa itu apa. 3. Hukum memberikan kemaslahatan/efisiensi
2. Mengadopsi hukum Romawi  Prusia mengadopsi Ketika hukum dilaksanakan, maka akan dilihat dampak
hukum yang berasal dari penjajahnya. yang diberikan kepada masyarakat (evaluasi). Ketika
setelah dievaluasi hukum
1. Volkgeist
2. Legislasi & Ahli Hukum Implementasi Utilitarianisme dalam Pajak
Pajak merupakan alokasi dana masyarakat untuk pembangunan Ehrlich
dan melaksanakan tujuan negara, yakni melindungi jiwa dan Hukum yang berasal dari putusan (pengadilan & regulasi) harus
kekayaan rakyatnya (Budgetair). Namun, di satu sisi, pajak memperhatikan hukum yang hidup dalam masayarakat
menjadi penderitaan (Dead Weight Loss). Oleh karena itu, (orientasi nilai masyarakat). Sehingga hukum jangan sampai
untuk mewujudkan kebahagiaan masyarakat akan pajak, maka menciptakan gap diantara keduanya (hukum yang hidup dan
DWL perlu untuk diminimalkan dengan cara: hukum yang berasal dari putusan).
1. Obyek Pajak seluas mungkin (Kekayaan, Konsumsi,
dan Penghasilan). Durkheim
2. Memerhatikan elastisitas permintaan silang. Hukum merupakan simbol moralitas masyarakat. Dalam
3. Tidak mengakibatkan ketimpangan. Terkait dengan hal masyarakat terdapat 2 jenis kelompok, yakni Paguyuban dan
ini Pajak Progresif (Indonesia) memusuhi OKB dan Patembayan.
Orang Produktif. Maka yang tepat adalah Pajak Dalam masyarakat Paguyuban (kampong, gereja, masjid),
Proposional sebagai sebuah solidaritas mekanik yang cenderung kaku (itu-
itu aja orangnya karena pembagian kerjanya tidak jelas). Selain
Implementasi Utilitarianisme dalam Monopoli itu, apabila ada yang melanggar maka sanksinya keras dan
Monopoli sejauh mendatangkan kesejahteraan bagi orang tegas.
banyak tidak akan dilarang. Hanya saja dalam UU Anti Dalam masyarakat Patembayan (Koperasi, institusi negara,
Monopoli ada 2 hal yang secara khusus diperhatikan, yakni: dsb), sebagai sebuah solidaritas organic yang cenderung
1. Penetapan harga oleh 2 perusahaan besar yang bersaing fleksibel (karena pembagian kerjanya sudah jelas). Selain itu,
(>70 %). apabila ada yang melanggar norma, maka sanksinya cenderung
2. Merger 2 perusahaan yang besar yang lambat. tidak terlalu keras dan “bengis”, tetapi sanksi yang lebih
Kedua hal tersebut jelas dapat merugikan konsumen, oleh membangun.
karena itu dilarang.
Sociological Jurisprudence
Hukum sebagai produk dari putusan pengadilan (judge made
Mazhab Sosiologi Hukum law) yang berbeda dengan Indonesia yang memandang hukum
Bertujuan untuk menganalisis struktur, proses, fungsi, akibat sebagai produk dari legislator.
dan nilai yang terkandung dalam hukum. Hukum dipelajari sebagai institusi sosial, dan ketertiban hukum
diperiksa sebagai ...
Perspektif hukum pada masyarakat Pada konsep ini, melihat hukum berasal dari otoritas terkait
1. Hukum merupakan lembaga sosial  tumbuh dan dengan kondisi yang ada di dalam masyarakat.
berkembang dalam proses di masyarakat (bottom up).
2. Hukum merupakan fenomena yang merefleksikan Max Weber
kebutuhan manusia. Ketertiban sosial memerlukan norma dan kekuatan untuk
3. Hukum berfungsi sebagai sistem organisasi yang memaksakannya. Melihat dari atas (otoritas  Top down)
mewujudkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Legitimasi Otoritas
1. Tradisional  berangkat dari tradisi dalam masyarakat
Merupakan penengah antara Mazhab Positivisme Hukum dan (kepala keluarga adalah laki-laki)
Mazhab Sejarah Hukum. 2. Kharismatik  berasal dari keyakinan akan takdir
maupun agama (Satrio Piningit & Nabi Muhammad)
Jhering 3. Rasional  Sistem yang bekerja, bukan pada orang
Hukum sebagai mekanisme sosial bertujuan untuk tertentu
menyeimbangkan kepentingan. Hukum harus menghadirkan Prosedur dalam sistem hukum
keseimbangan antara individu dan masyarakat. Penyatuan 1. Irasional  tergantung pada individu dan keputusan
berbagai kepentingan membutuhkan hukum yang yang “melampaui pemikiran manusia”. (Tradisional &
mencerminkan tujuan masyarakat. Kharismatik).
2. Rasional  tidak tergantung pada individu dan Ketika muncul permintaan baru, maka seseorang akan
berbasis pada aturan yang mengikat semua. (Rasional). berusaha untuk memberikan penawaran atas permintaan
tersebut
Roscoe Pound 1. MIRA
Banyak kepentingan (pribadi, public/negara, dan 2. Zoon Politicon
sosial/masyarakat). 3. Persaingan “harus” ada
Hukum sebai alat untuk menyeimbangkan kepentingan” yang  Prinsipnya adalah memaksimalkan
ada/hukum sebagai alat rekayasa sosial (law as a social sumber daya secara efektif dan efisien
engineering). Bagi GHK, ide kapitalisme adalah ide yang berbahaya karena
Ajaran Roscoe Pound tersebut kemudian dibawa oleh Mochtar “membunuh” moral-intelektua;-spiritual
Kusumaatmadja dalam konsep Hukum Pembangunan, dimana
masyarakat mendukung pembangunan yang diinginkan oleh Liberalisme mengandung:
pemerintah. Contoh: Transmigrasi saat ORBA, program KB “2 1. Rasionalitas dan hawa nafsu
anak lebih baik”. 2. Keinginan yang sewenang-wenang
Namun, apabila dikritisi kembali justru menjadi berbahaya, 3. Analisis
karena konsep Hukum Pembangunan ini bukan untuk 4. Aturan dan nilai
mencerminkan kebutuhan masyarakat, tetapi hanya untuk 5. Nilai subyektif
memenuhi hasrat rezim yang berkuasa. 6. Individualisme

GERAKAN HUKUM KRITIS/Critical Legal Theory Ada kontradiksi antara Rasionalitas dan hawa nafsu, serta
(Rabu, 22 November 2017) aturan dan nilai

Robert Unger Dalam GHK dapat dilakukan dengan menghilangkan


Fondasi  dominasi pihak yang ada dan dalam kebijakannya lebih focus
Hukum adalah politik dengan baju yang lain  Memandang kepada tujuan kebajikan manusia.
bahwa politik dan hukum adalah kesatuan yang tidak
mempunyai pemisahan (1970). Fokus GHK
1. Kepastian Hukum
Merupakan perkembangan dari hukum Marxis, sekalipun Kepastian  semu. Karena apa yang dimakan Hakim
GHK menolak sistem pemerintahan marxis, karena apabila pada saat Sarapan (Ideologinoise) akan
pemerintah terlalu berkuasa menjadi berbahayaGHK mempengaruhi keputusannya pada siang hari.
1. Menolak bahwa hukum itu netral  Hukum 2. Kebebasan berkontrak
merupakan perpanjangan kepentingan politik (produk Kebebasan berkontrak “membuka” penindasan bagi
hukum menjadi implementasi dari kepentingan politis. yang lemah
Purifikasi hukum merupakan sebuah ilusi. Kegelisahan Kapitalisme terhadap kebebasan
2. Karena hukum tidak netral, maka otonomi hukum berkontrak/bertransaksi  Hukum perlindungan
(subjektivitas) menjadi dipertanyakan. konsumen
3. Hukum tidak mungkin terpisah dari politik 3. Netralitas hukum
Perundang-undangan adalah produk legislator untuk
Gerakan ini berangkat dari ekstrim liberal-kapitalisme di AS. melindungi kepetingannya sendiri (demi kekuasaan),
Dimana liberal-kapitalisme tersebut membentuk marjinalisasi bukan demi rakyat.
dalam masyarakat. Sehingga GHK menganggap bahwa
liberalism “membunuh” moral-intelektual-spiritual sesorang. Kelebihan GHK  Mendobrak pemikiran kesakralah hukum/
GHK melihat manusia bukan sebagai entitas yang bermanfaat, mempertuhankan hukum, tetapi tetap harus berpegang kepada
tetapi melihat manusia sebagai manusia. keniscayaan. Mis. Tiap individu memiliki kepentingan
(keniscayaan)
Kapitalisme
Kelemahan ekstrim dari GHK  Dapat berujung nihilism
(tidak berujung)
1. Hakim  Diawasi oleh Internal (MA) dan eksternal
(KY), muncul pengawas dari pengawas.
2. Legitimasi Kepolisian menerbitkan Surat Kelakuan
Baik itu apa?
3. Memunculkan hegemoni
 Bank Konvensional vs. Bank Syariah
(Muamalah)  Kapitalisme bertahan dan
berubah bentuk dari konvensional ke syariah.
Karena di syariah pun tetap ada target
pertumbuhan yang menjadi sama saja dengan
konvensional.

Anda mungkin juga menyukai