KWT Andika
KWT Andika
Disusun oleh:
Andika :201510300511023
Indra Prayoggi :201510300511026
Danny Anantyo B :201510300511045
A : Assalamualaikum Pak, disini saya Andika dari D3-Keperawatan UMM, saya ingin
mewawancarai Bapak sebentar,tentang peran keluarga terhadap pernikahan dini.?
P1 : Waalaikumsalam, iya saya siap membantu anda.
A : Baik Pak, pertanyaan yang pertama, apa faktor-faktor penyebab yang mendorong
pernikahan diusia muda.?
P1 : faktor penyebabnya bisa karena pendidikan yang kurang,pergaulan bebas,pacaran
terlaluh mudah dan teman bermain.
A : Bagaimana cara mengatasi pernikahan dini pada anak bapak.?
P1 : Diberi pendidikan agama,dan pengetahuan tentang ketentuan menikah, didalam
islam minimal 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan.
Disuru mondok,sekolah agar tahu hal-hal yang baik,anak harus bisa mengendalikandiri.
A : Upaya apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi pernikahan dini pada anak
Bapak.?
P1 : Pertama anak diarakan ke hal yang positif,diberikan pendidikan agama,menyuruh
sekolah/mondok, diajak beberapa macam kegiatan mungkin membantu orangtua,supaya
pemikirannya tidak mengarah ke pernikahan diusia yang mudah.
A : Baik pak, sekian wawancaranya, terima kasih.
P1 : iya mas, sama-sama.
Lokasi :Pakis tumpang.No.28 Keterangan :
Tanggal : senin, 17 april 2017 a. Partisipan 2 (P2)
Waktu : 20.00 WIB b. Pewawancara (A)
A : Assalamualaikum bu, disini saya Andika dari D3-Keperawatan UMM, saya ingin
mewawancarai ibu sebentar tentang peran keluarga terhadap perkawinan dini.
P2 : Waalaikumsalam, iya silahkan.
A : Baik bu, pertanyaan yang pertama, apa faktor-faktor penyebab yang mendorong
pernikahan diusia muda..?
P2 : Biasanya faktor pertama karena pergaulan / teman bermain dan tempat sekolah
A : Bagaimana cara mengatasi pernikahan dini pada anak ibu.?
P2 : Peratama sejak dini di didik, didekatkan dengan orangtua,dan kalok diluar sekolah
disuru ikut les/khursus sesuai dengan keinginannya ,dihindarkan dari pergaulan yang
bebas.misalnya teman-teman dibatasih, dan mencari teman yang mendukung dan
mengarakan kependidikan.terus anaknya di pantau kalau libur kemana aja orangtua harus
tau.
A : upaya apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi pernikahan dini pada anak
ibu.?
P2 : Pertama anak diarakan ke hal yang positif,diberikan pendidikan agama,menyuruh
sekolah/mondok, diajak beberapa macam kegiatan mungkin membantu orangtua,supaya dia
banyak kegiatan dan tidak keliyuran kesana kemari.
A : baik bu, sekian wawancaranya, terima kasih.
P2 : iya mas, sama-sama.
Lokasi :Pakis tumpang.No.28 Keterangan :
Tanggal : selasa, 17 april 2017 a. Partisipan 3(P3)
Waktu : 15.00 WIB b. Pewawancara (A)
A : Assalamualaikum dik, disini saya Andika dari D3-Keperawatan UMM, saya ingin
mewawancarai adik Rehan, sebentar tentang cara orang tua mendididk adik.?
P3 : Waalaikumsalam, iya bias mas.
A : Baik, dek pertanyaan yang pertama apakah benar adik dilarang oleh orang tua untuk
kawin diusia mudah. ?
P3 : Ya mas, jagankan kawin, pacaran aja tidak diperbolehkan.
A : Adik tahu tidak kenapa orang tua adik melarang untuk tidak pacaran.?
P3 :Ya kalauh kata ayah jangan pernah coba-coba untuk pacaran karena pacaran bisa
menjerumuskan kejalan yang tidak benar dan kata ibu juga pacaran dilarang dalam agama
islam makanya saya tidak berani pacaran.
A :Oh ya bagus kalauh begitu dik. Terus apa saja yang sudah orang tua adik lakukan
untuk mendidik adik tentang bahayanya pernikahan dibawa umur/pernikahan dini. ?
P3 : Sejak kecil saya diajarin tentang agama dan sampai-sampai disuru mondok waktu
SMP dan semenjak SMA aku selaluh dipantauh dan diberi penjelasan tentang bahaya
pernikahan diusia mudah.
A :Terus adik tidak merasa tertekan dan apakah benar orasng tua adik melarang
berteman sama orang tidak benar.?
P3 :Tidak mas.? ya aku dilarang berteman sama orang nakal, kalauh kata ayah aku
disuru cari teman yang bisa membuat aku lebih baik.
A : Baik dik, sekian wawancaranya, terima kasih atas waktunya adik.
P3 : Iya mas, sama-sama.
B.ANALISIS DATA
P3 Agama,mon
“Sejak kecil saya diajarin tentang dok/sekolah.
agama dan sampai-sampai disuru
mondok waktu SMP dan semenjak
SMA aku selaluh dipantauh dan diberi
penjelasan tentang bahaya pernikahan
diusia mudah.
Teman
bermain.
BAB 1
PENDAHULUAN
Pernikahan dini banyak terjadi dari dahulu sampai sekarang. Kebanyakan para
pelaku pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang memiliki tingkat pendidikan
kurang. Remaja desa kebanyakan malu untuk menikah pada umur 20 tahun keatas.
Anggapan remaja desa lebih memungkinkan untuk menikah diusia muda karena disana
ada anggapan atau mitos bahwa perempuan yang berumur 20 tahun keatas belum
menikah berarti “Perawan Tua”. Persoalan mendasar dari seorang anak perempuan yaitu
ketika dia memasuki usia dewasa, banyak orang tua menginginkan anaknya untuk tidak
menjadi perawan tua.
Tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai salah satu dampak dari perkawinan yang
dilakukan tanpa kematangan usia.Pernikahan usia dini akan berdampak pada kualitas
anak, keluarga, keharmonisan keluarga dan perceraian. Karena pada masa tersebut, ego
remaja masih tinggi.Dilihat dari aspek pendidikan, remaja Di Dusun Nglamuk mayoritas
lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Kebanyakan dari mereka tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dikarenakan
faktor sosial budaya dan tingkat pendidikan rata-rata orang tua mereka juga rendah,
sehingga kurang mendukung anak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan beberapa masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana peran
keluarga dalam mengatasi pernikahan dini.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi pernikahan dini.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.2 Bagi Bidang Keperawatan
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya pada
pasien yang
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Mendapatkan tambahan tentang ilmu pengetahuan mengenai bagaimana cara
mengatasi pernikahan dini.
1.4.4 Bagi Peneliti
Memberikan tambahan ilmu pengetahuan mengenai dampak negatif dari
pernikahan dibawa umur / pernikahan dini.
1.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Mendapatkan gambaran untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengalaman orang tua dalam menatasi pernikahan dini,dengan lebih spesifik dan
komprehensif lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pernikahan dini yaitu merupakan intitusi agung untuk mengikat dua insan lawan
jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga (Lutfiati, 2008).
Pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap
untuk melaksanakan pernikahan (Nukman, 2009).
Ada dua faktor penyebab terjadinya pernikahan dini pada kalangan remaja, yaitu
sebab dari anak dan dari luar anak.
Dilihat dari segi kesehatan, pasangan usia muda dapat berpengaruh pada
tingginya angka kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta berpengaruh pada
rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. Menurut ilmu kesehatan, bahwa usia yang
kecil resikonya dalam melahirkan adalah antara usia 20-35 tahun, artinya melahirkan
pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mengandung resiko tinggi. Ibu
hamil usia 20 tahun ke bawah sering mengalami prematuritas (lahir sebelum
waktunya) besar kemungkinan cacat bawaan, fisik maupun mental , kebutaan dan
ketulian.
2) Segi fisik
3) Segi mental/jiwa
Pasangan usia muda belum siap bertanggung jawab secara moral, pada setiap apa saja
yang merupakan tanggung jawabnya. Mereka sering mengalami kegoncangan mental,
karena masih memiliki sikap mental yang labil dan belum matang emosinya.
4) segi pendidikan
Pendewasaan usia kawin ada kaitannya dengan usaha memperoleh tingkat pendidikan
yang lebih tinggi dan persiapan yang sempurna dalam mengarungi bahtera hidup.
5) Segi kependudukan
Perkawinan usia muda di tinjau dari segi kependudukan mempunyai tingkat fertilitas
(kesuburan) yang tinggi, sehingga kurang mendukung pembangunan di bidang
kesejahteraan.
6) Segi kelangsungan rumah tangga
Perkawinan usia muda adalah perkawinan yang masih rawan dan belum stabil, tingkat
kemandiriannya masih rendah serta menyebabkan banyak terjadinya perceraian
(Ihsan, 2008).
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Desain Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Kami melakukan pengambilan data dengan metode wawancara dan dokumentasi di
daerah kecamatan pakis tumpang kota malang, jawa timur. Tempat yang kami buat untuk
melakukan penelitian adalah rumah Tn. B (usia 60 tahun) atau participant utama kami.
Dan waktu pelaksanaanya adalah sekitar pukul 19.00 WIB atau jam 7 malam. Kondisi
rumah Tn. B bersih dan rapi, saat pengambilan data cuaca terlihat sedikit gelap.
C. Setting Tempat Penelitian
Kami melakukan penelitian di rumah Tn. B atau participant utama, untuk setting
tempatnya kami melakukan wawancara dan dokumentasi di depan rumah Tn. B.
D. Subjek Penelitian
Pada bab ini peneliti akan memaparkan berbagai data yang merupakan hasil dari
wawancara pada tanggal 17 April 2017 terhadap upaya keluarga untuk mengatsi pernikahan
dini.
4.1 Hasil Penelitian
Informasi umum partisipan didapatkan dan digali peneliti sebagaimana dijelaskan pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 data umum responden
Wawancara yang diperoleh dari partisipan P1 tentang upaya keluarga untuk mengatsi
pernikahan dini.Ayah bekerja sebagai Sarjana ekonomi di SMP.
P1 mengatakan “Diberi pendidikan agama,dan pengetahuan tentang ketentuan
menikah, didalam islam minimal 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk
perempuan.Disuru mondok,sekolah agar tahu hal-hal yang baik,anak harus bisa
mengendalikandiri.”
P3 mengatakan “Sejak kecil saya diajarin tentang agama dan sampai-sampai disuru
mondok waktu SMP dan semenjak SMA aku selaluh dipantauh dan diberi penjelasan
tentang bahaya pernikahan diusia mudah.”
4.3 Pembahasan
Dalam agama Islam hukum pernikahan dapat menjadi makruh bagi orang yang
tidak mempunyai kesanggupan untuk menikah. Sebagaimana ungkapan Kamal Muchtar
pada hakekatnya orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk menikah,
dibolehkan melakukan pernikahan, tetapi dikhawatirkan ia tidak dapat mencapai tujuan
pernikahan tersebut, karena itu dianjurkan sebaiknya seseorang tidak melakukan
pernikahan.9
4.2.2 Ayah dan ibu mempercayakan pendidikan yang diberikan kepada anaknya bisa
bermanfaat dan bisa mendapatkan hasil sesuai apa yang di inginkan.
Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa upaya keluarga untuk mengatasi
pernikahan dini dapat mempengaruhi perkembangan dan pengetahuan ank. Menurut
Bradley 1985; Gottfried, Gottfried, dan Bathurst 1988; Parcel dan Menaghan 1990)
menyatakan bahwa peran kelurga dalam mengatasi pernikahan dini pada anak sangat
dibutukan untuk mencega dan mendidik anak agar tidak terjangkit dengan pernikahan
dini.