Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PENGESAHAN

Nama / NIM : Khansa Khairunnisa / 21030116140151


Nama / NIM : Tyaga Sidharta / 21030116130183
Judul :

Semarang, September 2018


Mengetahui,
Dosen Pembibing

Dr. Aprilina Purbasari ST, MT.

ii
RINGKASAN

iii
SUMMARY

iv
PRAKATA

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
RINGKASAN ...................................................................................................iii
SUMMARY ...................................................................................................... iv
PRAKATA ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 1
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fly Ash ..................................................................................................
2.2 Geopolimer ............................................................................................
2.3 Adsorben ................................................................................................

vi
DAFTAR TABEL

vii
DAFTAR GAMBAR

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batu bara merupakah bahan bakar yang masih banyak digunakan sebagai
sumber energi di berbagai industri di Indonesia. Menurut BP Global Company
(2015), konsumsi batu bara indonesia pada tahun 2010-2014 terus meningkat, pada
tahun 2010 konsumsi batu bara Indonesia 39.5 juta ton dan pada tahun 2014
mencapai 65.1 juta ton. Hasil pembakaran dari batu bara ini menghasilkan berbagai
macam gas buang dan polutan seperti SOx, CO, NOx, dan abu terbang (Fly Ash).
Menurut Sumitro (2002) dalam Upe (2006) bahwa fly ash dari hasil pembakaran
batu bara mencapai 6 % dari batu bara yang dibakar. Menurut Upe (2006) bahwa
fly ash termasuk limbah B3 dengan kode limbah nomor : D 223. Fly ash termasuk
limbah B3 karena mengandung logam berat dan serta silika yang dapat
mengganggu saluran pernapasan.
Fly ash memiliki berbagai kegunaan seperti bahan campuran beton,
penimbunan lahan bekas pertambangan, bahan baku keramik, adsorben dalam
penyisihan parameter limbah logam, dan bahan baku geopolimer. Beberapa
penelitian sudah membuktikan bahwa fly ash sangat efektif dijadikan sebagai
adsorben logam berat (Hwang, 2006 dalam Afrianita, 2013).
Geopolimer adalah salah satu bagian turunan dari material mirip keramik
yang diproduksi dengan reaksi geosintetis dari mineral aluminosilikat dengan
larutan basa pada temperature rendah. Beberapa bahan geopolimer adalah fly ash,
dolomit, zeolite, kaolinit (Ariffin dkk., 2017). Geopolimer bisa dimanfaatkan
sebagai isolator panas, buffer pH, dan adsorbsi logam berat (Novais dkk., 2016)
dan menurut Siyal, dkk. (2018) geopolimer memiliki manfaat sebagai keramik,
pelapis, perekat, bahan anti api dan bahan kimia. Geopolimer memiliki sifat utama
untuk menurunkan secara drastis mobilitas ion logam berat, sehingga geopolimer
dapat digunakan sebagai adsorben logam berat (Ariffin dkk., 2017).
Adsorbsi merupakan salah satu proses alternatif yang sangat diminati karena
dapat menyisihkan parameter pencemar, proses adsorbsi tidak rumit dalam
pengerjaan dan ekonomis (Lien, 1999 dalam Candra, 2015). Pemilihan adsorben
merupakan hal yang penting, adsorben harus memiliki kemampuan yang baik
untuk menghilangkan polutan dan bersifat ekonomis. Penggunaan karbon aktif
sering sekali dipakai untuk dijadikan adsorben tetapi memiliki harga yang cukup
tinggi. Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu chitosan dan fly ash (Eko P,
2012). Menurut Mattigold (1990) dalam Candra (2015), fly ash memiliki

1
kandungan utama SiO2 dan Al2O3 yang mempunyai sisi aktif sehingga
dimungkinkan digunakan sebagai adsorben logam berat tetapi untuk meningkatan
kapasitas adsorbsi dengan di-treatment menjadi geopolimer.
Limbah logam berat dapat membuat pencemaran lingkungan dan berdampak
buruk bagi kesehatan. Logam Cu memiliki efek racun bagi manusia sehingga
dapat mengakibatkan keterbelakangan mental , anemia, arthritis, hipertensi,
nausea/ muntah muntah, hiperaktif, skizofrenia, insomnia, autisme, radang liver,
dan masalah jantung (Ariffin dkk., 2017).
Pemanfaatan fly ash sebagai bahan baku pembuatan geopolimer yang
berfungsi sebagai adsorben dapat menyelesaikan dua masalah secara bersamaan,
limbah fly ash yang termasuk dalam limbah B3 dan limbah logam Cu di
lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Pengunaan fly ash sebagai bahan baku pembuatan adsorben sudah banyak
digunakan dan memiliki kemampuan yang baik dalam mengadsorbsi logam berat
seperti logam Cu. Limbah logam Cu yang terdapat pada pipa air, pemanas air
tembaga, kaleng, dan botol dapat menyebabkan dampak buruk seperti
keterbelakangan mental, anemia, arthritis, dan autism. Penelitian ini bertujuan
untuk membuat geopolimer yang berfungsi sebagai adsorben dengan bahan baku
fly ash untuk menyerap logam Cu dan menganalisa pengaruh waktu kontak, Ph
dan jumlah adsorben terhadap adsorpsi logam Cu.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Membuat geopolimer dengan bahan baku fly ash yang dimanfaatkan sebagai
adsorben.
2. Menganalisa adsorben berbahan dasar geopolimer untuk mengadsorbsi logam
Cu.
3. Mempelajari pengaruh jumlah adsorben, waktu kontak, dan pH terhadap
adsorbsi logam Cu.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Mampu mengurangi jumlah limbah logam Cu dan fly ash pada lingkungan.
2. Mampu menganalisa pengaruh jumlah adsorben, waktu kontak, dan pH
terhadap adsorbsi logam Cu.
3. Mahasiswa mampu pengaruh jumlah adsorben terhadap adsorbsi logam Cu.

2
BAB II
2.1 Fly Ash
Menurut Choudhary (2017), fly ash adalah hasil samping dari pembakaran
batu bara pada pembangkit tenaga batu bara. Jumlah fly ash yang terbentuk setiap
tahunnya mencapai jutaan ton. Fly ash merupakan bahan yang berbahaya bagi
keberlangsungan lingkungan sekitar, menurut Upe (2006), bahwa fly ash termasuk
limbah B3 dengan kode limbah nomor : D 223. Fly ash termasuk limbah B3 karena
mengandung logam berat dan serta silika yang dapat mengganggu saluran
pernapasan. Untuk mengurangi limbah fly ash, fly ash digunakan kembali untuk
dimanfaatkan sebagai berbagai macam bahan. Menurut Choudhary (2017), bahwa
fly ash dapat dimanfaatkan sebagai bahan semen, pengisi tambang, batu bata,
beton, bahan baku geopolimer dan lain lain. Dibawah ini merupakan gambar dari
fly ash.

Gambar 2.1 Fly ash


Fly ash digunakan sebagai bahan baku pembuatan geopolimer, salah satunya
beton geopolimer yang bersifat tahan tekanan, resisten asam, tingkat penyusutan
yang rendah karena bahan pengikat beton digantikan geopolimer fly ash yang
memiliki properti kandungan silikat dan alumina yang tinggi, kandungan fly ash
dapat dilihat dari tabel dibawah.
Tabel 2.1 Kandungan Fly Ash
Kandungan %Massa
CaO 0.37-27.68
SiO2 23.88-59.40
Al2O3 5.23-33.99
Fe2O3 1.21-29.63
SO3 0.04-4.71
MgO 0.42-8.79
TiO2 0.24-1.73
Na2O 0.20-6.90
K2O 0.64-6.68
Other alkali 4.00-6.00
Lol 0.21-28.37

3
Sumber : Choudary, 2017

2.2 Geopolimer
Geopolimer adalah salah satu bagian turunan dari material mirip keramik yang
diproduksi dengan reaksi geosintetis dari mineral aluminosilikat dengan larutan
basa pada temperature rendah (kurang dari 100°C). Beberapa bahan geopolimer
adalah fly ash, dolomit, zeolite, kaolinit. Geopolimer memiliki berbagai macam
kegunaan seperti material konstruksi hijau, keramik, pelapis, perekat, bahan tahan
api, anti korosif, adsorben, dll. Geopolimer ini memiliki sifat utama untuk
menurunkan secara drastis mobilitas ion logam berat, sehingga geopolimer dapat
digunakan sebagai adsorben logam berat (Ariffin, 2017).

Gambar 4.2 Reaksi Pembentukan Geopolimerisasi


Geopolimer dihasilkan dari reaksi material yang mengandung sejumlah besar
silika dan alumina dengan larutan alkali. Secara teoritis, semua jenis larutan alkali
dapat digunakan untuk reaksi geopolimerisasi. Menurut Ariffin (2017), larutan
NaOH lebih baik dalam reaksi geopolimerisasi karena ion Na+ dapat
menstabilkan monomer silikat dan lebih mudah dalam melarutkan mineral.
Geopolimer merupakan material yang lebih ramah lingkungan karena
membutuhkan sedikit energi dalam prosesnya. Menurut Siyal, dkk. (2018) bahwa
geopolimer sudah banyak digunakan sebagai adsorben logam berat seperti Cd, Ni
Pb (II), boron, fluoride, phosphate, Nox, radionuclide of 137Cs dan 90Sr, Cu2+ , and
Ni2+ dan metil oranye (MO) dari air limbah. Struktur yang berpori, mudah
dibentuk, dan muatan negatif alumunium memiliki peran penting dalam
pengangkatan logam berat dan pewarna dari air limbah.
2.3 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses perpindahan massa pada permukaan pori-pori dalam
butiran adsorben (Asip, 2008). Proses adsorpsi adalah metode yang menjanjikan
treatment jangka panjang dan terbukti secara ekonomis. Tidak ada mekanisme

4
spesifik dalam proses adsorpsi, tetapi adsorpsi isotermis digunakan untuk
menggambarkan mekanisme yang terjadi pada ion adsorbat ketika berinteraksi
pada permukaan adsorben.

Gambar 4.3 Mekanisme Adsorpsi


Model adsorpsi yang biasa digunakan untuk membuktikan reaksi antara
adsorbat dan adsorben dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Model Adsorpsi sistem komponen tunggal
Mekanisme Persamaan Nomenklatur
Adsorpsi
isotermal
qe adalah kapasitas penyerapan
logam, Ce adalah konsentrasi
kesetimbangan solute dalam larutan,
1. Langmuir
𝑞𝑚𝑎𝑥 𝑏𝐶𝑒 qmax dan b adalah konstanta
Isotermal 𝑞𝑒 =
1 + 𝑏𝐶𝑒 langmuir yang berhubungan dengan
kapasitas penyerapan maksimum
(kapasitas monomer) dan energi
ikatan adsorpsi.
Kf adalah konstanta kesetimbangan
2. Freundlich 1/𝑛
biosorpsi, qe adalah kapasitas
𝑞𝑒 = 𝐾𝑓 𝐶𝑒
Isotermal penyerapan, n adalah konstanta
indikasi dari intensitas biosorpsi

Kinetika adsorpsi
1. Pseudo
𝑑𝑞𝑡
orde = 𝑘1 (𝑞𝑒 − 𝑞𝑡 ) qe dan qt adalah kapasitas
𝑑𝑡
pertama penyerapan saat kesetimbangan

5
pada waktu t, k1 adalah konstanta
kecepatan orde pertama
qe dan qt adalah kapasitas
2. Pseudo
𝑑𝑞𝑡 penyerapan saat kesetimbangan
orde = 𝑘1 (𝑞𝑒 − 𝑞𝑡 )2
𝑑𝑡 pada waktu t, k1 adalah konstanta
kedua
kecepatan orde kedua
Kc adalah konstanta kesetimbangan
, CA adalah konsentrasi fase padat

𝐶𝐴 pada kesetimbangan, Ce adalah


𝐾𝑐 =
𝐶𝑒 konsentrasi kesetimbangan, T(K)
Parameter
∆𝐺° = 𝑅𝑡 ln 𝐾𝑐 adalah temperatur adsolut, R adalah
termodinamika
∆𝑆° −∆𝐻° konstanta gas ideal (8.314 J/mol K),
ln 𝐾𝑒 = −
𝑅 𝑅𝑇 ∆𝐺° adalah energi bebas gibs, ∆𝐻°
adalah perubahan entalpi, ∆𝑆°
adalah perubahan entropi
Sumber : Ariffin dkk. (2017)

Dalam prosesnya, logam berat dalam konsentrasi tinggi dan rendah dapat
dihilangkan dan diminimalkan dengan adsorben. Selain itu, proses adsorpsi dapat
menghasilkan larutan berkualitas tinggi dan desain operasi yang fleksibel.
Adsorben yang digunakan dapat diregenerasi dengan proses desorpsi karena
memiliki karakteristik reverisble. Pemilihan adsorben merupakan hal yang
penting, adsorben harus memiliki kemampuan yang baik untuk menghilangkan
polutan dan bersifat ekonomis (Ariffin dkk., 2017).
2.4 Logam Berat
Logam berat merupakan salah satu limbah yang cukup memiliki dampak buruk
yang besar bagi lingkungan karena dapat terakumulasi dalam mahluk hidup dan
menyebabkan berbagai penyakit. Logam berat biasa terdapat pada leachate yang
merupakan cairan yang mengalir dan melarutkan limbah limbah yang dilewati dan
terikut terbawa aliran. Logam berat sulit untuk dihancurkan atau dihilangkan,
contoh dari logam berat adalah besi, tembaga, kadmium, mangan, raksa, nikel,
perak, zink. Berbagai macam dan efek dari logam berat dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.3 Sumber dan efek dari logam berat
Logam Berat Sumber Efek

6
Tembaga Pipa air, pemanas air Keterbelakangan mental ,
tembaga, barang anemia, arthritis, hipertensi,
barang dengan bahan nausea/ muntah muntah,
baku tembaga seperti hiperaktif, skizofrenia,
kaleng, botol dll. Pil insomnia, autisme, radang
hormon, peptisida, liver, masalah jantung.
insektisida, dll
Nikel Limbah dari tambang Dermatis, myokarditis,
perak, elektroplating, encephalophaty, pulmonari
pengecoran bahan baku fibrosis, kanker paru paru,
zink, dan industri hidung dan tulang, sakit
baterai kepala, pusing, nausea, sakit
dada, dan asma.
Kromium Industri tekstil dan baja Ruam kulit, masalah
pernapasan, hemolisis, gagal
ginjal, imun sistem melemah,
kanker paru paru dll.
Timbal Industri tambang baja, Nausea, encephalophaty,
automobil, baterai, dan sakit kepala, sulit belajar,
cat. keterbalakangan mental,
hiperaktif, kerusakan ginjal ,
otot lemah, anoreksia,
fatigue.
Raksa Industri kloro-alkali, Tremor, keguguran, gagal
cat, kertas, tambang ginjal, nausea, buta dan tuli,
minyak, proses karet gingivitis, kerusakan
dan fertilisasi, baterai, kromosom, keterbelakangan
adesif penambal gigi, mental, ompong, seizures,
pelicin pakaian, lampu cerebral palsy, minamata.
fluoresein, peptisida,
kosmetik, farmasi
Sumber : Ariffin dkk. (2017)

7
8

Anda mungkin juga menyukai