Anda di halaman 1dari 14

Tugas Makalah

Kelistrikan Otomotif

Nama : Muchammad Syidiq

No.Reg : 5353084104

Tugas : (CDI) KELISTRIKAN OTOMOTIF

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


B D32008
Kata Pengantar

Pertama – tama penulis megucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT,yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada saya selaku penulis ,sehingga penulis bisa
membuat makalah ini dari awal hingga akhir dan dapat menyelesaikannya dengan baik.

Makalah ini dibuat bertujuan supaya para mahasiswa bisa mengetahui fungsi dan
kegunaan dari sistem pengapian CDI . Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan
penulis, umunya kepada seluruh mahasiswa, masyarakat dan teman-teman.

Dengan selesainya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dan membimbing dalam pembuatan makalah ini,kepada :

 Dr.Priono,M.Pd ,selaku dosen pembimbing kelistrikan otomotif di


Universitas Negri Jakarta.
 Website automotif dan motor plus

Penulis menyadari banyak kekurangan di dalam penyusunan makalah ini,sehingga


saran dan masukan sangat penulis harapkan.Akhir kata dari penulis semoga makalah yang
dibuat ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa teknik mesin Universitas Negri Jakarta serta
bagi Universitas lainnya dan bagi penulis menjadi bekal untuk di masa yang akan datang.

Jakarta, 2 Desember 2010

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................. iii

BAB 1 Pendahuluan ................................................................. 3

1.1. Latar belakang masalah ..................................................... 3

1.2. Identifikasi masalah ................................................................. 3

1.3.Ruang lingkup masalah ..................................................... 4

1.4.Permasalahan ................................................................. 4

BAB 2 Pembahasan

2.1. 1.Sistem Pengapian CDI ....................................................... 6


2.Cara Kerja Pengapian CDI
3.Kelebihan Sistem Pengapian CDI

2.2. Bagian – bagian Sistem Pengapian CDI...................................... 7

2.3. Sistem Pengapian Magnet

Bab 3

A.Pillow ball ........................................................................................ 9

a. Tein pillow ball upper mount .................................................... 12

b. Pillow ball pengganti .................................................... 14

B.Roll ball joint ............................................................................ 29

a. Pemeliharaan ................................................................ 29

b. Mengganti sendi lower ball .................................................... 30

Bab 4

Analisis ........................................................................................ 35

Bab 5

A. Kesimpulan ............................................................................. 36
B. Saran ......................................................................................... 37
Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar belakang masalah

Dalam melakukan proses pembakaran, mesin berbahan bakar bensin sangat


bergantung pada sistem pengapian. Kini, sistem pengapian telah bergeser dari model
mekanik platina menjadi elektronik. Banyak masyarakat awam yang salah
mengartikan sistem pengapian elektronik sebagai CDI (Capactive Discharge Ignition).
Padahal ada satu lagi teknologi pengapian tanpa platina, yaitu TCI (Transistorized
Controlled Ignition).

Capacitor Discharge Ignition(CDI) merupakan sistem pengapian elektronik


yang sanga populer digunakan pada sepeda motor saat ini. Sistem pengapian CDI
terbukti lebih menguntungkan dan lebih baik dibanding sistem pengapian
konvensional (menggunakan platina).

Pada saat ini saya bermaksud untuk membahas tentang sistem CDI (Capacitor
Discharge Ignition) yang merupakan salah satu jenis sistem pengapian pada
kendaraan bermotor yang memanfaatkan arus pengosongan muatan (discharge
current) dari kondensator, guna mencatudaya Kumparan pengapian (ignition coil).

Dengan adanya tugas ini penulis berharap tugas ini dapat memacu, motivasi
dan kereativitas mahasiswa dalam bidang kelistrikan otomotif terutama pada sepeda
motor dan mobil.
1.2. Identifikasi masalah

Pada tugas kali ini, penulis membuat makalah tentang CDI yang ada pada
motor atau mobil, disini kita dapat mengetahui jenis-jenis pengapian dan komponen –
komponen dari sistem pengapian serta mengetahui fungsi dan cara kerja dari
komponen – komponen tersebut dan juga masalah yang timbul pada sistem CDI
tersebut.

1.3. Ruang lingkup masalah

Setelah diliihat dari latar belakang dan identifikasi masalah, ruang lingkup
masalahnya sebagai berikut :

Bagaimana cara kerja dan mengetahui fungsi dari komponen – komponen


CDI, jenis – jenis CDI. Dan membahas tentang keunggulan dan kerugian dari masing-
masing komponen tersebut,dan cara perbaikannya.

1.4. Permasalahan

Dalam permasalahan kali ini penulis di tuntut untuk mengetahui jenis-jenis,


fungsi, manfaat dan kegunaan dari alat itu sendiri.

Pada kesempatan kali ini agar dapat mengetahui jenis-jenis dan


permasalahannya saya harus mengetahuinya dengan jelas sekali dan dengan
terperinci.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 1.Sistem pengapian CDI

Capacitor Discharge Ignition (CDI)


merupakan sistem pengapian elektronik yang sangat populer
digunakan pada sepeda motor
saat ini. Karena bekerja dengan secara elektronik, sebagian besar
komponennya merupakan komponen-komponen elektronik yang ditempatkan
pada Papan rangkaian tercetak atau Printed Circuit Board (PCB), lalu
dibungkus dengan bahan khusus agar terlindungi dari kotoran, uap, cairan
maupun panas. Banyak orang yang menyebutnya modul CDI (CDI module),
kotak CDI (CDI box), atau "CDI" saja.

Berdasarkan pencatu dayanya, sistem pengapian CDI terbagi menjadi dua


jenis, yaitu:

1. Sistem pengapian CDI AC yang merupakan dasar dari sistem


pengapian CDI, dan menggunakan pencatu daya dari sumber Arus
listrik bolak-balik (dinamo AC/alternator).
2. Sistem pengapian CDI DC yang menggunakan pencatu daya dari
sumber arus listrik searah (misalnya dinamo DC, Batere, maupun Aki).
Sistem pengapian CDI terbukti lebih menguntungkan dan lebih
baik
dibanding sistem pengapian konven-sional (menggunakan platina).
Dengan
sistem CDI, tegangan pengapian
yang dihasilkan lebih besar (sekitar 40 KV) dan stabil sehingga proses
pembakaran campuran bensin dan udara bisa berpeluang makin
sempurna
Dengan demikian, terjadinya endapan karbon pada busi juga bisa
dihindari. Selain itu, dengan sistem CDI tidak memerlukan penyetelan
seperti penyetelan pada platina. Peran platina telah digantikan oleh
oleh thyristor sebagai saklar elektronik dan pulser coil atau “pick-up
coil” (koil pulsa generator) yang dipasang dekat flywheel generator
atau rotor alternator (kadang-kadang pulser coil menyatu sebagai
bagian dari komponen dalam piringan stator, kadang-kadang dipasang
secara terpisah).

2. Cara Kerja Sistem Pengapian CDI


Pada saat magnet permanen (dalam flywheel magnet) berputar,
maka akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk induksi listrik dari
source coil seperti terlihat pada gambar disamping. Arus ini akan
diterima oleh CDI unit dengan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt.
Arus tersebut selanjutnya dirubah menjadi arus setengah gelombang
(menjadi arus searah) oleh diode, kemudian disimpan dalam
kondensor (kapasitor) dalam CDI unit. Kapasitor tersebut tidak akan
melepas arus yang disimpan sebelum SCR (thyristor) bekerja. Pada
saat terjadinya pengapian, pulsa generator akan menghasilkan arus
sinyal. Arus sinyal ini akan disalurkan ke gerbang (gate) SCR. Dengan
adanya trigger (pemicu) dari gate tersebut, kemudian SCR akan aktif
(on) dan menyalurkan arus listrik dari anoda (A) ke katoda (K).
Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor
melepaskan arus (discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir
ke kumparan primer (primary coil) koil pengapian untuk menghasilkan
tegangan sebesar 100 sampai 400 volt sebagai tegangan induksi
sendiri. Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian
terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan sebesar
15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut
selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk loncatan bunga api yang
akan membakar campuran bensin dan udara dalam ruang bakar.
Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat koil pulsa
dilewati oleh magnet, ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing)
ditentukan oleh penetapan posisi koil pulsa, sehingga sistem
pengapian CDI tidak memerlukan penyetelan waktu pengapian seperti
pada sistem pengapian konvensional. Pemajuan saat pengapian
terjadi secara otomatis yaitu saat pengapian dimajukan bersama
dengan bertambahnya tegangan koil pulsa akibat kecepatan putaran
motor. Selain itu SCR pada sistem pengapian CDI bekerja
lebih cepat dari contact breaker (platina) dan kapasitor melakukan
pengosongan arus (discharge) sangat cepat, sehingga kumparan
sekunder koil pengapian terinduksi dengan cepat dan menghasilkan
tegangan yang cukup tinggi untuk memercikan bunga api pada busi
3. Kelebihan Sistem Pengapian CDI

Secara umum beberapa kelebihan sistem pengapian CDI antara


lain:
1. Tidak memerlukan penyetelan saat pengapian, karena saat
pengapian terjadi secara otomatisyang diatur secara elektronik.
2. Lebih stabil, karena tidak ada loncatan bunga api seperti yang
terjadi pada breaker point (platina) sistem pengapian konvensional.
3. Mesin mudah distart, karena tidak tergantung pada kondisi
platina.
4. Unit CDI dikemas dalam kotak plastik yang dicetak sehingga
tahan terhadap air dan goncangan.
5. Pemeliharaan lebih mudah, karena kemungkinan aus pada titik
kontak platina tidak ada.
BAB III

Bagian-bagian sistem pengapian

Berikut bagian-bagian yang bisa ditemui (atau mungkin beberapa diantaranya kadang-kadang
tidak dipakai karena sesuatu hal) di dalam suatu sistem pengapian CDI:

1. Kumparan pengisian (charging coil).


2. Kumparan pemicu (trigger/pulser coil).
3. Penyearah (rectifier).
4. Baterai (battery).
5. Sekering (fuse).
6. Kunci kontak (contact switch).
7. Kondensator (capacitor).
8. Saklar elektronik (electronic switch).
9. Pengatur/penyetabil tegangan (voltage regulator/stabilizer).
10. Transformator penaik tegangan (voltage step up transformer).
11. Pengubah tegangan (voltage converter/inverter).
12. Pelipat tegangan (voltage multiplier).
13. Kumparan pengapian (ignition coil).
14. Kabel busi (spark plug cable).
15. Busi (spark plug).
16. Sistem pengawatan (wiring system).
17. Jalur bersama (common line)

Bagian Yang Pokok Pada Sistem Pengapian CDI

1. Baterai

Saat reaksi kimia (elektrolisa air) muncul di dalam elektrolit saat pengisian, hal itu
disebabkan plat kutub positip membangkitkan oksigen dan plat kutub negatip
membangkitkan hidrogen. Pada proses elektrolisa air, volume elektrolit menurun, sehingga
membutuhkan pengisian kembali.
2. Kunci Kontak

Cara kerja kunci kontak adalah dengan memutar kunci kontak ke posisi yang kita inginkan.
Setiap posisi pada kunci kontak akan menentukan hubungan kelistrikan pada rangkaian
pengapian sehingga memfungsikan komponen.
Beberapa posisi kunci kontak yang mempengaruhi komponen pengapian :

 ACC (Accesories) menghubungkan arus/tegangan dari baterai ke accesories mobil,


contoh tape mobil ( sound system ).
 OFF mematikan semua kelistrikan otomotif dari baterai ke rangkaian.
 ON / IG menghubungkan arus / tegangan dari baterai ke ignition ( Coil + ).
 ST ( Start ) menghubungkan arus / tegangan dari baterai ke M.Stater ( T.50 ) sehingga
motor stater akan berputar menggerakkan mesin.

3. Igniton Coil

Cara kerja Ignition Coil adalah sebagai berikut:

Komponen ini meningkatkan tegangan baterai (12V) untuk membangkitkan tegangan


tinggi di atas 10kV, yang perlu untuk pengapian. Primary dan secondary coil diletakkan
saling berdekatan. Saat arus diberikan secara intermittent ke primary coil, terciptalah
saling induktansi. Mekanisme ini dimanfaatkan untuk membangkitkan tegangan tinggi
pada secondary coil.
Koil pengapian dapat membangkitkan tegangan tinggi yang berbeda-beda sesuai dengan
jumlah dan ukuran gulungan koil. Tegangan tinggi pada Pengapian CDI adalah pada
saat arus dari kapasitor dengan cepat mengalir ke kumparan primer.
4. Unit Pemutus Arus

Pada saat rotor alternator (magnit) berputar terjadi induksi listrik yang akan menimbulkan
arus listrik AC. Arus akan diterima oleh CDI unit dengan besar tegangan antara 100-400volt.
Arus AC ini diubah menjadi arus setengah gelombang oleh diode dan disimpan oleh capasitor
di unit CDI.

Distributor

Distributor bekerja menyalurkan tegangan tinggi dari ignition coil ke busi melalui urutan
pengapian tertentu ( Firing Order ). Di dalam distributor ini terdapat beberapa komponen
yang menjadi satu mempunyai fungsi tersendiri.
Pada distributor dapat dibedakan menjadi 3 kelompok besar, yaitu :

1. Kelompok kontak point/pemutus arus yaitu Unit CDI dan komponen didalamnya.
2. Kelompok pengatur pengapian yaitu centrifugal advancer dan vacum advancer.
3. Kelompok penerus tegangan tinggi yang terdiri dari rotor dan kabel tegangan tinggi.

Penting ! Semua komponen mekanis dan elektronik yang bekerja didalamnya selalu
berkaitan dengan putaran mesin.
6. Busi

Busi bekerja memercikan bunga api bila mendapat


tegangan tinggi dari Ignition Coil untuk dapat melewati
celah menuju ke massa. Tegangan tinggi ini
menimbulkan bunga api dan suhu tinggi di antara
elektroda tengah dan massa busi untuk menyalakan
campuran udara dan bahan bakar yang dikompresikan.
Busi harus bisa menjaga kemampuan penyalaan untuk
jangka waktu yang lama, meskipun mengalami
temperatur tinggi dan perubahan tekanan.

Anda mungkin juga menyukai