Pedoman Guru UKS Sebagai Panduan Pelaksanaan UKS Di Sekolah
Pedoman Guru UKS Sebagai Panduan Pelaksanaan UKS Di Sekolah
Skip to content
Promkes
Yankes
Kesling
KIA & KB
SP2TP
GIZI
Tentang Kami
Hubungi Kami
Kegiatan Puskesmas
Download
PENDAHULUAN
Sesuai dengan UU No. 23 tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha
Kesehatan Sekolah wajib di selenggarakan di sekolah.
Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategis
dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19
tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-
12 berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam proses
belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak
10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam sekolah (sumber: Depdiknas, 2007). Dari segi populasi,
promosi kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2 jenis populasi, yaitu populasi anak sekolah
dan masyarakat umum/keluarga.
Di dalam tatanan pelayanan kesehatan, Guru UKS secara langsung berhubungan dengan
Promosi kesehatan di sekolah yang merupakan suatu upaya untuk menciptakan sekolah
menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah
melalui 3 kegiatan utama ;
Tujuan Umum :
Sebagai panduan /Pedoman bagi Guru UKS tentang Penjelasan UKS, Perencanaan,
pelaksanaan dan Evaluasi dari Program UKS di Sekolah
Tujuan Khusus :
Mengikutsertakan secara aktif guru , murid dan orang tua murid dalam usaha :
Buku ini diharapkan menjadi panduan guru UKS di sekolah serta, pihak lain yang akan
melakukan kegiatan UKS dalam upaya promosi kesehatan di sekolah.
BAB 2
PROMOSI KESEHATAN
UKS dirintis sejak tahun 1956 melalui “Pilot Project” dijakarta dan bekasi yang merupakan
kerjasama antara Depkes, Depdikbud dan Depdagri. Pada tahun 1980 ditingkatkan menjadi
keputusan bersama antara depdikbud dan depkes, tentang kelompok kerja UKS. Untuk
mencapai kemantapan pembinaan secara terpadu ditetapkan SKB Mendikbud, Menkes,
Menag dan Mendagri tanggal 3 september 1984;
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan sekolah menjadi
suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3
kegiatan utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan
pelayanan di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan
tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS. Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah
mempunyai peranan dan kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan
dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak
25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn
berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam sekolah
(sumber: Depdiknas, 2007).
Dari segi populasi, promosi kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2 jenis populasi, yaitu
populasi anak sekolah dan masyarakat umum /keluarga. Apabila promosi kesehatan ditujukan
pada usia sampai dengan 12 tahun saja, yang berjumlah sekitar 25 juta, maka mereka akan
mampu menyebarluaskan informasi kesehatan kepada hampir 100 juta populasi masyarakat
umum yang terpajan promosi kesehatan.
Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak, sebab di sekolah
seorang anak dapat mempelajari berbagai pengetahuan termasuk kesehatan. Promosi
kesehatan di sekolah membantu meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan, keluarga
serta masyarakat sekitar, sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif.
Dalam promosi kesehatan sekolah, keluarga anak sekolah dapat dipandang sebagai 2 aspek
yaitu
b) sebagai pihak yang juga memperoleh manfaat atas berlangsungnya promosi kesehatan
di sekolah itu sendiri (impact side)
Pada segi pendukung keberhasilan, promosi kesehatan di sekolah seringkali akan lebih
berhasil jika mendapat dukungan yang memadai dari keluarga si murid. Hal ini terkait dengan
intensitas hubungan antara anak dan keluarga, dimana sebagian besar waktu berinteraksi
dengan keluaraga lebih banyak. Pada segi pihak yang turut memperoleh manfaat, peran orang
tua yang memadai, hangat, membantu serta berpartisipasi aktif akan lebih menjamin
keberhasilan program promosi kesehatan. Sebagai contoh bila di sekolah dilakukan
kampanya perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) kemudian dirumah orang tua juga
menyediakan fasilitas CTPS, maka perilaku anak akan lebih lestari (sustainable).
Bentuk dukungan orang tua ini meyakinkan bahwa tindakan cuci tangan pakai sabun
merupakan tindakan yang benar, baik di sekolah maupun di rumah.
Promosi kesehatan Merupakan Perwujudan Usaha Kesehatan Sekolah dengan alasan sebagai
berikut ;
a) Anak usia sekolah (6 tahun – 18 tahun) mempunyai persentase yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.
c) Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat potensial untuk menerima perubahan
atau pembaruan, Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulasi sehingga mudah
dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat. merupakan
kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaruan, karena sedang
berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan.
Upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu,
melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta
usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di
lingkungan tersebut.
UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan selanjutnya terbentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat /PHBS baik bagi
peserta didik, warga sekolah maupun warga masyarakat. yang dimaksud dengan sekolah
adalah sekolah mulai Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA).
Secara umum ;
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik.
Secara khusus ;
2) Sehat jasmani/rohani/sosial
3) Memiliki daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok,
alkohol dan obat berbahaya lainnya
Tercapainya pembinaan yang terpadu dan intensif agar berhasil guna dan berdayaguna secara
optimal.
Pendidikan, mulai dari Prasekolah sampai dengan Sekolah Menegah Atas, termasuk
perguruan agama dan lingkungannya.
Peserta didik
Pembina Teknis dan Non Teknis UKS
Sarana dan Prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
Lingkungan (lingkungan sekolah / Lingkungan Keluarga / lingkungan masyarakat).
Ruang Lingkup Terdiri dari ;
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Lingkungan Kehidupan sekolah sehat.
Pembinaan dan pengembangan UKS dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh serta berdaya
guna dan berhasil guna.pembinaan dan pengembangan diupayakan melalui ;
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Lingkungan Kehidupan sekolah sehat.
Menurut Adik Wibowo dkk. (1983 : 27-29) struktur organisasi UKS mengikuti struktur
organisasi Departemen Kesehatan RI, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
125/IV/Kab/B.U/1975 tertanggal 29 April 1975 yaitu :
1) Tingkat Pusat
Sub Direktorat Kesehatan Sekolah dan Olahraga, Direktorat Kesehatan Masyarakat terdiri
dari beberapa seksi yaitu : seksi kesehatan anak sekolah dan mahasiswa, seksi kesehatan
anak-anak luar biasa, seksi olahraga kesehatan, seksi pengembangan metode. Fungsi dan
tanggung jawabnya : membuat program kerja melakukan koordinasi, melakukan bimbingan
dan pengawasan pelaksanaan UKS di seluruh Indonesia, mengusahakan bantuan teknis dan
materiil, bersama-sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyusun
kurikulum tentang kesehatan pada umumnya dan Usaha Kesehatan Sekolah pada khususnya,
menyelenggarakan lokakarya, seminar, rapat kerja diskusi dan lain-lain.
Bentuk Pengorganisasian ;
Ketua I,II dan III terdiri dari Dirjen Dikdasmen, Depdikbud, Dirjen Binkesmas Depkes,
Dirjen Binbaga Islam Depag dan Depdagri.
Sekretaris I,II,III dan anggota -anggotanya terdiri dari unsur Depkes, Depdikbud, Depag dan
Depdagri.
Fungsi dan tanggung jawab koordinator pelaksana UKS di tingkat provinsi meliputi :
membuat rencana program kerja, membuat bimbingan teknis, melakukan koordinasi dan
pengawasan, menerima laporan kegiatan dari tingkat Kabupaten/ kota melaporkan kegiatan
ke tingkat pusat, memberi bantuan materi dan keuangan ke daerah /tingkat II dan usaha-usaha
lain yang dianggap perlu.
Bentuk Pengorganisasian ;
Ketua ; Gubernur /Kepala daerah TK.I, Ketua I,II,II dan Ketua Harian I,II,III
sekretaris dan anggota terdiri dari Depkes, Depdikbud, Depag, Depdagri Pemda PKK dan
PMI.
Fungsi dan tanggung jawab koordinator UKS ada pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Fungsi dan tanggung jawabnya meliputi : membuat rencana kerja harian, melakukan
koordinasi kegiatan-kegiatan kesehatan yang ditujukan kepada anak didik dan masyarakat
sekolah, melakukan pengawasan pelaksanaan UKS di sekolah, melaporkan kegiatan ditingkat
provinsi, menyelenggarakan kursus-kursus kesehatan, kursus UKS bagi guru, murid, dan
petugas kesehatan setempat, memupuk kerjasama baik pihak-pihak yang ada hubungannya
dengan pelaksanaan UKS.
Ketua ; Bupati /Walikota madya/ Walikota madya adm /Kepala daerah TK.II.
Bentuk Pengorganisasian ;
sekretaris dan anggota terdiri dari Depkes, Depdikbud, Depag, Depdagri Pemda PKK dan
PMI Dati II.
4) Puskesmas / Kecamatan,
Usaha Kesehatan Sekolah merupakan salah satu unit pengembangan dan pembinaan program
kesehatan yang ada dimasyarakat yang di lakukan oleh puskesmas dimana kegiatan-kegiatan
kesehatan dilaksanakan dan dibawah pengawasan puskesmas di wilayah kerjanya.
Bentuk Pengorganisasian ;
Ketua ; Camat.
Usaha Kesehatan Sekolah merupakan upaya yang dilaksanakan dari tingkat pelaksana UKS
di sekolah-sekolah hingga tingkat pusat sehingga diperlukan organisasi yang baik. Untuk
memperlancar usaha pembinaan dan pengembangan serta mencegah terjadinya tumpang
tindih dari berbagai kegiatan UKS sebaiknya diwujudkan dalam satu wadah atau badan.
Kerangka kerjasama pengorganisasian sistem kerja operasional UKS harus dipahami sebaik-
baiknya. Sebab, tidak sedikit sekolah atau guru yang beranggapan bahwa UKS merupakan
tugas dari petugas kesehatan saja atau sebalikya petugas kesehatan menganggap UKS
merupakan tanggung jawab jajaran pendidikan sekolah atau guru semata-mata.
Bentuk Pengorganisasian ;
Tim Pelaksana ;
Ketua I,II, Sekretaris dan anggota terdiri dari unsur Pemerintah Desa, BP3, Guru, Puskesmas,
Pengurus Osis dan Komite Sekolah /POMG.
UKS disekolah dilaksanakan melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstra kulikuler. Kegiatan
intrakulikuler dilakukan melalui Kesehatan lingkungan, Pendidikan Kesehatan dan Usaha
Pemeliharaan Kesehatan. Karena terbatasnya waktu pada kegiatan intrakulikuler, kegiatan
UKS lebih banyak diharapkan melalui kegiatan ekstrakulikuler.
Lomba Poster
Lomba Kebersihan Kelas
Lomba Sekolah Sehat
Lomba Mengarang Cerita sehat
Lomba Cerdas cermat kesehatan
Lomba Siswa Sehat
Lomba Makanan Sehat
Lomba Warung Sehat, dll
Pertolongan pertama adalah suatu perawatan yang diberikan sementara menunggu bantuan
datang atau sebelum dibawa kerumah sakit atau puskesmas. Pertolongan pertama
dimaksudkan untuk menentramkan dan menyenangkan si korban sebelum ditangani oleh
orang yang lebih ahli. Diharapkan dengan keadaan yang lebih tenang dan tenteram dapat
mengurangi rasa sakit si korban (Yudiawan. 2002).
Perlengkapan P3K sangat dibutuhkan oleh sekolah sebagai langkah awal dalam pengobatan
sederhana untuk menghindari masalah yang lebih serius jika terjadi kecelakaan dan hanya
diberikan oleh guru UKS yang sudah memiliki keterampilan dan terlatih memberikan
/melakukan perawatan /pengobatan sederhana.
b) Tehadap Murid
1). Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari
berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan
masyarakat sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait
tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting program
kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan
kebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan.
2. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi jalannya program
promosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat saling belajar dan
berbagi pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan program, tentang cara
menggunakan berbagai sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam
pemanfaatan untuk melakukan promosi kesehatan
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus dapat dilaksanakan
secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus diyakini dapat memberikan dukungan
untuk memperkuat program promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini
dapat terkait dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi program promosi kesehatan sekolah
4). Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun usaha swasta akan
sangat mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan
kemitraan akan dapat mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.
5). Penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan penilaian program
promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan akses untuk masuk dalam
mengembangkan promosi kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun regional,
disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.
Menurut WHO terdapat enam ciri-ciri utama dari suatu sekolah untuk dapat menjadi sekolah
yang mempromosikan/meningkatkan kesehatan, yaitu :
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu
peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di
masyarakat
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman, meliputi :
Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif
terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan hidup yang
mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial
Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orangtua
Kebijakan yang di dukung oleh staf sekolah termasuk mewujudkan proses belajar
mengajar yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh
masyarakat sekolah
Kebijakan-kebijakan dalam memberikan pelayanan yang adil untuk seluruh siswa
Kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkoba termasuk
alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan
:
Pada dasarnya, setiapnya sekolah memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda
sesuai situasi dan kondisinya masing-masing dalam mewujudkan “Sekolah Promosi
Kesehatan”. Namun yang terpenting adalah bagaimana ia dapat menggunakan “kekuatan
organisasinya” secara optimal untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah.
Adapun usaha-usaha kesehatan sekolah yang dapat diterapkan dan di ciptakan di lingkungan
sekolah adalah ;
Aspek non-fisik (mental-sosial) : hub antara murid, guru, pegawai sekolah dan ortu murid)
Lingkungan mental-sosial yang sehat terjadi apabila hubungan yang harmonis, dan kondusif
diantara komponen masyarakat sekolah. Hubungan yang harmonis ini akan menjamin
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan anak atau murid dengan baik, termasuk
tumbuhnya perilaku hidup sehat
Pemeliharaan kesehatan perorangan dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting
dalam menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pemeliharaan kebersihan perorangan (personal
hygiene), khususnya bagi murid-murid adalah:
Kebersihan perlengkapan sekolah (bangku, meja, dan alat sekolah yang lain).
Kebersihan kaca, jendela, dan lantai.
Kebersihan wc dan kamar kecil
Kebersihan ruang kelas.
Membuang sampah pada tempatnya.
Membersihkan meludah tidak dismbarang tempat.
Pemeliharaan taman atau kebun sekolah.
Adanya pagar sekolah, untuk mencegah atau mengurangi murid-murid keluar masuk
gedung sekolah, sehingga membahayakan keselamatannya.
Halaman dan gang atau jalan masuk kesekolah mudah dilewati atau tidak becek
dimusim hujan, dan berdebu pada musim kemarau.
Semua pintu dan jendela diatur sedemikian rupa sehingga membuka kearah luar.
Adanya tanda lalu lintas khusus sebagai pemberitahuan kepada pemakai jalan agar
waspada dilingkungan sekolah (banyak anak berlari-larian).
Tersedia P3K, dan tenaga atau guru yang terlatih dibidang P3K.
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid utamanya untuk menanamkan kebiasaan hidup
sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta
ikut aktif didalam usaha-usaha kesehatan.
Hal-hal pokok sebagi materi dasar untuk menanamkan perilaku atau kebiasaan hidup sehat
adalah sebagai berikut:
Hidup bersih.
Imunisasi
Pemberantasan nyamuk, kecoak, tikus, dan binatang lain yang dapat menularkan
penyakit.
Cara penularan penyakit, dan sebagainya
4. Gizi
1) Guru :
1. Mempraktikkan dan membiasakan hidup sehat sesuai dengan petunjuk panduan yang
diberikan oleh guru, di mana pun murid berada, baik di dalam sekolah, di dalam
keluarga, maupun di masyarakat.
2. Menjadi penghubung antara sekolah, keluarga dan masyarakat dalam menjalankan
kebiasaan-kebiasaan atau perilaku hidup sehat.
3. Menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakdt, khususnya anak-anak yang tidak
terjangkau oleh sekolah.
Salah satu kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah adalah Program PAMSIMAS adalah
membangun jamban sekolah dan sarana cuci tangan. Sekolah harus memberikan pengajaran
baik kepada guru maupun murid bagaimana cara memelihara jamban sekolah yang akan di
bangun dan sarana cuci tangan. Misalnya seorang guru di serahkan tanggung jawab untuk
pemeliharaan jamban. Ia akan mengkoordinasi murid dengan cara membuat “roster” atau
jadwal membersihkan jamban dan sarana cuci tangan yang dibagi secara merata antara murid
laki-laki dan murid perempuan. Seringkali terjadi jamban di sekolah hanya terdiri atas dua
unit, yaitu satu untuk guru dan yang lain untuk murid. Sementara kondisi jamban murid
sangat berbeda jauh dengan jamban guru. Di mana jamban murid sangat jauh dari kondisi
bersih dan terpelihara atau tidak jarang dalam kondisi rusak. Akibatnya banyak murid yang
kemudian buang air baik buang air kecil maupun buang air besar di halaman sekolah.
Kebiasaan ini membuat sekolah menjadi bau dan sangat rentan untuk menjadi sarang
penyakit. Selain itu, seringkali jamban di sekolah tidak dilengkapi dengan penerangan yang
cukup. Murid yang masih duduk di kelas 1 atau 2 akan merasa takut untuk menggunakan
jamban yang kondisinya gelap, berbau dan kotor. Kondisi seperti ini harus dihindari dengan
cara membuat jamban dengan penerangan yang cukup baik dari lampu ataupun sinar matahari
beserta ventilasi yang memadai.
Selain program pembangunan fisik, program pendidikan kesehatan tentang hubungan antara
air, jamban, perilaku dan kesehatan juga menjadi kegiatan yang penting dalam program
kesehatan sekolah. Di antaranya adalah hubungan antara air-kondisi sanitasi dan penyakit;
bagaimana sarana sanitasi dapat melindungi kesehatan kita; bagaimana penyakit dapat timbul
dari kondisi sanitasi dan perilaku yang buruk; Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun;
Pencegahan Penyakit Kecacingan; dan monitoring kualitas air. Materi-materi pembelajaran
bagi siswa dilaksanakan secara partisipatif menggunakan metode PHAST (Partisipatory
Hygiene and Sanitation Transformation – Transformasi Hidup Bersih dan Sanitasi).
Guru-guru sebagai tenaga pengajar akan di beri pelatihan terlebih dahulu oleh Dinas
Kesehatan setempat dan Tim Fasilitator Masyarakat (TFM), khususnya TFM bidang
kesehatan.
1. Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan termasuk pendidikan
menjaga kebersihan jamban sekolah
2. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah
3. Penggalakan cuci tangan dengan sabun
4. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan individu, dan
kesehatan masyarakat
5. Program pemberantasan kecacingan
6. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
7. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
8. Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”
9. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang terlibat di
sekolah, mencakup:
a) Perencanaan
Sebagai langkah awal dari proses perencanaan ialah Tim Fasilitator Masyarakat (TFM)
bersama Tim Kesehatan Kecamatan (TKKc) melakukan pertemuan dengan Penilik/Staff
Dinas Pendidikan Kecamatan untuk mendiskusikan tentang perencanaan penyusunan rencana
kegiatan promosi kesehatan di sekolah. Kegiatan ini bisa dilakukan bersamaan dengan
kegiatan orientasi awal sebelum memulai diskusi dengan masyarakat di desa sasaran.
Proses perencanaan kegiatan promosi kesehatan di sekolah di fasilitasi oleh TFM dengan
mengajak masyarakat sekolah untuk melakukan proses mulai dari identifikasi dan Potensi
masalah, pemilihan opsi dan kegiatan, sampai dengan penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
(RKM). Masyarakat sekolah yang dimaksud adalah kepala sekolah, guru, murid, orangtua
murid, penjaga sekolah, dan pemilik kantin/warung sekolah.
Sarana air bersih yang masih berfungsi tetapi sudah tidak memenuhi syarat kesehatan (seperti
tidak ada SPAL, keran yang bocor, dll)
Seluruh masyarakat sekolah akan diikutsertakan pada proses-proses: identifikasi masalah dan
potensi, pengambilan keputusan untuk opsi teknis sarana air bersih dan sanitasi, pengambilan
keputusan penempatan sarana di sekolah sampai dengan rencana kegiatan kesehatan dan
perubahan perilaku dan rencana untuk memeliharanya. Setelah teridentifikasi masalah dan
potensi, LKM unit kesehatan akan difasilitasi oleh TFM untuk menyusun rencana kegiatan
Promosi Kesehatan di sekolah, terdiri atas rencana kegiatan pembelajaran, rencana
pembangunan/pengembangan sarana air bersih dan sanitasi di sekolah serta sarana cuci
tangan dan tempat sampah dan kegiatan lainnya.
Jenis-jenis kegiatan yang dapat di lakukan pada UKS Program Promosi Kesehatan Sekolah,
adalah:
Setiap kegiatan yang dipilih harus dibuat menjadi sebuah rencana rinci kegiatan. Setiap
kegiatan harus dilengkapi dengan sasaran kegiatan, tujuan, metode pembelajaran, frekuensi
kegiatan dan media yang digunakan. Dari analisis media yang dibutuhkan maka didapat
jumlah biaya yang diperlukan untuk promosi kesehatan di sekolah. Semua perencanaan
tersebut akan masuk ke dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM).
b) Pelaksanaan
Persiapan Pelaksanaan
LKM Unit Kesehatan dibantu / difasilitasi oleh TFM menyusun jadwal ulang apabila
dalam melaksanakan kegiatan dalam RKM tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini.
Mendapatkan media komunikasi yang diproduksi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten /
Dinas Kesehatan Propinsi (apabila ada).
TFM terutama FM bidang kesehatan harus melaksanakan pelatihan kepada LKM (unit
kesehatan) melalui pelatihan sambil bekerja (on the job training), agar mampu
melaksanakan kegiatan promosi higiene sanitasi.
TFM terutama FM bidang kesehatan membantu LKM unit kesehatan dan guru
sekolah dasar dalam melaksanakan kegiatan promosi higiene sanitasi di sekolah.
TFM terutama FM bidang kesehatan dan FM bidang pemberdayaan masyarakat
melakukan pemicuan CLTS terhadap murid sekolah dasar.
Implementasi Kegiatan
Mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan promosi higiene sanitasi seperti pelatihan
Guru Usaha Kesehatan Sekolah, atau pelatihan yang direncanakan menggunakan dana
yang ada.
Melaksanakan kegiatan program promosi higiene sanitasi di sekolah sesuai rencana
yang tercantum dalam RKM.
Melaksanakan pembangunan sarana air bersih, jamban sekolah dan tempat cuci
tangan di sekolah sesuai rencana dalam RKM.
Tim Pembina UKS Kecamatan yang anggotanya juga merupakan anggota TKKc,
memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan promosi higiene sanitasi secara
partisipatif di sekolah.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala kepada siswa untuk mengetahui
apakah terjadi perubahan perilaku kesehatan baik di sekolah maupun di rumah. Perilaku-
perilaku seperti perilaku buang air besar, perilaku kebersihan tangan/cuci tangan, kebiasaan
mandi dengan air bersih dan sabun dan perilaku kesehatan lainnya dapat terus di monitoring
untuk mengetahui apakah perilaku tersebut berubah ke arah yang lebih baik atau tidak.
Misalnya sebelum ada bangunan jamban di sekolah, siswa sering buang air besar di
sawah/kebun di belakang sekolah. Apakah setelah ada jamban si sekolah siswa buang air
besarnya menjadi di jamban, atau masih di tempat terbuka. Kegiatan monitoring dapat
dilakukan tidak hanya kebiasaan/perilaku di sekolah, tetapi juga perilaku kesehatan di rumah.
Kegiatan monitoring dan evaluasi bisa dilakukan bersama-sama siswa secara partisipatif.
Berbagai metode dapat digunakan untuk mengajak siswa mengevaluasi perubahan perilaku
kesehatannya masing-masing. Seperti metode berbaris dan angkat tangan atau metode dengan
kartu sehat siswa. Metode baris dapat dilakukan dengan cara meminta siswa baris sesuai
dengan kebiasaan yang akan dimonitoring. Sehingga siswa dapat saling melihat siapa saja
teman-temannya yang masih buang air di sungai, misalnya. Kegiatan monitoring juga bisa
dilakukan menggunakan kartu sehat siswa. Setiap siswa dibekali sebuah kartu. Pada halaman
depan terdapat nama siswa, nama sekolah dan kelas. Pada halaman belakang terdapat pesan
untuk melakukan beberapa perilaku, dengan pertanyaan besar , “Sudahkan anda melakukan
perilaku ……….?”, Misal perilaku yang dimaksud antara lain : buang air besar di jamban,
cuci tangan setelah buang air besar, cuci tangan sebelum makan, dan mandi dengan air bersih
dan sabun. Pada setiap pagi sebelum pelajaran mulai, guru kelas bisa memulai kegiatan
pembelajaran dengan menanyakan siswa apakah sudah melakukan perilaku-perilakui yang
terdapat pada kartu sehat siswa. Siswa bisa diminta untuk mengangkat tangan bagi yang
melakukan perilaku-perilaku kesehatan yang dimaksud.
BAB 3
TAHUN 2012
Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran kami dalam pelaksanaan pelatihan, pembinaan
dan pengembangan program promosi kesehatan di sekolah yang berhubungan dengan di
lakukannya pelatihan P3K dan Pembinaan Guru UKS Se-Kecamatan Batu Putih adalah :
Data program promosi kesehatan tahun 2011, tidak ada Guru UKS yang pernah
dilatih dalam melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan serta tidak pernah
diberikan bekal pengetahuan mengenai kesehatan yang berhubungan dengan anak
sekolah.
Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai pada tingkat yang diharapkan,
disamping itu ancaman sakit terhadap murid sekolah masih cukup tinggi dengan
adanya penyakit endemis dan kekurangan gizi.
Masalah kesehatan anak usia sekolah yang masih banyak terjadi di Indonesia yang
mungkin sudah berdampak di Kecamatan Batu Putih antara lain :
Sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan seperti jamban sehat dan air bersih yang tidak
sesuai dengan standar kesehatan dari segi perbandingan jumlah murid dan jamban /toilet.
Kader kesehatan sekolah perlu dilatih dalam bidang pendidikan dan penyuluhan
/promosi kesehatan sehingga terwujud pendidikan yang efektif dan produktif sehingga
tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan berdayaguna, baik pendidik
maupun peserta didik
Terbatasnya sarana dan prasarana promosi kesehatan di sekolah
Kurang lancarnya koordinasi, informasi, sinkronisasi dan sosialisasi antar instansi /
lembaga sehingga kerjasama lintas sector tidak terwujud, akhirnya dukungan
kelembagaan terhadap promosi kesehatan terutama disekolah-sekolah dalam
menangani program kesehatan masih kurang.
2.3 Panitia
Bendahara ; Musdalifah
Seksi Humas dan Transportasi ; M.H Fadli & Yuni Ismawati Amd
Adapun narasumber / pemateri yang memberikan penjelasan dari berbagai materi yang
diberikan berasal dari puskesmas batu putih dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu dan materi
yang diberikan sesuai dengan bidang bidang /keahlian /tugas dan tanggung jawab mereka,
adapun pemateri tersebut sbb ;
1. dr.Nailil Izzah
2. dr. Christoforus Kozzy
3. drg. Syahril Samad
4. Kristiansen SST
5. Moh.Nadjib Amd.Kl
6. Eny Tusmiyati Amd.Gz
7. Tri Hargiono SKM
2.5 Peserta
Peserta Pelatihan adalah Guru pada Taman Kanak-Kanak (TK), Guru Di Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Se-Kecamatan Batu
Putih yang terdiri dari 1-2 orang mewakili sekolah masing-masing.
1) Ceramah
2) Tanya jawab
3) Diskusi
4) Praktek
2) Kewaspadaan Umum
6) PHBS di Sekolah
Kegiatan Pelatihan P3K dan Pembinaan Guru UKS Se-Kecamatan Batu Putih Tahun 2012
diikuti oleh 11 Orang Guru UKS dan 1 Orang Tenaga Kesehatan Perusahaan dan 1 Guru
UKS di SDN 003 Batu Putih Kampung Lobang Kelatak Tidak hadir pada kegiatan ini,
Adapun grafik pre-test dan post test pada kegiatan Pelatihan P3K dan Pembinaan Guru UKS
Tahun 2012 dalam rangka untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta dapat dilihat
dibawah ini.
Sehingga dapat kami simpulkan bahwa dari hasil Pelatihan P3K dan Pembinaan Guru UKS
Tahun 2012, ada peningkatan yang sangat signifikan terhadap pengetahuan peserta pelatihan
dan pembinaan secara rata-rata akumulatif,
kami hitung dengan Formula sesuai pada Sasaran Mutu pada Quality Assurance Program
Promosi Kesehatan (Lihat Lampiran Profil Puskesmas Batu Putih Tahun 2011) yaitu
melebihi dari target pencapaian kami yang hanya 25% dengan formula sbb ;
POST TEST – PRETEST X 100 %
PRETES
(Data Selengkapnya dapat dilihat pada buku Panduan / Pedoman Guru UKS)
Maka untuk rata-rata peningkatan pengetahuan peserta pelatihan P3K dan Pembinaan Guru
UKS secara akumulatif dari 11 peserta rata-rata adalah 84 %.
Setiap Guru UKS dari berbagai sekolah di kecamatan batu putih yang mengikuti pelatihan
P3K dan Pembinaan dapat berinteraksi dan proaktif dalam kegiatan tersebut dan mampu
mempraktikkan P3K sesuai materi yang diberikan dan selalu terjadi diskusi terhadap materi-
materi pembinaan sehingga kedepannya diharapkan mampu mengaplikasikan hasil kegiatan
yang telah diperoleh saat kembali bertugas sebagai guru sekaligus sebagai Guru UKS di
Sekolahnya masing-masing.
2.10 Penutup
Demikian laporan Kegiatan Pelatihan P3K dan Pembinaan Guru UKS Se-Kecamatan Batu
Putih Tahun 2012, dengan harapan kegiatan serupa dapat terlaksana setiap tahun atau
dilakukan secara berkala dalam rangka melibatkan lintas sektor dan memberdayakan tokoh
masyarakat pendidik menjadi kader kesehatan, sehingga diharapkan berdampak terhadap
peningkatan derajad kesehatan khususnya dikecamatan batu putih sehingga menjadi terwujud
Kecamatan Batu Putih Sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Entjang, Indan, dr (2000). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti.
Moslem Medical Family (M2F). (2009). Usaha Kesehatan Sekolah. 29 April 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kesehatan_Sekolah.
Keputusan Bersama Empat Menteri Tentang UKS. (2009). Tinjauan Usaha Kesehatan
Sekolah. 30 April 2010. http://tutorialkuliah.blogspot.com
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Promosi Kesehatan Sekolah, Jakarta
2008.
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Integrasi Promosi Kesehatan
Dalam Program- Program Kesehatan di Kabupaten/Kota, Jakarta 2008.
Share this:
Facebook28