1. Untuk kepentingan apakah analisis suatu laporan dilakukan baik secara internal dan
eksternal ?,Jelaskan.
Jawab
Menurut modul Manajemen Keuangan oleh Said Kelana Asnawi terbitan Universitas
Terbuka tahun 2018, bahwa laporan keuangan memberikan informasi yang cukup akurat
menggambarkan kondisi perusahaan. Laporan keuangan bisa mencerminkan baik buruknya
kinerja perusahaan. Sehingga analisis laporan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan
oleh pengguna laporan keuangan secara internal yaitu:
a. Pihak manajemen
b. Pemegang saham
c. Karyawan
d. Auditor internal
e. Serikat kerja
a. Masyarakat
b. Pemerintah
c. Kreditor
d. Investor
e. Auditor eksternal
Dengan demikian analsisi laporan keuangan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan apakah perusahaan dapat dibeli sahamnya oleh masyarakat, apakah perusahaan dapat
dilikuidasi oleh pemerintah, apakah dapat diberi pinjaman oleh kreditor, dan lain sebagainya.:
Jawab
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan 2 cara yakni (Jurnal TCI Indonesia) :
3.Analisis rasio terdiri atas rasio apa saja ? jelaskan dan apa kelemahan dalam analisis rasio
Jawab
Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:
1. Rasio Likuiditas
c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar
yang lebih likuid (Liquid Assets).
Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini adalah minimum sebesar
150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.
Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva, dan modal sendiri.
Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :
c. Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba bersih dari penjualan.
e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power Ratio, rasio untuk
mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan pendapatan bersih.
g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the Owners, rasio untuk
mengukur kemampuan modal sendiri diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi
pemegang saham.
a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimilikinya.
b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.
Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini adalah semakin buruk
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal
nilainya adalah 200%.
Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya
yang dimilikinya.
a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap
penjualan.
b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja
bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas
dari perusahaan.
c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan antara aktiva tetap yang
dimiliki terhadap penjualan.
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan aktivatetap yang dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan
pendapatan.
d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran
persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan
yang efisien.
e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur berapa lama waktu yang
dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima seluruh tagihan dari konsumen.
f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan
membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.
Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah.
Menurut Teuku Mirza dan Imbuh S(1999), ada beberapa kelemahan dari rasio keuangan :
(1) Adanya distorsi karena laba yang dimasukkan tidak memasukkan unsur biaya modal
ekuitas.
(2) Laporan keuangan dari suatu perusahaan yang memiliki sejumlah divisi dari industri yang
berlainan akan sulit dibandingkan dengan perusahaan lain atau dengan data suatu industri.
(3) Terjadinya distorsi karena pengaruh inflasi dan penggunaan data historis dalam akuntansi.
(4) Laporan keuangan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus didukung oleh catatan atas
laporan keuangan. Informasi ini harus dicermati karena mungkin memuat potensi masalah
yang dapat sangat mempengaruhi kondisi keuangan suatu perusahaan.
(5) Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil analisa. Misalkan, quick rqtio yang tinggi
apakah bagus karena kuatnya likuiditas perusahaan. Atau, justru jelek karena perusahaan
memegang kas yang berlebih yang justru tidak produktif.
(6) Perbedaan dalam perlakuan akuntansi dapat menimbulkan distorsi dalam membandingkan
rasio.
(7) Adanya praktek window dressing tentunya membuat laporan keuangan terlihat bagus.