Terkait dengan updating jumlah desa, berdasarkan Kepmendagri Nomor 140-9756 Tahun 2016
tentang Nama, Kode dan Jumlah Desa Tahun 2016 dan Nomor 146.973-X-Tahun 2016 tentang
Rincian Nama, Kode dan Jumlah Desa Tahun 2016 telah ditetapkan bahwa jumlah desa di
Indonesia adalah 74.910 desa, kepmendagri dimaksud diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dan dasar dalam perumusan kebijakan dan pelaksanaan program K/L dalam
penyelenggaraan pembinaan di desa, termasuk dalam pengalokasian dana desa yang
bersumber dari APBN.
Kedua terkait proses penetapan dan penegasan batas desa yang merupakan instrumen penting
untuk menciptakan tertib administrasi pemerintahan, memberikan kejelasan dan kepastian
hukum terhadap batas wilayah suatu desa yang memenuhi aspek teknis dan yuridis. Aferi
menekankan bahwa penyusunan peta batas desa harus mengikuti kaidah-kaidah kartometrik
yaitu kaidah dalam menyusun peta.
“Kaidah itu mensyaratkan adanya penelusuran garis batas pada peta kerja dan pengukuran titik
koordinat, garis, jarak dan luas cakupan wilayah dengan menggunakan peta dasar dan informasi
geospasial untuk mejamin kejelasan dan kepastian wilayah yang menjadi sumber penetapan
kewenangan desa,” jelas Aferi.
Sesuai Permendagri Nomor 45 tahun 2016, Tugas untuk melakukan penetapan dan penegasan
batas desa dibebankan kepada Tim Penetapan dan Penegasan Batas Desa Kabupaten/Kota
yang dibentuk dengan Keputusan Bupati/Walikota. Keanggotaan tim ini melibatkan
pejabat/SKPD terkait, pemerintah desa dan tokoh masyarakat.
Penetapan dan penegasan batas desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota. Aferi
mengingatkan bahwa Bupati/Walikota harus memfasilitasi penyelesaian konflik yang mungkin
timbul akibat penetapan dan penegasan batas desa di wilayahnya.
Ketiga adalah proses penataan kewenangan desa dan produk hukum desa, Kemendagri telah
menetapkan Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 dan Nomor 111 Tahun 2014 yang
mengamanatkan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota memiliki tugas membina desa dalam menata kewenangan desa.
Pembinaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah diharapkan mampu mengidentifikasi dan
menginventarisasi kewenangan desa. Sehingga desa dan desa adat diberikan kewenangan
yang lebih luas untuk tumbuh dan berkembang pada kekuatannya sendiri serta mampu menata
masa depan desa yang lebih baik.
Dalam penyelenggaraan kewenangan pemerintahan desa, salah satu asas yang dipergunakan
adalah asas kepastian hukum yang artinya asas dalam Negara hukum mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, untuk itu diperlukan Peraturan di Desa yang terdiri atas Peraturan Desa,
Peraturan Kepala Desa, dan Peraturan Bersama Kepala Desa.
Memperhatikan beberapa hal tersebut, maka dipandang perlu untuk memperkuat pembinaan
dan pengawasan tentang penyusunan Produk Hukum di Desa melalui penyusunan regulasi dan
panduan, sosialisasi, pelatihan dan bimbingan teknis, advokasi, serta pendataan dan
pengumpulan berbagai jenis peraturan di desa untuk kemudian disusun dalam suatu direktori
yang nantinya dapat memudahkan pada perumusan kebijakan ke depan serta membantu Desa
dalam mengambil contoh peraturan di Desa dari Desa lain untuk menerapkan peraturan di
Desanya yang sesuai dengan kebutuhan.
Keempat, penataan manajemen pemerintahan desa ditetapkan berbagai kebijakan mulai dari
aspek pembinaan personil dan kelembagaan, ketatalaksanaan, khususnya terkait pelayanan,
Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 2 Tahun 2017 tentang Standar Pelayanan Minimal Desa,
yang diharapkan mampu mempercepat peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat
Desa guna perwujudan kesejahteraan umum sesuai kewenangan Desa dengan mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat, mempermudah pelayanan kepada masyarakat, keterbukaan
pelayanan kepada masyarakat dan efektifitas pelayanan kepada masyarakat yang pada
akhirnya akan mempercepat pelayanan kepada masyarakat, hal tersebut diharapkan mampu
menjadi alat kontrol terhadap kinerja Pemerintah Desa.
Dalam implementasi proses penataan administrasi pemerintahan desa, terdapat tantangan yang
begitu besar, antara lain, kapasitas dan kualitas pelayanan aparatur pemerintahan desa yang
terbatas, akses masyarakat terhadap informasi penyelenggaraan pemerintahan desa yang sulit,
dan belum optimalnya koordinasi antar Kementerian/Lembaga serta pemerintah daerah dalam
pembinaan Desa.
Aferi menyatakan bahwa pemerintah melalui Ditjen Pembinaan Pemerintahan Desa Kemendagri
memiliki komitmen kuat dalam melaksanakan pembinaan pemerintahan desa. Dengan dasar
komitmen ini, Ditjen Pembinaan Pemerintahan Desa Kemendagri terus melakukan koordinasi,
sinergitas dan harmonisasi program antara pusat dan daerah dalam proses penataan desa agar
kesejahteraan masyarakat desa dapat terwujud. (*)
https://www.indopos.co.id/read/2017/07/27/105161/memperkuat-panataan-dan-administrasi-
pemerintahan-desa-indonesia
Desa, berdasarkan Pasal 18 ayat (7) dan Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945, merupakan
unit pemerintahan terkecil dan terdepan dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan sekaligus menjadi institusi terdepan untuk menguatkan karakter
dan jati diri masyarakat di Indonesia. Mengingat pentingnya peran desa, Kemendagri
melalui Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa bertugas merumuskan dan
melaksanakan kebijakan di bidang pembinaan pemerintahan desa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah satu yang sangat penting adalah
merumuskan kebijakan di bidang fasilitasi penataan dan administrasi pemerintahan
desa.
Karena itu, Menurut Nata, pemerintah dan pemerintah daerah sudah seharusnya
memberikan kesempatan yang lebih besar kepada desa untuk mengembangkan diri,
memikirkan dan memprioritaskan serta mengelola kebutuhan masing-masing,
dengan tidak mengesampingkan pengawasan dan pembinaan yang berkelanjutan.
Hal ini sejalan dengan semangat UU Desa dalam menuju terwujudnya masyarakat
maju, mandiri, dan sejahtera.
Langkah Strategis.
Kedua, tentang proses penetapan dan penegasan batas desa yang merupakan
instrumen penting untuk menciptakan tertib administrasi pemerintahan, memberikan
kejelasan dan kepastian hukum terhadap batas wilayah suatu desa yang memenuhi
aspek teknis dan yuridis. Aferi menekankan, penyusunan peta batas desa harus
mengikuti kaidah-kaidah kartometrik, yaitu kaidah dalam menyusun peta. ‘’Kaidah itu
mensyaratkan adanya penelusuran garis batas pada peta kerja dan pengukuran titik
koordinat, garis, jarak dan luas cakupan wilayah dengan menggunakan peta dasar
dan informasi geospasial untuk menjamin kejelasan dan kepastian wilayah yang
menjadi sumber penetapan kewenangandesa,’’ jelas Aferi.
Sesuai Permendagri Nomor 45 tahun 2016, tugas untuk melakukan penetapan dan
penegasan batas desa dibebankan kepada tim penetapan dan penegasan batas
desa kabupaten/kota yang dibentuk dengan keputusan bupati/wali kota.
Keanggotaan tim ini melibatkan pejabat/SKPD terkait, pemerintah desa dan tokoh
masyarakat. Penetapan dan penegasan batas desa ditetapkan dengan peraturan
bupati/wali kota. Aferi mengingatkan bahwa bupati/wali kota harus memfasilitasi
penyelesaian konflik yang mungkin timbul akibat penetapan dan penegasan batas
desa di wilayahnya.
Ketiga, adalah proses penataan kewenangan desa dan produk hukum desa.
Kemendagri telah menetapkan Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 dan Nomor 111
Tahun 2014 yang mengamanatkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah provinsi
dan pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki tugas membina desa dalam menata
kewenangan desa. Pembinaan pemerintah dan pemerintah daerah diharapkan
mampu mengidentifikasi dan menginventarisasi kewenangan desa. Sehingga desa
dan desa adat diberikan kewenangan yang lebih luas untuk tumbuh dan
berkembang pada kekuatannya sendiri serta mampu menata masa depan desa
yang lebih baik. Dalam penyelenggaraan kewenangan pemerintahan desa, salah
satu asas yang dipergunakan adalah asas kepastian hukum yang artinya asas
dalam negara hukum mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan,
kepatutan, dan keadilan dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan desa. Untuk
itu diperlukan peraturan di desa yang terdiri atas peraturan desa, peraturan kepala
desa, dan peraturan bersama kepala desa.
https://www.gatra.com/rubrik/advetorial/276777-memperkuat-penataan-dan-administrasi-
pemerintahan-desa-di-indonesia
Pemahamannya yang tinggi tentang birokrasi dan tata pemerintahan desa adalah alasan kuat
pemerintah menempatkan Dr. Nata Irawan., S.H., M.Si sebagai Direktur Jenderal Bina
Pemerintahan Desa (Dirjen Bina Pemdes), Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
(Kemendagri). Terbukti, selama kepemimpinannya, pejabat kelahiran Lampung ini telah
membuktikan kemampuannya dalam mengimplementasikan amanah dari Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Mendagri (Permendagri)
Nomor 114/2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.
Sebagai unsur pelaksana Kementerian Dalam Negeri di bidang pembinaan pemerintahan desa,
peran Dirjen Bina Pemdes tentu cukup berat mengingat harus mengurusi desa se-Indonesia
yang saat ini jumlahnya 74.957 desa, dengan 8.479 kelurahan dan 7.201 kecamatan. Namun
bagi Nata hal itu tak masalah. Karena pria yang dilantik sebagai Dirjen Bina Pemdes pada 1 Juli
2015, ini paham betul bagaimana merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
pembinaan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
“Yang terpenting adalah mewujudkan pemerintahan desa yang mampu memberikan pelayanan
prima kepada masyarakat,” tekadnya. Karena itulah, di awal kepemimpinannya ia serius dalam
merumuskan kebijakan di bidang fasilitasi penataan desa, penyelenggaraan administrasi
pemerintahan desa, pengelolaan keuangan dan aset desa, produk hukum desa serta
pelaksanaan penugasan urusan pemerintahan, kelembagaan desa, kerja sama pemerintahan,
maupun evaluasi perkembangan desa.
Bersama jajarannya Nata terus mendongkrak kapasitas intelektual para Kepala Desa. Misalnya
dengan mendorong tingkat pendidikan para Kepala Desa dan melakukan pelbagai pelatihan.
“Saat ini, jumlah Kepala Desa yang berpendidikan sarjana mencapai 14.090,” terangnya.
Sementara jumlah aparatur Kepala Desa yang telah menjalani pelatihan pengembangan
kapasitas aparatur desa untuk tahun anggaran 2015 saja sudah mencapai 147.325 orang.
Sedangkan pelatihan bagi pelatih tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kota, serta kecamatan
selama tahun 20142017 mencapai 13.893 orang. “Mereka mengikuti berbagai pelatihan mulai
dari pelatihan pembina teknis pemerintahan desa hingga pelatihan tata kelola
pemerintahan lingkup regional bagi pengurus lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan,”
jelas Nata.
Dalam melaksanakan tugasnya, Nata juga menggandeng banyak pihak. salah satunya dengan
kalangan perguruan tinggi.“Sesuai dengan semangat Nawacita Presiden Joko Widodo dalam
arah kebijakan pembangunan perdesaan, perlu pemenuhan standar pelayanan minimum dan
pengawalan implementasi Undang Undang Desa secara sistematis. Oleh sebab itu, kami
menggandeng dan melibatkan seluruh perguruan tinggi untuk mengimplementasikan Tri Darma
perguruan tinggi dalam mengawasi penggunaan dana desa,”ujarnya.
Saat ini, diakuinya, kebijakan afirmatif UU 6/2014 tentang desa berpengaruh positif terhadap
efektivitas Pemerintah Desa dengan pengaruh positif yang sudah tercipta. “Kepuasan itu terinci
atas pelayanan publik, musyawarah, dan pembangunan desa. Masyarakat sudah mendapatkan
kepuasan atas pelayanan publik, musyawarah, dan pembangunan desa. Saat ini Pemerintah
Desa sudah sangat efektif dalam menyediakan layanan publik bagi masyarakat. Hal tersebut
diakibatkan karena terjalinnya komunikasi antara aparat pemerintah desa dengan pelatih
perencanaan pembangunan desa,” paparnya. (Sahrudi)
Sebagai wujud pengakuan Negara terhadap desa khususnya dalam rangka memper
jelas fungsi dan kewenangan srta memperkuat kedudukan desa dan masyarakat
desa sebagai subyek pembang unan , diperlukan kebijakan penata n dan
pengaturan mengenai desa yang diwujudkan dengan lahirnya Undang Undang
Nomer 6 Tahun 2014 Tentang Desa .
Dalam konteks ini pun desa juga diberikan alokasi anggaran berupa dana desa yang
bersumber dari APBN yang diperuntukan bagi desa dan desa adat yang ditransfer
melalui APBD Kabupaten dan Kota dan digunakan untuk membiayai penye
lenggaraan peme rintahan , pembangunan serta pemberdayaan masyarakat.
Dalam APBN – P 2015 Total Dana Transfer Kedae rah dan dana Desa di Tetapkan
sebesar Rp 664 , 60 Triliun Mening kat 2,71% atau senilai Rp 17,56 Triliun di
Banding alokasi pada APBN 2015 Sebe sar Rp 647,04 T .
Nata Irawan pun mencatat dari total 74.910 Desa di Indonesia hampir 90%
bergantung pada dana transfser , baik yang brasal dari dana desa , add , maupun
bantuan keuang an pemerintah daerah, sedang kan desa yang mampu menfaat kan
atau mempe roleh pendapatan aslinya masih sangat terbatas .
Dalam kesempa tan ini pula nata irawan berbicara soal regulasi untuk mengantisi
pasi terjadinya penyelewengan dana desa , langkah penerbitan regulasi ini adalah
merupakan tindak lanjut dari implementasi UU Nomer 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Di Kemendagri ini mengakomodir tata kelola peme rintahan desa , hampir semua
aturan main ter kait pemerintah an desa ada di atur seperti ;
Permendagri No 111/2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Desa , Permendagri
No 112/2014 hal Pemilihan Kepala Desa , Permendagri No 113/2014 hal
Pengelolaan Keuangan Desa , Permendagri 114/2014 Tntang Pembangunan Desa ,
Permendagri No 81/2015 Tentang evaluasi Perkem bangan Desa , Permendagri No
82/2015 Tentang Pengangkatan & Pemberhentian Kepala Desa , Permendagri No
83/2015 Tentang Pengangkatan & Pemberhentian Perangkat kepala Desa , Permen
dagri No 84/2015 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemeri ntah Desa ,
Perm endagri No 47/ 2015 Tentang Administrasi Pemerintah Desa Permendagri No
1/2016 Tentang Pengelolaan Asset Desa , Per mendagri No 44/ 2016 Tentang Ke
wenangan Desa , Permendagri No 45/2016 Tentang Batas Desa , Per mendagri No
46/ 2016 Tentang Laporan Kades , Permendagri No 106/ 2016 hal Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Balai Pemerintahan .
Lebih Lanjut Nata juga mengingat kan bahwa ; kemendagri ada lah kementerian
kebijakan dalam konteks dana desa artinya kemendagri tak langsung masuk dalam
teknis pengelolaan dana , dana desa adalah ranah kementerian desa , kami hanya
membuat kebijakan serta program yang bisa menguatkan tata kelola
penyelenggaraan pemerintahan agar desa lebih baik , contohnya: sudah terdapat
peningkatan secara signifikan untuk dana desa pada tahun 2017 jika sebelumnya
sebesar 46,89 t dengan 614 juta perdesa , dana desa tahun ini meningkat menjadi
60 t dengan pembagi an lebih 1 milyar perdesa .
Ikhwal adanya dugaan dana desa rawan korupsi , nata mengatakan; tidak perlu ada
kekhawatiran yg berlebihan terha dap dana desa , karena selain jumlahnya kecil ,
para kepala desa sudah di bekali ilmu managemen dalam pengguna an anggaran
desa .
Pak Dirjen pun juga mewanti wanti kepada seluruh kepala desa meski sudah di
berikan pembekalan tetap harus ber hati hati dalam pemakaian dana desa , karena
bisa saja akan berurusan dgn aparat hukum sebab prosesnya tidak dilaksanakn
secara benar .
Ada tiga priori tas dana desa yang sangat penting untuk di laksanakan yaitu ;
pertama , design perencan aan dana desa untuk 2018 akan diubah , contoh nya
,pengerjaan proyek yang menggunakan dana desa tidak boleh seluruhnya
diserahkan kpd pihak ketiga , harus ada swake lola yang melibatkn penduduk setem
pat. kedua , pemerintah akan mengubah komposisi alokasi dana desa arti nya
pemerintah tidak akan lagi memberikan dana desa dgn nominal yang sama.
Nata irawan pun mengamini pernyataan sri mulyani dengan menambahkan bahwa
kegiatan kegiatan ekonomi dan infrastruktur di daerah yang dibiayai dari dana desa
bisa mulai berjalan sejak awal tahun dan ini juga seiring dengan pengesa han APBD.
lebih lanjut Nata mengatakan pemerintah akan memberlakukan pola baru perun
tukan dana desa salah satunya yaitu minimal 30% dari dana desa tersebut akan
digunakan untuk mencipta kan lapangan kerja program padat karya . selain untuk
program padat karya ada bebe rapa prioritas lain yaitu ; Program Unggulan Kawa
san Pedesaan ( Prukades),BUM Des , gedung olah raga dan embung atau tempat
menam pung air hujan. Namun menurut Nata hal itu dikembalikan lagi kepada
masing masing desa , jika memang hal itu dibutuhkan .
Nata pun mengharapkan bagi desa desa yang telah maju dalam pelaksanaan dan
penguasa an materi manajemen pemerintahan desa dan penge lolaan keuangan
desa dapat menularkan ke desa lain , disamping itu kemendagri pun secara rutin
tetap melaksana kan dan memberikan pelatihan pelatihan kepada kepala desa dan
perangkat desa.( Yoelianto Amunisi )