Anda di halaman 1dari 25

Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran

“Taksonomi Bloom dan Taksonomi Bloom Revisi”

DISUSUN OLEH :

Marisa Amaliyah NIM : 1613071008


Desy Arista Dewi NIM : 1613071020

HMJ PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun banyak
kekurangan di dalamnya, dan juga kami berterima kasih pada teman-teman
kami yang telah mendudukung kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Taksonomi Bloom dan
Taksonomi Bloom Revisi”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Singaraja, 23 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2

1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

1.4 Manfaat ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Taksonomi Bloom .......................................................... 3

2.2 Tujuan pendidikan berdasarkan Taksonomi Bloom ......................... 4

2.3 Revisi Taksonomi Bloom ................................................................. 14

2.4 Cara Menggunakan Taksonomi Bloom ........................................... 18

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan .......................................................................................... 20

3.2 Saran ................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAK

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan proses pembelajran merupakan unsur yang
penting dan tidak terpisahkan. Pembelajaran mengandung makna adanya
kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru yang
berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi, pengembangan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Meskipun guru
berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi, bukan berarti siswa tidak di
tuntut aktif di kelas. Tolak ukur dari keberhasilan proses pembelajaran adalah
tercapainya tujuan pembelajaran yang telah disepakati sebelumnya.
Untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajan siswa, guru
harus melakukan penilaian. Salah satu teknik penilaian dapat dilakukan dengan
cara memberikan soal-soal tes evaluasi untuk dikerjakan oleh siswa. Selanjutnya
jawaban siswa akan di koreksi sesuai konsep, prinsip dan prosedur matematika
yang telah diajarkan. Jika nilai seorang siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan
minimal (KKM), maka siswa tersebut dinyatakan telah menguasai materi yang
diajarkan. Tes yang digunakan dalam proses evaluasi untuk mengukur
kemampuan siswa ditetapkan sesuai indikator keberhasilan pembelajaran.
Tingkatan tes evaluasi pembelajaran yang sering digunakan adalah Taksonomi
Bloom. Namun banyak guru yang hanya membuat soal yang pada level
mengingat atau memahami saja, tidak membuat soal tes sesuai dengan pengertian
taksonomi bloom yang sebenarnya yang juga memiliki level keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
Dari uraian tersebut dalam makalah ini akan dibahas kegiatan penilaian
menggunakan Taksonomi Bloom dari mulai versi lama sampai menggunakan
Taksonomi Bloom yang sudah direvisi. Pembahasan dimulai dari sejarah
Taksonomi Bloom.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah pengertian taksonomi bloom?
2. Bagaiman tujuan pendidikan berdasarkan taksonomi bloom?
3. Bagaimanakah revisi taksonomi bloom?
4. Bagaimana cara menggunakan taksonomi bloom?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian taksonomi bloom.
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan berdasarkan taksonomi bloom.
3. Untuk mengetahui revisi taksonomi bloom.
4. Untuk mengetahui cara menggunakan taksonomi bloom.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini bagi pembaca adalah dapat menambah
wawasan tentang penilaian dengan taksonomi bloom dan taksonomi bloom
revisi. Lebih jauhnya lagi, penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam
makalah ini mampu menja referensi bagi pembaca.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Taksonomi Bloom
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian
digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan
yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir
dalam proses pembelajaran. Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di
Lansford, Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari
The University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan
aktivis internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar
dalam sistem pendidikan di India. Ia mendirikan the International Association for
the Evaluation of Educational Achievement, the IEA dan mengembangkan the
Measurement, Evaluation, and Statistical Analysis (MESA) program pada
University of Chicago. Di akhir hayatnya, Bloom menjabat sebagai Chairman of
Research and Development Committees of the College Entrance Examination
Board dan The President of the American Educational Research Association. Ia
meninggal pada 13 September 1999.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan
mengemukakan bahwa dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta
siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan
lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir
(thinking behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus
dicapai agar proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di
bidangnya.

3
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl
berhasil mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan
Taxonomy Bloom. Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi.
Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus
dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh
Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.2 Tujuan pendidikan berdasarkan Taksonomi Bloom
Tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah
kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif
mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat,
motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang
menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik,
berenang, dan mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga
ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA).
Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan
Psikomotorik pada Skill. Sebenarnya di Indonesia pun, kita memiliki tokoh
pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa
dan Karsa atau Penalaran, Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta dapat
diidentikkan dengan ranah kognitif , rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan
ranah psikomotorik. Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang
harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan.
Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan),
(2) comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4)
analysis (penguraian atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6)
evaluation (penilaian).

4
Level ranah ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida berikut:

Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking


Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun
demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting.
Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat
berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit
kemampuan berpikirnya.

A. RANAH KOGNITIF - PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)

RANAH KOGNITIF - PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)


No. Kategori Penjelasan Kategori kerja kunci
1 Pengetahuan Kemampuan Mendefinisikan, menyusun daftar,
menyebutkan atau menamai,
menjelaskan kembali menyatakan, mengidentifikasikan,
Contoh: menyatakan mengetahui, menyebutkan, membuat
kebijakan. kerangka, menggaris bawahi,
menggambarkan, menjodohkan,

5
memilih
2 Pemahaman Kemampuan Menerangkan, menjelaskan ,
memahami menguraikan,
instruksi/masalah, membedakan, menginterpretasikan,
menginterpretasikan merumuskan, memperkirakan,
dan meramalkan, menggeneralisir,
menyatakan kembali menterjemahkan, mengubah,
dengan memberi contoh, memperluas,
kata-kata sendiri menyatakan
Contoh : Menuliskan kembali, menganalogikan,
kembali merangkum
atau merangkum
materi
pelajaran
3 Penerapan Kemampuan Menerapkan, mengubah,
menggunakan menghitung,
konsep dalam praktek melengkapi, menemukan.
atau membuktikan,
situasi yang baru menggunakan, mendemonstrasikan,
Contoh: memanipulasi, memodifikasi,
Menggunakan menyesuaikan,
pedoman/ aturan menunjukkan, mengoperasikan,
dalam menyiapkan,
menghitung gaji menyediakan, menghasilkan.
pegawai.
4 Analisa Kemampuan Menganalisa, mendiskriminasikan,
memisahkan membuat
konsep kedalam skema /diagram, membedakan,
beberapa membandingkan, mengkontraskan,

6
komponen untuk memisahkan, membagi,
memperoleh menghubungkan,
pemahaman yang menunjukan hubungan antara
lebih luas atas variabel,
dampak komponen – memilih, memecah menjadi beberapa
komponen bagian,
terhadap konsep menyisihkan, mempertentangkan.
tersebut secara
utuh.
Contoh: Menganalisa
penyebab
meningkatnya Harga
pokok
penjualan dalam
laporan
keuangan dengan
memisahkan
komponen-
komponennya.
5 Sintesa Kemampuan Mengkategorikan
merangkai atau mengkombinasikan,
menyusun kembali mengatur memodifikasi, mendisain,
komponenkomponen mengintegrasikan, mengorganisir,
dalam rangka mengkompilasi, mengarang,
menciptakan menciptakan,
arti/pemahaman/ menyusun kembali, menulis kembali,
struktur baru. merancang, merangkai, merevisi,
Contoh: Menyusun menghubungkan, merekonstruksi,
kurikulum menyimpulkan, mempolakan

7
dengan
mengintegrasikan
pendapat dan materi
dari
beberapa sumber
6 Evaluasi Kemampuan Mengkaji ulang, membandingkan,
mengevaluasi dan menyimpulkan, mengkritik,
menilai sesuatu mengkontraskan,
berdasarkan mempertentangkan menjustifikasi,
norma, acuan atau mempertahankan, mengevaluasi,
kriteria. membuktikan, memperhitungkan,
Contoh: menghasilkan, menyesuaikan,
Membandingkan hasil mengkoreksi,
ujian siswa dengan melengkapi, menemukan.
kunci
jawaban.

B. RANAH AFEKTIF – SIKAP (ATTITUDE)


Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi,
misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap.
Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga
yang paling kompleks.

RANAH AFEKTIF – SIKAP (ATTITUDE)

No. Kategori Penjelasan Kata kerja kunci


1 Penerimaan Kemampuan untuk menanyakan, mengikuti, memberi,
menunjukkan menahan /
atensi dan mengendalikan diri,
penghargaan mengidentifikasi,
terhadap orang lain memperhatikan, menjawab.

8
Contoh: mendengar
pendapat
orang lain, mengingat
nama
seseorang
2 Responsif Kemampuan Menjawab, membantu, mentaati,
berpartisipasi aktif memenuhi,
dalam pembelajaran menyetujui, mendiskusikan,
dan selalu termotivasi melakukan, memilih, menyajikan,
untuk segera mempresentasikan,
bereaksi dan melaporkan, menceritakan, menulis,
mengambil menginterpretasikan, menyelesaikan,
tindakan atas suatu mempraktekkan.
kejadian.
Contoh: berpartisipasi
dalam
diskusi kelas
3 Nilai yang Kemampuan Menunjukkan, mendemonstrasikan,
dianut (Nilai menunjukkan nilai memilih,
diri) yang dianut untuk membedakan, mengikuti, meminta,
membedakan memenuhi, menjelaskan,
mana yang baik dan membentuk,
kurang baik berinisiatif, melaksanakan,
terhadap suatu memprakarsai,
kejadian/obyek, menjustifikasi, mengusulkan,
dan nilai tersebut melaporkan,
diekspresikan menginterpretasikan, membenarkan,
dalam perilaku. menolak, menyatakan /
Contoh: Mengusulkan mempertahankan

9
kegiatan pendapat,
Corporate Social
Responsibility
sesuai dengan nilai
yang berlaku
dan komitmen
perusahaan.
4 Organisasi Kemampuan Mentaati, mematuhi, merancang,
membentuk sistem mengatur,
nilai dan budaya mengidentifikasikan,
organisasi mengkombinasikan,
dengan mengorganisisr, merumuskan,
mengharmonisasikan menyamakan,
perbedaan nilai. mempertahankan, menghubungkan,
Contoh: Menyepakati mengintegrasikan, menjelaskan,
dan mengaitkan,
mentaati etika profesi, menggabungkan, memperbaiki,
mengakui menyepakati,
perlunya menyusun, menyempurnakan,
keseimbangan antara menyatukan
kebebasan dan pendapat, menyesuaikan,
tanggung jawab melengkapi,
membandingkan, memodifikasi
5 Karakterisasi Kemampuan Melakukan, melaksanakan,
mengendalikan memperlihatkan
perilaku berdasarkan membedakan, memisahkan,
nilai yang menunjukkan,
dianut dan mempengaruhi, mendengarkan,
memperbaiki memodifikasi,

10
hubungan mempraktekkan, mengusulkan,
intrapersonal, merevisi,
interpersonal dan memperbaiki, membatasi,
social. mempertanyakan,
Contoh: Menunjukkan mempersoalkan, menyatakan,
rasa bertindak,
percaya diri ketika Membuktikan, mempertimbangkan.
bekerja
sendiri, kooperatif
dalam
aktivitas kelompok

C. RANAH PSIKOMOTORIK – KETRAMPILAN (SKILLS)


Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani,
keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika
sering melakukannya. Perkembangan tersebut dpat diukur sudut kecepatan,
ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah
psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.
RANAH PSIKOMOTORIK – KETRAMPILAN (SKILLS)
No. Kategori Penjelasan Kata kerja kunci
1 Persepi Kemampuan menggunakan Mendeteksi, mempersiapkan
saraf diri, memilih,
sensori dalam menghubungkan,
menginterpretasikan nya menggambarkan,
dalam mengidentifikasi, mengisolasi,
memperkirakan sesuatu membedakan
Contoh: menurunkan suhu menyeleksi,.
AC
saat merasa suhu ruangan

11
panas
2 Kesiapan Kemampuan untuk Memulai, mengawali,
mempersiapkan diri, baik memprakarsai,
mental, membantu, memperlihatkan
fisik, dan emosi, dalam mempersiapkan
menghadapi sesuatu. diri, menunjukkan,
Contoh: mendemonstrasikaan.
melakukan pekerjaan sesuai
urutan, menerima kelebihan
dan
kekurangan seseorang.
3 Reaksi yang Kemampuan untuk Meniru, mentrasir, mengikuti,
diarahkan memulai mencoba,
ketrampilan yang kompleks mempraktekkan, mengerjakan,
dengan bantuan / membuat,
bimbingan memperlihatkan, memasang,
dengan meniru dan uji bereaksi,
coba.Contoh: Mengikuti menanggapi.
arahan
dari instruktur.
4 Reaksi Kemampuan untuk Mengoperasikan, membangun,
natural melakukan memasang,
(mekanisme) kegiatan pada tingkat membongkar, memperbaiki,
ketrampilan ahap yang melaksanakan
lebih sesuai standar, mengerjakan,
sulit. Melalui tahap ini menggunakan,
diharapkan siswa akan merakit, mengendalikan,
terbiasa mempercepat,
melakukan tugas rutinnya. memperlancar, mempertajam,

12
Contoh: menggunakan menangani.
computer.
5 Reaksi yang Kemampuan untuk Mengoperasikan, membangun,
kompleks melakukan memasang,
kemahirannya dalam membongkar, memperbaiki,
melakukan melaksanakan
sesuatu, dimana hal ini sesuai standar, mengerjakan,
terlihat menggunakan,
dari kecepatan, ketepatan, merakit, mengendalikan,
efsiensi dan efektivitasnya. mempercepat,
Semua tindakan dilakukan memperlancar, mencampur,
secara mempertajam,
spontan, lancar, cepat, menangani, mngorganisir,
tanpa membuat
ragu. draft/sketsa, mengukur
Contoh: Keahlian bermain
piano.
6 Adaptasi Kemampuan Mengubah, mengadaptasikan,
mengembangkan memvariasikan,
keahlian, dan memodifikasi merevisi, mengatur kembali,
pola sesuai dengan yang merancang kembali,
dbutuhkan, memodifikasi.
Contoh: Melakukan
perubahan
secara cepat dan tepat
terhadap
kejadian tak terduga tanpa
merusak pola yang ada.
7 Kreativitas Kemampuan untuk Merancang, membangun,

13
menciptakan menciptakan,
pola baru yang sesuai mendisain, memprakarsai,
dengan mengkombinasikan, membuat,
kondisi/situasi tertentu dan menjadi
juga pioneer
kemampuan mengatasi
masalah
dengan mengeksplorasi
kreativitas diri. Contoh:
membuat formula baru,
inovasi,
produk baru.

2. 3 Revisi Taksonomi Bloom


Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl
dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar
sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan
pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan
pada ranah kognitif. Revisi tersebut meliputi:
1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap
level taksonomi.
2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan
level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi.
Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Perubahanperubahan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering
(mengingat)/C1.
Mengingat adalah proses kognitif paling rendah pada
taksonomi bloom. Menurut Dimyanti dan Mudjiono
(2009:27) pengetahuan dalam pengertian ini melibatkan

14
proses mengingat kembali (recall) atau mengenal kembali
(recognition).
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali
pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau
maupun yang baru saja didapatkan. Contohnya, yaitu:
pemberian tes pilihan ganda pada siswa, menghitung fakta
fakta atau statistic,serta mengutip.
b) Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi
understanding (memahami)/C2.
Pada jenjang ini siswa dituntut agar dapat menunjukkan
bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai
untuk mengorganisasikan dan menyusu materi. Kemampuan
untuk memahami instruksi dan menegaskan
pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan.
Seperti contoh penerapan dalam jenjang ini adalah
menjelaskan atau menafsirkan makna dari suatu pernyataan
tertentu.
c) Pada level 3, application diubah menjadi applying
(menerapkan)/C3
Menerapkan adalah kemampuan melakukan sesuatu
dan mengaplikasikan konsep dalm situasi tertentu.
Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan
procedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi
kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan
mengimplementasikan (implementing). Pada jenjang ini
siswa di tuntut mengubah teori atau kaidah menjadi efek
praktis, mendemonstrasikan, serta memecahkan maslah.
d) Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis)/C4
Menganalisis adalah kemampuan memisahkan konsep
kedalam beberapa unsur-unsur serta mengorganisasikan

15
prinsip-prinsip. Pada jenjang ini siswa di tuntut
mengidentifikasi bagian-bagian penyusun dan fungsi dari
proses atau konsep.
e) Pada level 5, synthesis menjdi evaluating (mengevaluasi)C5
Evaluasi berkaitan dngan kemampuan menetapkan
derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan
tertentu. Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif
memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar
standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan
adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.
Jenjang ini menuntut siswa untuk meriviu, atau perencanaan
strategis dalam kaitan dengan keberlangsungan
program,serta menghitung akibat dari suatu perencanaan
atau strategi (Muchlas Samami,2014:169)
f) Pada level 6, Evaluation (mengevaluasi) menjadi creating
(Menciptakan)/C6
Menciptakan adalah kemampuan memadukan unsur-
unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren,
atau membuat sesuatu yang orisinil. Menciptakan sangat
berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada
pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah
pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total
berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan pada jenjang ini yaitu mengarahkan siswa
untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang
dapat dibuat oleh semua siswa.
Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif
terdiri dari enam level: remembering (mengingat), understanding (memahami),
applying (menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai)
dan creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam

16
merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai
dengan C6.
Perubahan istilah dan pola level taksonomi bloom dapat digambarkan
sebagai berikut:

Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan


Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order
Thinking Skill. Jadi, dalam menginterpretasikan piramida di atas, secara logika
adalah sebagai berikut:
a) Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya
terlebih dahulu
b) Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih
dahulu
c) Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu
d) Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu

17
e) Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan
mengevaluasi.
Beberapa kritik dilemparkan kepada penggambaran piramida ini. Ada
yang beranggapan bahwa semua kegiatan tidak selalu harus melewati tahap yang
berurutan. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja tergantung
kreasi tiap orang. Namun demikian, memang diakui bahwa pentahapan itu
sebenarnya cocok untuk proses pembelajaran yang terintegrasi. Kritik lain
mengatakan bahwa higher level (Menganalisa, mengevaluasi dan mencipta)
sebenarnya bersifat setara sehingga bentuk segitiga menjadi seperti di bawah ini.

Hingga saat ini ranah afektif dan psikomotorik belum mendapat perhatian.
Skill menekankan aspek psikomotorik yang membutuhkan koordinasi jasmani
sehingga lebih tepat dipraktekkan bukan dipelajari. Attitude juga merupakan
faktor yang sulit diubah selama proses pembelajaran karena attitude terbentuk
sejak lahir. Mungkin itulah alasan mengapa revisi baru dilakukan pada ranah
kognitif yang difokuskan pada knowledge.

2.4 Cara Menggunakan Taksonomi Bloom


Dalam kaitannya dengan tugas pengajar/widyaiswara dalam menyusun
kurikulum, pemilihan kata kerja kunci yang tepat memegang peranan penting
dalam menjelaskan tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator

18
pencapaian agar konsep materi tersampaikan secara effektif. Kata kerja kunci
tersebut merupakan acuan bagi instruktur dalam menentukan kedalaman
penyampaikan materi, apakah cukup memahami saja, mendemonstrasikan,
menilai, dan sebagainya.
Langkah-langkah yang harus digunakan dalam menerapkan Taksonomi
Bloom adalah sebagai berikut:
1) Tentukan tujuan pembelajaran
2) Tentukan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai apakah
peningkatan knowledge, skills atau attitude. Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan karakteristik mata diklat, dan peserta didik
3) Tentukan ranah kemampuan intelektual sesuai dengan kompetensi
pembelajaran.
a. Ranah kognitif : Tentukan tingkatan taksonomi, apakah pada
tingkatan Mengingat, Memahami,Menerapkan, Menganalisis,
Menilai, Membuat.
b. Ranah Psikomotorik : Kategorikan ranah tersebut, apakah
termasuk Persepi, Kesiapan, Reaksi yang diarahkan, Reaksi
natural (mekanisme), Adaptasi, Reaksi yang kompleks
Kreativitas.
c. Ranah Afektif: Kategorikan ranah tersebut, apakah termasuk
penerimaan, Responsif, Nilai yang dianut (Nilai diri),
Organisasi dan Karakterisasi.
4) Gunakan kata kerja kunci yang sesuai, untuk menjelaskan instruksi
kedalaman materi, baik pada tujuan program diklat, kompetensi
dasar dan indikator pencapaian.
5) Sebagai tambahan, untuk penerapan taksonomi bloom dalam ranah
kognitif, dapat ditentukan pula media pembelajaran yang sesuai
dengan mengacu pada Bloom’s Cognitive Wheel.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang
berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti
hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian
digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan
yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan berpikir
dalam proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah
kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif
mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat,
motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang
menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik,
berenang, dan mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga
ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA).
Revisi pada taksonimi bloom meliputi: Perubahan kata kunci dari kata
benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi. Perubahan hampir terjadi
pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih sama yaitu dari urutan
terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada level 5 dan 6. Jadi,
Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam
level: remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan
creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan
tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.
Dalam kaitannya dengan tugas pengajar/widyaiswara dalam menyusun
kurikulum, pemilihan kata kerja kunci yang tepat memegang peranan penting
dalam menjelaskan tujuan program diklat, kompetensi dasar dan indikator

20
pencapaian agar konsep materi tersampaikan secara effektif. Kata kerja kunci
tersebut merupakan acuan bagi instruktur dalam menentukan kedalaman
penyampaikan materi, apakah cukup memahami saja, mendemonstrasikan,
menilai, dan sebagainya
3.2 Sara
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis sarankan
agar pembaca mencari sumber lain yang relevan guna menunjang pemahaman
mengenai penilaian dengan taksonomi bloom maupun taksonomi bloom revisi.

21
DAFTAR PUSTAKA
Arikonto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Fauzet, Fara Diba. 2016. Taksonomi Bloom – Revisi : Ranah Kognitif Serta
Penerapannya Dalam Pembelajaran Bahasa Arab ISSN: 2540-9417 Malang.
Diakses pada 22 Oktober 2018
Effendi, Ramlan. 2015. Konsep Revisi Taksonomi Bloom dan Implementasinya Pada
Pelajaran Matematika SMP. Vol 2. No 1. Diakses pada 22 Oktober 2018.
Faisal. 2015. Mengintegrasikan Revisi Taksonomi Bloom Kedalam Pembelajaran
Biologi. Vol. IV. No. 2, Halaman 102-112. ISSN: 2086-6755. Diakses pada 22
Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai