Anda di halaman 1dari 7

P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.

2, 2008

KAJIAN ASPEK KEBIJAKAN DAN REGULASI DALAM MASALAH


PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI RUMAH TANGGA
Oleh : P. Nugro Rahardjo
Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan, BPPT

Abstract

Water pollution because of the domestic wastewater produced by the local community
and their home industries in a big city, such as Jakarta, has already been inviting many
environmental problems since the last ten years. Based on the research done by
Directorat General Cipta Karya, Public Works Department RI, domestic wastewater in
Jakarta delivers 75% of all pollutants in surface water pollution. Therefore many things
should be done to solve those water pollution problems. A lot of environmentally related
rules have established in Indonesia, but they are not able to be optimally implemented
because of some weaknesses of the environmental rule contents. One of the solving
options is to create a perfect regulation system for wastewater management. The laws for
home industry wastewater management, especially in big cities, have to be perfectly
completed, mainly in the field of standard, operation and procedure, the wastewater
quality standard, the adequate and qualified technology, the landscape and building
planning and the institutional coordination. If the all environmental regulations are well
synchronized, the law enforcement will be simply implemented. By applying them
consistently, the water pollution control will be handled well.

Keywrods : Environmental Regulation, Home Industry Waste Water, Institutional


Coordination

1. PENDAHULUAN 1.362.085 M3/hari, buangan perkantoran dan


daerah komersial 272.417 M3/hari dan buangan
3
1.1. Latar Belakang industri 181.611 M /hari. Dilihat dari segi jumlah,
air limbah domestik (rumah tangga) memberikan
Pencemaran lingkungan yang terjadi kontribusi terhadap pencemaran air sekitar 75 %,
dikota-kota besar di Indonesia tampaknya air limbah perkantoran dan daerah komersial 15
semakin sulit dikendalikan. Sebagai contoh ialah %, dan air limbah industri hanya sekitar 10 %.
kompleksnya permasalahan dalam mengatasi Sedangkan dilihat dari beban polutan organiknya,
pencemaran air, khususnya air permukaan. sebenarnya air limbah rumah tangga sekitar 70
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dari berbagai %, air limbah perkantoran 14 %, dan air limbah
kalangan dalam kurun waktu sepuluh tahun industri memberikan kontribusi 16 %.2) Dengan
terakhir, baik penelitian yang dilakukan oleh demikian air limbah rumah tangga adalah
instansi pemerintah ataupun lembaga-lembaga penyumbang yang terbesar terhadap
swadaya masyarakat, menunjukkan bahwa pencemaran air di wilayah DKI Jakarta.
pencemaran air sungai di dua kota besar, yaitu
Jakarta dan Bandung, didominasi oleh sumber Untuk mengatasi pencemaran lingkungan,
pencemar yang berasal dari daerah pemukiman khususnya pencemaran terhadap perairan di DKI
atau limbah cair domestik.1) Jakarta, banyak hal yang harus dilakukan. Salah
satu upaya yang dapat dijadikan langkah prioritas
Kondisi lingkungan perairan khususnya di adalah penyempurnaan sistem peraturan-
Jakarta semakin lama menjadi semakin parah. peraturan atau langkah regulasi-deregulasi di
Hal ini dapat dilihat dari kualitas air sungai-sungai bidang pencemaran lingkungan, khususnya
yang mengalir melalui kota Jakarta. Diketahui pencemaran air. Karena itu sangat dibutuhkan
bahwa sebelum sungai-sungai tersebut satu kajian khusus yang mengulas segala kondisi
memasuki Jakarta, kondisinya memang sudah dan permasalahan yang menyangkut pencemar-
tercemar sejak dari daerah hulunya, yaitu an air dan cara-cara penanggulangannya,
kawasan pegunungan dan perbukitan di Jawa terutama dilihat dari aspek hukumnya.
Barat, khususnya Bandung, Cianjur dan Bogor.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas PU 1.2. Perkembangan Masalah Pencemaran
Propinsi DKI Jakarta tahun 2005, jumlah air Air di Jakarta
buangan secara keseluruhan di DKI Jakarta
diperkirakan sebesar 1.816.113 M3/hari. Jumlah Berdasarkan hasil kegiatan survey
tersebut terbagi menjadi air buangan domestik lapangan langsung ke beberapa kecamatan di

166
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008

dalam wilayah Jakarta Timur, diperoleh terdapat kemajuan berarti dalam


gambaran bahwa situasi dan kondisi suatu penanggulangan masalah pencemaran air di
daerah yang semula memang diperuntukkan kawasan Kelurahan Sukabumi Selatan. Alternatif
sebagai daerah pemukiman ternyata sudah tidak yang muncul dari Pemerintah Daerah adalah
sesuai lagi dengan apa yang telah digariskan kemungkinan untuk merelokasi industri-industri
dalam Rencana Umum Tata Ruang Wilayah. rumah tangga tersebut dan membangun
Artinya banyak sekali industri-industri rumah sistem/instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
5)
tangga (baik industri jasa maupun industri barang secara terpadu atau berskala komunal.
jadi) yang tumbuh dan berkembang dengan Alternatif kedua rupanya mendapat tentangan
pesat dan yang berada di dalam daerah yang dari para pengusaha industri, karena dibutuhkan
diperuntukkan sebagai daerah pemukiman. biaya investasi dan operasional yang tinggi untuk
IPAL. Sedangkan alternatif pertama juga akan
Jenis industri atau usaha yang paling membawa implikasi yang kompleks, karena
banyak dikembangkan oleh masyarakat adalah pemindahan ke lokasi yang jauh (rencananya di
bengkel kendaraan bermotor, klinik kesehatan kawasan industri di Bekasi) akan berakibat
berikut dengan rumah obatnya, produksi tahu- mobilisasi yang juga membutuhkan biaya tinggi
tempe, salon kecantikan, usaha laundry atau dan berdampak sosial, terutama bagi para buruh
pencelupan bahan sandang (jeans), rumah yang rata-rata adalah penduduk asli.
makan (warung tegal) dan usaha pelapisan
logam (Nikel-Chrom Electroplating). Kenyataan Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
tersebut sudah jelas menunjukkan bahwa telah tersebut diperparah lagi dengan ketidak-tahuan
terjadi penyimpangan yang sangat besar dan bila dan ketidak-mampuan para pelaku usaha dalam
berpegang pada peraturan yang berlaku, menjalankan usahanya dengan syarat-syarat
seharusnya pelaku usaha tersebut dikenakan tertentu yang mengacu pada konsep
sangsi pidana atau terkena hukuman. Sebagai pembangunan berwawasan lingkungan. Artinya,
contoh saja, di Kecamatan Jatinegara banyak bahwa para pelaku bisnis tersebut tidak mampu
areal pemukiman yang telah berubah fungsi untuk mengoperasikan proses produksinya
menjadi daerah niaga atau pertokoan. Demikian dengan benar, yaitu yang tidak menimbulkan
juga untuk Kecamatan Cibubur, Ciracas dan dampak negatif terhadap lingkungan hidup dan
banyak lagi kecamatan lain yang telah potensi sumber daya alam sekitarnya. Karena itu
kewalahan mengatur perkembangan di sektor yang terjadi adalah berbagai kasus pencemaran
informal ini. dan perusakan lingkungan yang sudah tidak
terkendali lagi.
Demikian juga halnya yang terjadi di
Kelurahan Sukabumi Selatan, Wilayah Jakarta Apabila hal ini didiamkan terus, maka
Barat, yaitu terjadinya pencemaran air dapat dipastikan bahwa daya dukung alam pasti
permukaan dan air tanah penduduk akibat limbah akan terus merosot dengan tajam dan akibat
yang terolah dari sekitar 46 (empat puluh enam) lanjutannya adalah bencana bagi manusia dan
industri rumah tangga yang memproduksi segala mahluk hidup karena menderita berbagai
pakaian jadi dari bahan jean kualitas ekspor ke macam penyakit akibat teracuni oleh bahan-
mancanegara. Seluruh industri tekstil tersebut bahan pencemar, baik bahan kimia ataupun
tidak ada yang mempunyai instalasi pengolahan bakteri/virus patogen. Situasi dan kondisi seperti
air limbah dan rata-rata mereka memompa air ini benar-benar menjadi beban yang sangat berat
tanah dalam sebanyak 90 m3 setiap harinya bagi Pemerintah Daerah, karena memang segala
untuk keperluan proses produksi dan urusan yang menyangkut pelayanan terhadap
pencuciannya. Jadi setiap hari paling sedikit masyarakat atau publik pada umumnya ditangani
4.000 m3 air limbah tak terolah yang berwarna- oleh pemerintah.
warni (hijau, hitam, biru dan coklat) menggelontor
saluran drainase kota dan terus mengalir menuju 2. KAJIAN ASPEK KEBIJAKAN dan
Sungai Pesanggrahan. REGULASI DALAM PENGELOLAAN
LIMBAH CAIR INDUSTRI RUMAH
Bahan pencemar yang dominan dalam TANGGA
limbah cair tersebut adalah kandungan padatan
tersuspensi, warna dan sabun atau deterjen 2.1. Peraturan Pengelolaan Lingkungan
dengan beban COD berkisar antara 3.000 (tiga Kegiatan Industri Rumah Tangga
ribu) sampai dengan 5.000 ppm.6) Sejauh ini
Dinas Perindustrian dan BPLHD Jakarta Barat Untuk mengatasi permasalahan tersebut
telah melakukan pembinaan operasional dan dibutuhkan penyempurnaan kebijakan
manajemen untuk industri tekstil/jean tersebut, pemerintah daerah/kota dan peraturan daerah
namun sampai akhir tahun 2008 ini ternyata tidak yang merupakan perangkat utama dalam sistem

167
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008

pengelolaan lingkungan, yaitu dengan  Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun


disusunnya Peraturan Pengelolaan Lingkungan 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
Kegiatan Industri Rumah Tangga. Dengan dan Kewenangan Pemerintah Provinsi
mengacu pada peraturan-peraturan yang sudah sebagai Daerah Otonom.
ada sebelumnya, seperti UU Lingkungan Hidup,  Peraturan Pemerintah Nomor 150 tahun
Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri 2000 tentang Pengendalian Kerusakan
Negara Lingkungan Hidup dan Peraturan Daerah Tanah untuk Produksi Biomassa.
Provinsi DKI Jakarta, maka kiranya masih  Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2000
diperlukan pengembangan dan penyempurnaan tentang Usaha dan Peran Serta
Peraturan Daerah atau Regulasi, baik pada Masyarakat JK
tingkat provinsi ataupun daerah tingkat II  Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000
(setingkat kabupaten), terutama yang berkaitan tentang Penyelenggaraan JK
erat dengan masalah sistem pengelolaan limbah  Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 2000
pada umumnya dan khususnya untuk limbah cair tentang Penyelenggaraan Pembinaan JK
industri rumah tangga. Berikut ini adalah  Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun
peraturan-peraturan (sesuai dengan hierarkinya) 2001 tentang Pengelolaan B3.
yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan  Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
dan pengelolaan limbah cair industri rumah 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
tangga, serta yang selayaknya dijadikan acuan dan Pengendalian Pencemaran Air.
utama dalam menyempurnakan Peraturan-
 Kepres No. 18 tahun 2000 tentang
Peraturan Daerah tersebut.
Pedoman Pengadaan B/J Ins. Pem.
a) Undang-Undang Republik Indonesia
c) Keputusan Menteri Negara Lingkungan
 Undang-undang RI Nomor 5 tahun 1990 Hidup
tentang Konservasi Sumber Daya Alam
 Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hayati dan Ekosistemnya.
Hidup Nomor : Kep-42/Menlh/11/1994
 Undang-undang RI Nomor 23 tahun tentang Audit Lingkungan.
1992 tentang Kesehatan.
 Keputusan Menteri Negara Lingkungan
 Undang-undang RI Nomor 24 tahun Hidup Nomor : 13 tahun 1995 tentang
1992 tentang Penataan Ruang. Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
 Undang-undang RI Nomor 23 tahun Bergerak.
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan  Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Hidup Nomor : Kep-35A/Menlh/7/1995
 Undang-undang RI Nomor 18 tahun tentang Program Penilaian Kinerja dan
1999 tentang Jasa Konstruksi. Perusahaan/Kegiatan Usaha dalam
 Undang-undang RI Nomor 32 tahun Pengendalian Pencemaran di Lingkup
2004 tentang Pemerintah Daerah. Kegiatan Prokasih (proper Prokasih).
 Undang-undang RI Nomor 18 tahun  Keputusan Menteri Negara Lingkungan
2008 tentang Pengelolaan Sampah. Hidup Nomor : 51 tahun 1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan
b) Peraturan Pemerintah / Keputusan Industri.
Presiden Republik Indonesia  Keputusan Menteri Negara Lingkungan
 Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1989 Hidup Nomor : Kep-48/Menlh/11/1996
tentang AMDAL dan Penyehatan tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Lingkungan  Keputusan Menteri Negara Lingkungan
 Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun Hidup Nomor : Kep-49/Menlh/11/1996
1996 tentang Izin Usaha Industri. tentang Tingkat Getaran.
 Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun  Keputusan Menteri Negara Lingkungan
1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Hidup Nomor : Kep-50/Menlh/11/1996
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara tentang Tingkat Kebauan.
Peran Serta Masyarakat dalam Penataan  Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Ruang. Hidup Nomor : 02/1/1998 tentang Baku
 Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun Mutu Lingkungan Debu dan Gas.
1991 tentang Sungai.  Keputusan Menteri Negara Lingkungan
 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun Hidup Nomor : 17 tahun 2001 tentang
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang
Lingkungan. Wajib Dilengkapi Dengan Analisis
 Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun Mengenai Dampak Lingkungan.
1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara

168
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008

 Keputusan Menteri Negara Lingkungan harus dilakukan peningkatan faktor-faktor


Hidup Nomor : 45 Tahun 2006 tentang pendukungnya, misalnya :
Pedoman Penyusunan Laporan  Sarana dan prasarana phisik, seperti
Pelaksana RKL-RPL. laboratorium dan lain-lainnya.
 Perangkat hukum yang berkaitan dengan
d) Keputusan Menteri Kesehatan pelaksanaan proses hukum bagi yang
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : terkena sangsi atau pelanggar hukum.
718/Menkes/Per/XII/1987 tentang
Kebisingan yang Berhubungan dengan 2.2. Standar Prosedur Pengelolaan Limbah
Kesehatan. Industri Rumah Tangga
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat- Berdasarkan survey lapangan langsung ke
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. lokasi-lokasi industri rumah tangga yang ada di
Wilayah Jakarta Timur diketahui bahwa masih
e) Keputusan Badan Pengendalian Dampak banyak permasalahan lingkungan yang terjadi di
Lingkungan dalam areal pemukiman, maupun di dalam pabrik
 Keputusan Kepala Badan Pengendalian pengolahan untuk memproduksi baik jasa atau
Dampak Lingkungan Nomor : barang. Karena itu dibutuhkan suatu Standar
205/07/1996 tentang Pedoman Teknis Prosedur Operasional Pengelolaan Limbah
Pengendalian Pencemaran Udara untuk Industri Rumah Tangga untuk setiap jenis industri
Sumber Tidak Bergerak. atau usaha. Akibat tidak adanya standardisasi ini,
 Keputusan Kepala Badan Pengendalian maka tanpa disadari betul terus terjadi
Dampak Lingkungan Nomor : 105 tahun penyimpangan-penyimpangan dalam pengelola-
1997 tentang Panduan Pemantauan an limbah industri rumah tangga ini.
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Dapat dibayangkan bahwa apabila
Pemantauan Lingkungan (RPL). masalah ini dibiarkan dan tidak segera ditangani
dengan cepat, maka masalah pencemaran
f) Standar Nasional Indonesia (SNI) lingkungan akan semakin terakumulasi dan suatu
 Standar Nasional Indonesia (SNI) saat akan menyebabkan menurunnya kualitas
Nomor: 06-2421-1991 tentang Metode dan potensi sumber daya alam secara significant.
Pengambilan Contoh Uji Kualitas Air. Pengelolaan yang baik salah satunya tercermin
dari diaturnya kegiatan operasional pengelolaan
g) Surat Keputusan Gubernur atau limbah dalam sebuah standar operasi. Dalam
Bupati/Walikota yang mengatur tentang : standar operasi tersebut haruslah mencakup
 Baku mutu limbah cair. setiap tahapan kegiatan yang harus dilakukan
 Kualitas atau golongan sungai. oleh operator pengelolaan limbah untuk
 Tata Ruang wilayah. mengendalikan, mengalirkan, mengolah limbah
hingga melakukan kegiatan pencatatan dan
 Baku Mutu air.
dokumentasi.
 SK Gubernur KDKI Jakarta No. 450
tahun 1996 dan No. 2 tahun 2001
Berkenaan dengan masalah tersebut,
tentang Pelaksanaan APBD berikut
BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup
penyempurnaan dan perubahannya.
Daerah) baik tingkat Provinsi ataupun tingkat
 Izin Pembuangan Limbah Cair (Pergub wilayah hendaknya menyusun Buku Panduan
DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005). “Standar Prosedur Operasional (SPO)
Pengelolaan Limbah Industri Rumah Tangga”.
Dengan mengacu pada sistem peraturan Konsep dasar SPO Pengelolaan Limbah Industri
dan perundang-undangan tersebut di atas (dari Rumah Tangga tersebut mengacu pada
butir a sampai dengan g), maka sepatutnya pihak pengelolaan limbah yang terintegrasi dan
Pemerintah Daerah, baik di tingkat Provinsi mengedepankan pendekatan minimisasi limbah,
maupun Kabupaten segera menindaklanjuti produksi bersih dan pemanfaatan limbah.
dengan penyempurnaan-penyempurnaan sistem
regulasi terutama yang berkaitan dengan 2.3. Kebijakan dan Regulasi di Bidang Baku
kegiatan industri rumah tangga. Semua Mutu Air Limbah
hendaknya dilakukan secara bertahap dan
dengan koordinasi seluruh potensi kelembagaan Sesuai dengan peraturan dari Pemerintah
yang terkait, serta masyarakat industri itu sendiri. Pusat, setiap daerah atau kota harus memiliki
peraturan tentang baku mutu air limbah sebagai
Bersamaan dengan pengembangan perangkat pengendalian pembuangan air limbah.
peraturan dan perundang-undangan tentu juga

169
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008

Air limbah yang melebihi baku mutu akan pengelolaan limbah cair telah mencakup
mengakibatkan terjadinya pencemaran pengolahan limbah cair. Karena itu di dalam
lingkungan, khususnya pencemaran pada badan- peraturan gubernur tersebut juga tercakup
badan air, baik air permukaan maupun air tanah. syarat-syarat teknis, misalnya tentang teknologi
Pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan proses yang digunakan, atau bahkan sampai
kebijakan tentang Baku Mutu Air Limbah Industri dengan unit-unit perangkat pemrosesnya. Namun
rumah tangga melalui Peraturan Gubernur harus dicermati, bahwa setiap limbah cair dari
tentang Pengelolaan Air Limbah Industri rumah suatu jenis industri tertentu pasti mempunyai
tangga. Baku mutu limbah cair industri rumah karakteristik berbeda dengan industri lainnya.
tangga yang disyaratkan baru untuk beberapa Jadi peraturan untuk standar teknis juga harus
jenis industri saja. Secara nasional. dibuat per jenis industri rumah tangga yang ada.

Peraturan yang mengatur baku mutu 2.5. Kebijakan dan Regulasi di Bidang Tata
limbah cair industri adalah Keputusan Menteri Ruang dan Bangunan
Negara Lingkungan Hidup Tahun 1995. Namun
peraturan inipun belum lengkap untuk berbagai Pengelolaan air limbah perkotaan baik
jenis industri. Dengan mengacu pada Keputusan skala kota maupun komunal membutuhkan ruang
Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1995 untuk lokasi IPAL dan sistem jaringan air limbah,
tersebut, masih perlu dikembangkan lagi sehingga pelaksanaan kegiatan pengelolaan air
peraturan yang mengatur baku mutu limbah cair limbah kota sangat terkait dengan kebijakan dan
industri, khususnya industri rumah tangga, dan peraturan di bidang tata ruang kota tersebut.
untuk propinsi dan atau wilayah di DKI Jakarta. Kebijakan Pemda DKI Jakarta di bidang tata
Sebagai contoh adalah peraturan untuk kegiatan ruang dan bangunan telah dirumuskan dalam
usaha rumah makan atau yang untuk skala kecil Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999
(warung tegal). Untuk itu dapat menggunakan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
acuan Peraturan Baku Mutu Limbah Cair Industri Jakarta 2010. Adapun kebijakan tata ruang yang
kegiatan Hotel Berbintang (lihat Tabel 1). berkaitan dengan pengelolaan air limbah untuk
kota tercantum dalam Pasal 23 Perda tersebut,
Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair Industri yaitu sebagai berikut :
Kegiatan Hotel Berbintang 3,4 & 5
1. Pengembangan prasarana air limbah untuk
PARAMETER KADAR MAKSIMUM (mg/L) meminimalkan tingkat pencemaran pada
badan air dan tanah serta peningkatan
BOD5 30 sanitasi kota melalui pengaturan fungsi
COD 50 drainase.
2. Memperluas pelayanan pengelolaan air
TSS 500 limbah dengan sistem perpipaan tertutup
pH 6,0 - 9,0 melalui pengembangan sistem terpusat di
kawasan pemukiman, kawasan pusat bisnis,
Sumber: Kep. Men. Neg. LH. No.: KEP- kawasan industri dan pelabuhan.
52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah 3. Pengembangan sistem modular dengan
Cair Bagi Kegiatan Hotel, tanggal 23 Oktober teknologi terbaik yang dapat diterapkan.
1995. 3) 4. Pelayanan pengolahan air limbah
direncanakan melalui pembagian zona-zona
Dengan cara yang sama, dapat pelayanan sebagai berikut :
dikembangkan peraturan-peraturan baku mutu  Zona tengah utara dengan lingkup
limbah cair industri untuk jenis-jenis industri yang pelayanan seluas 4.300 Ha
lain.  Zona tengah selatan dengan lingkup
pelayanan seluas 1.800 Ha
2.4. Kebijakan dan Regulasi di Bidang  Zona barat laut dengan lingkup
Teknik Pengelolaan Limbah Cair pelayanan seluas 2.020 Ha
Industri Rumah Tangga  Zona barat daya dengan lingkup
pelayanan seluas 2.170 Ha
Seperti halnya Peraturan Gubernur  Zona tenggara dengan lingkup
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakata Nomor pelayanan seluas 1.240 Ha
122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah  Zona timur laut dengan lingkup
Domestik di Provinsi Daerah Khusus Ibukota pelayanan seluas 3.570 Ha
Jakarta, maka untuk pengelolaan limbah cair  Zona Tanjung Priok dengan lingkup
industri rumah tangga juga sebaiknya diatur pelayanan seluas 1.500 Ha
dengan peraturan gubernur. Di dalam

170
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008

Pembagian zona-zona pelayanan tersebut dapat disediakan sendiri oleh masyarakat. Selain
dapat dilihat pada Gambar 1. itu, kebijakan untuk mengembangkan
5. Setiap zona pelayanan dilayani oleh pusat pembangunan unit pengolahan limbah cair
IPAL skala kota dengan total luas lahan yang sistem komunal pada kawasan pemukiman padat
dialokasikan seluas 800 Ha, yang terdistribusi dan kumuh selain dihadapkan pada kesulitan
sebanyak 2 buah di wilayah Jakarta Barat, 1 memperoleh lahan, tidak sesuai dengan
buah di wilayah Jakarta Selatan, 1 buah di kebijakan pengelolaan air limbah dalam
wilayah Jakarta Timur, dan 3 buah di wilayah Peraturan Gubernur yang melarang penggunaan
Jakarta Utara seperti dapat dilihat pada septic tank dan menggantinya dengan IPAL/STP.
gambar tersebut.
2.6. Kebijakan dan Regulasi di Bidang
Selanjutnya, bila dikaitkan dengan Kelembagaan
standar kebutuhan ruang kota untuk pengolahan
limbah cair, maka dengan jumlah penduduk DKI Untuk pengelolaan limbah cair industri
Jakarta 12.500.000 jiwa pada tahun 2010 rumah tangga di DKI Jakarta belum ditegaskan
dibutuhkan sekitar 3 km2 atau 300 Ha ruang dalam peraturan tentang lembaga pemerintah
3
untuk pengolahan 2.876.450 m / hari air limbah mana yang bertanggung-jawab dan mempunyai
yang dihasilkan. Dengan demikian, ruang yang kewenangan penuh. Yang sementara ini berjalan
dialokasikan dalam RTRW seluas 800 Ha tampak bahwa berbagai dinas dan badan
sebenarnya sudah memadai untuk instalasi berjalan sendiri-sendiri. Sebut saja Dinas
pengolahan limbah cair domestik dan industri Kebersihan Jakarta Timur memiliki kapasitas
rumah tangga di Jakarta. Dengan demikian untuk sebagai pengelola IPAL di Pulo Gebang,
meningkatkan kapasitas pengolahan IPAL, sementara itu untuk Jakarta Pusat dikelola oleh
dibutuhkan kebijakan untuk mengolah limbah PD. PAL Jaya, dan masih ada lagi Dinas
dimulai dari sumber, baik skala individual Perumahan yang juga mengatur pengelolaan
maupun komunal. limbah cair industri rumah tangga untuk
beberapa wilayah perumahan.
Kebijakan tersebut perlu didukung oleh
penyediaan teknologi IPAL sederhana yang

Sumber : RTRW DKI Jakarta 2010 4)

Gambar 1. Peta Rencana Pembagian Zona Pelayanan Pengelolaan Air LImbah


Di Propinsi DKI Jakarta

171
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008

Lembaga-lembaga lain yang juga turut sinkhronisasi program antar lembaga, sehingga
menangani adalah Dinas Perindustrian dan banyak terjadi pencemaran lingkungan yang
Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, BPLHD, tidak terpantau.
Dinas Tata Kota, Dinas Kesehatan dan Dinas
Penataan dan Pengawasan Bangunan, serta Tim 3.2. Saran
Penasehat Instalasi dan Kelengkapan Bangunan.
Karena itu masih dibutuhkan suatu aturan yang Walaupun sistem peraturan dan
dapat mengkoordinasikan seluruh instansi perundang-undangan tentang atau yang
pemerintah yang terkait agar tidak terjadi friksi berkaitan dengan pengelolaan limbah cair IRT di
kewenangan dan tanggung-jawab antar instansi. Indonesia pada umumnya sudah sangat
memadai, namun tetap perlu dilakukan
3. PENUTUP penyempurnaan-penyempurnaan, terutama
dalam hal aplikasinya (law enforcement). Agar
3.1. Kesimpulan implementasi peraturan-peraturan di segala
bidang lingkungan tersebut dapat
Secara umum, baik sistem maupun materi diimplementasikan dengan baik, dibutuhkan
peraturan atau perundang-undangan yang ada perangkat hukum yang memadai, serta
sebenarnya sudah sangat memadai untuk peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya
mencegah dan atau menanggulangi masalah manusianya (SDM). Dengan demikian segala
pencemaran lingkungan pada umumnya. Bahkan bentuk pelanggaran terhadap peraturan-
produk peraturan dari Pemerintah Pusat dan peraturan tersebut akan segera dapat diproses
DPR, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia secara hukum dan apabila memang terbukti
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan bersalah karena mencemarkan lingkungan, maka
Sampah, khususnya di perkotaan telah yang bersangkutan akan segera dikenakan
menunjukkan suatu perhatian yang sangat besar sangsi sesuai hukum yang berlaku. Bila segala
terhadap upaya yang harus dilakukan dalam aspek hukum ini telah berjalan dengan baik,
pencegahan pencemaran air (air tanah atau air maka niscaya pasti berakibat positif terhadap
permukaan) akibat adanya air lindi (leachate) upaya penanggulangan pencemaran lingkungan.
yang ditimbulkan oleh adanya timbunan sampah
perkotaan di TPAS (Tempat Pemrosesan Akhir Koordinasi kelembagaan, berikut dengan
Sampah). pendanaannya untuk kepentingan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan, harus pula lebih
Demikian halnya dengan kebijakan- diintensifkan, sehingga kualitas lingkungan dapat
kebijakan dan peraturan-peraturan yang telah secara terus menerus dapat terjaga dan
dikeluarkan oleh berbagai Pemerintah Daerah di diketahui kondisinya.
Indonesia yang juga sudah menunjukkan arah
yang jelas dalam penanggulangan masalah DAFTAR PUSTAKA
pencemaran air. Hal itu ditunjukkan oleh adanya
kebijakan dan regulasi yang telah mencakup 1. NN, ”Rumah Tangga di DKI Jakarta Wajib
berbagai aspek, seperti : Pengelolaan Kelola Limbah”, Kompas, Jakarta, Kamis, 17
Lingkungan Kegiatan IRT (Industri Rumah Maret 2005.
Tangga); Standar Prosedur Pengelolaan Limbah 2. NN, ”Pencemaran Air Jakarta”, Dinas PU
IRT; Bidang Baku Mutu Air Limbah; Bidang Provinsi DKI Jakarta Raya, 2005.
Teknik Pengelolaan Limbah Cair IRT; Bidang 3. NN, ”Kep. Men. Neg. LH. No.: KEP-
Tata Ruang & Bangunan; dan Bidang 52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Kelembagaan. Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel”, tanggal 23
Oktober 1995.
Salah satu kelemahan yang terlihat dalam 4. NN, ”Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
pelaksanaan di lapangan adalah lemahnya Jakarta”, Dinas Tata Kota Provinsi DKI
koordinasi antar lembaga, baik di antara Jakarta Raya, 1999.
lembaga-lembaga pemerintah maupun dengan 5. P. Nugro R. & Taty Hernaningsih, ”Strategi
lembaga swadaya masyarakat yang ada. Penerapan Teknologi Pengolahan Limbah
Kelemahan ini mengakibatkan ketidak-efisienan Cair Domestik, Studi Kasus di Jakarta
dalam menanggulangi masalah pencemaran Pusat”, Kementerian Negara Riset dan
lingkungan. Hal itu dapat ditunjukkan dari Teknologi Republik Indonesia, 2005.
banyaknya program-program yang bertumpuk 6. Nusa I.S., dkk., ”Penerapan Teknologi
dalam satu kegiatan sosialisasi atau penyuluhan- Pengolahan Limbah Cair Industri
penyuluhan tentang pengelolaan lingkungan, Pencelupan Jean di Kelurahan Sukabumi
namun di lain pihak seperti untuk kepentingan Selatan, Jakarta Barat”, Pusat Pengkajian
monitoring atau pemantauan kualitas lingkungan dan Penerapan Teknologi Lingkungan,
air secara berkala ternyata belum ada BPPT, Jakarta, 2005.

172

Anda mungkin juga menyukai