Kajian Aspek Kebijakan Dan Regulasi Dalam Masalah Pengelolaan Limbah Cair Industri Rumah Tangga
Kajian Aspek Kebijakan Dan Regulasi Dalam Masalah Pengelolaan Limbah Cair Industri Rumah Tangga
2, 2008
Abstract
Water pollution because of the domestic wastewater produced by the local community
and their home industries in a big city, such as Jakarta, has already been inviting many
environmental problems since the last ten years. Based on the research done by
Directorat General Cipta Karya, Public Works Department RI, domestic wastewater in
Jakarta delivers 75% of all pollutants in surface water pollution. Therefore many things
should be done to solve those water pollution problems. A lot of environmentally related
rules have established in Indonesia, but they are not able to be optimally implemented
because of some weaknesses of the environmental rule contents. One of the solving
options is to create a perfect regulation system for wastewater management. The laws for
home industry wastewater management, especially in big cities, have to be perfectly
completed, mainly in the field of standard, operation and procedure, the wastewater
quality standard, the adequate and qualified technology, the landscape and building
planning and the institutional coordination. If the all environmental regulations are well
synchronized, the law enforcement will be simply implemented. By applying them
consistently, the water pollution control will be handled well.
166
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008
167
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008
168
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008
169
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008
Air limbah yang melebihi baku mutu akan pengelolaan limbah cair telah mencakup
mengakibatkan terjadinya pencemaran pengolahan limbah cair. Karena itu di dalam
lingkungan, khususnya pencemaran pada badan- peraturan gubernur tersebut juga tercakup
badan air, baik air permukaan maupun air tanah. syarat-syarat teknis, misalnya tentang teknologi
Pemerintah DKI Jakarta telah mengeluarkan proses yang digunakan, atau bahkan sampai
kebijakan tentang Baku Mutu Air Limbah Industri dengan unit-unit perangkat pemrosesnya. Namun
rumah tangga melalui Peraturan Gubernur harus dicermati, bahwa setiap limbah cair dari
tentang Pengelolaan Air Limbah Industri rumah suatu jenis industri tertentu pasti mempunyai
tangga. Baku mutu limbah cair industri rumah karakteristik berbeda dengan industri lainnya.
tangga yang disyaratkan baru untuk beberapa Jadi peraturan untuk standar teknis juga harus
jenis industri saja. Secara nasional. dibuat per jenis industri rumah tangga yang ada.
Peraturan yang mengatur baku mutu 2.5. Kebijakan dan Regulasi di Bidang Tata
limbah cair industri adalah Keputusan Menteri Ruang dan Bangunan
Negara Lingkungan Hidup Tahun 1995. Namun
peraturan inipun belum lengkap untuk berbagai Pengelolaan air limbah perkotaan baik
jenis industri. Dengan mengacu pada Keputusan skala kota maupun komunal membutuhkan ruang
Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1995 untuk lokasi IPAL dan sistem jaringan air limbah,
tersebut, masih perlu dikembangkan lagi sehingga pelaksanaan kegiatan pengelolaan air
peraturan yang mengatur baku mutu limbah cair limbah kota sangat terkait dengan kebijakan dan
industri, khususnya industri rumah tangga, dan peraturan di bidang tata ruang kota tersebut.
untuk propinsi dan atau wilayah di DKI Jakarta. Kebijakan Pemda DKI Jakarta di bidang tata
Sebagai contoh adalah peraturan untuk kegiatan ruang dan bangunan telah dirumuskan dalam
usaha rumah makan atau yang untuk skala kecil Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999
(warung tegal). Untuk itu dapat menggunakan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
acuan Peraturan Baku Mutu Limbah Cair Industri Jakarta 2010. Adapun kebijakan tata ruang yang
kegiatan Hotel Berbintang (lihat Tabel 1). berkaitan dengan pengelolaan air limbah untuk
kota tercantum dalam Pasal 23 Perda tersebut,
Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair Industri yaitu sebagai berikut :
Kegiatan Hotel Berbintang 3,4 & 5
1. Pengembangan prasarana air limbah untuk
PARAMETER KADAR MAKSIMUM (mg/L) meminimalkan tingkat pencemaran pada
badan air dan tanah serta peningkatan
BOD5 30 sanitasi kota melalui pengaturan fungsi
COD 50 drainase.
2. Memperluas pelayanan pengelolaan air
TSS 500 limbah dengan sistem perpipaan tertutup
pH 6,0 - 9,0 melalui pengembangan sistem terpusat di
kawasan pemukiman, kawasan pusat bisnis,
Sumber: Kep. Men. Neg. LH. No.: KEP- kawasan industri dan pelabuhan.
52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah 3. Pengembangan sistem modular dengan
Cair Bagi Kegiatan Hotel, tanggal 23 Oktober teknologi terbaik yang dapat diterapkan.
1995. 3) 4. Pelayanan pengolahan air limbah
direncanakan melalui pembagian zona-zona
Dengan cara yang sama, dapat pelayanan sebagai berikut :
dikembangkan peraturan-peraturan baku mutu Zona tengah utara dengan lingkup
limbah cair industri untuk jenis-jenis industri yang pelayanan seluas 4.300 Ha
lain. Zona tengah selatan dengan lingkup
pelayanan seluas 1.800 Ha
2.4. Kebijakan dan Regulasi di Bidang Zona barat laut dengan lingkup
Teknik Pengelolaan Limbah Cair pelayanan seluas 2.020 Ha
Industri Rumah Tangga Zona barat daya dengan lingkup
pelayanan seluas 2.170 Ha
Seperti halnya Peraturan Gubernur Zona tenggara dengan lingkup
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakata Nomor pelayanan seluas 1.240 Ha
122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Zona timur laut dengan lingkup
Domestik di Provinsi Daerah Khusus Ibukota pelayanan seluas 3.570 Ha
Jakarta, maka untuk pengelolaan limbah cair Zona Tanjung Priok dengan lingkup
industri rumah tangga juga sebaiknya diatur pelayanan seluas 1.500 Ha
dengan peraturan gubernur. Di dalam
170
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008
Pembagian zona-zona pelayanan tersebut dapat disediakan sendiri oleh masyarakat. Selain
dapat dilihat pada Gambar 1. itu, kebijakan untuk mengembangkan
5. Setiap zona pelayanan dilayani oleh pusat pembangunan unit pengolahan limbah cair
IPAL skala kota dengan total luas lahan yang sistem komunal pada kawasan pemukiman padat
dialokasikan seluas 800 Ha, yang terdistribusi dan kumuh selain dihadapkan pada kesulitan
sebanyak 2 buah di wilayah Jakarta Barat, 1 memperoleh lahan, tidak sesuai dengan
buah di wilayah Jakarta Selatan, 1 buah di kebijakan pengelolaan air limbah dalam
wilayah Jakarta Timur, dan 3 buah di wilayah Peraturan Gubernur yang melarang penggunaan
Jakarta Utara seperti dapat dilihat pada septic tank dan menggantinya dengan IPAL/STP.
gambar tersebut.
2.6. Kebijakan dan Regulasi di Bidang
Selanjutnya, bila dikaitkan dengan Kelembagaan
standar kebutuhan ruang kota untuk pengolahan
limbah cair, maka dengan jumlah penduduk DKI Untuk pengelolaan limbah cair industri
Jakarta 12.500.000 jiwa pada tahun 2010 rumah tangga di DKI Jakarta belum ditegaskan
dibutuhkan sekitar 3 km2 atau 300 Ha ruang dalam peraturan tentang lembaga pemerintah
3
untuk pengolahan 2.876.450 m / hari air limbah mana yang bertanggung-jawab dan mempunyai
yang dihasilkan. Dengan demikian, ruang yang kewenangan penuh. Yang sementara ini berjalan
dialokasikan dalam RTRW seluas 800 Ha tampak bahwa berbagai dinas dan badan
sebenarnya sudah memadai untuk instalasi berjalan sendiri-sendiri. Sebut saja Dinas
pengolahan limbah cair domestik dan industri Kebersihan Jakarta Timur memiliki kapasitas
rumah tangga di Jakarta. Dengan demikian untuk sebagai pengelola IPAL di Pulo Gebang,
meningkatkan kapasitas pengolahan IPAL, sementara itu untuk Jakarta Pusat dikelola oleh
dibutuhkan kebijakan untuk mengolah limbah PD. PAL Jaya, dan masih ada lagi Dinas
dimulai dari sumber, baik skala individual Perumahan yang juga mengatur pengelolaan
maupun komunal. limbah cair industri rumah tangga untuk
beberapa wilayah perumahan.
Kebijakan tersebut perlu didukung oleh
penyediaan teknologi IPAL sederhana yang
171
P. Nugro Rahardjo : Kajian Aspek Kebijakan dan Regulasi dalam Masalah … JAI Vol.4, No.2, 2008
Lembaga-lembaga lain yang juga turut sinkhronisasi program antar lembaga, sehingga
menangani adalah Dinas Perindustrian dan banyak terjadi pencemaran lingkungan yang
Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, BPLHD, tidak terpantau.
Dinas Tata Kota, Dinas Kesehatan dan Dinas
Penataan dan Pengawasan Bangunan, serta Tim 3.2. Saran
Penasehat Instalasi dan Kelengkapan Bangunan.
Karena itu masih dibutuhkan suatu aturan yang Walaupun sistem peraturan dan
dapat mengkoordinasikan seluruh instansi perundang-undangan tentang atau yang
pemerintah yang terkait agar tidak terjadi friksi berkaitan dengan pengelolaan limbah cair IRT di
kewenangan dan tanggung-jawab antar instansi. Indonesia pada umumnya sudah sangat
memadai, namun tetap perlu dilakukan
3. PENUTUP penyempurnaan-penyempurnaan, terutama
dalam hal aplikasinya (law enforcement). Agar
3.1. Kesimpulan implementasi peraturan-peraturan di segala
bidang lingkungan tersebut dapat
Secara umum, baik sistem maupun materi diimplementasikan dengan baik, dibutuhkan
peraturan atau perundang-undangan yang ada perangkat hukum yang memadai, serta
sebenarnya sudah sangat memadai untuk peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya
mencegah dan atau menanggulangi masalah manusianya (SDM). Dengan demikian segala
pencemaran lingkungan pada umumnya. Bahkan bentuk pelanggaran terhadap peraturan-
produk peraturan dari Pemerintah Pusat dan peraturan tersebut akan segera dapat diproses
DPR, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia secara hukum dan apabila memang terbukti
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan bersalah karena mencemarkan lingkungan, maka
Sampah, khususnya di perkotaan telah yang bersangkutan akan segera dikenakan
menunjukkan suatu perhatian yang sangat besar sangsi sesuai hukum yang berlaku. Bila segala
terhadap upaya yang harus dilakukan dalam aspek hukum ini telah berjalan dengan baik,
pencegahan pencemaran air (air tanah atau air maka niscaya pasti berakibat positif terhadap
permukaan) akibat adanya air lindi (leachate) upaya penanggulangan pencemaran lingkungan.
yang ditimbulkan oleh adanya timbunan sampah
perkotaan di TPAS (Tempat Pemrosesan Akhir Koordinasi kelembagaan, berikut dengan
Sampah). pendanaannya untuk kepentingan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan, harus pula lebih
Demikian halnya dengan kebijakan- diintensifkan, sehingga kualitas lingkungan dapat
kebijakan dan peraturan-peraturan yang telah secara terus menerus dapat terjaga dan
dikeluarkan oleh berbagai Pemerintah Daerah di diketahui kondisinya.
Indonesia yang juga sudah menunjukkan arah
yang jelas dalam penanggulangan masalah DAFTAR PUSTAKA
pencemaran air. Hal itu ditunjukkan oleh adanya
kebijakan dan regulasi yang telah mencakup 1. NN, ”Rumah Tangga di DKI Jakarta Wajib
berbagai aspek, seperti : Pengelolaan Kelola Limbah”, Kompas, Jakarta, Kamis, 17
Lingkungan Kegiatan IRT (Industri Rumah Maret 2005.
Tangga); Standar Prosedur Pengelolaan Limbah 2. NN, ”Pencemaran Air Jakarta”, Dinas PU
IRT; Bidang Baku Mutu Air Limbah; Bidang Provinsi DKI Jakarta Raya, 2005.
Teknik Pengelolaan Limbah Cair IRT; Bidang 3. NN, ”Kep. Men. Neg. LH. No.: KEP-
Tata Ruang & Bangunan; dan Bidang 52/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu
Kelembagaan. Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel”, tanggal 23
Oktober 1995.
Salah satu kelemahan yang terlihat dalam 4. NN, ”Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
pelaksanaan di lapangan adalah lemahnya Jakarta”, Dinas Tata Kota Provinsi DKI
koordinasi antar lembaga, baik di antara Jakarta Raya, 1999.
lembaga-lembaga pemerintah maupun dengan 5. P. Nugro R. & Taty Hernaningsih, ”Strategi
lembaga swadaya masyarakat yang ada. Penerapan Teknologi Pengolahan Limbah
Kelemahan ini mengakibatkan ketidak-efisienan Cair Domestik, Studi Kasus di Jakarta
dalam menanggulangi masalah pencemaran Pusat”, Kementerian Negara Riset dan
lingkungan. Hal itu dapat ditunjukkan dari Teknologi Republik Indonesia, 2005.
banyaknya program-program yang bertumpuk 6. Nusa I.S., dkk., ”Penerapan Teknologi
dalam satu kegiatan sosialisasi atau penyuluhan- Pengolahan Limbah Cair Industri
penyuluhan tentang pengelolaan lingkungan, Pencelupan Jean di Kelurahan Sukabumi
namun di lain pihak seperti untuk kepentingan Selatan, Jakarta Barat”, Pusat Pengkajian
monitoring atau pemantauan kualitas lingkungan dan Penerapan Teknologi Lingkungan,
air secara berkala ternyata belum ada BPPT, Jakarta, 2005.
172