net/publication/256366052
CITATIONS READS
0 7,429
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Aswin azhar Siregar on 29 May 2014.
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
-
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Grafik 1: Data Korban Kecelakaan Lalu Linta 2004-2011, Korlantas Polri
1 Towards Zero: Ambitious road safety targets and the safe system approach. Paris,
Organisation for Economic Cooperation and Development/International Transport
Forum, 2008
Gambar 2: Sistematika RUNK dan DoA dimana DoA 2011-2020 (10 Tahun) menjadi
bagian dari RUNK 2011-2035 (25 Tahun)
2 Sumber Data Laporan Tahunan Korlantas Polri Tahun 2010 dan 2011
Table 1: Perbandingan Data Korban Kecelakaan Lalu Lintas Tahun 2010 dan
2011-interim
14000
12000
10000
MD
LB
8000
LR
6000
4000
2000
0
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 >95
4
Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas tahun 2010 dan 2011, dalam laporan tahunan Korlantas Polri 2012.
15
4 Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas tahun 2010 dan 2011, dalam laporan tahunan
Korlantas Polri 2012.
2010 2011
60,152,752
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
69,204,675
70,000,000
20,000,000
padabermotor,
tahun
-
2011
sementara
MOPEN
tercatat 69.95%.
kendaraan bus/mini
BUS
bus Angka
yang terlibat
TRUK
ini menunjukkan
cenderung
RANSUS
mengalami bahwa
SPD MTR
penurunan.
kecenderungan pengguna
Grafik 4: Pertumbuhan kendaraan
200,000
sepeda
bermotor tahun motor terlibat kecelakaan lalu
2010 dan 2011
Data kecelakaan Berdasarkan jenis kendaraan memperlihatkan bahwa pengguna sepeda
lintasmotorlebih
tetap tinggi
180,000
dibanding
MOBIL PENUMPANG
menjadi jenis kendaraan yang
MOBIL BARANG
pengguna
tertinggi. Padakendaraan yang
tahun 2010 tercatat 70,40lain.
% Tabel
berikut
pengguna memperlihatkan
160,000
bahwa
sepeda motor terlibat dalam
MINI BUS pada
kecelakaan tahun
lalu lintas, 2010pada
sedangkan dan 2011
tahun 2011 rata-
ratatercatat 69.95%. Angka ini menunjukkan bahwa kecenderungan pengguna sepeda motor
SEPEDA MOTOR
persentase sepeda motor yang terlibat dalam kecelakaan
Linear (MOBIL PENUMPANG)
terlibat kecelakaan lalu lintas lebih tinggi dibanding pengguna kendaraan yang lain. Tabel
140,000
laluberikut
lintasmemperlihatkan
mencapaibahwa 70% padadari
tahuntotal jumlah kendaraan bermotor,
Linear (MOBIL BARANG)
120,000 Linear (MINI BUS) 2010 dan 2011 rata-rata persentase sepeda
sementara kendaraan
motor yang terlibat
100,000 bus/mini
dalam kecelakaan bus yang
lalu lintas mencapai
Prediksi keterlibatan sepeda motor 70% dariterlibat
total jumlah cenderung
kendaraan
bermotor, sementara kendaraan bus/mini bus yang terlibat cenderung mengalami
mengalami
penurunan. penurunan.
80,000
200,000
60,000
MOBIL PENUMPANG
180,000
40,000 MOBIL BARANG
MINI BUS
160,000
20,000 SEPEDA MOTOR
Linear (MOBIL PENUMPANG)
140,000
-
Linear (MOBIL BARANG)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
120,000 Linear (MINI BUS)
60,000
40,000
16
20,000
-
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Grafik 5: Data Kecelakaan Lalu Lintas 2004-2011 berdasarkan Jenis Kendaraan yang Terlibat dan Prediksi trend
Grafik
linier5:keterlibatan
Data Kecelakaan Lalu Lintas
setiap jenis kendaraan hingga 2004-2011
2014 berdasarkan Jenis Kendaraan yang
Terlibat dan Prediksi trend linier keterlibatan setiap jenis kendaraan hingga 2014
16
Membangun Masa Depan 27
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
5. Jalan
2.5 Jalandan Lingkungan
dan Lingkungan
900000
800000
500000
400000
300000
200000
100000
0
87 988 989 990 991 992 993 994 995 996 997 998 99*) 000 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011
19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Grafik
Grafik 6: Perbandingan
6: Perbandingan pertumbuhan
pertumbuhan jalantahun
jalan dan kendaraan dan1990
kendaraan
- 2011 tahun 1990 - 2011
Perbandingan tingkat pertumbuhan jalan dan kendaraan menunjukkan bahwa
Perbandingan
pertumbuhan tingkat
panjang jalan pertumbuhan
semakin jauh jalan dengan
tertinggal bila dibandingkan dan pertumbuhan
kendaraan
jalan. Dalam 25 tahun terakhir, 1987 s/d 2011, pertumbuhan kendaraan mencapai hampir
menunjukkan bahwa
957%, sementara panjang pertumbuhan
jalan tumbuh 201%. Ini berarti panjang jalan semakin
pertumbuhan kendaraan
jauh tertinggal
bermotor bila jalan.
4.7 kali pertumbuhan dibandingkan dengan pertumbuhan
jalan. Dalam 25 tahun terakhir, 1987 s/d 2011, pertumbuhan
kendaraan mencapai
2.6 Peran Polri dalam hampir
bidang keselamatan 957%, sementara panjang jalan
lalu lintas
tumbuh 201%.
Peran kepolisian Ini berarti
khususnya Polisi Lalupertumbuhan kendaraan
Lintas dalam mewujudkan bermotor
keselamatan lalu lintas
4.7dan
kali pertumbuhan
angkutan jalan.
jalan di Indonesia merupakan perwujudan tugas pokok yang diamanatkan
dalam undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lints dan Angkutan Jalan.
6. Peran Polri dalam bidang keselamatan lalu lintas
Undang–Undang Nomor 2 Tahun 2002 menyebutkan bahwa tugas pokok Polri adalah
melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat, menegakkan hukum, memelihara
Peran kepolisian khususnya Polisi Lalu Lintas dalam
keamanan dan ketertiban masyarakat. Pada bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Pasal 7
mewujudkan
ayat (2) huruf e UUkeselamatan
22/2009 menjelaskan lalu lintastugas
bahwa rumusan danpokokangkutan
dan fungsi jalan
di Indonesia merupakan perwujudan tugas pokok yang
Kepolisian tersebut meliputi urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum, Operasional Manajemen dan
diamanatkan dalam
Rekayasa Lalu Lintas, undang-undang
serta Pendidikan berlalu lintas. Republik Indonesia No.
2 Tahun 2002Republik
Undang-undang tentang Kepolisian
Indonesia Nomor 22 Tahun Negara Republik
2009 Pasal Indonesia
226 mengamanatkan
dan No. 22program
Penyusunan tahunpencegahan
2009 tentang LaluLintas
Kecelakaan Lalu Lints dan oleh
dilakukan Angkutan
forum Lalu Jalan.
Lintas dan Angkutan Jalan di bawah koordinasi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Undang–Undang
Pencegahan Kecelakaan Nomor 2 Tahun
Lalu Lintas dilakukan dengan2002 menyebutkan
pola penahapan yang meliputibahwa
tugas pokok
program jangka Polri
pendek,adalah melindungi,
jangka menengah, dan jangka mengayomi dan melayani
panjang. Adapun program-program
masyarakat, menegakkan hukum, memelihara keamanan dan
dimaksud dilaksanakan melalui:
1) partisipasi para pemangku kepentingan;
ketertiban masyarakat.
2) pemberdayaan masyarakat; Pada bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Pasal 7 ayat (2) huruf e UU 22/2009 menjelaskan bahwa
rumusan tugas pokok dan fungsi Kepolisian tersebut meliputi
17
urusan pemerintahan di bidang Registrasi dan Identifikasi
Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, Penegakan Hukum,
19
Gambar4:4:Deskripsi
Gambar Deskripsi Model
Model Universal
UniversalPerilaku
PerilakuPengemudi
Pengemudi menurut ITERATE
menurut (2009),
ITERATE (2009),
Deliverable1.2:
Deliverable1.2: Descriptionof
Description ofUniversal
Universal Model
ModelofofDriver behavior
Driver (UMD)
behavior andand
(UMD) definition of
definition
ofkey
keyparameters
parameters for for
specific application
specific to different
application surface transport
to different surfacedomains of application.
transport domains of
The ITERATE consortium. application. The ITERATE consortium.
Menjadikan keselamatan lalu lintas sebagai budaya merupakan tantangan terberat dari
Menjadikan
peningkatan keselamatan
kualitas pengemudi lalu lintas
dan calon pengemudi. sebagai
Istilah “budaya” merupakanbudaya
merupakan tantangan
cerminan hasil cipta rasa, karsa danterberat dari
karya yang secara turunpeningkatan kualitas
temurun diwariskan dari
generasi ke generasi. Dengan pendekatan ini, maka dalam jangka panjang kualitas
pengemudi dan calon pengemudi. Istilah “budaya” merupakan
pengemudi akan berkembang semakin baik yang pada akhirnya akan mewujudkan
cerminan hasil cipta
pengemudi-pengemudi rasa, karsalaludan
yang berkeselamatan lintas.karya yang secara turun
temurun diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan
pendekatan ini, maka dalam jangka panjang kualitas pengemudi
akan berkembang semakin baik yang pada akhirnya akan
mewujudkan pengemudi-pengemudi yang berkeselamatan
21
lalu lintas.
3) Sepeda Motor
Pesatnya pertumbuhan sepeda motor di Indonesia digambarkan dalam grafik berikut ini :
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
9
00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
99
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
20
*1
Sepeda Motor KBM Lain
Gambar 5: Stack Chart Persentase Sepeda Motor dan kendaraan bermotor lainnya tahun 1987 – 2011
Gambar 5:diatas
Grafik Stackmenggambarkan
Chart Persentase Sepeda
bahwa Motor sepeda
pertumbuhan dan kendaraan bermotor
motor sebelum lainnya
tahun 1998
cenderung berimbang dengan pertumbuhan kendaraan lainnya. Namun sejak tahun 2000
tahun 1987 – 2011
hingga tahun 2010, pertumbuhan sepeda motor mendesak total jumlah pertumbuhan
kendaraan hingga mencapai 80% Pertumbuhan ini disebabkan berbagai faktor antara lain:
Grafik diatas menggambarkan bahwa pertumbuhan sepeda
a) Tidak tersedianya angkutan umum.
motor sebelum
b) Kemudahan tahun
maneuver 1998 cenderung
untuk melintasi berimbang
ruas-ruas jalan yang macet. dengan
pertumbuhan
c) Mudahnya pembiayaan kendaraan lainnya.
dan prosedur Namun
kredit sepeda motor. sejak tahun 2000
d) Biaya operasional dan perawatan yang terjangkau.
hingga tahun 2010, pertumbuhan sepeda motor mendesak
e) Status sosial bagi pemilik kendaraan bermotor pribadi, termasuk sepeda motor.
total jumlah
Sebagai lambang pertumbuhan
pencapaian sukses dalamkendaraan hingga mencapai
pekerjaan dan hidup.
80% Pertumbuhan
f) Jumlah inidalam
sepeda motor terlibat disebabkan berbagai
kecelakaan mencapai 70% darifaktor antara
total kejadian.
g) Jumlah pengemudi dan penumpang sepeda motor yang menjadi korban meninggal
lain:dunia dalam kecelakaan mencapai 60% dari total korban mati.
Tantangan bagi Polri dan semua pemangku kepentingan adalah bagaimana menjamin
1) Tidaksepeda
pengoperasional tersedianya angkutan
motor yang memenuhi umum.
standar keselamatan dan mengurangi
jumlah korban meninggal dunia dalam kecelakaan yang melibatkan sepeda motor?
2) Kemudahan maneuver untuk melintasi ruas-ruas jalan
yang macet.
3) Mudahnya pembiayaan dan prosedur kredit sepeda
24
motor.
4) Biaya operasional dan perawatan yang terjangkau.
5) Status sosial bagi pemilik kendaraan bermotor pribadi,
termasuk sepeda motor. Sebagai lambang pencapaian
sukses dalam pekerjaan dan hidup.
6) Jumlah sepeda motor terlibat dalam kecelakaan
mencapai 70% dari total kejadian.
7) Jumlah pengemudi dan penumpang sepeda motor
merupakan kunci sukses bagi tercapainya keselamatan jalan di suatu negara. Oleh karena
keselamatan jalan sebagai tanggung jawab bersama yang
itu, fokus utama Pemerintah adalah memastikan penyelenggaraan keselamatan jalan sebagai
harus
tanggung jawab bersama yang secara
dilaksanakan selaras
harus dilaksanakan dan
secara terkoordinasi
selaras dengan
dan terkoordinasi dengan
menerapkan prinsip-prinsip
menerapkan prinsip-prinsip orchestra. orchestra.
Gambar 6: Prinsip Orkestra dalam Penyelenggaraan Keselamatan Jalan dimana Dirigen melakukan
Gambar 6: Prinsip
harmonisasi untukOrkestra dalam
memastikan Penyelenggaraan
kesamaan Keselamatan
arah penyelenggaraan Jalan dimana
keselamatan jalan
Dirigen melakukan harmonisasi untuk memastikan kesamaan arah penyelenggaraan
Sebuah system keselamatan mempersyaratkan kerjasama yang solid dan pembagian
keselamatan
tanggung jawab diantara para pemangku jalanmitra-mitra keselamatan lalu lintas
kepentingan,
dan seluruh pengguna jalan. Konsep tentang penyelenggaraan system keselamatan jalan ini
menggabungkan 5 unsur terkait dalam keselamatan jalan, yaitu:
1) Manajemen keselamatan jalan (Road safety management)
5 Rapor2)kinerja
Jalan yang berkeselamatankeselamatan
penyelenggaraan (Safer road) jalan Indonesia berada di urutan ke-9 dari
3) Kendaraan
10 Negara yang berkeselamatan
Asia Tenggara. (Saferdan
Untuk koordinasi vehicle)
manajemen, Indonesia berada di urutan
ke-10 4)
dariPengguna
10 negaraJalan yang
Asia berkeselamatan
Tenggara (Safer people)
(ADB, 2004).
5
Rapor kinerja penyelenggaraan keselamatan jalan Indonesia berada di urutan ke-9 dari 10 Negara
Asia Tenggara. Untuk koordinasi dan manajemen, Indonesia berada di urutan ke-10 dari 10 negara
Asia Tenggara (ADB, 2004). Membangun Masa Depan 47
Keselamatan Lalu Lintas di Indonesia
26
Sebuah system keselamatan mempersyaratkan kerjasama
yang solid dan pembagian tanggung jawab diantara para
pemangku kepentingan, mitra-mitra keselamatan lalu lintas
dan seluruh pengguna jalan. Konsep tentang penyelenggaraan
system keselamatan jalan ini menggabungkan 5 unsur terkait
dalam keselamatan jalan, yaitu:
a. Manajemen keselamatan jalan (Road safety management)
b. Jalan yang berkeselamatan (Safer road)
c. Kendaraan yang berkeselamatan (Safer vehicle)
d. Pengguna Jalan yang berkeselamatan (Safer people)
e. Respon Pasca Kecelakaan (Post crash response)
Kelima
5) Respon unsur ini disebut
Pasca Kecelakaan “5 response)
(Post crash Pilar Keselamatan Jalan” dan
Kelima unsur ini disebut “5 Pilar Keselamatan Jalan” dan saling terkait satu sama lain
salingseperti
terkait satu sama lain seperti yang tergambar dalam
yang tergambar dalam model keselamatan jalan pada Gambar 6.
model keselamatan jalan pada Gambar 6.
Gambar 7: 5 Pilar RUNK membangun sebuah komitmen untuk bersinergi dan berkelanjutan
Gambar 7: 5 Pilar RUNK membangun sebuah komitmen untuk bersinergi dan
berkelanjutan
2. KONDISI EKSISTING
a. Banyaknya lokasi rawan kecelakaan dengan jumlah korban
kecelakaan yang tinggi.
b. Jumlah orang yang meninggal dunia atau luka berat seperti
pejalan kaki, pengendara sepeda motor, dan anak-anak.
c. Kualitas infrastuktur jalan.
d. Berkembangnya wilayah pemukiman secara linier pada
jalan yang ada sehingga tidak dimungkinkan pengendalian
akses jalan.
e. Peningkatan kecepatan kendaraan di jalan.
3. KEMANA KITA AKAN MELANGKAH
Mendorong mitra polri di bidang keselamatan lalu lintas
yang bertanggung jawab terhadap jalan agar merancang dan
memelihara Jalan dan sisi tepi jalan untuk mengurangi risiko
kecelakaan yang terjadi dan mengurangi luka berat apabila
terjadi kecelakaan. Sistem Jalan berkeselamatan bertujuan
mencegah penggunaan jalan yang tidak diinginkan melalui
desainnya dan mendorong perilaku berkeselamatan dari
pengguna jalan.
Indikator utama:
1) Tersusunnya kurikulum pendidikan keselamatan
berlalu lintas.
2) Terlaksananya kegiatan pendidikan keselamatan
berlalulintas.
3) Terlaksananya sosialisasi dan laporan hasil kegiatan
sosialisasi tentang pendidikan keselamatan berlalu
lintas.
Matriks Rencana Aksi Polri dalam Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
C.
Aksi
Kemitraan
Keselamatan
Lalu
Lintas
atau
Road
/
Traffic
Safety
Partnership
Action
(RSPA
/
TSPA)
5.
Pelaksanaan
kerjasama
pencegahan
Terwujudnya
sinergitas
dan
13).
Membuat
MoU
antara
Polri
dengan
terwujudnya
MoU
dan
kecelakaan
lalu
lintas sinkronisasi
antar
stakeholder
(Polri,
KemenPU,
Kemenhub,
Kemenkes,
terlaksananya
MoU
KemenPU,
Kemenhub,
Kemenkes,
Kemendiknas,
ATPM
dan
Perusahan-‐
Kemendiknas,
ATPM
dan
Perusahan-‐ perusahan
Asuransi
perusahan
Asuransi)
14).
Melaksanakan
survey
terhadap
tersusunnya
hasil
survey
dan
perilaku
berlalu
lintas
bagi
pengguna
jalan
analisisnya
untuk
terwujudnya
bersama
dengan
kemenhub,
kemenPU
budaya
disiplin
berlalu
lintas
bagi
dan
Perguruan
Tinggi pengguna
jalan
15).
Menyusun
sistem
inventarisasi
dan
tersusunnya
sistem
inventarisasi
pemeliharaan
keberhasilan
inovasi-‐inovasi
keberhasilan
inovasi
secara
secara
nasional
dan
regional
berbasis
nasional
dan
regional
berbasis
kemitraan kemitraan
serta
dilakukannya
pemeliharaan
terhadap
keberhasilan
inovasi
tersebut
6.
Pelaksanaan
kerjasama
penanganan
Terwujudnya
peningkatkan
16).
Membuat
MoU
Polri
dengan
terwujudnya
MoU
dan
kecelakaan
lalu
lintas kecepatan,
transparansi,
KemenPU,
Kemenkes,
Kemenhub
dan
Jasa
terlaksananya
MoU
akuntabilitas
dan
kepastian
hukum
raharja
tentang
penanganan
korban
Pasca
atas
hasil
penanganan
kecelakaan
Kecelakaan
lalu
lintas 17).
Pelatihan
penanganan
kecelakaan
lalu
terlaksanannya
pelatihan
lintas
dengan
dinas
kesehatan,
pemadam
penanganan
kecelakaan
lalu
kebakaran
dan
Basarnas lintas
dengan
dinas
kesehatan,
pemadam
kebakaran
dan
Basarnas
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
7.
Pelaksanaan
kerjasama
pasca
Terwujudnya
penurunkan
tingkat
18).
Membuat
MoU
Polri
dengan
terwujudnya
MoU
dan
kecelakaan
lalu
lintas fatalitas
korban
dan
mewujudkan
KemenPU,
Kemenkes,
Kemenhub
dan
Jasa
terlaksananya
MoU
tindak
lanjut
langkah-‐langkah
raharja
perbaikan
guna
pencegahan
19).
Menindaklanjuti
hasil
dari
MoU
antara
adanya
evaluasi
terhadap
hasil
kecelakaan
lalu
lintas Polri
dengan
KemenPU,
Kemenkes,
dari
pelaksanaan
MoU
Kemenhub
dan
Jasa
raharja
20).
Melakukan
monitoring,
evaluasi
dan
adanya
evaluasi
terhadap
hasil
update
terhadap
MoU
antara
Polri
dengan
dari
pelaksanaan
MoU
KemenPU,
Kemenkes,
Kemenhub
dan
Jasa
raharja
8.
Pelaksanaan
kerjasama
untuk
Terwujudnya
kesepakatan
antar
21).
Melaksanakan
kajian
strategis
tersusunnya
dokumen
kajian
melakukan
kajian
strategis
instansi
dalam
perumusan
kebijakan
pembatasan
sepeda
motor strategis
formulasi
kebijakan
keselamatan
lalu
lintas pembatasan
sepeda
motor
pembatasan
sepeda
motor
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
13.
Melakukan
Analisis
dan
evaluasi
Pengkajian
efektivitas,
efisiensi
dan
33).
Menentukan
langkah
lanjut
dalam
tersedianya
dokumen
rencana
kegiatan
penegakkan
hukum
kelebihan
dampak
penegakkan
hukum
yang
penegakkan
hukum
terpadu penanganan
permasalahan
muatan dilakukan overloading
F.
Penyempurnaan
Sistem
Registrasi
dan
Identifikasi
Kendaraan
Bermotor
sesuai
standar
Keselamatan
Terwujudnya
Database
kendaraan
34).
Mengembangkan
sistem
registrasi
dan
terbangunnya
database
bermotor
dan
sistem
registrasi
dan
identifikasi
kendaraan
bermotor
dan
kendaraan
bermotor
dan
identifikasi
kendaraan
bermotor
yang
sistem
penegakkan
hukum
kepada
sistem
terbentuknya
sistem
registerasi
sesuai
dengan
standar
keselamatan elektronik
registrasi
dan
identifikasi
dan
identifikasi
kendaraan
kendaraan
bermotor
serta
terbangunnya
bermotor
yang
tersinkronisasi
database
kendaraan
bermotor
untuk
dengan
sistem
penegakan
hukum
mendukung
pelaksanaan
elektronic
law
(database
pelanggaran/tilang
dan
enforcement
(ERI
dan
ELE) kecelakaan)
lalu
lintas
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
15.
Penyempurnaan
Sistem
Uji
SIM Terwujudnya
sistem
penerbitan
SIM
43).
Membangun
Tempat
Uji
SIM
yang
Tersedianya
tempat
uji
teori,
yang
berkualitas
untuk
keselamatan
berbasis
keselamatan
lalu
lintas simulator
dan
praktek
SIM
yang
dengan
berbasis
kompetensi sesuai
dengan
standart
keselamatan
dan
golongan
SIM
yang
diproduksi
di
setiap
Satpas.
44).
Merumuskan
Kompetensi
Penguji
SIM Adanya
Buku
Standar
Kompetensi
Penguji
SIM
Tingkat
Nasional
dan
Daerah
45).
Melaksanakan
Sistem
pendaftaran
Terbangunnya
Sistem
(Langsung
&
Online) Pendaftaran
Uji
SIM
secara
Online
46).Melaksanakan
Kegiatan
Pencerahan
Terlaksananya
Kegiatan
thd
Masalah
Keselamatan
lalu
lintas Pencerahan
47).
Melaksanakan
Uji
Teori
yang
berbasis
Terlaksananya
Kegiataan
Uji
Teori
keselamatan
sesuai
golongan
SIM yang
berbasis
Kompetensi
sesuai
dengan
golongan
SIM
48).
Melaksanakan
Uji
Simulator
yang
Terlaksananya
Kegiataan
Uji
berbasis
keselamatan
lalu
lintas Simulator
yang
berbasis
Kompetensi
(Uji
Keterampilan,
Uji
Reaksi,
Antisipasi,
Konsentrasi,
Pengetahuan
dan
Etika
Berlalu
lintas)
yang
dapat
di
unduh
hasilnya
untuk
kepentingan
pembelajaran
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
49).
Melaksanakan
Uji
Praktek
yang
Terlaksananya
Kegiataan
Uji
berbasis
kompetensi
dan
keselamatan
lalu
Praktek
yang
berbasis
lintas Kompetensi
:
1.Uji
Jalan
Lurus.
2.Jalan
Menyempit.
3.Jalan
Berkelok.
4.Tanjakan.
5.Turunan.
6.Parkir.
7.Pengereman.
8.Reaksi.
9.Prioritas.
10.Persimpangan.
11.Jalan
Licin.
12.Penggunaan
lajur.
13.Kecepatan
Minimal
dan
Maximal
50).
Melaksanakan
Penerbitan
SIM
yang
Terselenggarnya
penerbitan
SIM
mencerminkan
adanya
reward
dan
yang
berbasis
kepada
Kompetensi
punishment
untuk
setiap
jenis
SIM
(Baru,
dan
keselamatan
lalu
lintas,
Peningkatan,
dan
Perpanjangan) untuk
SIM
:
1.Baru.
2.Peningkatan.
3.Perpanjangan
(Tanpa
Uji,
Uji
Ulang
dan
Cabut
Sementara)
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
16.
Pendataan
Pengemudi
yang
Terwujudnya
database
pengemudi
51).
Membangun
database
pengemudi
1.
Adanya
kebijakan
melakukan
pelanggaran
dan
untuk
keselamtan
dan
penegakan
secara
Online pembangunan
database
menyebabkan
kecelakaan
lalu
lintas. hukum pengemudi
dan
sinkronisasi
dengan
data
Pelanggaran
dan
Kecelakaan
Lalu
Lintas
2.
terbangunnya
database
pengemudi
di
tingkat
Mabes
dan
Polda
dengan
Pilot
Project
Polda
Riau
52).
Melakukan
sinkronisasi
data
1.
Adanya
kebijakan
pengemudi
dan
data
penegakan
hukum
pembangunan
database
(Sistem
Online
dengan
Gakkum) pengemudi
dan
sinkronisasi
dengan
data
Pelanggaran
dan
Kecelakaan
Lalu
Lintas
53).
Melakukan
Penandaaan
SIM
utk
1.
Adanya
keputusan
Kapolri
ttg
pelanggran
berulang
dan
kecelakaan
lalu
pelaksanaan
merit/demerit
lintas
berat
(pengawasan,
Pemblokiran
system.
2.
Adanya
Pedoman
dan
Pencabutan) merit/demerit
system.
3.
Terlaksananya
Merit/demerit
system
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
H.
Penegakan
hukum
terhadap
pelanggaran
yang
berpotensi
kecelakaan
lalu
lintas
17.
Penindakan
Pelanggaran
Lalu
Lintas
1.
Terlaksananya
penegakan
hukum
54).
Mengumpulkan
data
daerah
rawan
1.
Adanya
Mapping
daerah
rawan
yang
berpotensi
sebagai
Penyebab
terhadap
pelanggaran
yang
pelanggaran pelanggaran
(setiap
jenis)
Kecelakaan,
yaitu:
berpotensi
s
ebagai
penyebab
55).
Menginventarisir
peralatan
yang
1.
Adanya
Kajian
ttg
Peralatan
1)
Pelanggaran
Kecepatan kecelakaan
lalu
lintas.
2.
dibutuhkan
(speed
gun,
breath
analyzer,
yang
dibutuhkan
dalam
2)
Pelanggaran
Kelebihan
Muatan Berkurangnya
kecelakaan
lalu
lintas
portable
weight
measurement
dan
CCTV) pelaksanaan
gakkum,
2.
3)
Pelanggaran
Helm yang
disebabkan/dikontribusikan
Tersedianya
spesifikasi
teknis
4)
Pelanggaran
Marka
berhenti
dan
oleh
11
pelanggaran
utama. peralatan
penegakan
hukum
marka
tdk
terputus 56).
Mengalokasikan
anggaran
untuk
1.
Adanya
kebijakan
Kakorlantas
5)
Pelanggaran
Melawan
Arus penuhi
kebutuhan Polri
utk
Peningkatan
Kapasitas
6)
Pelanggaran
Penggunaan
alkohol Polantas,
2.
Adanya
Kebijakan
7)
Pelanggaran
Pelanggaran
Prioritas untuk
penyiapan
sarana
8)
Pelanggaran
Rambu prasarana
penegakan
hukum
9)
Pelanggaran
Tidak
menyalakan
57).
Menyediakan
pedoman
Gakkum
1.
Terbentuknya
Pokja
lampu
utama
pada
malam
hari dengan
alat
elektronik
dan
alat
deteksi
Penyusunan
Pedoman
Penegakan
10)
Pelanggaran
Kendaraan
tidak
laik
alkohol Hukum
dengan
alat
elektronik,
2.
jalan Adanya
pedoman
Penegakan
11)
Pelanggaran
Menaikan
hukum
dengan
alat
elektronik
menurunkan
Penumpang
tidak
pada
dan
deteksi
alkohol
tempatnya 58).
Membangun
sistem
terpadu
antara
1.
Adanya
kebijakan
Kakorlantas
TMC,
regident
ranmor
dan
pengemudi,
Polri
dlm
pengintegrasian
sistem
gakkum
&
CJS
tentang
gakkum
elektronik penegakan
hukum
elektronik.,
2.
Terwujudnya
MOU
antara
Polri,
Kejaksaan
Agung,
Mahkamah
Agung,
Puspitek,
Kementerian
Dalam
Negri
dan
Pemerintah
Propinsi,
Kabupaten/Kota
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
18.
Penindakan
terhadap
Potensi
lain
1.
Terwujudnya
kepedulian
dan
59).
Memberikan
Rekomendasi
Pekerjaan
Tersedianya
pedoman
pemberian
Penyebab
Masalah
Kecelakaan tanggung
jawab
para
pemilik
di
Bagian
Jalan rekomendasi
thdp
pekerjaan-‐
kendaraan
atau
pelaksana
pekerjaan
pekerjaan
yang
menggunakan
di
bagian
jalan
yang
berkaitan
bagian-‐bagian
jalan.
dengan
lalu
lintas,
Pembangunan
konstruksi
dan
infrastruktur
lainnya,
60).
Melakukan
Audit
Keselamatan
1.
Adanya
kebijakan
Pemerintah
terhadap
keselamatan
lalu
lintas
Pembangunan
/
Keberadaaan
untuk
melakukan
audit
terhadap
yang
berkaitan
dengan
lingkup
Infrasutuktur pembangunan
Infrastrutur,
2.
tanggung
jawabnya.
2.
berkurangnya
Tersedianya
Manual
Audit
peristiwa
dan
korban
kecelakaan
lalu
Keselamatan
Lalu
Lintas
lintas
terkait
pengoperasian
61).
Melakukan
Penegakan
Hukum
1.
Adanya
kebijakan
penegakan
kendaraan
bermotor
umum
dan/atau
terhadap
Pengoperasian
kendaraan
yang
hukum
pekerjaan-‐pekerjaan
dan/atau
tidak
berkeselamatan
(Pengujian
kelaikan
konstruksi
pada
bagian
jalan. kesehatan
pengemudi,
Jam
Kerja
Pengemudi,
Muatan)
I.
Pendidikan
lalu
lintas
sejak
dini
dan
berkelanjutan
19.
Penyelenggaraan
Pendidikan
Terwujudnya
kesadaran
disiplin
dan
62).
Menyediakan
bahan
ajar
keselamatan
Tersedianya
bahan
ajar
Keselamatan
Berlalu
lintas
Secara
tanggung
jawab
keselamatan
sejak
lalu
lintas
di
setiap
tingkatan
pendidikan
keselamatan
lalu
lintas
untuk
Formal usia
dini
secara
formal
formal semua
tingkat
pendidikan
formal
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
65).
Melaksanakan
dan
Membentuk
terlaksananya
forum
LLAJ
di
Forum
LLAJ
di
bidang
keselamatan
lalu
bidang
pendidikan
minimal
2
kali
lintas
secara
kontinue
(minimal
2
kali
per
setahun
tahun)
20.
Penyelenggaraan
Pendidikan
Terwujudnya
kesadaran
disiplin
dan
66).
Melaksanakan
kegiatan
Polsanak
di
Terlaksananya
kegiatan
Polsanak
Keselamatan
Berlalu
lintas
Secara
Non
tanggung
jawab
keselamatan
sejak
setiap
Polres/Polda
dengan
materi
bidang
keselamatan
lalu
lintas
di
Formal usia
dini
dan
berkelanjutan
secara
keselamatan
lalu
lintas tingkat
Polres/Polda
minimal
1
non
formal
dan
menurunnya
jumlah
kali
per
bulan
korban
kecelakaan
lalu
lintas
dari
kelompok
usia
dibawah
20
tahun
67).
Membentuk
dan
Melatih
Patroli
Terbentuknya
PKS
di
setiap
Keamanan
Sekolah
di
setiap
sekolah sekolah/tingkat
pendidikan,
min
80%
dari
jumlah
sekolah
yang
ada
di
wil
Polres/Polda
68).
Melaksanakan
kunjungan
ke
Terlaksananya
kunjungan
ke
sekolah/kampus
dengan
materi
sekolah/kampus
minimal
1
kali
Keselamatan
Lalu
Lintas
(Police
Go
To
per
bulan
School/Campuss)
69).
Melaksanakan
Lomba
Pemilihan
Duta
terlaksananya
pemilihan/lomba
Keselamatan
Lalu
Lintas Duta
Keselamatan
Lalu
Lintas
(Putra
dan
Putri)
di
Tingkat
Polres/Polda
minimal
1
kali
per
per
tahun
70).
Membentuk
dan
memberdayakan
Terbentuknya
Pramuka
Saka
Pramuka
Saka
Bhayangkara
krida
Bhanyangkara
krida
keselamatan
keselamatan
lalu
lintas
di
setiap
lalu
lintas
di
setiap
Polres/Polda
Polres/Polda dan
terlaksananya
kegiatan
pramuka
yang
berkaitan
dgn
bidang
Keselamatan
lalu
Lintas
minimal
1
kali
1
bulan
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI
71).
Kampanye
keselamatan
lalu
lintas
dan
tersosialisanya
pesan-‐pesan
Membentuk
Pelopor
Keselamatan
di
keselamatan
lalu
lintas
dan
setiap
Polres/Polda Slogan
"Pelopor
Keselamatan
Lalu
Lintas"
dan
terbentuknya
Komunitas
Pelopor
Keselamatan
di
setiap
Polres/Polda
72)
Mensosialisasikan
Cara
Aman
ke
tersosialisasinya
cara
aman
ke
Sekolah sekolah
khususnya
bagi
murid
yang
berjalan
kaki
ke
sekolah
73)
Membangun
Taman
Edukasi
terbangunnya
taman
edukasi
Keselamatan
Lalu
Lintas keselamatan
lalu
lintas
di
setiap
polres
PILAR/RENCANA/SUB
RENCANA
OBJECTIVE(S) KEGIATAN INDIKATOR
AKSI