Anda di halaman 1dari 4

Pengertian & Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan serta Perlu dan Pentingnya

Psikologi

Kalat (2003) dalam bukunya Introduction to Psychology, menyatakan bahwa

psikologi berfokus pada studi tentang pikiran dan jiwa (mind and soul), psikologi

menurut istilah berasal dari kombinasi dua kata, psyche yang mencakup pengertian

spirit atau jiwa (spirit, soul) atau unsure-unsur spiritual, moral, dan emosi dasar

manusia. Kata psyche juga berarti pikiran (the human mind) yang berfungsi sebagai

pusat dari apa yang dipikirkan, emosi, dan perilaku; dan logos yang berarti ilmu

(study). Zimmer (2003) menyatakan bahwa psikologi didefinisikan sebagai studi

ilmiah tentang proses mental dan perilaku manusia. Jadi, psikologi mengandung

pengertian studi tentang proses mental dan perilaku atau studi mengenai fenomena

persepsi, kognisi, emosi, kepribadian, perilaku, dan hubungan interpersonal. Secara

lebih luas, psikologi mengandung pengertian usaha untuk memahami peran individu

dan perilaku social, termasuk pengembangan manusia, olahraga, kesehatan, industry

media, dan hukum.

Secara konseptual, psikologi bertujuan mendeskripsikan, menjelaskan,

memprediksi, dan mengontrol perilaku manusia. Aplikasi dari tujuan dan pentingnya

psikologi adalah untuk memeperbaiki kualitas hidup manusia yang berbasis pada

kesejahteraan psikologis (Surya-brata, 2002; Zimmer, 2003). Slavin (1994)

mendefinisikan psikologi pendidikan secara akademik, yakni sebagai studi mengenai

pebelajar, pembelajaran, dan pengajaran. Menurut Slavin, dalam proses pendidikan


dan pengajaran, bagaimanapun siswa menjadi focus utama sehingga menjadi

keharusan bagi guru untuk memahami secara baik kebutuhan, karakteristik, dan

perbedaan individual peserta didik.

Secara historis, peranan psikologi pendidikan telah ada sejak psikologi masih

merupakan bagian dari filsafat. Peranan tersebut tampak antara lain dalam bentuk

penerapan psikologi, terutama psikologi pendidikan anak dalam pendidikan. Usaha-

usaha tersebut terutama dilakukan oleh ahli-ahli filsafat yang berkecimpung dalam

bidang pendidikan. Perintis gerakan tersebut anatara lain John Amos Comenius,

Johann Henrich Pestalozzi, dan Friederich Frobel (Masrun, 1996).

Pestalozzi seorang tokoh pendidikan dari Swiss, terkenal sebagai perintis

pendidikan klasikal. Ia menegaskan bahwa pendidikan harus bertitik tolak pada sifat-

sifat dasar anak yang berkembang menurut hikum-hukum tertentu. Tugas utama guru

ialah membimbing anak kearah perkembangan yang wajar.

Frobel seorang ahli filsafat dan juga seorang pelopor pendidikan anak-anak

sebelum masa sekolah dasar. Ia memasukkan dua unsure psikologi dalam pendidikan

di samping pandangan filsafat yang dianutnya. Unsur tersebut adalah permainan dan

fantasi.

Di Italia penelitian mengenai psikologi pendidikan dirintis dan dikembangkan

oleh Maria Montessori. Menurut Montessori, munculnya masa peka berbeda anatara

anak yang satu dengan anak yang lain. Bertolak pada pandangan inilah ia

menekankan pentingnya pendidikan yang bersifat individual, dan mennetang secara

gigih terhadap pendidikan klasikal yang dikembangkan oleh Pestalozzi.


Di Indonesia, dewasa ini para pendidik sebagai tenaga professional

dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana/Diploma IV (S1/D4)

yang relevan dan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Pemenuhan

persyaratan penguasaan kompetensi sebagai agen pembelajaran melipoti kompetensi

kepribadian,kompetensi pedagogis, kompetensi professional, dan kompetensi social

dibuktikan dengan sertifikasi pendidik. Landasan yurudis persyaratan guru sebagai

tenaga professional mencakup Undang-Undang RI No. 20/2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN), Undang-Undang RI No. 14/2005 tentang Guru dan

Dosen (UUGD) dan peraturan Pemerintah RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP) menyatakan guru adalah pendidikan professional (Thalib, 2007;

2008).

Tuntutan persyaratan guru sebagai tenaga professional menunjukkan bahwa

sudah menjadi keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab dalam

melaksankan tugasnya untuk berbuat dalam cara yang sesuai dengan keadaan peserta

didik. Hal ini berarti bahwa pengetahuan psikologis mengenai peserta didik adalah

hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik. Para pendidik diharapkan mampu

memperlakukan peserta didik sesuai dengan sifat-sifat, kebutuhan, karkateristik, dan

perbedaan-perbedaan individual lainnya.

Pendidikan tidak hanya bertujuan mengantarkan peserta didik kearah

kedewasaan, melainkan juga pencapaian perilaku yang lebih luas dan lebih banyak

kemungkinan-kemungkinannya (Miller, 1993). Disamping itu pendekatan psikologis

sebagai upaya mencari solusi bagi aneka ragam permasalahan yang dihadapi manusia
menjadi pilihan yang lebih humanis. Betapa tidak, psikologi pendidikan berfungsi

sebagai alat bantu untuk menciptakan kehidupan yang lebih sehat, damai, dan

sejahtera. Ini berarti bahwa psikologi pendidikan dibutuhkan oleh siapa saja yang

ingin menjalankan kehidupan sehari-hari secara sehat. Hidup sehat; jasmani, rohani,

emosional, intelektual, dan spiritual menjadi dambaan setiap insane yang normal.

Anda mungkin juga menyukai