Anda di halaman 1dari 7

MODUL PRAKTIKUM

NON DESTRUCTIVE TESTING (NDT)

Disusun Sebagai Panduan Praktikum Pengujian Tidak Merusak

Disusun Oleh:

- Team Asisten Laboratorium NDT FT.UNTIRTA

LABORATORIUM NON DESTRUCTIVE TESTING (NDT)


JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamduillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga modul Praktikum ini
dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Tak lupa pula shalawat dan salam
semoga senantiasa kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang membuka pintu
jalan dan ilmu pengetahuan.

Modul praktikum Non Destructive Testing (NDT) ini merupakan paduan


bagi praktikum selama melakukan pengujian sehingga mempermudah pada saat
pengujian berlangsung. Diharapkan semua praktikan untuk memiliki modul ini
yang dapat dijadikan sebagai referensi dan bacaan sebelum praktikum.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam


penyusunan modul ini. Kritik dan saran yang membangun kami terima dengan
terbuka.

Cilegon, Juni 2016

Asisten

PENGUJIAN TIDAK MERUSAK (NDT)


Non Destructive Testing (NDT) adalah aktivitas test atau inspeksi terhadap
suatu benda untuk mengetahui adanya defect, retak, atau discontinuity lain tanpa
merusak benda yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk
menjamin bahwa material yang kita gunakan memiliki mutu yang baik sesuai
dengan standar yang berlaku. NDT ini dijadikan sebagai bagian dari kendali mutu
komponen dalam proses produksi terutama untuk industri fabrikasi.

Dalam aplikasinya NDT menggunakan bermacam – macam metode yang


sekarang terus berkembangkan untuk memperoleh cara yang lebih baik. Beberapa
metode Non Destructive Testing meliputi

1. Visual Inspection (VT)


Sering kali metode ini merupakan langkah yang pertama kali diambil
dalam melaksanakan NDT. Metode ini bertujuan menemukan defect atau
retak permukaan dan korosi pada material. Dalam hal ini tentu saja adalah
retak, defect yag dapat terlihat oleh mata telanjang atau dengan bantuan
alat seperti kaca pembesar, kaca atau borescopes.

2. Liquid Penetrant Test (PT)


Liquid Penetrant Test atau biasa disebut Dye Penetrant Test merupakan
salah satu metode NDT. Metode ini digunakan untuk menemukan defect di
permukaan dari suatu material, baik logam maupun non logam, seperti
keramik dan plastik fiber.

Melalui metode ini, defect pada permukaan material akan terlihat. Caranya
adalah dengan memberikan cairan berwarna terang pada permukaan
material yang diinspeksi, biasanya warna merah. Cairan ini harus memiliki
daya penetrasi yang baik dan viskositas yang rendah agar dapat masuk
pada defect dipermukaan material. Selanjutnya, penetrant yang tersisa di
permukaan material disingkirkan dengan cairan pembersih. Defect akan
nampak jika ada cairan penetrant yang tertinggal dicelah permukaan
material setelah developer disemprotkan. Untuk menentukan defect atau
tidaknya suatu material tergantung standar apa yang digunakan serta
pengalaman dari non destructive technisian itu sendiri, sebab butuh
ketelitian tinggi walaupun metode ini terlihat sederhana.

Kelemahan dari metode ini antara lain adalah bahwa metode ini hanya bisa
diterapkan pada permukaan terbuka. Metode ini tidak dapat diterapkan
pada komponen dengan permukaan kasar, berlapis, atau berpori. Metode
ini juga tidak dapat untuk mendeteksi crack didalam material.

3. Magnetic Particle Inspection (MPI)


Dengan menggunakan metode ini, defect permukaan (Surface) dan bawah
permukaan (Subsurface) suatu komponen dari bahan ferromagnetik dapat .
diketahui prinsipnya adalah dengan memagnetisasi bahan yang akan diuji.
Adanya defect yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan
kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan
adanya defect pada material.

Cara yang digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran medan magnet


adalah dengan menaburkan partikel magnetik dipermukaan. Partikel –
partikel tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet.

Kelemahan metode ini hanya bisa diterapkan untuk material


ferromagnetik. Selain itu medan magnet yang dibangkitkan harus tegak
lurus atau memotong daerah retak serta diperlukan demagnetisasi di akhir
inspeksi.

4. Eddy Current Test atau Elektromagnetic Test (ET)


Inspeksi ini memanfaatkan prinsip elektromagnet. Prinsipnya, arus listrik
dialirkan pada kumparan untuk membangkitkan medan magnet
didalamnya. Jika medan magnet ini dikenakan pada benda logam yang
akan diinspeksi, maka akan terbangkit arus Eddy. Arus Eddy kemudian
menginduksi adanya medan magnet pada kumparan dan mengubah
impedansi bila ada defect. Indikasi defect dapat terlihat saat menaburkan
serbuk magnetik diatas permukaan material.

5. Ultrasonic Inspection (UT)


Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara
yang dirambatkan pada spesimen uji dan sinyal yang ditransmisi atau
dipantulkan diamati dan interprestasikan. Gelombang ultrasonic yang
digunakan memiliki frekuensi 0,5 – 20 MHz. Gelombang suara akan
terpengaruh jika ada void, retak, atau delaminasi pada material.
Gelombang ultrasonic ini dibangkitkan oleh transducer dari bahan
piezoelektric yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi getaran
mekanik kemudian menjadi energi listrik lagi.

6. Radiographic Inspection (RT)


Metode NDT ini dapat untuk menemukan defect pada material dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X dipancarkan
menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek, sebagian sinar
akan diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudian
direkam pada film yang sensitif. Jika ada defect pada material maka
intensitas yang terekam pada film tentu akan bervariasi. Hasil rekaman
pada film inilah yang akan memperihatkan bagian material yang
mengalami defect.

7. Acoustic Emission Testing (AE)


Acoustic Emission (AE) adalah keluarnya gelombang acoustic, dalam
range frekuensi 20 khz – 1 Mhz, dari suatu material ketika material
tersebut mengalami pembebanan/ stimulasi oleh gangguan dari luar. Emisi
akustik ini dibangkitkan dari deformasi lokal, misalnya berupa retak
(crack) yang mengakibatkan stress lokal dan mengemisikan energi pulsa
elastik yang akan merambat ke seluruh interior material.

Sensor diletakkan pada permukaan komponen atau struktur material untuk


menangkap energi ini. Sinyal emisi diamplifikasi dan difilter oleh sistem
pengolah sinyal untuk kemudian dimonitor pada layar PC secara real time.
Lokasi kerusakan material dapat diketahui dengan cara mengekstrak
kordinat sumber AE seakurat mungkin. Sangat berguna untuk investigasi
kerusakan lokal, khususnya dalam skala mikro, di dalam material. Selain
itu, mampu memonitor seluruh sistem secara bersamaan dan real time,
bahkan saat material tersebut sedang dioperasikan dalam suatu kegiatan
industri.

8. Leak Test (LT)


Leak test adalah pengujian tingkat kebocoran yang terjadi pada komponen
yang bertekanan saat berada pada kondisi tertutup rapat. Metode ini dapat
diaplikasikan dengan menggunakan electronic listening devices, pressure
gauge measurements, gas dan cairan penetrant, atau cara yang sederhana
menggunakan busa sabun. Biasanya ini dilakukan pada reinforcing pad of
opening, menggunakan udara. Kadang-kadang di counter check dengan
bubble soap. Sehingga sering disebut juga bubble test. Diaplikasikan pada
semua peralatan yang mempunyai pada bagian pressure (PV, HE, Tank,
dll). Bisa juga leak test dilakukan tanpa sabun. Material diinjeksi dengan
udara bertekanan dan direndam dalam tanki air untuk beberapa waktu
(digunakan dalam pengetesan fuel tank untuk forklit). Ini lebih efektif
dibandingkan dengan sabun.

Anda mungkin juga menyukai