Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertambangan kapur adalah salah satu tempat kegiatan

pertambangan dengan kadar pencemaran udara yang dapat mengganggu

kesehatan terutama pada pekerjanya. Tenaga kerja sebagai sumber daya

manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri.

Oleh karena itu peranan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian

khusus baik kemampuan, keselamatan, maupun kesehatan kerjanya. Risiko

bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, akibat kombinasi dari berbagai faktor yaitu tenaga

kerja dan lingkungan kerja.

Data dari International Labour Organization (ILO) menghasilkan

kesimpulan, diantara semua penyakit akibat kerja, 10 % sampai 30 %

adalah penyakit paru. Dideteksi bahwa sekitar 40.000 kasus baru

pneumoconiosis terjadi di seluruh dunia setiap tahun (ILO, 2010).

Berdasarkan hasil survey oleh Direktorat jenderal PPM & PL di Indonesia

menunjukkan penyakit paru obstruktif kronik menempati urutan pertama

penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma bronchial (33%), kanker

paru (30%), dan lainnya 2%. Kemudian penelitian di inggris menemukan

bahwa bronchitis kronik pada kaum pria (50-64 tahun) adalah sebesar 17%

dari jumlah populasi pria dan pada wanita sekitar 8% ( Aditama, 1992).
Pada penelitian National Health Interview Survey di Amerika

Serikat, terdapat 7,5 juta penduduknya mengidap bronchitis kronik, lebih

dari 2 juta produktivitas. Salah satu pencetus terjadinya penyakit paru

tersebut adalah adanya paparan gas emisi, partikulat seperti silikat (SiO2)

pun zat toksik lain yang terjadi secara akut maupun kronik pada orang

yang terpajan yang bersumber dari aktivitas transportasi, paparan asap

rokok, dan aktifitas industry, aktifitas industry tersebut adalah salah

satunya industry pengolahan batu kapur (Annisa Fathmaulida, 2013).

Di Indonesia risiko gangguan kesehatan pada pekerja di

pertambangan kapur lebih besar karena system penambangan yang masih

tradisional (Rahayu H Akili, Febi Kolibu, Ardainsyah C. Tucunan, 2017).

Menurut yunus (1997), dalam dosis besar semua debu bersifat merangsang

dan dapat menimbulkan reaksi tubuh walaupun ringan. Reaksi itu berupa

produksi lendir secara berlebihan dan bila terus berlangsung dapat terjadi

hiperplasi kelenjar mucus. Jaringan paru juga dapat berubah dengan

terbentuknya jaringan ikat retikulin. Penyakit paru disebut pneumoconiosis

non kolagen. Sedangkan debu fibrogenik,dapat menimbulkan reaksi

jaringan paru sehingga terbentuk jaringan parut (fibrosis). Batu kapur atau

limestone , adalah sedimen yang banyak mengandung organisme laut yang

telah mati yang berubah menjadi kalsium karbonat (CaCO2).

Debu dan gas-gas yang disebabkan oleh proses-proses pengolahan

batu kapur di lingkungan kerja dapat menyebabkan tenaga kerja terpapar

oleh debu dan gas-gas pengolahan batu kapur tersebut, efek utama debu
kapur terhadap tenaga kerja berupa kelainan paru baik berifat akut atau

kronis, terganggunya fungsi fisiologis, iritasi mata, iritasi sensorik serta

penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh. Efek terhadap saluran

pernapasan adalah terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA),

peningkatan produksi lender, penyempitan saluran pernapasan, lepasnya

silia dan lapisan sel selaput lendir serta kesulitan bernafas.Pekerja bekerja

tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti masker, sarung

tangan, sepatu boot,dan kaca mata.

Di pertambangan batu kapur yang akan diteliti para pekerja di

pertambangan tersebut tidak menggunakan APD yang lengkap untuk

melindungi mereka dari keselamatan dan kesehatan kerja mereka.

Kebiasaan merokok dengan hubungan gangguan pernapasan perlu

kita dalami apakah kebiasaan merokok menjadi faktor pemberat

dalam terjadinya gangguan pernapasan pada para pekerja. Usia muda

tidak menentukan masa kerja mereka seperti pekerja yang lebih tua tidak

lebih lama bekerja dari pada pekerja yang memiliki usia muda, maka dari

itu perlu diteliti lebih dalam faktor apa saja yang menjadi hubungan

dengan gangguan pernapasan pada para pekerja tersebut.

Gangguan fungsi paru tidak hanya disebabkan oleh kadar debu

yang tinggi saja, melainkan juga dipengaruhi oleh karakteristik yang

terdapat pada individu pekerja seperti masa kerja, usia kerja, pemakaian

alat pelindung diri dan didukung oleh kebiasaan merokok. Masa kerja
penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan dengan

debu dan gas-gas dari pertambangan.

B. Rumusan Masalah

Penelitian kesehatan pada pekerja pengolahan batu kapur di PT.

Bakapindo Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat Tahun

2018 perlu lebih didalami lagi mengenai faktor yang berhubungan dengan

gangguan pernapasan pada pekerja tambang batu kapur, seperti adakah

hubungan lama kerja, masa kerja, penggunaan APD pekerja dengan

terjadinya gangguan pernapasan pada pekerja pengolahan batu kapur di

perusahaan tersebut. Kegiatan penambangan batu kapur tersebut dapat

mempengaruhi kesehatan pekerjanya seperti kelainan paru akut atau

kronis, terganggunya fungsi fisiologis, iritasi mata, iritasi sensorik, serta

penimbunan bahan berbahaya di dalam tubuh dan efek pada pernapasan

yaitu terjadinya infeksi saluran pernapasan.

Gangguan pernapasan dapat terjadi karena tidak menggunakan APD

saat bekerja dan berapa lama terkena paparan debu pertambangan batu

kapur tersebut yang menyebabkan partikel debu yang masuk ke dalam

alveoli akan berkumpul di bagian awal saluran limfe paru-paru. Debu ini

akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap

makrofag seperti silica bebas menyebabkan terjadinya autolysis.

Pembentukan dan destruksi makrofag yang terus menerus berperan

penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin

pada jaringan ikat tersebut (Yunus, 1997).


C. Pertanyaan Penelitian

a. Apakah ada hubungan lama kerja dengan gangguan pernapasan pada

pekerja pengolahan batu kapur di PT. Bakapindo Kamang Mudiak,

Kabupaten Agam, Sumatera Barat Tahun 2018 ?

b. Apakah ada hubungan masa kerja dengan gangguan pernapasan pada

pekerja pengolahan batu kapur di PT. Bakapindo Kamang Mudiak,

kabupaten Agam, Sumatera Barat Tahun 2018?

c. Apakah ada hubungan penggunaan APD dengan gangguan pernapasan

pada pekerja pengolahan batu kapur di PT. Bakapindo Kamang

Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat Tahun 2018 ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya faktor yang berhubungan dengan gangguan

pernapasan pada pekerja pengolahan batu kapur di PT. Bakapindo

Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan lama kerja dengan kejadian gangguan

pernapasan pada pekerja pengolahan tambang batu kapur di PT.

Bakapindo Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat

Tahun 2018.

b. Diketahuinya hubungan masa kerja dengan kejadian gangguan

pernapasan pada pekerja pengolahan tambang batu kapur di PT.


Bakapindo Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat

Tahun 2018.

c. Diketahuinya hubungan penggunaan APD dengan kejadian

gangguan pernapasan pada pekerja pengolahan tambang batu kapur

di PT. Bakapindo Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera

Barat Tahun 2018.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi dan ilmu tambahan bagi mahasiswa STIKes Hang Tuah

Pekanbaru dalam melaksanakan penelitian yang akan datang.

2. Bagi PT. Bakapindo Kamang Mudiak Kab. Agam,Sumatera Barat

Dengan diketahuinya kejadian gangguan pernapasan pada

pekerja pengolahan tambang batu kapur di PT. Bakapindo Kamang

Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat Tahun 2018 maka dapat

dijadikan masukan untuk kegiatan penambangan batu kapur yang

dilakukan oleh para pekerja agar kesehatan para pekerja di perusahaan

tersebut dapat di tingkatkan menjadi lebih baik lagi.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan serta

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan terhadap

kenyataan di lapangan khususnya tentang melihat kejadian gangguan


pernapasan pada pekerja pengolahan tambang batu kapur di PT.

Bakapindo Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat Tahun

2018.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menjelaskan tentang kejadian gangguan pernapasan

pada pekerja pengolahan tambang batu kapur di PT. Bakapindo Kamang

Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat Tahun 2018 meliputi

gangguan kesehatan, masa kerja, lama kerja, kebiasaan merokok, dan

penggunaan APD.
G. Penelitian Sejenis

Tabel 1

Penelitian Sejenis

Keterangan Penelitian sekarang Rahendra putra

(2018) (2015)

Topik penelitian Kejadian gangguan Gejala gangguan

pernapasan pada kesehatan (illness)

pekerja pengolahan pekerja penambangan

tambang batu kapur di Emas tanpa izin (PETI)

PT. Bakapindo di Sungai Indragiri

Kamang Desa Pulau Sengkilo

Mudiak,Kabupaten Kecamatan Kelayang

Agam, Sumatera Barat Kab. Indragiri Hulu

Tahun 2018. Tahun 2015

Desain Cross sectional Cross sectional

Variable Lama kerja, masa Lama kerja, masa

kerja, penggunaan kerja,penggunaan APD,

APD, kebiasaan kontak/tidak dengan

merokok merkuri, jumlah

merkuri yang digunakan

dalam 1 hari, gejala


awal gangguan

kesehatan PETI

Tempat PT. Bakapindo Desa Pulau Sengkilo

Kamang Mudiak, Kecamatan Kelayang

Kabupaten Agam, Kab. Indragiri Hulu

Sumatera Barat Tahun Tahun 2015

2018.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pencemaran Udara

Udara tidak pernah bersih tetapi selalu mengandung partikel-

partikel asing yang jika konsentrasinya terlalu tinggi dapat

menyebabkan kualitas udara berkurang atau tidak berfungsi sesuai

peruntukannya. Hal ini tercantum dalam keputusa Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/1988, yang

menyatakan bahwa pencemaran udara adalah :

Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,zat, energy, dan /

atau komponen lain ke dalam udara dan / atau berubahnya

tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau proses

alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa setiap

pembebasan bahan atau zat ke udara tidak harus selalu dikatakan

pencemaran udara selama bahan tersebut secara potensial tidak

mengubah stabilitas kualitas udara dan untuk menimbulkan gangguan

harus dipenuhi dahulu angka batas.


2. Komposisi Batu Kapur

Komponen utama pembentuk batu kapur adalah mineral kalsit

(CaCO3), mineral dolomite (CaMg(CO3)2) dan aragonite (CaCO3),

gabungan dari tiga unsur ini membentuk warna putih dan bertekstur

lembut. Bila ditemukan batu kapur berwarna kelabu menunjukkan batu

kapur sudah tidak murni. Ketidakmurnian ini karena tercampur dengan

unsur pasir, tanah liat, besi, oksida, hidroksida, dan material organik.

(Siti Yulaekah, 2007).

3. Debu Batu Kapur

Debu (partikel) dalam udara dapat bersumber dari peristiwa

alamiah ataupun kegiatan manusia dalam mengembangkan teknologi,

terutama di bidang industry. Partikel yang mencemari udara terdiri atas

berbagai macam tergantung pada jenis dan kegiatan industry serta

teknologi yang ada. Secara umum partikel yang mecemari udara dapat

merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia sehingga dapat

sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang

tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit

saluran pernapasan atau pneumoconiosis (Olishifki dan McElroy,

1971).

Menurut Yunus (1997), dalam dosis besar semua debu bersifat

merangsang dan dapat menimbulkan reaksi tubuh walaupun ringan.

Reaksi itu berupa produksi lendir secara berlebihan dan bila terus

berlangsung dapat terjadi hiperplasi kelenjar mukus. Jaringan paru juga


dapat berubah dengan terbentuknya jaringan ikat retikulin. Penyakit

paru ini disebut pneumoconiosis nonkolagen. Sedangkan debu

fibrogenik dapat menimbulkan reaksi jaringan paru sehingga terbentuk

jaringan parut (fibrosis), penyakit ini disebut pneumoconiosis kolagen.

Termasuk jenis ini adalah debu silica bebas (SiO2), batu bara, dan

asbes. Debu yang masuk ke dalam saluran napas, menyebabkan

timbulnya reaksi mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk,

bersin, gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag.

Otot polos di sekitar jalan napas dapat terangsang sehingga

menimbulkan penyempitan. Keadaan ini terjadi jika kadar debu

melebihi nilai ambang batas (Pudjiastuti, 2002).

Debu kapur merupakan salah satu partikel padat yang

terbentuk karena kekuatan mekanis, akibat adanya proses

penambangan (Rahayu H Akili, Febi Kolibu, Ardainsyah C. Tucunan,

2017). Dilihat dari komposisinya atau materinya debu kapur berasal

dari golongan anorganik. Sedangkan bila dilihat dari sifatnya debu

kapur termasuk profilferate dust, dimana golongan debu ini di dalam

paru akan membentuk jaringan parut (fibrosis), yang dapat

menyebabkan pengerasan pada jaringan alveoli, sehingga akan

menggangu kapasitas paru (Yulaekah, 2007).


4. Penyakit Akibat Debu

Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan berkumpul

di bagian awal saluran limfe paru-paru. Debu ini akan difagositosis

oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap makrofag seperti

silica bebas menyebabkan terjadinya autolysis. Makrofag yang lisis

bersama silica bebas merangsang terbentuknya makrofag baru,

sehingga makrofag tersebut memfagositosis silika bebas kemuadian

terjadi autolysis kembali. Pembentukan dan destruksi makrofag yang

terus menerus berperan penting pada pembentukan jaringan ikat

kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis

ini terjadi pada parenkim paru, yaitu dinding alveoli dan jaringan

interstisial (Yunus, 1997).

Jika terpapar dalam jumlah sedikit dan waktu yang singkat

tidak akan menimbulkan bahaya terhadap tubuh, namun karena pada

debu batu kapur mengandung Kristal silika sebanyak 1-20% maka

akan sangat berbahaya bagi tubuh jika terhirup dalam jumlah besar dan

dengan waktu pajanan yang relatife lebih lama (Neil, 2000; Anomius,

2011).

Penyakit seperti penurunan fungsi paru, bronchitis kronis dan

emfisima yang termasuk dalam penyakit paru obstruktif akut

merupakan efek yang timbul akibat adanya kadar debu silika dalam

waktu yang lama. Hal ini sering disebut sebagai salah satu penyakit

akibat kerja (OHSA, 2010).


Paparan debu yang terjadi secara terus menerus dalam waktu

yang lama akan mengakibatkan timbulnya Cronic Obstructive

Pulmonary Disease (COPD) yang sering disebut dengan penyakit paru

obstruktif kronis. Penyebab utama timbulnya COPD umumnya adalah

akibat asap rokok, dan asap juga debu sebagai faktor lingkungan

dimana genetika dapat mempengaruhi terjadinya COPD, paparan berat

oleh debu ditempat kerja berkontribusi menyebabkan terjadinya PPOK

pada pekerja (Lareau Et Al, 2013).

5. Kegiatan Penambangan Batu Kapur

Proses penambangan batu kapur terdiri dari beberapa tahapan

proses yang diawali dengan proses peledakan (blasting) yang bertujuan

untuk membongkar atau melepaskan batuan (losses) dari batuan

induknya, dilanjutkan dengan pemecahan bongkahan batu kapur

menjadi diameter yang lebih kecil (breaking), kemudian pengambilan

material (loading), dilanjutkan dengan pemuatan material (hauling),

dan tahapan terakhir adalah pembuangan material (dumping) kedalam

crusher (Frakhruzy, 2009).


B. Kerangka Konsep

Variable Independen Variable Dependen

1. Lama kerja
2. Masa kerja
3. Penggunaan Kejadian gangguan pernapasan
APD (Alat pada pekerja pengolahan tambang
Pelindung Diri) batu kapur

1. Usia
2. Kebiasaan merokok

Gambar 1

Kerangka konsep

C. Hipotesis

1. Ada hubungan lama kerja dengan kejadian gangguan pernapasan pada

pekerja pengolahan tambang batu kapur di PT. Bakapindo Kamang

Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat Tahun 2018.

2. Ada hubungan masa kerja dengan kejadian gangguan pernapasan pada

pekerja pengolahan tambang batu kapur di PT. Bakapindo Kamang

Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat Tahun 2018.

3. Ada hubungan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dengan

kejadian gangguan pernapasan pada pekerja pengolahan tambang batu

kapur di PT. Bakapindo Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera

Barat Tahun 2018.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain

penelitian cross sectional, peneliti melakukan observasi dan wawancara

serta pengukuran variable pada suatu saat. Semua subjek diamati tepat

pada suatu saat yang sama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Bakapindo Kamang Mudiak,

Kabupaten Agam, Sumatera Barat dan dilaksanakan pada bulan Januari-

April 2018.

Gambar 2

Kantor PT. Bakapindo Kamang Mudiak, Kabupaten Agam,

Sumatera Barat
C. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi pada penelitian ini adalah :

Jumlah pekerja pada penambangan batu kapur di PT. Bakapindo

sebanyak 80 orang yang dibagi menjadi 2 shift pagi dan malam, dan

pekerja yang terpapar oleh langsung oleh penambangan itu ada sekitar

52 orang pekerja.

2. Sampel Penelitian

Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling

jenuh, dimana semua pekerja di jadikan sampel di dalam penelitian

ini.

D. Teknik Sampling

Teknik pengumpulan sampel adalah sampling jenuh. Hasilnya

didapat dari pendataan terhadap semua pekerja pada pengolahan tambang

batu kapur di PT tersebut.


E. Variable Penelitian dan Definisi Operasional

Tabel 2

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

No. Variabel Definisi istilah Cara Ukur Alat Ukur Skala dan

Hasil Ukur

1 Lama Kerja Jumlah waktu per Wawancara Kuesioner Nominal


hari responden 1= ≤ 8 jam
melakukan aktivitas 2 = ≥ 8 jam
penambangan dalam
satuan jam
2 Masa kerja Lama responden Wawancara Kuesioner Nominal
melakukan aktivitas 1=≤7
penambangan dalam tahun
satuan tahun 2=≥7
tahun
3 APD Penggunaan APD Wawancara Kuesioner Nominal
secara lengkap oleh 1 = lengkap
penambang yaitu (memakai
masker, sarung semua
tangan, sepatu boot, APD)
dan topi 2 = Tidak
lengkap
(memakai
salah satu
APD)
4 Usia Umur penambang Wawancara Kuesioner Nominal
batu kapur yang
produktif yaitu 20
s/d 50 tahun
5 Kebiasaan Responden yang Wawancara Kuesioner Nominal
merokok mempunyai 1=<5
kebiasaan merokok batang
lebih dari 5 batang 2=>5
perhari batang
F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data primer adalah data yang dikumpulkan dengan cara

wawancara dan observasi langsung pekerja pengolahan tambang

batu kapur di PT. Bakapindo Kamang Mudiak, Kabupaten Agam,

Sumatera Barat.

b. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari PT. Bakapindo

Kamang Mudiak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan wawancara

dan obervasi di PT. Bakapindo.

G. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Editing

Yaitu memeriksa data yang terkumpul dari hasil wawancara dan

obervasi langsung penambang di PT. Bakapindo.

2. Coding

Yaitu pemberian kode-kode tertentu untuk memudahkan dalam

tahap pengolahan data yaitu dengan cara memberikan kode angka.

3. Entry

Memasukkan data yang telah diedit dan di coding dengan

menggunakan fasilitas computer.


4. Data Tabulation

Mengelompokkan data kedalam table yang dibuat sesuai dengan

maksud dan tujuan penelitian.

H. Analisis Data

Analisa data yang digunakan meliputi :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat disajikan dengan mendeskripsikan semua

variable sebagai bahan informasi dengan menggunakan table distribusi

frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan membuat tabel silang

(contingency) antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji statistic

yang digunakan adalah uji chi square.


I. Jadwal Penelitian

Tabel 3

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli

1 Pembuatan
proposal
2 Seminar
proposal
3 Perbaikan
proposal
4 Pengumpulan
data
5 Pengolahan
data analisis
6 Penulisan
skripsi
7 Ujian skripsi

Anda mungkin juga menyukai