Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula yang tidak. Bagi perusahaan yang
terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah
status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di pemerintah secara resmi.

Adapun perusahaan itu sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

· Perusahaan Perseorangan atau disebut juga Perusahaan Individu adalah badan usaha yang
kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin
dan tata cara tertentu. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk
mendirikannya. Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta
jumlah produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi
sederhana. Perusahaan Perseorangan dapat berbentuk Perusahaan Dagang/Jasa (Toko Swalayan, Biro
Konsultan) dan Perusahaan Industri. Contoh perusahaan perseorangan seperti toko kelontong, tukang
bakso keliling, pedagang asongan, dan lain sebagainya.

· Perusahaan Persekutuan Badan Hukum yang dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Koperasi,
dan BUMN. Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki
oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan
harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus
memimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi
pimpinan. Untuk mendirikan PT / persoroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah
tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.

· Perusahaan Persekutuan bukan Badan Hukum atau disebut juga Perusahaan persekutuan yang
artinya badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang secara bersama-sama bekerja sama
untuk mencapai tujuan bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha persekutuan adalah Perusahaan
Dagang/Usaha Dagang, Industri Rumah (home industri), dan Perseroan (Firma dan CV). Untuk
mendirikan badan usaha persekutuan membutuhkan izin khusus pada instansi pemerintah yang terkait.

Firma yang merupakan salah satu contoh dari Badan Persekutuan bukan Berbadan Hukum. Kita tahu
sekarang ini banyak sekali perusahaan-perusahaan yang menggunakan bentuk Firma ini. Bahkan Firma
bukanlah suatu istilah yang asing lagi untuk kita dengar dan akan terus berkembang di masa sekarang
ini. Firma itu sendiri telah dibuat hukum nya (peraturannya) dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) oleh pemerintah. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi
apa itu Firma sehingga kita dapat mempertimbangkan bentuk usaha apa yang ingin kita gunakan jika kita
ingin membuka suatu usaha.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Hukum Dasar Firma?

2. Bagaimanakah proses pendirian firma?

3. Apakah keuntungan dan kerugian perusahaan dalam bentuk firma?

4. Bagaimanakah Akuntansi dalam pendirian firma?

BAB II

PEMBAHASAN

A. HUKUM DASAR FIRMA

Firma harus didirikan dengan akta otentik yang dibuat di muka notaris. Akta Pendirian Firma harus
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan
Firma yang bersangkutan. Setelah itu akta pendirian harus diumumkan dalam Berita Negara atau
Tambahan Berita Negara. Tetapi karena Firma bukan merupakan badan hukum, maka akta pendirian
Firma tidak memerlukan pengesahan dari Departemen Kehakiman RI.

Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab Undang‐Undang Hukum Dagang
(KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) S.1847-23. Hukum mengenai Firma terdapat dalam
bagian 2 dalam KUHD dengan judul “Perseroan Firma Dan Perseroan Dengan Cara meminjamkan Uang
Atau Disebut Perseroan Komanditer” yang dimulai dari pasal 16 sampai 35. Isi di dalam Hukum tersebut
adalah sebagai berikut:

Pasal 16

(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Perseroan Firma adalah suatu perseroan yang didirikan untukNmelakukan suatu
usaha di bawah satu nama bersama. (KUHD 19 dst., 22 dst., 26-11, 29;

Rv.6-5o, 8-2 o, 99.)

Pasal 17

Tiap-tiap persero kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai wewenang untukbertindak,


mengeluarkan dan menerima uang atas nama perseroan, dan mengikat perseroankepada pihak ketiga,
dan pihak ketiga kepada perseroan. tindakan-tindakan yang tidakbersangkutan dengan perseroan, atau
yang bagi para persero menurut perjanjian tidakberwenang untuk mengadakannya, tidak dimasukkan
dalam ketentuan ini. (KUHPerd.1632, 1636, 1639, 1642; KUHD 20, 26, 29, 32.)

Pasal 18
Dalam perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung renteng untukseluruhnya
atas perikatan-perikatan perseroannya. (KUHPerd.1282, 1642, 1811.)

Pasal 19

Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroankomanditer,
didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yangbertanggung jawab secara
tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang ataulebih sebagai pemberi pinjaman
uang.Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan firma terhadap persero-persero firmadi
dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberi pinjaman uang. (KUHD. 16, 20,22 dst.)

Pasal 20

Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua, makanama persero
komanditer tidak boleh digunakan dalam firma. (KUHD 19-21.)

Persero ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaanperseroan
tersebut, biar berdasarkan pemberian kuasa sekalipun. (KUHD 17, 21, 32.)Ia tidak ikut memikul kerugian
lebih daripada jumlah uang yang telah dimasukkannya dalamperseroan atau yang harus dimasukkannya,
tanpa diwajibkan untuk mengembalikankeuntungan yang telah dinikmatinya. (KUHPerd. 1642 dst.)

Pasal 21

Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau alinea keduadari pasal
yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya terhadapsemua utang dan
perikatan perseroan itu. (KUHD 18.)

Pasal 22

Perseroan-perseroan firma harus didirikan dengan akta otentik, tanpa adanya kemungkinanuntuk
disangkalkan terhadap pihak ketiga, bila akta itu tidak ada. (KUHPerd. 1868, 1874,1895, 1898; KUHD 1,
26, 29, 31.)

Pasal 23

Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta itu dalam register yang disediakanuntuk itu
pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri) daerah hukum tempatkedudukan perseroan itu.
(Rv. 82; KUHPerd. 152; KUHD 24, 27 dst., 30 dst., 38 dst.; S.1946-135 pasal 5.)

Pasal 24

Akan tetapi para persero firma diperkenankan untuk hanya mendaftarkan petikannya sajadari akta itu
dalam bentuk otentik. (KUHD 26, 28.)

Pasal 25
Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan dapat memperolehsalinannya
atas biaya sendiri. (KUHD 38; S. 1851-27 pasal 7.)

Pasal 26

(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Petikan yang disebut dalam pasal 24 harus memuat:

1. nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;

2. pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah terbatas pada
suatu cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan dalam hal terakhir, dengan menunjukkan cabang
khusus itu; (KUHD 17.)

3. penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama firma;

4. saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya;

5. dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai untuk
menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero. (KUHD 27 dst.)

Pasal 27

Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu dibawakepada
panitera. (KUHD 23.)

Pasal 28

Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam surat kabarresmi sesuai
dengan ketentuan pasal 26. (Ov. 105; KUHPerd. 444, 1036; KUHD 29, 38.)

Pasal 29

(s.d.u. dg. S. 1938-276.) Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi, makaperseroan firma itu
terhadap pihak ketiga dianggap sebagai perseroan umum untuk segala urusan, dianggap didirikan untuk
waktu yang tidak ditentukan dan dianggap tiada seorang persero pun yang dilarang melakukan hak
untuk bertindak dan bertanda tangan untuk firma itu. Dalam hal adanya perbedaan antara yang
didaftarkan dan yang diumumkan, maka terhadap pihak ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang
berkenaan dengan pasal yang lalu yang dicantumkan dalam surat kabar resmi. (KUHPerd. 1916; KUHD
30 dst., 39.)

Pasal 30

Firma dari suatu perseroan yang telah dibubarkan dapat dilanjutkan oleh seorang atau lebih,baik atas
kekuatan perjanjian pendiriannya maupun bila diizinkan dengan tegas oleh bekas persero yang namanya
disebut di situ, atau bila dalam hal adanya kematian, para ahli warisnya tidak menentangnya, dan dalam
hal itu untuk membuktikannya harus dibuat akta, dan mendaftarkannya dan mengumumkannya dalam
surat kabar resmi atas dasar dan dengan cara yang ditentukan dalam pasal 23 dan berikutnya, serta
dengan ancaman hukuman yang tercantum dalam pasal 29. Ketentuan pasal 20 alinea pertama tidak
berlaku, jikalau persero yang mengundurkan diri sebagai persero firma menjadi persero komanditer.
(KUHPerd. 1651, KUHD 26.)

B. PROSES PENDIRIAN FIRMA

Adapun pendirian Firma telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan cukup
lengkap, terutama dalam Pasal 22 hingga Pasal 29 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Adapun
pendirian Firma dalam Pasal 22 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang menjelaskan bahwa, tiap-
tiap persekutuan Firma harus didirikan dengan akta otentik, akan tetapi ketiadaan akta demikian tidak
dapat ditemukan untuk merugikan pihak ketiga.

Ada tiga unsur penting dalam isi Pasal di atas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Firma harus didirikan dengan akta otentik;

2. Firma dapat didirikan tanpa akta otentik;

3. Akta yang tidak otentik tidak boleh merugikan pihak ketiga.

Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga menganggap firma
sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha, didirikan untuk jangka waktu yang
tidak terbatas serta semua sekutu berwenang menandatangani berbagai surat untuk firma ini
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta pendirian firma dapat dilihat di
Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai berikut:

1. Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para sekutu firma.

Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum ataukah terbatas pada suatu
cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal terakhir dengan menunjukan cabang khusus itu.

Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama firma.

Saat mulai berlakunya persekutuan dan saat berakhirnya.

Dan selanjutnya, pada umumnya bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai untuk
menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para sekutu.

Bentuk umumnya perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian firma biasanya berisi tentang hal-hal
berikut:

1. Nama dan alamat firma.

2. Jenis usaha firma, misalnya usaha dalam bidang jasa, perdagangan, atau manufaktur.

3. Hak dan kewajiban para anggota, misalnya siapa yang menjadi manajer serta tugas dan wewenang
anggota lainnya.
4. Jumlah modal yang ditanamkan pertama kali oleh para anggota, termasuk uraian lengkap tentang
aktifa non-kas yang diserahkan (bila ada) yang digunakan dalam operasi firma.

5. Pembagian laba-rugi yang biasanya ditunjukan dalam bentuk rasio antara anggota yang satu
dengan yang lain.

6. Syarat-syarat pengambilan modal (prive) dan penambahan modal.

7. Prosedur penerimaan anggota baru firma.

8. Prosedur keluarnya anggota firma.

9. Prosedur pembubaran firma apabila firma di likuidasi.

10. Dan uraian penting lainnya.

Dapat disimpulkan, bahwa akta dalam pembentukan Firma hanyalah berfungsi sebagai alat bukti untuk
memudahkan pembuktian berdirinya suatu Firma dan perincian hak dan kewajiban masing-masing
anggota. Setelah Firma didirikan, maka Firma harus didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Firma yang bersangkutan, dan pendaftaran Firma dapat
berupa petikan akta saja (Pasal 23-25 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yang diatur lebih lanjut
dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan).
Firma Penyelidikan Kewangan AS Morgan Stanley

Firma Arsitek

C. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FIRMA


Mendirikan perusahaan dalam bentuk firma banyak memberikan keuntungan jika dibandingkan dengan
perusahaan perseorangan. Adapun keuntungan dengan pendirian perusahaan dalam bentuk firma
antara lain :

1. Untuk mendirikan firma relative mudah, tidak terlalu memerlukan syarat yang berat, namun jika
dibandingkan dengan perusahaan perseorangan lebih sedikit berat karena dalam firma perlu
kesepakatan para pihak yang akan mendirikan firma.

2. Dalam pendirian firma tidak terlalu memerlukan akta formal, karena dapat menggunakan akta di
bawah tangan (tidak formal), hanya saja perbedaan kedua ini juga berbeda dalam hal jika terjadi
masalah hokum.

3. Lebih mudah dalam memperoleh modal, karena pihak perbankan lebih mempercayainya, apalagi
jika firma tersebut didirikan dengan akta resmi dan juga tidak terlalu banyak peraturan pemerintah yang
mengatur.

4. Lebih mudah berkembang karena manajemen dipegang lebih dari satu orang sehingga lebih
terbuka terhadap berbagai pendapat atau kritikan untuk kemajuan usaha.

Adapun kerugian jika memilih perusahaan dalam bentuk badan hokum firma adalah:

1. Dalam hal tanggungjawab pemilik firma memiliki tanggungjawab yang tidak terbatas atas utang
yang dimilikinya.

2. Apabila salah satu pemilik firma meninggal dunia atau mengundurkan diri, maka akan mengancam
kelangsungan hidup perusahaan

3. Kesulitan dalam peralihan kepemimpinan karena berbagai kepentingan para pihak yang terlibat
dan juga sering terjadi konflik kepentingan sehingga dapat mengancam kemajuan usahanya.

4. kesulitan dalam menghimpun dana untuk jumlah besar, serta mengikuti tender dalam jumlah
tertentu.

D. AKUNTANSI DALAM FIRMA

Firma biasanya didirikan oleh beberapa anggota yang bertujuan untuk memperluas usaha masing-
masing atau untuk memperoleh tambahan laba. Para anggota yang mendirikan firma dapat terdiri dari
beberapa kemungkinan sebagai berikut :

1. Firma didirikan oleh para anggota yang semuanya belum memiliki usaha (semua anggota baru).
2. Firma didirikan oleh anggota yang sudah memiliki usaha sebelumnya dan anggota yang belum
punya usaha.

3. Firma didirikan oleh para anggota yang semuanya sudah memiliki usaha sebelumnya.

Karena adanya beberapa kemungkinan para anggota pendiri, ada 2 metode akuntansi yang dapat
digunakan untuk mencatat pendirian firma, yaitu :

1. Pembukuan firma menggunakan buku baru.

2. Pembukuan firma melanjutkan milik salah seorang anggota firma yang sudah memiliki usaha.

Firma Didirikan Oleh Para Anggota Yang Semuanya Belum Memiliki Usaha

Apabila firma didirikan oleh para anggota yang semua belum memiliki usaha, maka setoran pertama dari
para anggota tersebut akan langsung dicata dalam rekening modal para anggota. Jika ada anggota yang
menyetorkan modal pertama berupa aktiva non-kas, maka aktiva non-kas tersebut terlebih dahulu harus
dinilai sebesar nilai wajarnya. Apabila tidak dapat ditentukan nilai wajar aktiva non-kas tersebut, maka
aktiva non-kas tersebut dinilai berdasarkan perjanjian dari para anggota. Jumlah setoran pertama dari
para anggota ini harus dicantumkan dalam akta pendirian firma.

Contoh

Pada tanggal 1 Januari 2011, Tuan Budi, Ahmad, dan Dedi sepakat untuk mendirikan sebuah firma.
Dibawah ini merupakan setoran modal para anggota

Uraian

Tuan Budi

Tuan Ahmad

Tuan Dedi

Kas

Rp. 20.000.000

-
Rp. 5.000.000

Persediaan

Rp. 16.000.000

Rp. 8.000.000

Kendaraan

Rp. 3.000.000

Rp. 7.000.000

Tanah

Rp. 4.000.000

Rp. 10.000.000

Bangunan Kantor

Rp. 2.000.000

Jumlah

Rp. 25.000.000

Rp. 20.000.000

Rp. 30.000.000

Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat transaksi penyetoran modal para anggota adalah sebagai
berikut :

1) Kas Rp 20.000.000,00

Kendaraan.. 3.000.000,00
Banguna Kantor 2.000.000,00

Modal Tuan Budi Rp 25.000.000,00

( untuk menacatat penyetoran modal Tn.Budi )

2) Persediaan Rp 16.000.000,00

Tanah 4.000.000,00

Modal Tuan Ahmad Rp 20.000.000,00

( untuk mencatat penyetoran modal Tn.Ahmad )

3) Kas Rp 5.000.000,00

Persediaan 8.000.000,00

Tanah 10.000.000,00

Kendaraan 7.000.000,00

Modal Tuan Dedi Rp 30.000.000,00

( untuk mencatat penyetoran modal Tn.Dedi )

Setelah jurnal penyetoran modal para anggota dibuat, maka selanjutnya transaksi penyetoran tersebut
diposting ke dalam masing-masing rekening buku besar sehingga pada saat pendirian, firma tersebut
memiliki 8 buku besar, yaitu :

1.Buku besar Kas

2.Buku besar Persediaan

3.Buku besar Tanah

4.Buku besar Kendaraan

5.Buku besar Bangunan Kantor

6.Buku besar Modal Tn.Budi

7.Buku besar Modal Tn.Ahmad

8.Buku besar Modal Tn.Dedi

Yang harus diketahui bahwa buku yang digunakan oleh firma tersebut semuanya adalah buku baru, hal
ini dikarenakan semua pendiri firma merupakan para anggota yang sebelumnyatidak memiliki usaha
perseorangan sehingga pembukuan firma mengguanakan buku baru.
Jika masing-masing rekening sudah dicatat dalam buku besarnya, maka neraca awal pada saat pendirian
firma akan terlihat sebagai berikut :

FIRMA “AAA”

NERACA AWAL

1 JANUARI 2011

Uraian

Jumlah

Uraian

Jumlah

Aktiva Lancar:

Kas

Persediaan Barang

Tot. Aktiva Lancar

Aktiva Tetap:

Tanah

Bangunan kantor

Kendaraan

Total Aktiva Tetap

25.000.000

24.000.000

49.000.000

14.000.000
2.000.000

10.000.000

26.000.000

Hutang:

Modal:

Modal Tn. Budi

Modal Tn. Ahmad

Modal Tn. Dedi

Total Modal

25.000.000

20.000.000

30.000.000

75.000.000

Jumlah Aktiva

75.000.000
Jumlah Hut. & Modal

75.000.000

Setelah neraca awal dari firma dibuat, berikutnya ditentukan pula perbandingan pembagian laba-rugi
firma untuk para anggota dan perjanjian mengenai perbandingan pembagian laba-rugi ini harus
dicantumkan ke dalam akta pendirian.

Firma Didirikan Oleh Anggota yang Sudah Memiliki Usaha dan Anggota yang Belum Memiliki Usaha

Jika firma didirikan oleh salah seorang anggota yang sudah memiliki usaha dan beberapa anggota yang
belum memiliki usaha, maka prosedur akuntansinya adalah :

1. Mengadakan penilaian kembali aktiva atau kekayaan milik anggota yang sudah memiliki usaha.

2. Mencatat penyetoran kekayaan anggota yang belum memiliki usaha.

3. Menyusun neraca awal firma.

Akibat dari adanya anggota pendiri firma yang sudah memiliki usaha dan yang belum memiliki usaha,
maka ada 2 metode akuntansi yang dapat digunakan untuk mencatat pendirian firma, yaitu :

1. Pembukuan firma mengguanakan buku baru.

2. Pembukuan firma melanjutkan buku milik anggota yang sudah memiliki usaha.

Contoh :

Pada tanggal 3 Maret 2011, Tuan A, Nyonya B, Tuan C, dan Nona D telah bersepakat untuk mendirikan
sebuah firma yang bergerak dalam bidang perdagangan konveksi. Nyonya B, Tuan C dan Nona D
merupakan para anggota yang sebelumnya belum memiliki usaha. Sedangkan Tuan Muh sudah memiliki
usaha perusahaan perseorangan berupa Toko Konveksi pakaian jadi yang pada saat firma akan didirikan
memiliki posisi keuangan sebagai berikut:

Neraca Tn. A

3 Maret 2011

Kas

Piutang Dagang
Persediaan Barang

Alat-alat toko

6.000.000

1.500.000

8.750.000

2.250.000

Hutang Dagang

Hutang Bank

Modal

3.500.000

4.500.000

10.500.000

Total

18.500.000

Total

18.500.000

Sedangkan anggota-anggota yang lainnya menyetorkan kekayaan sebagai berikut


Ny. B

Tuan C

Nn. D

Kas

Persediaan

Kendaraan

Tanah

Peralatan kantor

Bangunan Kantor.

Jumlah

Rp 12.000.000,00

18.000.000,00

Rp 20.000.000,00

16.000.000,00

8.000.000,00

-
24.000.000,00

4.600.000,00

6.000.000,00

6.000.000,00

16.600.000,00

Setelah ke-empat anggota pendiri firma tersebut bersepakat untuk mendirikan firma, maka mereka
mengadakan perjanjian mengenai hal-hal sebagai berikut :

Kas milik tuan Arpra diambil seluruhnya oleh Tuan A

Persediaan barang dagangan tuan A dinilai kembali dan diturunkan nilainya Sebesar Rp 2.500.000,00

Hutang Bank tuan A akan dilunasi sendiri oleh Tuan A.

Tanah milik Nona D dinilai kembali sebesar nilai wajarnya, yaitu sebesar Rp 8.400.000,00

Kendaraan milik Nyonya B juga dinilai kembali menjadi Rp l4.000.000,00

Firma tersebut diberi nama Firma ‘AAA’.

Berdasarkan transaksi pada contoh 2 di atas, maka prosedur akuntansi pendirian firma dengan
menggunakan dua metode pembukuan adalah sebagai berikut:

Bila pembukuan menggunakan buku baru.

Jika firma AAA menggunakan buku baru, maka prosedur akuntansi yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

1) Mengadakan penyesuaian kekayaan anggota yang sudah memiliki usaha (dalam hal ini Tuan A),
yaitu dengan membuat jurnal penyesuaian sesual dengan perjanjian sebagai berikut:

Hutang Bank ……….. Rp 4.500.000,00

Modal Tn.Muh …….. 4.500.000,00

Kas ………………………………………… Rp 6.000.000,00


Persediaan …………………………………. 2.500.000,00

Akibat adanya jurnal diatas, maka kekayaan dan modal Tn.Muh akan menjadi sebagai berikut :

-Piutang dagang ……………………….. Rp 1.500.000,00

-Persediaan barang dagangan :Rp 8.750.000,00 – Rp 2.500.000,00 = 6.250.000,00

- Alat-alat took ………………………… 2.250.000,00

- Hutang dagang ………………………. 3.500.000,00

- Modal Tn.A Rp 10.500.000,00 – Rp 4.000.000,00. = 6.500.000,00

2) Melakukan penutupan buku rekening milik Tn.Muh yaitu dengan membuat jurnal penutup sebagai
berikut ;

Hutang dagang ……… Rp 3.500.000,00

Modal Tn.A ……... 6.500.000,00

Piutang dagang ………………………… Rp 1.500.000,00

Persediaan ……………………………... 6.250.000,00

Alat-alat toko ………………………….. 2.250.000,00

3) Mencatat penyetoran kekayaan para anggota yang belum memiliki usaha, termasuk penyetoran
kekayaan Tn.A

a. Jurnal penyetoran kekayaan Ny.B :

Kas ………….. Rp 12.000.000,00

Kendaraan …... 14.000.000,00

Modal Ny. B ………………… Rp 26.000.000,00

b. Jurnal penyetoran kekayaan Tn.Rizki :

Persediaan …... Rp 16.000.000,00

Peralatan Kantor 8.000.000,00

Modal Tn.C ………………... Rp 24.000.000,00

c. Jurnal penyetoran kekayaan Nn.D :


Kas …………... Rp 4.600.000,00

Tanah ………... 8.400.000,00

Bangunan ……. 6.000.000,00

Modal Nn.D ……………….. Rp 19.000.000,00

d. Jurnal penyetoran kekayaan Tn.A :

Piutang dagang .. Rp 1.500.000,00

Persediaan ……. 6.250.000,00

Alat-alat took … 2.250.000,00

Hutang dagang ………………… Rp 3.500.000,00

Modal Tn.A ………………… 6.500.000,00

4) Membuat neraca awal firma AAA, yaitu sebesar masing-masing rekening dari transaksi penyetoran
kekayaan para anggota yang sudah dicatat dalam buku besar. Dan neraca awal firma akan terlihat
sebagai berikut :

Aktiva Lancar :

Kas

Piutang dagang

Persediaan barang

Alat-alat toko

Total Akt. Lancar

Aktiva Tetap :

Tanah

Bangunan

Kenderaan

Peralatan kantor

Total Akt. Tetap

Jumlah Aktiva
16.000.000,00

1.500.000,00

22.500.000,00

2.250.000,00

Rp 42.000.000,00

Rp 8.400.000,00

6.000.000,00

14.000.000,00

8.000.000,00

Rp 36.000.000,00

Rp 79.000.000,00

Hutang :

Hutang dagang

Modal :

Modal Ny. B

Modal Tn. C
Modal Nn. D

Modal Tn. A

Total Modal

Juml. Hut & Modal

Rp. 3.500.000,00

Rp 26.000.000,00

24.000.000,00

19.000.000,00

6.500.000,00

Rp 75.500.000,00

Rp.79.000.000.00

Setelah neraca awal firma dibuat, langkah seianjutnya adalah menentukan rasio pembagian laba-rugi
firma, kemudian barulah firma tersebut mulai beroperasi.

1. Bila firma melanjutkan buku anggota yang sudah memiliki usaha.

Apabila firma Kurnia menggunakan buku melanjutkan buku milik salah seorang anggota yang sudah
memiliki usaha, maka prosedur akuntansi yang dilakukanAdalah sebagai berikut:
1) Mengadakan penyesuaian kekayaan anggota yang sudah memiliki usaha (dalam hal mi Tuan A).
Jurnal penyesuaian yang dibuat identik dengan jurnal penyesuaian pada metode pembukuan firma
dengan menggunakan buku baru yang telah diuraikan di muka.

2) Mencatat penyetoran kekayaan anggota-anggota yang belum memiliki usaha, yaitu Nyonya B, Tuan
C, dan Nona D. Sedangkan tuan A tidak perlu membuat jurnal penyetoran kekayaannya, sebab firma
menggunakan bukunya untuk mencatat transaksi-transaksi firma. Dengan demikian, maka jurnal
penyetoran kekayaan Nyonya B, Tuan C, dan Nona D adalah identik dengan jurnal nomor 3a, 3b, dan 3c
pada metode pembukuan firma dengan menggunakan buku baru yang telah diuraikan di muka.

3) Membuat neraca awal firma yang caranya sama persis dengan metode pembukuan firma dengan
menggunakan buku baru (lihat di muka).

Dengan adanya dua metode pembukuan yang telah dibahas di atas, ternyata pada dasarnya keduanya
akan menggunakan cara pencatatan dan penjurnalan yang sama. Perbedaan yang ada antara
menggunakan buku baru dengan melanjutkan buku salah satu anggota yang sudah memiliki usaha
hanyalah terletak pada ‘Penutupan buku anggota yang sudah punya usaha.

Untuk metode yang pertama, buku anggota yang sudah punya usaha perlu ditutup sebab firma akan
menggunakan buku baru dan anggota tersebut dianggap tidak punya usaha dan sebagai akibatnya
dibuat pula jurnal penyetoran kekayaan anggota yang sudah punya usaha (Lihat jurnal nomor 3d pada
metode yang pertama).

Sedangkan pada metode yang ke dua, tidak diadakan penutupan buku dan jurnal penyetoran kekayaan
anggota yang sudah punya usaha, sebab pembukuan firma menggunakan buku rniliknya atau
rnelanjutkan buku-buku miliknya.

Neraca awal pendirian firma dengan menggunakan metode pertama dan metode ke dua akan
menghasilkan informnasi yang sama.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Firma (persekutuan/partnership) adalah suatu bentuk perusahaan yang didirikan oleh dua orang
anggota atau lebih yang bekerja sama dan atas nama bersama. Biasanya Firma merupakan bentuk
perluasan dari usaha perseorangan yang memiliki beberapa sifat/karakteristik seperti mutual agency,
limited life, unlimited liability, ownership of an interest in partnership, dan participating in partnership
profit.
Akuntansi pendirian Firma dapat dicatat dengan menggunakan dua metode pembukuan, yaitu
pembukuan Firma menggunakan buku-buku baru dan pembukuan Firma melanjutkan buku milik salah
seorang anggota Firma yang sudah punya usaha. Penggunaan metode-metode tersebut dipengaruhi
oleh komposisi anggota-anggota pendiri Firma. Apabila Firma didirikan oleh anggota-anggota yang
semuanya belum memiliki usaha, maka hanya satu pembukuan yang dapat digunakan yaitu metode
pembukuan dengan menggunakan buku baru. Tetapi apabila Firma didirikan oleh anggota-anggota yang
salah satu atau semuanya sudah memiliki usaha maka kedua metode tersebut dapat digunakan
semuanya.

Pendirian, pengaturan dan pembubaran Firma diatur di dalam Kitab Undang‐Undang Hukum Dagang
(KUHD) (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) S.1847-23. Hukum mengenai Firma terdapat dalam
bagian 2 dalam KUHD dengan judul “Perseroan Firma Dan Perseroan Dengan Cara meminjamkan Uang
Atau Disebut Perseroan Komanditer” yang dimulai dari pasal 16 sampai 35.

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Cet. 1, Ed. 1, Jakarta : Kencana.

Wibowo, Arif Abubakar, 2009. Akuntansi Keuangan Dasar 2. Jakarta : Cikal Sakti.

Van Horne James. C, Wachowicz Joh, M., 2007. Prinsio-Prinsip Manajemen Keuangan. Ed. 2, Jakarta :
Salemba Empat.

http://pakdesmart75.wordpress.com/konsep dan perseroan.html

“Konsep Firma dan Perseroan”Oleh website, berita update. download pkl 14.12 Tgl 26/12/2013

http://amar20.files.wordpress.com/2010/11/EkonomiMakalahFirma.html

“Firma”, oleh website, shine_mystyle. download Pkl 14.15 Tgl 26/12/2013

http://deanangs.wordpress.com/2013/01/10//akuntansi-untuk-pendirian-firma_risandi.htm

“Akuntansi Untuk Pendirian Firma” oleh website, Risandi. download Pkl. 14.20 Tgl 26/12/2013
http://microsoft.blogspot.com/2010/02//rani_oriza Makalah Firma.htm

“Makalah Firma” oleh website, rani_oriza. download Pkl 15.00 Tgl 26/12/2013

http://edhyriyono.wordpress.com/galeri/firma/

“Firma” oleh website, Edhy media. download Pkl 09.10 Tgl 27/12/2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum perusahaan adalah perbuatan yang dilakukan secara terus menerus dan terang-terangan
yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Berdasarkan definisi diatas maka dapat dilihat adanya
tiga unsur penting dalam sebuah perusahaan ayaitu dilakukan secara terus menerus, terang-terangan,
bertujuan mendapatkan keuntungan. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula
yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan usaha untuk
perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut yang terdaftar di pemerintah
secara resmi.

Adapun perusahaan itu sendiri dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :


Perusahaan Perseorangan atau disebut juga Perusahaan Individu adalah badan usaha yang
kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin
dan tata cara tertentu. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk
mendirikannya. Pada umumnya perusahaan perseorangan bermodal kecil, terbatasnya jenis serta
jumlah produksi, memiliki tenaga kerja/buruh yang sedikit dan penggunaan alat produksi teknologi
sederhana. Perusahaan Perseorangan dapat berbentuk Perusahaan Dagang/Jasa (Toko Swalayan, Biro
Konsultan) dan Perusahaan Industri. Contoh perusahaan perseorangan seperti toko kelontong, tukang
bakso keliling, pedagang asongan, dan lain sebagainya.

Perusahaan Persekutuan Badan Hukum yang dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, dan
BUMN. Perseroan terbatas adalah organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh
minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan
harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus
memimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi
pimpinan. Untuk mendirikan PT / persoroan terbatas dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah
tertentu dan berbagai persyaratan lainnya.

Perusahaan Persekutuan bukan Badan Hukum atau disebut juga Perusahaan persekutuan yang artinya
badan usaha yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang secara bersama-sama bekerja sama untuk
mencapai tujuan bisnis. Yang termasuk dalam badan usaha persekutuan adalah Perusahaan
Dagang/Usaha Dagang, Industri Rumah (home industri), dan Perseroan (Firma dan CV). Untuk
mendirikan badan usaha persekutuan membutuhkan izin khusus pada instansi pemerintah yang terkait.

Banyak sekali bentuk-bentuk perusahaan yang dapat kita lihat dari penjelasan diatas. Tapi yang akan kita
bahas sekarang yaitu mengenai Firma yang merupakan salah satu contoh dari Badan Persekutuan
bukan Berbadan Hukum. Kita tahu sekarang ini banyak sekali perusahaan-perusahaan yang
menggunakan bentuk Firma ini. Bahkan Firma bukanlah suatu istilah yang asing lagi untuk kita dengar
dan akan terus berkembang di masa sekarang ini. Firma itu sendiri telah dibuat hukum nya
(peraturannya) dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) oleh pemerintah. Oleh sebab itu,
penting bagi kita untuk mengetahui lebih dalam lagi apa itu Firma sehingga kita dapat
mempertimbangkan bentuk usaha apa yang ingin kita gunakan jika kita ingin membuka suatu usaha.

B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan firma, bentuk dan kedudukan hukum persekutuan firma?

Bagaiman cara mendirkan persekutuan firma?

Bagaimana kedudukan akta pendirian persekutuan firma?

Bagaimana keharusan mendaftarkan dan mengumumkan akta pendirian firma?


Bagaiman hubungan hukum antara sekutu firma?

Bagaimana hubungan hukum antara sekutu firma denga pihak ketiga?

Kapan berahir dan bagaimana cara pemberesan persekutuan firma?

BAB II

PEMBAHASAN

PERSEKUTUAN FIRMA

A. Pengertian Firma, Bentuk Dan Kedudukan Hukum Persekutuan Firma

Ada beberapa pengertian firma menurut para ahli dan undang-undang.

Persekutuan firma adalah setiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan
dengan nama bersama yang terdiri dari dua orang atau lebih (Pasal 16 KUHD)[1].

Firma adalah suatu perkumpulan yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dibawah nama bersama
dan yang mana anggota-anggotanya tidak terbatas tanggung jawabnya terhadap perikatan perseroan
dengan pihak ketiga. (Mollengraff)[2].

Firma adalah perseroan yang menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama, yang tidak
sebagai perseroan komanditer. (Wery)[3].

Firma adalah suatu perjanjiann yang ditujukan kearah kerjasama di antara dua orang atau lebih secara
terus menerus untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama bersama, agar memperoleh
keuntungan atas hak kebendaan bersama guna mencapai tujuan pihak-pihak di antara mereka
mengikatkan diri untuk memasukkan uang, barang, nama baik, hak-hak atau kombinasi daripadanya
kedalam persekutuan. (Slagter)[4]
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan, firma adalah persekutuan antara dua orang atau lebih
untuk menjalan perusahaan yang di buat dengan nama bersama.

Firma juga dapat dikatakan sebagai persekutuan perdata. Persekutuan perdata adalah perjanjian antara
dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke perusahhan dengan maksud
untuk membagi keuntungan atau kemanfatan yang di peroleh karenanya (Pasal 1618 KUHPerdata).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa firma adalah sebuah ketentuan husus dari ketentuan yang umum
yang mengatur mengenai persekutuan perdata[5].

Firma mengandung unsur-unsur pokok sebagai berikut:

Persekutuan perdata

Menjalankan perusahaan

Dengan nama bersama

Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan

Persekutuan firma bukan merupakan badan hukum karena persekutuan firma tidak memenuhi syarat
untuk menjadi badan hukum. Adapun syarat sebuah persekutuan disebut badan hukum apabila
kekayaan perusahaan terpisah dari kekayaan pribadi dan mendapatkan mempunyai peraturan resmi
atau husus oleh pemerintah. Sedangkan persekutuan firma, kekayaan persekutuan dengan kekayaan
pribadi tidak terpisah dan tidak ada undang-undang husus yang mengatur mengenai firma. Oleh karena
itu dalam mendirikan persekutuan firma tidak ada keharusan untuk mengesahkan akta pendirian oleh
menteri kehakiman.[6]

Seperti halnya persekutuan yang lain, firma juga memiliki sifat atau ciri-ciri. Adapun sifat atau ciri-ciri
firma antara lain:[7]

Bentuk firma ini telah digunakan baik untuk kegiatan usaha berskala besar maupun kecil.

Dapat berupa perusahaan kecil yang menjual barang pada satu lokasi, atau perusahaan besar yang
mempunyai cabang atau kantor di banyak lokasi

Masing-masing sekutu menjadi agen atau wakil dari persekutuan firma untuk tujuan usahanya
Pembubaran persekutuan firma akan tercipta jika terdapat salah satu sekutu mengundurkan diri atau
meninggal.

Tanggung Jawab seorang sekutu tidak terbatas pada jumlah investasinya.

Harta benda yang diinvestasikan dalam persekutuan firma tidak lagi dimiliki secara terpisah oleh masing-
masing sekutu.

Masing-masing sekutu berhak memperolah pembagian laba persekutuan firma.

B. PENDIRIAN FIRMA

Suatu firma dapat dibentuk dengan membuat akta pendirian oleh mereka yang mendirikannya, akta
pendirian tersebut kemudian didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam mana firma tersebut
berdomisili.

Dalam mendaftarkan akta pendirian firma, ada beberapa hal yang perlu di cantumkan dalam akta
tersebut.

Nama, nama kecil, pekerjaan dan tempat tinggal para persero firma;

Pernyataan firmanya dengan menunjukkan apakah perseroan itu umum, ataukah terbatas pada suatu
cabang khusus dari perusahaan tertentu, dan jika persekutuan firma itu usaha yang husus maka harus
disebutkan usaha yang husus itu

Penunjukan para persero, yang tidak diperkenankan bertandatangan atas nama firma

Saat mulai berlakunya perseroan dan saat berakhirnya

Dan selanjutnya, pada umumnya, bagian-bagian dari perjanjiannya yang harus dipakai untuk
menentukan hak-hak pihak ketiga terhadap para persero.

Setiap orang dapat memeriksa akta atau petikannya yang terdaftar, dan dapat memperoleh salinannya
atas biaya sendiri. (KUHD Pasal 25)

Pendaftarannya harus diberi tanggal dari hari pada waktu akta atau petikannya itu dibawa kepada
panitera. (KUHD Pasal 27)
C. KEDUDUKAN AKTA PENDIRIAN FIRMA

Akta autentik pendirian persekutuan firma merupakan bukti keberadaan atau eksistensi persekutuan
firma tersebut. Akan tetapi akta ini hany merupakan dokumen internal diantara para sekutu yang
mendirikan persekutuan firma tersebut. Kehidupan dunia usaha sehari-hari seringkali menunjukkan
bahwa tidah semua pelaku usaha cukup cakap untuk mengerti dan merasa perlu untuk mengetahui
secara detail tentang eksistensi suatu firma. Jika kenyataan sehari-hari menunjukkan suatu pelaku usaha
yang menjadi mitranya memperkenalkan diri dan terlibat dalam dunia usaha dengan menggunakan
suatu nama bersama yang dikenal dikalangan luas dengan berdasarkan pada hal tersebut, undang-
undang sudah memungkinkan pelaku usaha tersebut untuk menggugat mitra usahanya yang cidra janji
sebagai suatu persekutuan firma, jadi dalam hal ini beban pembuktian mengenai eksistensi dari
persekutuan firma dalam dunia bisnis menjadi lebih mudahadapun tugas dari mitra usahanya tersebut
(yang digugat sebagai persekutuan firma) untuk membuktikan bahwa tidak ada suatu persekutuan firma
diantara para sekutunya tersebut.

Bagi sekutu dalam persekutuan firma itu sendiri, keberadaan persekutuan firma diantara para sekutu
tersebut, dalam hal sekutu atau persekutuan firma hendak mengugat pihak ketiga yang cidera janji
terhadap persekutuan firma tersebut, hanya dapat dibuktikan dengan akta pembentukan firma yang
autentik, yang merupakan akta notaris

D. Keharusan Mendaftarkan Dan Mengumumkan Akta Pendirian Firma

Para persero firma diwajibkan untuk mendaftarkan akta pendirian firma dalam register yang disediakan
untuk itu pada kepaniteraan raad van justitie (pengadilan negeri) daerah hukum tempat kedudukan
perseroan itu (KUHD Pasal 23)

Di samping itu para persero wajib untuk mengumumkan petikan aktanya dalam surat kabar resmi (KUHD
Pasal 28)

Selama pendaftaran dan pengumuman belum terjadi, maka perseroan firma itu terhadap pihak ketiga
dianggap sebagai perseroan umum untuk segala urusan, dianggap didirikan untuk waktu yang tidak
ditentukan dan dianggap tiada seorang persero pun yang dilarang melakukan hak untuk bertindak dan
bertanda tangan untuk firma itu.
Dalam hal adanya perbedaan antara yang didaftarkan dan yang diumumkan, maka terhadap pihak
ketiga berlaku ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan pasal yang lalu yang dicantumkan dalam
surat kabar resmi. (KUHD Pasal 29)

Dari rumusan pasal 28 dan 29 KUHD dan penjelasan sebelumnya mengenai pendirian persekutuan firma,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pendaftaran dan pengumuman dalam pembentukan atau pendirian suatu firma adalah untuk memenuhi
syarat publisitas, berdasarkan teori fiksi yang berlaku dalam ilmu hukum. Menurut teori fiksi tersebut,
dengan dilakukannya pengumuman, maka seluruh anggota masyarakat di nilai dan dianggap
mengetahui mengenai keberadaan atau eksistensi dari hal-hal yang dimuat dalam pengumuman
tersebut.

Pengumuman yang dilakukan tersebut menjadi alat bukti yang kuat bagi pihak ketiga mengenai hal-hal
yang di sebutkan dalam pengumuman tersebut. Dalam hal ada perbedaan antara yang diumumkan dan
yang didaftarkan, maka yang berlaku adalah yang diumumkan, oleh karena melalui pengumuman,
masyarakat luas, dengan teori fiksi, dianggap terikat dengan pengumuman tersebut.

Untuk mencegah terjadinya pertentangan dalam pendaftaran dan pengumuman, maka oleh undang-
undang ditentukan bahwa apa yang diumumkan itu adalah atau bersumber pada apa yang telah
didaftarka di kepaniteraan pengadilan negeri, yang meliputi tempat kedudukan persekutuan firma
tersebut.

Oleh karena pengumuman tersebut bersifat dan bertujuan untuk mengikat pihak ketiga, dalam
berhubungan hukum dengan persekutuan firma, maka isi dari hal-hal yang ada dalam pengumuman
tersebut adalah yang menurut persekutuan relevan dan perlu diketahui.

Jika persekutuan firma (dan atau sekutu firma dalam persekutuan tersebut) lalai untuk melakukan
pendaftaran dan pengumuman, maka undang-undang memberikan perlindungan kepada pihak ketiga
yang berhubungan hukum dengan persekutuan firma tersebut. Perlindungan tersebut diberikan dalam
bentuk:

Pihak ketiga tidak perlu menunjukkan adanya akta pendirian persekutuan firma untuk membuktikan
bahwa ada persekutuan firma diantara para sekutu tersebut. Pihak ketiga tersebut dapat
mempergunakan segala alat bukti yang diperbolehkan undang-undang, yaitu baik saksi, persangkaanm,
maupun sumpah. Sedangkan bagi persekutuan firma tersebut atau sekutu dalam persekutuan tersebut,
untuk membuktikan adanya persekutuan firma mereka hanya dapat membuktikannya denga alat bukti
tertulis, yaitu akta autentik yang membuktikan adanya persekutuan firma tersebut.
Dalam hal yang tersebut diatas, maka undang-undang menetukan bahwa persekutuan firma yang ada
tersebut adalah persekutuan yang didirikan:

1) Untuk menjalankan perusahaan dalam segala lapangan usaha untuk segala maksud dan tujuan;

2) Didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas

3) Tidak ada sekutu yang di kecualiakan dari kegiatan untuk melakukan perwakilan atas kegiatan
perusahaan yang dijalankan oleh persekutuan firma tersebut.

Dalam konteks ini perlu dibedakan antara kegiatan pengurusan dan perwakilan yang di atur dalam
ketentuan mengenai persekutuan dalam KUHPerdata, dengan fungsi perwakilan dalam menjalankan
perusahaan yang diatur dalam KUHD.

Selama tidak ada pendaftaran dan pengumuman, setiap pihak ketiga yang melakukan hubungan hukum
atau transaksi dengan seorang sekutu dalam dalam suatu persekutuan demi hukum dilindungi. Pihak
ketiga tersebut berhak menuntut pelaksanaan perikatannya dengan sekutu tersebut dan juga dari
persekutuan firma menurut segala ketentuan dan tata cara yang dimungkinkan oleh undang-undang.

Dengan didftarkannya akta pendirian persekutuan firma dan atau petikannya yang relevan denga pihak
ketiga dalam kepaniteraan pengadilan negeri yang meliputi tempat kedudukan firma, dan selanjutnya
diumumkan dalam berita negara, maka terhitung sejak saat itu pihak ketiga baru dianggap mengetaui
mengenai kekhususan dari suatu persekutuan firma, baik mengenai bidang usaha dan kegiatannya, baik
mengenai jangka waktunya, dan termasuk pula batasan-batasan kewenangan dalam perwakilan
kegiatan menjalankan perusahaan dalam persekutuan firma tersebut.

E. Hubungan Hukum Antara Sekutu Firma

Setiap sekutu mempunyai hak dan kewajiban terhadap persekutuan. Hak dan tanggung jawab sekutu
firma:

Setiap anggota berhak untuk melakukan pengumuman dan bertindak keluar atas nama firma

Perjanjian yang dibuat oleh seorang anggota, juga mengikat anggota lainnya

Segala sesuatu yang diperoleh oleh seorang anggota menjadi harta firma
Tiap-tiap anggota secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya atas perikatan
firma yang disebut dengan tanggung jawab solider.[8]

Hubungan hukum antara sekutu-sekutu dalam firma meliputi ketentuan-ketentuan berikut ini[9]:

Semua sekutu memutuskan dan menetapkan dalam akta sekutu yang di tunjuk sebgai pengurus firma

Semua sekutu berhak melihat atau mengontrol pembukuan firma

Semua sekutu memberikan persetujuan jika persekutuan firma menambah sekutu baru

Penggantian kedudukan sekutu dapat diperkenankan jika diatur dalam akta pendirian

Seorang sekutu dapat menggugat persekutuan firma apabila ia berposisi sebagai kreditur firma dan
pemenuhannya disediakan dari kas persekutuan firma.

F. Hubungan Hukum Antara Sekutu Firma Dengan Pihak Ketiga

Hubungan hukum antara sekutu firma dengan pihak ketiga meliputi ketentuan:

Sekutu yang telah keluar secara sah masih dapat dituntut oleh pihak ketiga atas dasar perjanjian yang
belum dibereskan pembayarannya.

Setiap sekutu berwenang mengadakan perikatan dengan pihak ketiga bagi kepentingan persekutuan,
kecuali jika sekutu itu dikeluarkan dari kewenangan itu

Setiap sekutu bertanggung jawab secara pribadi atas semua perikatan persekutuan firma, meskipun di
buat oleh sekutu lain, termasuk juga perikatan karena perbuatan melawan hukum

Apabila seorang sekutu menolak penagihan dengan alasan persekutuan firma tidak ada karena tidak ada
akta pendirian, maka pihak ketiga itu dapat membuktikan adanya persekutuan firma dengan segala
macam alat pembuktian.

Tanggung jawab para sekutu terhadap pihak ketiga tidak di laksanakan secara langsung, artinya segala
hutang persekutuan firma dipenuhi terlebih dahulu dari kas persekutuan firma. Apabila kas tidak
mencukupi, maka kekayaan pribadi masing-masing sekutu dipertanggungjawabkan sampai hutang
terpenuhi semua.[10]

G. Berakhir Dan Pemberesan Persekutuan Firma


Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal 1646 sampai dengan Pasal 1652
KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal 35 KUHD.

Pasal 1646 KUHPerdata menyebutkan bahwa ada 5 hal yang menyebabkan Persekutuan Firma berakhir,
yaitu :

Jangka waktu firma telah berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian;

Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya;

Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan firma;

Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu;

Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.

Pasal 31 KUHD menyebutkan bahwa firma dapat berahir karena berakhirnya jangka waktu yang
ditetapkan dalam akta pendirian. Juga dapat bubar sebelum berahir jangka waktunya sebagai akibat
pengunduran diri atau pemberhentian sekutu. Pembubaran persekutuan firma harus dilakukan dengan
akta autentik di muka notaris, didaftarkan di kepaniteraan pengadilan negeri dan di umumkan dalam
tambahan berita negara. Kelalaian pendaftaran dan pengumuman ini mengakibatkan tidak berlaku
pembubaran, pengunduran diri, pemberhentian, atau perubahan terhadap pihak ketiga.[11] Jika terjadi
hal-hal seperti yang disebutkan dalam pasal 31 tersebut maka persekutuan firma harus dibubarka
terlebih, meskipun nantinya persekutuan firma dapat dilanjutkandengan nama bersama yang sama. [12]

Dalam pembubaran atau berakhirnya suatu firma diperlukan pemberesan. Yang bertugas melakukan
pemberesan ialah mereka yang ditetapkan dalam akta pendirian. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam
pembubaran persekutuan, husunya pengambilan keputusan, maka harus dilakukan pemungutan suara,
suara terbanyak bisa menunjuk orang lain sebagai pemberes pembubaran persekutuan firma. Artinya
pemberesan pembubaran persekutuan firma bisa dilakukan oleh sekutu yang bukan pengurus. Jika
dalam pemungutan suara sama banyak, maka keputusan harus diserahkan kepada pengadilan negeri,
dengan mempertimbangka kepentingan persekutuan firma yang telah dibubarkan tersebut. (Pasal 32
KUHD )
Pemberes bertugas menyelesaikan semua hutang persekutuan firma dengan menggunakan uang kas.
Jika masih ada saldo, maka saldo tersebut dibagi di antara para sekutu. Jika ada kekurangan, maka
kekurangan itu harus ditanggung dari kekayaan pribadi para sekutu.

Setelah pemberesan selesai dilakukan, segala buku-buku persekutuan firma yang telah dibubarkan harus
tetap disimpan oleh salah satu sekutu firma, yang berdasarka suara terbanyak atau, dalam hal kesamaan
jumlah suara, maka harus disimpan oleh sekutu yang ditunjuk pengadilan negeri. (Pasal 35 KUHD

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat di traik kesimpulan bahwa firma adalah persekutuan yang di dirikan oleh dua
orang atau lebih untuk menjalankan sebuah perusahaan dengan memakai nama bersama. Persekutuan
firma bukan merupakan badan hukum karena belum memenuhi persyaratan formil dari pemerintah.
Firma harus dibuatkan akta autentik oleh orang yang mendirikannya dan di daftarkan ke kepaniteraan
pengadilan negeri tempat persekutuan itu di buat. Setelah didaftarkan, maka akta tersebut diumumkan
ke masyarakat. Apabila terpedaan antara yang didaftarkan dengan yang diumumkan, maka yang berlaku
adalah yang di umumkan. Persekutuan firma akan berakhir apabila, jangka waktu yang ditetapkan dalam
akta pendirian sudah selesai, pembubaran sebelum jangka waktu yang ditentukan, dan akibat
pengunduran diri atau pemberhentian. Pembubaran persekutuan firma harus di daftarkan di
kepaniteraan pengadilan negeri dan umumkan. Pembubaran suatu firma diperlukan pemberesan.
Pemberesan dilakukan oleh mereka yang ditetapkan dalam akta pendirian. Apabila terjadi perbedaan
pendapat dalam pengambilan keputusan, maka di adakan pemungutan suara. Suara terbanya berhak
menunjuk orang untuk melakukan pemberesan persekutuan firma. Jika pemungutan suara sama
banyak, maka diserahkan ke pengadilan negeri, dan pengadilan negeri menunjuk siap yang akan
melakukan pemberesan.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Johannes. Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan Dan Badan Hukum. Bandung: Refika
Aditama, 2006

Sopandi, Eddi. Bebrapa Hal Dan Catatan Berupa Tanyajawab Hukum Bisnis. Bandung: Refika Aditama,
2003

Widjaja, Gunawan. Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis: Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma,
Persekutuan Komanditer. Jakarta: Kencana, 2006

http://chandrapamungkas.wordpress.com/2011/05/02/pengertian-firma/

[1] Eddi Sopandi. Beberapa Hal Dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis. Bandung: PT. Refika
Aditama, 2003. Hal. 26

[2]Johannes Ibrahim. Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan Dan Badan Hukum. Bandung: PT.
Refika Aditama, 2006. Hal. 34

[3] Ibid.

[4] Ibid. Hal. 35

[5] Gunawan Widjaja. Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis: Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, Dan
Persekutuan Komanditer. Jakarta: Kencana, 2006. Hal. 204
[6] Eddi Sopandi. Beberapa Hal Dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis. Bandung: PT. Refika
Aditama, 2003. Hal. 27

[7] http://chandrapamungkas.wordpress.com/2011/05/02/pengertian-firma/

[8] Johannes Ibrahim. Hukum Organisasi Perusahaan: Pola Kemitraan Dan Badan Hukum. Bandung: PT.
Refika aditama, 2006

[9] Eddi Sopandi. Beberapa Hal Dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis. Bandung: PT. Refika
aditama, 2003. Hal 28

[10] Ibid.

[11] Eddi Sopandi. Bebrapa Hal Dan Catatan Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnia. Bandung: PT. Refika
Aditama, 2003. Hal. 29

[12] Gunawan Widjaja. Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis: Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma,
Persekutuan Komanditer. Jakarta: Kencana, 2006. Hal. 234

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

CV termasuk badan usaha bukan berbadan hukum seperti PT, walaupun demikian keberadaan badan
usaha ini tidak mengurangi hak dan kewajibannya sebagai perusahaan yang diakui pemerintah dan
kalangan dunia usaha khususnya. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya pengusaha, terutama
Pengusaha Kecil dan Menengah (UKM) yang menggunakan badan usaha CV sebagai landasan untuk
dapat melakukan kegiatan usaha di Indonesia.

Pasal 19 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) menjelaskan bahwa CV adalah
Persekutuan secara melepas uang yang dinamakan persekutuan komanditer, didirikan antara satu orang
atau beberapa sekutu yang tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada pihak
satu, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain. Sedangkan pada pasal 19 ayat 2
berbunyi ‘Dengan demikian bisalah terjadi suatu persekutuan itu pada suatu ketika yang sama
merupakan persekutuan firma terhadap sekutu firma di dalamnya dan merupakan persekutuan
komanditer terhadap pelepas uang. Pada beberapa referensi lain, pemberian pinjaman modal atau biasa
disebut inbreng, dapat berbentuk selain uang, misalnya benda atau yang lainnya.

Dari ketentuan pasal itu terlihat bahwa di dalam CV terdapat dua alat kelengkapan, yaitu pesero yang
bertanggung jawab secara tanggung renteng (pesero aktif, pesero komplementer) dan pesero yang
memberikan pinjaman uang (pesero pasif, pesero komanditer), Persero Aktif ; adalah orang yang
mempunyai tanggung jawab penuh untuk mengelola perusahaan dengan jabatan sebagai Direktur.
Sedangkan Pesero Pasif ; adalah orang yang mempunyai tanggung jawab sebatas modal yang
ditempatkan dalam perusahaan, yaitu sebagai Pesero Komanditer.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Persekutuan Komanditer (CV)

Persekutuan Komanditer (commanditaire vennootschap atau CV) adalah suatu persekutuan yang
didirikan oleh seorang atau beberapa orang yang mempercayakan uang atau barang kepada seorang
atau beberapa orang yang menjalankan perusahaan dan bertindak sebagai pemimpin. Menurut Pasal 19
KUHD perseroan komanditer adalah perseroan menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara
satu orang atau beberapa orang pesero yang secara lansung bertanggung jawab untuk seluruhnya pada
satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pelepasan uang pada pihak lain[1]
CV berada di antara Firma dan Perseroan Terbatas, dengan demikian, CV adalah perekutuan dengan
setoran uang, barang, tenaga atau sebagai pemasukan para sekutu, dibentuk oleh satu orang atau lebih
anggota aktif yang bertanggung jawab secara renteng, di satu pihak dengan satu atau lebih orang lain
sebagai pelepas uang (Hukum Dagang, 2009 : 144). Perbedaan PT dan CV yang mendasar adalah
Modalnya. Didalam Perseroan Komanditer modal perusahaan tidak disebutkan didalam akta pendirian
atau perubahannya.Terkait hal itu maka para pendiri harus membuat kesepakatan tersendiri dan
membuat catatan yang terpisah mengenai modal yang disetor.[2]

Dari pengertian di atas, sekutu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :[3]

1) Sekutu aktif atau sekutu Komplementer,

adalah sekutu yang menjalankan perusahaan dan berhak melakukan perjanjian dengan pihak ketiga.
Artinya, semua kebijakan perusahaan dijalankan oleh sekutu aktif. Sekutu aktif sering juga disebut
sebagai persero kuasa atau persero pengurus.

2) Sekutu Pasif atau sekutu Komanditer,

adalah sekutu yang hanya menyertakan modal dalam persekutuan. Jika perusahaan menderita rugi,
mereka hanya bertanggung jawab sebatas modal yang disertakan dan begitu juga apabila untung, uang
yang mereka peroleh terbatas tergantung modal yang mereka berikan. Status Sekutu Komanditer dapat
disamakan dengan seorang yang menitipkan modal pada suatu perusahaan, yang hanya menantikan
hasil keuntungan dari inbreng yang dimasukan itu, dan tidak ikut campur dalam kepengurusan,
pengusahaan, maupun kegiatan usaha perusahaan. Sekutu ini sering juga disebut sebagai persero diam.

B. Jenis-jenis Persekutuan Komanditer (CV)

Di Indonesia terdapat 5 jenis perkutuan komanditer dengan ciri atau karakteristik tersendiri, yaitu
:[4]

1. CV Murni

CV Murni adalah jenis persekutuan komanditer yang hanya terdapat satu pemilik aktif sementara pihak
lain berperan sebagai pemilik pasif. Dengan kata lain, pemilik aktif bertugas atau bertanggung jawab
seorang diri di dalam mengurus CV dan berhubungan dengan pihak ketiga tanpa di dampingi oleh satu
pun rekan lain.

2. CV Campuran

CV Campuran adalah jenis persekutuan komanditer dengan bentuk firma yang membutuhkan tambahan
modal. Di dalam CV Campuran, pemilik aktif dan pasif berasal dari para pemilik firma yang kemudian
menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing dan dilarang bekerja sama atau saling
mencampuri tugas dan tanggungan masing-masing.

3. CV Bersaham
CV Bersaham adalah jenis persekutuan komanditer yang mengeluarkan saham khusus untuk pemilik
aktif dan pasif dan dipebolehkan mengambil lebih dari satu saham sesuai keinginan. Salah satu ciri yang
melekat erat pada CV bersaham adalah tidak mudah menarik kembali modal yang telah di setorkan.
Oleh sebab itu, CV bersaham membebaskan pemilik aktif dan pasif untuk mengambil saham yang di
keluarkan sesuai keinginan.

4. CV Diam-Diam

CV Diam-diam adalah jenis persekutuan komanditer yang memperlihatkan identitas sebagai sebuah
rumah firma, tetapi tetap dimiliki oleh pemilik aktif dan pasif. Pada CV diam-diam, pemilik aktif
menjalankan tugas atau tanggung jawab sebagai penggerak perusahaan. Sementara itu, pemilik pasif
menjalankan tugas atau tanggung jawab sebatas menyerahkan uang, benda, ataupun tenaga kerja
kepada CV sebagaimana yang telah di sanggupi.

5. CV Terang-Terangan

CV Terang-terangan adalah jenis persekutuan komanditer yang memperlihatkan identitasnya dengan


nama CV dan bukan sebuah firma. Pada umumnya, didalam CV terang-terangan terdapat lebih dari satu
pemilik yang aktif dan pasif mereka bekerja secara berkelompok menjalankan tugas atau tanggung
jawab masing-masing.

C. Prosedur Pendirian CV

Prosedur pendirian CV sama dengan prosedur pendirian firma. Berdasarkan ketentuan perundang-
undangan, CV diatur dalam Pasal 16 sampai dengan 35 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
sebagaimana juga proses pendirian firma, dan pada prakteknya di Indonesia telah menjadi suatu
kebiasaan bahwa setiap orang yang hendak mendirikan CV, dibuat dalam Akta Notaris (Otentik), dan
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri (PN) yang berwenang, serta kemudian diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara R.I.[5]

Tahapan Proses Pendirian CV, yaitu:

1) Pembuatan Akta Pendirian CV oleh Notaris;

2) Surat Keterangan Domisili Perusahaan (SKDP);

3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

4) Surat KeteranganTerdaftar Sebagai Wajib Pajak;

5) Pendaftaran ke Pengadilan Negeri;

6) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);


7) Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

D. Tanggung Jawab Keluar

Menurut pasal 19 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang bahwa pihak yang bertanggung
jawab dan berurusan dengan urusan di luar adalah sekutu kerja atau sekutu komplementer. Namun
pihak sekutu komanditer bertanggung jawab juga ke luar, bila sekutu komanditer tersebut melanggar
pasal 20 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Sekutu komanditer hanya berhak mengawasi urusan
intern persekutuan CV (pasal 20 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang). Sekutu komanditer juga
bertanggung jawab kepada sekutu kerja terkait penyediaan modal (pasal 19 KUHD).

Hak dan Kewajiban Sekutu aktif (komplomenter) :

1) Wajib mengurus CV

2) Wajib bertanggungjawab secara tanggung-renteng atas kewajiban CV terhadap pihak ketiga

3) Berhak memasukan uang atau kekayaan lainnya kepada CV

4) Berhak menerima pembagian keuntungan.

Hak dan Kewajiban Sekutu pasif (komanditer):

1) Wajib menyerahkan uang atau kekayaan lainnya kepada CV

2) Wajib bertanggungjawab atas kewajiban persekutuan terhadap pihak ketiga terbatas pada jumlah
pemasukan yang telah disetor untuk modal persekutuan

3) Berhak memperoleh pembagian keuntungan

4) Dilarang melakukan pengurusan meskipun dengan menggunakan surat kuasa. Akan tetapi, sekutu
komanditer boleh melakukan pengawasan jika ditetapkan dalam akta pendirian. Apabila sekutu
komanditer melakukan pengurusan persekutuan maka tanggungjawabnya diperluas menjadi sama
dengan sekutu komplementer, yaitu tanggungjawab secara renteng.

Tugas Sekutu Pasif yaitu :

1) Wajib menyerahkan uang, benda ataupun tenaga kepada persekutuan sebagaimana yang telah
disanggupkan

2) Berhak menerima keuntungan

3) Tanggung jawab terbatas pada jumlah pemasukan yang telah disanggupkan; dan
4) Tidak boleh campur tangan dalam tugas sekutu aktif (Pasal 20 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang), bila dilanggar maka tanggung jawabnya menjadi tanggung jawab secara pribadi untuk
keseluruhan (tanggung jawab sekutu aktif) berdasarkan pasal 21 Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

Tugas Sekutu Aktif yaitu :

1) Mengurus CV

2) Berhubungan hukum dengan pihak ketiga dan

3) Bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan

4) Risiko bagi Pengurus CV

Risiko bagi pengurus CV

Risiko bagi pengurus CV adalah menyangkut kinerja perusahaan. Apabila perusahaan yang dikelolanya
mengalami kerugian, maka penguruslah yang paling banyak menanggung beban untuk melunasi hutang
perusahaan. Risiko paling besar adalah harta kekayaannya bisa menjadi jaminan untuk menutupi hutang
perusahaan.

E. Berahirnya Persekutuan Komanditer (CV)

Karena persekutuan komanditer pada hakikatnya adalah persekutuan perdata (Pasal 16 KUH Dagang),
maka mengenai berakhirnya persekutuan komanditer sama dengan berakhirnya persekutuan perdata
dan persekutuan firma (Pasal 1646 s/d 1652 KUH Perdata). Pasal 1646 KUH Perdata menyebutkan
bahwa paling tidak ada 4 hal yang menyebabkan persekutuan berakhir yaitu,[6]

Ø Lewatnya masa waktu perjanjian persekutuan,

Ø Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan,

Ø Kehendak dari sekutu,

Ø Jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan atau dinyatakan pailit.

Akta Otentik Pendirian Persekutuan Komanditer saat ini pada umumnya mencantumkan ketentuan
mengenai tidak berakhirnya Persekutuan dalam hal salah satu Sekutu dinyatakan Pailit. Secara logika,
ketentuan tersebut bertentangan dengan ketentuan dalam KUH Perdata sedangkan perjanjian yang
bertentangan dengan Undang-Undang adalah batal demi hukum.

F. Tujuan Pendirian CV
Setiap CV mempunyai tujuan dalam setiap pendiriannya, salah satunya agar dapat melakukan kegiatan
usaha yang sama dengan perseroan lain atau berbeda, bersifat khusus atau umum sesuai dengan
keinginan para pendiri persero. Namun ada beberapa bidang usaha yang hanya bisa dilaksanakan
dengan ketentuan harus berbadan hukum PT. Selain itu tujuan dari pendirian CV adalah sebagai Badan
usaha agar suatu usaha memiliki wadah resmi dan legal untuk memudahkan pergerakan badan usaha itu
sendiri, misalnya “pengadaan barang”, perlu suatu sarana melakukan kerjasama, selain itu biasanya juga
diisyaratkan apabila akan menjalin kerjasama dengan suatu instansi pemerintah atau pihak lain adanya
pembentukan suatu badan usaha. Contohnya : untuk pengadaan barang di kantor atau instansi
pemerintah dengan nilai s/d Rp 200 juta, harus menggunakan CV atau PT dengan klasifikasi kecil.

G. Kelebihan dan Kelemahan CV

Kelebihan CV antara lain :[7]

Ø Prosedur pendiriannya relatif mudah

Ø Modal yang dapat dikumpulkan lebih banyak

Ø Kemampuan untuk memperoleh kredit lebih besar

Ø Kemampuan manajemen lebih luas

Ø Manajemen dapat diversifikasikan

Ø Struktur organisasi yang tidak terlau rumit

Ø Kemampuan untuk berkembang lebih besar

Adapun kelemahan CV antara lain :

Ø Sebagian anggota memiliki tanggung jawab tidak terbatas

Ø Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin

Ø Sulit untuk menarik kembali investasinya

Ø Hutang perusahaan tanggung jawab seluruh sekutu

H. Modal untuk pendirian CV

Karena CV adalah suatu bentuk usaha yang merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh para
pengusaha yang ingin melakukan usaha dengan modal yang terbatas, maka untuk CV tidak ditentukan
jumlah modal minimalnya. Didalam anggaran dasar perseroan komanditer (AKTA PENDIRIAN) juga tidak
disebutkan besarnya jumlah Modal dasar, modal ditempatkan atau modal disetor. Penyebutan besarnya
modal perseroan dapat dicantumkan dalam SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) atau Izin Operasional
lainnya. Jadi misalnya, seorang pengusaha ingin berusaha di industri rumah tangga, percetakan, biro
jasa, perdagangan, dll dengan modal awal yang tidak terlalu besar, dapat memilih CV sebagai alternatif
Badan Usaha yang memadai.[8]

Biaya pendirian CV (paket)

Golongan

Biaya/paket

Masa Proses

CV Kecil

Rp. 6.500.000,-

Maksimal 50 hari kerja

CV Menengah

Rp. 7.800.000,-

Maksimal 50 hari kerja

CV Besar

Rp. 8.700.000,-

Maksimal 50 hari kerja


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Peran Badan Usaha dalam perekonomian Indonesia sangat penting guna mengembangkan
perekonomian negara, meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia, memupuk keuntungan dan
pendapatan, dan melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program kebijakan pemerintah di bidang
ekonomi. Banyak sekali bentuk-bentuk badan usaha di Indonesia, salah satunya adalah Persekutuan
Komanditer atau CV.

Perseroan Komanditer atau biasa disebut CV adalah salah satu jenis badan usaha di Indonesia. CV
termasuk badan usaha bukan berbadan hukum seperti PT, walaupun demikian keberadaan badan usaha
ini tidak mengurangi hak dan kewajibannya sebagai perusahaan yang diakui pemerintah dan kalangan
dunia usaha khususnya. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya pengusaha, terutama Pengusaha Kecil
dan Menengah (UKM) yang menggunakan badan usaha CV sebagai landasan untuk dapat melakukan
kegiatan usaha di Indonesia.

Menurut Pasal 1 butir 5 RUU, CV adalah badan usaha bukan badan hukum yang mempunyai satu atau
lebih sekutu komplementer dan sekutu komanditer. Sekutu komplementer berhak bertindak untuk dan
atas nama bersama semua sekutu serta bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara tanggung
renteng. Namun sekutu ini bertanggung jawab sampai harta kekayaan pribadi. Hal ini terjadi jika harta
CV tidak cukup untuk membayar hutang saat CV bubar.

UNTUK MENDAPATKAN MAKALAH DALAM FORMAT MICROSOFT WORD SILAHKAN DI DOWNLOAD

DOWNLOAD

[1] Sentosa sembiring, Hukum dagang, ( Bandung: PT. Citra Aditia Bakti, 2004) hal 23

[2] Kansil, Pokok-poko Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia (Jakarta : Sinar grafika, 2006) hal. 90

[3] Abdulkadir Muhammad, Hukum perusahaan Indonesia ( Bandung: PT. Citra Aditia Bakti, 2006) hal93
[4] Sentosa sembiring, Hukum dagang, ( Bandung: PT. Citra Aditia Bakti, 2004) hal. 24

[5] Abdulkadir Muhammad, Hukum perusahaan Indonesia ( Bandung: PT. Citra Aditia Bakti, 2006) hal.
94

[6] Abdulkadir Muhammad, Hukum perusahaan Indonesia ( Bandung: PT. Citra Aditia Bakti, 2006) hal.
97-98

[7] http://www.badanhukum.com/service/cv-perusahaan-komanditer

[8] http://prosesizin.webs.com/pendiriancv.htm

Anda mungkin juga menyukai