Persentasi Jurnal
Persentasi Jurnal
Pembimbing :
dr. Auliya Andriyati, Sp.PD
Diajukan Oleh :
Oka Iramda Saputra
J510170014
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Selasa, 18 Juli 2017.
Pembimbing:
dr. Auliya Andriyati, Sp.PD. (.............................................)
Dipresentasikan dihadapan:
dr. Auliya Andriyati, Sp.PD. (.............................................)
A. Latar Belakang
Hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi termasuk
salah satu penyakit pembuluh darah (vascular disease). Definisi hipertensi
menurut Ganong (2010), Guyton (2014), WHO (2013) and JNC VIII adalah
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah didalam arteri diatas
140/90 mmHg pada orang dewasa dengan sedikitnya tiga kali pengukuran
secara berurutan.1,2,3
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia dan
berkaitan erat dengan pola perilaku hidup masyarakat itu sendiri. Selama kurun
waktu kehidupannya, penderita hipertensi bisa mengalami peningkatan tekanan
darah yang mendadak yang disebut sebagai hipertensi emergensi. Keadaan ini
dapat menyebabkan kerusakan organ target yang pada akhirnya akan
meningkatkan angka kematian akibat hipertensi.
Berbagai gambaran klinis dapat menunjukkan keadaan hipertensi
emergensi dan secara garis besar, The Fifth Report of the Joint National
Comitte on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC
V) membagi hipertensi ini menjadi 2 golongan yaitu : hipertensi emergensi
(darurat) dan hipertensi urgensi (mendesak). Membedakan kedua golongan
hipertensi ini bukanlah dari tingginya tekanan darah, tapi dari kerusakan organ
sasaran. Seberapa besar tekanan darah yang dapat menyebabkan hipertensi
emergensi tidak dapat dipastikan, sebab ini juga bisa terjadi pada penderita
yang sebelumnya normotensi atau hipertensi ringan/sedang.
Penderita hipertensi emergensi dapat mengalami kerusakan organ
seperti otak, mata, jantung, ginjal, dan arteri perifer. Salah satu tanda kerusakan
organ yang terjadi pada otak dan mata adalah terjadinya vertigo. Vertigo
merupakan persepsi gerakan yang salah, baik persepsi dalam diri pasien
terhadap keadaan sekitarnya, sebagai akibat dari ketidakseimbangan input
vestibuler. Pasien mengeluh bahwa dunia sekitar seolah berputar disekeliling
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada tenaga medis
dan dokter mengenai hipertensi emergensi dengan vertigo sehingga dapat
dilakukan pengobatan dengan cepat.
2. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti
kegiatan Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD
Sukoharjo.
C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapakan dapat memberikan manfaat kepada penulis
dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis agar dapat lebih
mengetahui dan memahami mengenai kasus hipertensi emergensi dengan
vertigo.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 76 tahun
Alamat : Guntur 1/1 Pandeyan, Grogol, Sukoharjo
Agama : Islam
Status Pernikahan : Janda
Tanggal Masuk RS : 28 Mei 2017
No. CM : 193xxx
Tanggal Pemeriksaan : 30 Mei 2017
B. Anamnesis
1. Keluhan utama : Pusing berputar
2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo
dengan keluhan pusing berputar terus-menerus terutama ketika ingin duduk,
sehingga membuat pasien hanya berbaring, keluhan disertai nyeri tengkuk
(+), mual (+), muntah (+), dan telinga berdenging (+) sejak 2 hari yang lalu
SMRS. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan pasien
mengatakan mempunyai riwayat hipertensi (+).
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi : diakui
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat penyakit asma : disangkal
Riwayat penyakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat Gastritis : diakui
Riwayat Rawat Inap : diakui, lebih dari 3 kali.
3
4
Paru
Inspeksi : Gerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : Fremitus paru kanan sama dengan paru kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru, batas paru normal
Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba, tidak kuat angkat bergeser sedikit ke
lateral
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: Suara jantung I, II tunggal, regular, gallop(-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Dinding perut lebih rendah dari dada, kulit ikterik (-),
tidak tampak massa
Auskultasi: peristaltik normal (6x/menit)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor
kulit baik
Perkusi : timpani, ascites (-)
Ekstremitas
Ekstremitas superior dextra : hangat (+), oedema (-)
Ekstremitas superior sinistra : hangat (+), oedema (-)
Ekstremitas inferior dextra : hangat (+), oedema (-)
Ekstremitas inferior sinistra : hangat (+), oedema (-)
6
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Darah Lengkap dengan Diff Count
Kamis, 28 Mei 2017
No Nama Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 Lekosit 6.9x 103/ul 3.6 - 11.0
2 Eritrosit 5.02 x 106/ul 3.80 - 5.20
3 Hemoglobin 13.3 g/dl 11.7 – 15.5
4 Hematokrit 39,2 % 35 – 47
5 Index Eritrosit
MCV 78.1 fL 80 – 100
MCH 26.5 pg 26 – 34
MCHC 33.9 g/dL 32 – 37
6 Trombosit 285 x 103/ul 150 – 450
7 RDW-CV 12.3 % 11.5 – 14.5
8 PDW 10.2 fL
9 MPV 10.1 fL
10 P-LCR 23.6 %
11 PCT 0.29 %
12 DIFF COUNT
NRBC 0.00 % 0–1
Neutrofil 44.1 % 53 – 75
Limfosit 47.8 % 25 – 40
Monosit 5.90 % 2–8
Eosinofil 1.90 % 2.00 – 4.00
Basofil 0.30 % 0–1
IG 0.30 %
13 Golongan Darah O
7
Kimia Klinik
No Nama Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 GDS H 108 mg/dL 70 – 120
2 Ureum 34.7 mg/dL 0 – 31
3 Kreatinin 0.80 mg/dL 0.50 – 0.90
4 SGOT 19.19 U/L 0 – 35
5 SGPT 8.8 U/L 0 – 35
Sero Imunologi
No Nama Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
1 HBs Ag Non Reaktif Non Reaktif
F. Diagnosis
Hipertensi Emergency dengan Vertigo
G. Terapi
O2 3 Lpm
Infus RL 20 tpm
Injeksi Furosemid 1A/12 jam
Injeksi Antalgin 1A/8 jam
Injeksi Ondancentron 4mg/8 jam
Injeksi Ranitidin 1A/12 jam
Captopril 3x25mg
Betahistin 3x1
H. Follow Up
1. Senin, 29 Mei 2017
Subjektif : Pasien dengan keluhan pusing berputar semakin memberat
sehingga membuat pasien hanya berbaring, keluhan disertai
9
A. Hipertensi Emergency
1. Definisi
Hipertensi emergensi (darurat), yaitu peningkatan tekanan darah
sistolik > 180 mmHg atau diastolik > 120 mmHg secara mendadak disertai
kerusakan organ target. Hipertensi emergensi harus ditanggulangi segera
mungkin dalam satu jam dengan memberikan obat – obatan anti hipertensi
intravena.9
2. Etiologi
Penyebab dari hipertensi emergensi adalah semua yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Tingkat kenaikan tekanan darah berbanding
lurus dengan resiko terjadinya hipertensi emergensi. Keadaan hipertensi
kronik menurunkan kemungkinan terjadinya hipertensi emergensi.
Sebaliknya pada individu tanpa riwayat hipertensi sebelumnya, hipertensi
emergensi dapat terjadi pada nilai tekanan darah yang lebih rendah.10.
Tabel 1. Etiologi Hipertensi Emergensi
Hipertensi Primer
Penyakit Parenkim Ginjal Glomerulonefritis Akut
Vaskulitis
Sindrom Uremik Hemolitik
Trombotik Trombositopenik Purpura
Penyakit Vaskular Renal Stenosis Arteri Renal
Kehamilan Eklampsia
Endokrin Pheokromositoma
Sindrom Cushing
Renin-Secreting tumor
Hipertensi mineralocorticoid
Obat-obatan Kokain, simpatomimetik, eritropoietin,
siklosporin
Withdrawal antihipertensi
Interaksi dengan Tyramin (MAOi)
Amfetamin, lead intoxication
Hipereakivitas autonomic Guillain-Barre syndrome, porphyria
intermittent akut
Penyakit Susunan Saraf Pusat Injuri serebral, infark/pendarahan
serebral, tumor otak
12
13
3. Epidemiologi
Penderita hipertesi 1% akan mengalami hipertensi emergensi
dengan gangguan kerusakan organ seperti infark serebral (24,5%),
ensefalopati (16,3%), dan perdarahan intraserebral atau subaraknoid
(4,5%), gagal jantung akut dengan edema paru (36,8%), miokard infark
akut atau angina tidak stabil (12%), diseksi aorta (2%), eklamsia (4,5%)
dan ginjal (1%).
Kejadian hipertensi emergensi diperkirakan akan meningkat pada
masyarakat sejalan dengan meningkatnya data hipertensi. Untuk mencegah
timbulnya kerusakan organ akibat hipertensi emergensi di Indonesia, perlu
dilakukan upaya pengenalan dini dan penatalaksanaan hipertensi
emergensi yang disepakati bersama sehingga dapat dilaksanakan oleh para
dokter di pelayanan primer ataupun di rumah sakit.
4. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya hipertensi emergensi hingga saat ini belum
diketahui secara jelas. Teori yang berkembang menghubungkan kejadian
hipertensi emergensi dengan kenaikan resistensi vaskular secara
mendadak. Peningkatan resistensi vaskular dapat dipicu oleh beberapa
agen vasokonstriktor seperti angiotensin II atau norepinephrin atau dapat
terjadi karena hasil dari keadaan hipovolemia relatif. Penelitian terhadap
hewan menunjukkan bahwa aktivasi dari renin-angiotensin-aldosteron
merupakan bagian yang penting dari proses terjadinya hipertensi
emergensi.10
Selama terjadinya kenaikan tekanan darah, endothelium
berkompensasi dengan keadaan resistensi vaskular dengan meningkatkan
pengeluaran dari molekul vasodilator seperti nitric oxide. Hipertensi yang
bertahan atau parah, respon kompensasi dari vasodilator tidak lagi mampu
mengatasi keadaan tersebut, mengakibatkan terjadinya dekompensasi
endothelial yang nantinya akan menyebabkan peningkatan yang lebih lagi
dari tekanan darah dan terjadinya kerusakan endotel. Kejadian lanjutan
yang terjadi adalah siklus kegagalan homeostasis yang menyebabkan
14
Infark
Pendarahan Pendarahan Ensefalopati
Serebral
Subarachnoid Intraparenkim Hipertensi
Akut
Anamnesis
Durasi Akut akut Akut Sub-akut
Nyeri
Kepala bervariasi parah bervariasi Parah
Riwayat Umum,
Umum, tetapi Umum, tetapi
Hipertensi tetapi bervariasi bervariasi
Universal
bervariasi
Pemeriksaan Fisik
Retinopati 0-IV 0-IV 0-IV II-IV
Jarang;
Defisit Sesuai bervariasi
Neurologi Sesuai lokasi
lokasi Bervariasi sesuai
s Fokal pendarahan
Infark tekanan
darah
Laboratorium
Pungsi Biasanya Xanthocromic Xanthocromic Biasanya
Lumbar normal atau berdarah atau berdarah normal
Computed Dapat Terkadang dapat
Axial menunjukk Biasanya menunjukkan Biasanya
Tomograp an daerah normal daerah normal
hy Scan infark pendarahan
b. Hipertensi Kardiak
Manifestasi hipertensi emergensi yang pada sistem kardiak yang
paling sering terjadi adalah infark atau iskemi miokard akut, edema
paru dan diseksi aorta. Pasien dengan kenaikan tekanan darah yang
signifikan seharusnya dilakukan pemeriksaan EKG untuk
mengidentifikasi adanya iskemia kardiak, auskultasi pada paru dan
pemeriksaan lain untuk mencari apakah ada gagal jantung. Pemeriksaan
lainnya adalah dilakukan foto thoraks untuk melihat vaskularisasi pada
paru-paru dan diameter dari aorta.11
17
c. Emergensi vascular
Emergensi vaskular meskipun jarang terjadi, tetap harus
diwaspadai. Manifestasi dari hipertensi emergensi di vaskular adalah
epistaksis yang parah yang tidak responsive dengan pemberian tampon
anterior maupun posterior.11
d. Hipertensi Emergensi dengan hematuria dan/atau gengguan fungsi
ginjal.
Pasien dengan hipertensi emergensi sering mengalami hematuria
mikroskopik atau penurunan fungsi ginjal akut. Pemeriksaan urinalisis
dan penilaian kadar serum kratinin seharusnya dilakukan pada semua
pasien dengan tekanan darah yang tinggi. Riwayat sebelumnya harus
digali apakah kadar kreatinin serum yang tinggi sekarang merupakan
keadaan yang disebabkan oleh penyakit ginjal terdahulu.11
Keadaan ginjal pada pasien dengan hipertensi emergensi dengan
gangguan ginjal biasanya mengalami fungsi ginjal yang lebih buruk
meskipun tekanan darah telah diturunkan dengan benar, Teori yang
berkembang yang dapat menjelaskan hal tersebut adalah karena tekanan
darah yang tinggi merupakan respon tubuh untuk menjaga perfusi yang
tepat ke ginjal, dengan penurunan tekanan darah, memperburuk
keadaan dari ginjal. Beberapa kejadian membutuhkan hemodialisis
karena disebabkan oleh penurunan tekanan darah tersebut.11
e. Hipertensi Emergensi dalam Kehamilan
Hipertensi emergensi pada kehamilan biasa terjadi pada keadaan
tekanan darah yang lebih rendah dibandingkan dengan keadaan tidak
hamil karena pada saat hamil, tekanan darah biasanya menurun.
Masalah terbesar dari hipertensi emergensi dalam kehamilan adalah
karena banyak obat-obatan untuk hipertensi yang penggunaannya
kontraindikasi pada masa kehamilan. Contoh obat-obatan tersebut
adalah Nitroprusside yang dimetabolisme menjadi sianida yang toksik
pada janin. ACE inhibitor dan angiotensin II reseptor bloker juga
18
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan segera adalah
konsentrasi urea, elektrolit, kreatinin serum, pemeriksaan darah lengkap,
EKG, foto Thoraks dan analisa urin.10
8. Tatalaksana
Seperti keadaan klinik gawat yang lain, penderita dengan krisis
hipertensi sebaiknya dirawat di ruang perawatan intensif. Pengobatan
krisis hipertensi dapat dibagi:
a. Penurunan tekanan darah
Pada dasarnya penurunan tekanan darah harus dilakukan secepat
mungkin tapi seaman mungkin. Tingkat tekanan darah yang akan
dicapai tidak boleh terlalu rendah, karena akan menyebabkan
hipoperfusi target organ. Untuk menentukan tingkat tekanan darah yang
diinginkan, perlu ditinjau kasus demi kasus. Dalam pengobatan krisis
hipertensi, pengurangan Mean Arterial Pressure (MAP) sebanyak 20–
25% dalam beberapa menit/jam, tergantung dari apakah emergensi atau
urgensi penurunan TD pada penderita aorta diseksi akut ataupun
oedema paru akibat payah jantung kiri dilakukan dalam tempo 15–30
menit dan bisa lebih rendah lagi dibandingkan hipertensi emergensi
lainnya. Penderita hipertensi ensefalopati, penurunan TD 25% dalam 2–
3 jam. Untuk pasien dengan infark cerebri akut ataupun pendarahan
intrakranial, pengurangan TD dilakukan lebih lambat (6 – 12 jam) dan
harus dijaga agar TD tidak lebih rendah dari 170 – 180/100 mmHg.
b. Pengobatan target organ
Meskipun penurunan tekanan darah yang tepat sudah
memperbaiki fungsi target organ, pada umumnya masih diperlukan
pengobatan dan pengelolaan khusus untuk mengatasi kelainan target
organ yang terganggu. Misalnya pada krisis hipertensi dengan gagal
jantung kiri akut diperlukan pengelolaan khusus termasuk pemberian
diuretic, pemakaian obat-obat yang menurunkan preload dan afterload.
Pada krisis hipertensi yang disertai gagal ginjal akut, diperlukan
20
B. Vertigo
1. Definisi
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa
berputar mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi
lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness
adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4
subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien.7
2. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain
akibat kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan,
23
terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh
merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki
saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa
disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri.14
3. Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu
dengan prevalensi sebesar 7 %. Beberapa studi telah mencoba untuk
menyelidikiepidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non
vestibular dizziness. Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang
paling sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi
umum. Dari keempat jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering
yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih banyak
ditemukan pada wanita disbanding pria (2:1), sekitar 88% pasien
mengalami episode rekuren.8
4. Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh
yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi
aferen) yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf
pusat (pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini
adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang
berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang
berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan
kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor
visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.15
24
1). Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau
efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah
0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
29
30
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, W. F. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta: EGC.
2. Guyton, A. C., Hall, J.E. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Penterjemah: M. Djauhari Widjajakusumah dan Antonia Tanzil. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. WHO. 2013. Hipertensi
4. Haas AR, Marik PE. Current diagnosis and management of hypertensive
emergency. Seminar in dialysis. 2006;19: 502-512.
5. Atkins G, Rahman M, Wright, Jr JT. Chapter 70. Diagnosis and Treatment of
Hypertension. In: Fuster V, Walsh RA, Harrington RA, eds. Hurst's The
Heart. 13th ed. New York: McGraw-Hill; 2011.
6. Elliott WJ. Chapter 45. Hypertensive Emergencies & Urgencies. In: Lerma
EV, Berns JS, Nissenson AR, eds. CURRENT Diagnosis & Treatment:
Nephrology & Hypertension. New York: McGraw-Hill; 2009.
7. Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary
care, BJMP 2010;3(4):a351
8. Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine in Journal Nerology 2009:25:333-338
9. Varon J. Treatment of Acute and Severe Hypertension current and Newer
Agents. Drugs. 2008; 68(3): 283-297.
10. Vaughan JC, Delanti N. Hipertensive emergencies. Lancet. 2000; 356: 411-
17.
11. Vidt DG, Elliot WJ. Clinical features and management of selected
hypertensive emergencies. J Clin Hypertens.2004;6:587-592.
12. Smithburger PL, Kane-Grill SL, Nestor BL, Seybert AL. Recent Advances in
the treatment of Hypertensive Emergencies. CriticalCareNurse.2010: 30: 5.
13. Desai S. Chapter 34. Cardiac Emergencies. In: Humphries RL, Stone C, eds.
CURRENT Diagnosis & Treatment Emergency Medicine. 7th ed. New York:
McGraw-Hill; 2011.
14. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008
15. Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign
Paroxysmal Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing.
December:2006
16. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American
Family Physician March 15,2005:71:6.
17. Antunes MB. CNS Causes of Vertigo [Internet]. WebMD LLC. 03 Mei
2017. Diunduh tanggal 8 April 2011. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/884048-overview#a0104
18. Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university
press, 1996.
19. Nafrialdi. Bab 6: Antihipertensi, dalam Buku Farmakologi dan Terapi, edisi
5, editor Sulistia G.G. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2009. p.341-360.
32
33
20. William and Price. Bab VI: Krisis hipertensi dalam Buku Patoofisiologi,
Edisi 5, Editor Harjianto. Jakarta: EGC. 2002. p.108-110.
21. Houston M. Handbook of Hypertension edition 2. Tennessee: Wiley
Blackwell. 2006. p. 61-62.