PENDAHULUAN
nyeri yang mengganggu dan hilangnya fungsi dari jaringan. Inflamasi ini adalah
respons terhadap cedera jaringan dan infeksi (Kee et al., 1996). Respon ini adalah
menghilangkan zat iritan dan mengatur derajat perbaikan jaringan (Mycek et al.,
2001).
beberapa golongan, yaitu steroid dan non steroid. Obat-obatan yang sekarang ini
yang paling sering terjadi adalah tukak lambung atau tukak peptik (Goodman and
Gilman, 2008). Efek merugikan lainnya yaitu seperti iritasi pada gastrointestinal,
osteoporosis, hipertensi, dan juga pada terapi ini kadang agresif dan tidak efektif
digunakan untuk ramuan obat. Beberapa tanaman dari famili tersebut telah banyak
1
diketahui memiliki berbagai macam efek farmakologi. Temu putih merupakan
salah satu tanaman suku zingiberaceae yang telah lama digunakan untuk bahan
jamu (Gana et a., 2007). Bagian yang sering dimanfaatkan dari tanaman ini adalah
rimpangnya (Sudarsono et al., 1996). Dari hasil penelitian temu putih memiliki
Dalam penelitian yang telah dilakukan, dari ekstrak metanol rimpang temu
masing sebesar 75% dan 53% pada dosis 1 μmol. Aktivitas dari kandungan
berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman temu putih yang diperkirakan
dapat bersifat sebagai antiinflamasi adalah flavonoid (Sudarsono et al., 2002) dan
digunakan dalam penelitian ini adalah metode stabilisasi membran sel darah
kambing.
2
1.2 Perumusan Masalah
1.4 Hipotesa
merah.
3
3. Sebagai sumber informasi ilmiah mengenai khasiat sebagai obat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberidae
Subfamili : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Putih
5
2.1.2 Nama Daerah
Kunyit putih, temu putih, atau koneng bodas (Dalimartha, 2005). Selain
dari Indonesia, temu putih juga memiliki nama lain di berbagai negara, seperti
Jerman Zitwer
Portugis Zedoaria
6
Vietnam Bong truat, ngai tim, nga truat, tam nai
2.1.3 Morfologi
berambut. Daun pelindung berjumlah banyak, hijau atau hijau dengan garis tepi
ungu, seludang bunga dan daun pelindung rata-rata 3-8 x 3,5-5 cm, bulu daun
pelindung berwarna ungu atau merah muda gelap. Daun kelopak 3, putih atau
kekuningan, bagian tengah merah atau cokelat kemerahan, panjang 3-4 cm. Daun
mahkota 3, putih kekuningan, tinggi rata-rata 4,5 cm. Bibir membulat atau bulat
telur terbalik, ujung berlekuk 3, kekuningan dengan pita kuning gelap dibagian
tengah, ukuran 14-18 x 14-20 mm. Benang sari 1, tidak sempurna, bulat telur
terbalik, kuning terang. Ukuran 12-16 x 10-115 mm; tangkai benang sari terlipat
membujur, ukuran 3-5 x 2-4 mm, putih kekuningan; kepala sari putih dengan tali
panjang, panjang 6 mm. Buah berambut, rata-rata 2 cm. Daun tunggal, pelepah
daun membentuk batang semu, berwarna hijau dengan pita ungu sepanjang tulang
daun, helaian 2-9 buah, bentuk lanset memanjang, ukuran 25-75 x 7-20 cm, ujung
runcing-meruncing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan bercak cokelat
ungu di tulang daun pangkal. Batang semu, warna cokelat muda sampai cokelat
tua, didalamnya putih atau putih kebiruan, rimpang bulat dan aromatis. Herba
setahun, tinggi dapat lebih dari 2 m. Waktu berbunga Agustus-Mei. (Badan POM
RI, 2010).
Setiap bagian dari kunyit putih ini memiliki fungsi yang berbeda dalam
7
Tabel 2. Kunyit putih beserta fungsinya
Volume 1 yang di keluarkan oleh Badan POM RI, 2010 dikatakan bahwa
kandungan kimia yang terdapat dalam ektrak temu putih adalah seskuiterpen,
itu rimpang temu putih juga mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung
8
Rimpang temu putih juga dilaporkan mengandung diarilheptanoid (Park et al.,
2.2.1 Flavonoid
a. Monografi
mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, yang
dihubungkan oleh tiga buah karbon (Markham, 1988). Adanya gula yang
terikat pada flavanoid menyebabkan flavanoid lebih mudah larut dalam air,
cenderung lebih mudah larut dalam larut dalam pelarut non polar seperti
fenolik yang merupakan pigmen tumbuhan. Saat ini lebih dari 6.000
9
dapat menetralkan senyawa-senyawa radikal. Manfaat flavonoid antara
b. Identifikasi
c. Isolasi
Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan suatu zat dari suatu
melakukan isolasi atau penyarian dari bahan alam dapat digunakan bahan-
10
d. Penetapan Kadar
asetat 1M dan tambahkan air suling 2,8 mL, biarkan 10 menit dan ukur
2.2.2 Kurkumin
a. Monografi
lain-lain. Ada banyak data dan literatur yang menunjukkan bahwa kunyit
inflamasi, anti imunodefisiensi, anti virus (virus flu burung), anti bakteri,
11
aromatik dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder bernilai
b. Identifikasi
pada pelat KLT silika gel F254 (Merck) lalu dielusi. Eluen yang digunakan
c. Penetapan Kadar
berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh
(Roviati, 2010)..
12
2.3 Tinjauan Farmakologi
2.3.1 Inflamasi
infeksi. Ketika proses inflamasi, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-
elemen darah, sel darah putih dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera
perbaikan jaringan (Kee, Joyce L, 1996). Perbaikan jaringan berupa pergantian sel
parenkim yang rusak dengan sel baru melalui regenerasi atau menggantinya
A. Tanda-Tanda Inflamasi
2. Panas (Kalor)
13
sistem vaskuler dilatasi dan mengalirkan daerah yang hangat pada
(Price, 2006).
3. Bengkak (Tumor)
bagian dan cairan eksudat dan dalam jumlah sedikit kelompok sel
Pada radang akut rasa sakit merupakan salah satu gambaran yang
5. Hilangnya Fungsi
suatu proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik
14
B. Mekanisme Inflamasi
kerusakan sel, sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel tersebut akan
arakidonat. Setelah asam arakidonat tersebut bebas maka akan diaktifkan oleh
Enzim tersebut merubah asam arakidonat kedalam bentuk yang tidak stabil
2006).
C. Jenis inflamasi
1. Inflamasi Akut
beberapa hari, dengan gambaran utama eksudasi cairan dan protein plasma
2. Inflamasi kronik
sempurna, bila penyebab jejas menetap atau bila penyebab ringan timbul
15
makrofag dan biasanya disertai pula dengan pembentukan jaringan
D. Obat-obat Antiinflamasi
1. Antiinflamasi Steroid
karena itu efeknya lebih baik di banding AINS, namun efek sampingnya
lebih berbahaya pada dosis tinggi dan penggunaan lama (Tjay & Rahardja,
2007).
AINS merupakan obat yang secara luas telah digunakan sebagai terapi
analgetik.
16
E. Metode Pengujian Efek Antiinflamasi
b. Induksi histamin
kontrol. Terdapat dua parameter yang diukur dalam metode ini, yaitu
ketebalan dan bobot dari daun telinga mencit. Ketebalan daun telinga
17
sorong digital, lalu di bandingkan dengan telinga kiri. Jika
d. Induksi karagenan
18
2.4 Tinjauan Farmasetik
Salah satu bentuk sediaan yang mengandung rimpang temu putih yang
beredar dipasaran yaitu kapsul Temu Putih, manfaat kapsul temu putih ini
yaitu :
Pelega perut.
Antimikroba.
Antiradang.
Antikanker.
Antioksidan.
19
2.5 Darah
plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit (platelet) (Watson, 2002). Darah terdiri atas bagian cair (plasma) dan
bahan-bahan intraselular. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan bebas
bergerak dalam cairan intraselular. Beberapa sel darah, seperti lekosit dapat
berpindah melalui pembuluh darah untuk melawan infeksi. Total sirkulasi volume
darah diperkiran sekitar 5-8 % dari total bobot badan dan angka ini bervariasi
menurut umur, spesies, berat tubuh, aktivitas, status kesehatan,status gizi dan
Sel darah merah atau disebut juga eritrosit merupakan sel darah yang
jumlahnya terbanyak dalam tubuh manusia (Mahmood, 2012). Eritrosit adalah sel
yang sangat penting untuk makhluk hidup. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu
hemostatis. Darah terdiri dari dua komponen utama, pertama plasma darah yaitu
bagian darah yang terdiri dari air, elektrolit dan protein darah, kedua sel-sel darah
merah yang terdiri sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan
20
Pembentukan dan pematangan eritrosit didalam sumsum tulang selama 7
hari. Dalam darah perifer inti umumnya sudah hilang. Retikulosit adalah sel
menggantikan eritrosit yang mati. Kira-kira10% dari eritrosit dalam darah perifer
adalah retikulosithal ini hanya 1% dari jumlah jangka hidup eritrosit. Sedangkan
panjang masa hidup eritrosit setelah pelepasan dari sumsum tulang kurang lebih
120 harisampai mengalamipenuaan dan destruksi (Kosasih E.N dan Kokasih A.S,
2008).
dan proses patologis (hemolisis). Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan
pool protein dan dapat digunakan kembali. Kedua komponen heme, yang dipecah
menjadi dua yaitu besi dan bilirubin. Besi akan dikembalikan ke pool besi dan
mieloma multiple, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan,
endokrin, intoksikasi.
21
2.6.1 Membran Sel Darah Merah
beberapa zat tertentu dapat menembus membran keluar masuk kedalam sel,
membran sel mengatur lalu lintas zat. Hasil pengamatan menggunakan mikroskop
elektron terhadap membran sel menunjukkan bahwa membran sel darah merah
terdiri protein dan fosfolipid bilayer, dengan penyusun utama fosfolipid yang
terdiri dari bagian kepala yang polar atau hidrofilik dan bagian ekor non-polar
atau hidrofobik. Fosfolipid ini tersusun atas bagian non-polar yang membentuk
daerah hidrofobik yang diapit oleh daerah kepala pada bagian dalam dan dalam
Cairan intraseluler sel darah merah terdiri dari larutan garam, glukosa,
protein, dan hemoglobin. Sel darah merah dalam berbagai kondisi larutan
memiliki karakteristik yang berbeda pada kondisi larutan yang berbeda. Kondisi
konsentrasi NaCl 0,4 %, sel umumnya akan mengalami lisis. Pada kondisi larutan
NaCl 0,9 %, larutan dikatakan isotonis dengan eritrosit. Sedangkan pada kondisi
hipertonik seperti NaCl 1,8 %, eritrosit akan mengalami krenasi pada selnya
(McGill, 2013).
Terdapat berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam studi aktivi
tas antiinflamasi secara in vitro, salah satunya metode stabilisasi membran eritrosi
22
t atau sel darah merah manusia. Eritrosit telah digunakan sebagai sistem model un
tuk beberapa studi interaksi obat dengan membran. Obat seperti anestesi, tranquil
izer dan antiinflamasi steroid menstabilkan membran eritrosit terhadap induksi hip
as menstabilkan membran sel darah merah yang diperlihatkan oleh beberapa obat,
berfungsi sebagai metode in vitro untuk menilai aktivitas antiinflamasi dari berbag
an eritrosit dengan perubahan muatan permukaan sel yang mungkin telah menceg
ah interaksi fisik dengan agen agregasi atau mendorong penyebaran dengan adany
a gaya tolakan menolak seperti yang terlibat dalam hemolisis sel darah merah (Oy
gunakan dalam penelitian sebagai parameter biokimia untuk uji aktivitas antiinfla
masi secara in vitro. Membran sel darah merah analog dengan membran lisosomal
masi dengan cara menghambat pelepasan konstituen lisosomal dari neutrofil aktif
seperti enzim bakterisida dan protease, yang menyebabkan kerusakan dan peradan
berada dalam plasma. Zat yang dapat menghambat enzim lisosomal dan
23
seluler dan struktur jaringan bersamaan dengan inflamasi akut dan kronis (Kumar
et al,. 2012).
g paling instrumen analitis yang cukup penting di laboratorium kimia modern (Gr
iasi elektromagnetik panjang gelombang tertentu yang sempit dan mendekati mon
okromatik, dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia (Sastroamidjojo, 1985).
lkan dan memberikan presisi yang baik untuk melakukan pengukuran kuantitatif o
Spektrum absorpsi daerah ini adalah sekitar 220 nm sampai 800 nm dan d
agian ultraviolet (190-380 nm), spektrum Visible bagian sinar tampak (380-780 n
m).
ang diabsorpsi dengan tebalnya cuplikan dengan konsentrasi dari komponen peny
erap (Sastroamidjojo, 1985). Hubungan antara intensitas, tebal medium dan konse
ntrasi zat digambarkan dengan persamaan yang sesuai dengan Hukum Lambert-B
eers, yakni :
Keterangan :
A = a.b.c
A : Serapan
a : Daya serap
b : Tebal kuvet
c : Konsentrasi larutan
24
Instrument dari spektrofotometer UV-Vis ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Sumber
Monokromator Kuvet Detektor Amplifier
cahaya
Rekorder
kehendaki.
istrik itu memadai untuk dibaca. Berguna untuk menangkap isyarat arus lis
trik yang masuk (imput) dari rangkaian detektor dan melalui beberapa pros
6. Rekorder merupakan sistem baca yang menagkap besarnya arus listrik yan
g telah diamplifikasi.
25
26
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
Universitas Andalas.
3.2.1 Alat
Corong pisah (Pyrex ®), erlenmeyer (Pyrex ®), vial, beaker glass (Pyrex ®),
3.2.2 Bahan
70%, Bahan yang digunakan adalah rimpang temu putih (Curcuma zedoaria
(Christm.) Roscoe), metanol, etil asetat, heksan, asam asetat, ammonia, silika
gel 60 F254 (Merck, Germany), kertas saring, kapas, dekstrosa, natrium sitrat,
27
merah kambing, kloroform, asam klorida pekat, norit, pereaksi Lieberman
Sampel yang digunakan adalah rimpang temu putih yang diambil di Desa
Satu bagian serbuk kering rimpang temu putih dimasukkan ke dalam botol kaca
hitam, ditambah etanol 96%, direndam selama 6 jam sambil sekali-kali diaduk,
kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan
A. Pemeriksaan Organoleptis
28
B. Penentuan Rendemen Ekstrak
sampel.
perlahan goyang krus agar ekstrak merata dan masukkan kembali ke dalam
oven, buka tutupnya dan biarkan tutup tetap berada di dalam oven. Krus
yang berisi ekstrak dipanaskan dalam oven dengan suhu 105ºC selama 1
jam. Setelah itu krus dikeluarkan dan didinginkan dalam desikator, lalu
(𝐵−𝐴)−(𝐶−𝐴)
% Susut pengeringan = 𝑋100%
(𝐵−𝐴)
29
pijarkan secara perlahan-lahan dalam furnes pada suhu 600ºC selama 24
dan kloroform. Beberapa uji yang dapat dilakukan terhadap ekstrak etanol
Ambil lapisan air 1-2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu
terpenoid.
30
3. Uji Saponin
adanya saponin.
4. Uji Fenolik
Diambil lapisan air 1-2 tetes, teteskan pada plat tetes lalu
adanya fenolik.
gumpalan putih.
dilarutkan dalam aquades sampai 100 mL (0,15 M). 2,070 gram natrium
31
ruang. Kemudian cek pH dengan pH meter. Kemudian disterilisasi dengan
Sebanyak 0,85 gram NaCl dilarutkan dalam dapar fosfat pH 7,4 (0,15
dengan autoklaf pada suhu 121OC selama 2 jam (Oyedapo et al., 2010).
Sebanyak 0,25 gram NaCl dilarutkan dalam dapar fosfat pH 7,4 (0,15
dengan autoklaf pada suhu 121OC selama 2 jam (Oyedapo et al., 2010).
Konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 50, 75, dan 100 mg/ml
aquadest.
Darah untuk uji stabilisasi membran sel darah merah diperoleh dari darah
pada 3000 rpm selama 10 menit pada suhu 27OC. Supernatan yang terbentuk
tersebut diulang kurang lebih 4 kali atau sampai isosalin jernih. Volume sel darah
diukur dan di resuspensi dengan isosalin sehingga didapatkan suspensi sel darah
32
merah dengan konsentrasi 10% v/v dengan mencampurkan 2 ml sel darah merah
dengan 18 ml larutan isosalin. Suspensi sel darah tersebut disimpan pada suhu
μg/ml dalam dimethyl sulfoxide (DMSO) dan 50, 75, 100 mg/ml
dalam aquadest.
33
d. Larutan kontrol larutan uji : terdiri dari 1 ml dapar fosfat pH 7,4,
2012).
rumus berikut:
1. Spektrofotometri UV/Vis
34
100% atau stabilitas 0%.
35
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI, 2010, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Di
rektorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik, Dan Produk Komplemen
Badan Pengawasa Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Gana, A. S. et al.,, 2007, Temu Putih, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Deput
i Bidang Pengawasan Tradisional Kosmetik dan Produk Komplemen, Jakart
a.
Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., & Williamson, E. M, 2010, Farmakognosi
dan Fitoterapi (Fundamentals of Pharmacognosy and Phytotherapy). (D.
Winny R. Syarief, Ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jung, E. B., Trinh, T. A., Lee, T. K., Yamabe, N., Kang, K. S., Song, J. H.,
Hwang, G. S. (2018). Curcuzedoalide contributes to the cytotoxicity of
Curcuma zedoaria rhizomes against human gastric cancer AGS cells
through induction of apoptosis. Journal of Ethnopharmacology, 213, 48–55.
Katzung BG, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi II. Jakarta: Salemba
Medika.
36
Makabe, H., Maru, N., Kuwabara, A., Kamo, T., and Hirota, M., 2006, Antiinflam
matory Sesquiterpenes from Curcuma zedoaria, (online), (http://www.austra
lian prescriber.com, diakses 226 Juni 2018).
Mc.Gill.Red Cell Fragility. Diakses tanggal 25 Februari 2018 dari http : //www.
Medicine.McGill.ca/physio/vlab/bloodlab/eryfragm1_n.htm
Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C, 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar
(edisi 2)
Neil AC, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, 2010, Biologi Edisi
Kedelapan Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Park, G., Eun, S., & Shim, S. H, 2012, Chemical constituents from Curcuma zedo
aria. Biochemical Systematics and Ecology, 40, 65–68.
Pringgoutomo, Sudarto., Himawan, Sutisna., dan Tjarta, Achmad, 2010, Ed. 2000
. Patologi I Umum Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto.International Journal of
Plant Physiology Biochemistry, 46-51.
37
Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, 2002,Tum
buhan Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan, 96-100, Pusat S
tudi Obat Tradisional, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Watson, Roger, 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : EGC
38
Lampiran 1.
Dibersihkan dan
dihaluskan
Maserasi dengan
etanol 70 % (3 x 3
hari), lalu disaring
39
Lampiran 1 (lanjutan).
Darah
Volume diukur,
resuspensi 10v/v
40
Lampiran 1 (lanjutan).
Uji Aktivitas
Antiinflamasi rimpang
temu putih Curcuma
zedoaria (Christm.)
Roscoe
Cairan Supernatan
Spektrofotometer UV/Vis
41