Full PDF
Full PDF
SKRIPSI
Oleh:
Dhimas Bayu Kinasih
NIM: 088114180
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Persembahan
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
perlindungan dan berkat yang telah diberikan sehingga skripsi berjudul “Validasi
Metode Analisis Pada Campuran Eugenol dan Metil Salisilat dalam Sediaan Krim
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dekan Universitas Sanata Dharma yang
memberikan waktu untuk diskusi serta kritik dan saran selama penyusunan
skripsi.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Mas Bimo, Mas Parlan, dan Mas Kunto selaku staff laboratorium Fakultas
dan Intan Kurnia Christiani yang selalu memberikan semangat dan doa nya
kepada penulis.
8. Vica dan Seco sebagai sahabat dan rekan kerja yang telah menyediakan
waktu untuk memberikan saran dan kritik baik dalam hal penyusunan tugas
semangat.
10. Teman-teman FST dan FKK 2008 yang selalu menyemangati penulis dalam
11. Tante Usi, Satya, Brian, Kak Cos, Aga, Mbak Dju, Cici, yang selalu
12. Happy, Velly, Paul, Adi yang selalu bersedia untuk berdiskusi.
13. Seluruh teman, baik di Fakultas Farmasi maupun teman-teman lain atas
dukungannya.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna dan masih
banyak kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
Penulis
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
PRAKATA.................................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................... x
INTISARI.................................................................................................... xix
ABSTRACT................................................................................................ xx
2. Keaslian Penelitian........................................................................ 4
A. Eugenol .......................................................................................... 6
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Krim ................................................................................................ 11
e. Pengembangan............................................................................. 19
g. Densitometri................................................................................ 20
a. Selektivitas (selectivity)………………………………………... 23
b. Ketepatan (accuracy)…………………………………………. . 24
c. Ketelitian (precision)…………………………………………... 25
d. Linearitas (linearity)………………………………………….... 26
e. Rentang (range)………………………………………………... 27
i. Ketangguhan metode………………………………………….... 28
j.Kekuatan (robustness)…………………………………………... 28
G. Hipotesis ......................................................................................... 30
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Penjenuhan Chamber.............................................................. 33
eugenol .................................................................................. 35
A. Preparasi Sampel.................................................................................. 40
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Validasi Metode………………………………………………………. 54
1. Selektifitas................................................................................... 55
3. Presisi……………………………………………………………… 57
4. Linearitas………………………………………………………….. 59
5. Rentang…………………………………………………………….. 59
BAB V KESIMPULAN.............................................................................. 60
Kesimpulan ................................................................................................. 60
Saran.......................................................................................................... . 61
LAMPIRAN................................................................................................ 66
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Analisis………………………………………………… .... 21
Berbeda................................................................................ 25
Tabel VIII. Perbandingan Nilai Resolusi dan Nilai Rf pada Baku Asam
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 15. Densitogram baseline, baku asam salisilat, baku eugenol dan baku
Gambar 16. Gambar bagian non polar dari eugenol dan asam
salisilat………..................................................................... 52
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Sebenarnya……………………………………………... .. 68
Lampiran 11.Persamaan Regresi Linear dan Gambar Grafik Seri Kurva Baku
Lampiran 16. Persamaan Regresi Linear dan Gambar Grafik Seri Kurva Baku
Eugenol ............................................................................... 93
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Masalah otot yang sering menyerang banyak orang merupakan hal yang
sudah sering terjadi. Hal tersebut dapat membuat ketidaknyamanan dari penderita.
sediaan topikal yang dapat memberikan sensasi panas ketika digunakan dan dapat
meredakan rasa sakit yang terjadi pada otot. Salah satu sediaan topikal yang
sering digunakan untuk meredakan masalah otot tersebut adalah krim merek “x”
yang didalamnya terdapat senyawa eugenol dan metil salisilat serta menthol yang
dapat berfungsi sebagai analgesik sehingga dapat meredakan rasa sakit tersebut.
Eugenol dan metil salisilat dapat memberikan efek analgesik, oleh sebab
itu eugenol dan metil salisilat biasa digunakan dalam sediaan krim analgesik.
Eugenol merupakan senyawa aktif bahan alam yang merupakan kandungan utama
dari minyak cengkeh. Senyawa tersebut merupakan golongan fenol yang tak larut
air, namun akan berubah menjadi bentuk garam fenolik yang larut air oleh
(KOH).
ditambahkan dalam krim analgesik untuk mengurangi rasa nyeri yang merupakan
golongan fenol ester yang dapat mengalami hidrolisis pada esternya karena
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
metil salisilat dalam sediaan menjadi asam salisilat karena metil salisilat dapat
hidroksida dapat membuat ester yang ada dalam metil salisilat tersebut
tersebut menjadi suatu asam, sehingga senyawa metil salisilat tersebut dapat
berubah menjadi asam salisilat. Oleh karena itu pada proses penetapan kadar metil
Dalam krim merek “x” tersebut terdapat kandungan eugenol sebesar 13,6
mg dan metil salisilat sebesar 102 mg. Penggunaan eugenol dan metil salisilat
yang tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan dapat menyebabkan iritasi pada
kulit. Adanya cahaya dapat membuat kestabilan dari eugenol akan berubah
sedangkan suhu akan mempengaruhi kestabilan dari metil salisilat. Akibat dari
perubahan kestabilan dari eugenol dan metil salisilat maka akan menyebabkan
perubahan kadar yang ada pada sediaan tersebut. Sehingga efek farmakologi yang
diharapkan bisa tidak tercapai. Untuk menjamin mutu dan kualitas dari sediaan
krim merek “x” tersebut perlu dilakukan penetapan kadar eugenol dan metil
salisilat yang ada dalam produk krim merek “x” tersebut. Sebelum dilakukan
penetapan kadar perlu dilakukan terlebih dahulu tahapan validasi metode untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kromatografi lapis tipis memberikan fleksibilitas yang lebih besar, dalam memilih
fase gerak. Selain itu pada KLT semua komponen dalam sampel dapat dideteksi
(Rohman, 2009).
Penetapan Metil salisilat dan Eugenol dalam sediaan krim merek “x”. Pada
penelitian tersebut pemisahan asam salisilat dan eugenol yang optimum diperoleh
dengan menggunakan fase gerak toluena : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4)
dan fase diam silika gel 60 F254. Untuk dapat memastikan apakah metode tersebut
dapat digunakan untuk penetapan kadar perlu dilakukan validasi metode analisis.
1. Rumusan Permasalahan
sebagai berikut: apakah metode KLT-Densitometri dengan fase diam silika gel 60
F254 dan fase gerak toluena : etil asetat : matanol (65,2 : 2,4 : 32,4) memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
validitas yang baik untuk menetapkan kadar metil salisilat dan eugenol dalam
sediaan krim merek “x” yang didasarkan pada parameter selektivitas, akurasi,
2. Keaslian Penelitian
dilakukan namun penelitian mengenai penetapan kadar eugenol dan metil salisilat
Minyak Atsiri Bunga Cengkeh ( Syzygium aromaticum (L.) Meer. & Perry) dari
Maluku, Sulawesi, Jawa dan Sumatra dengan Metode GC-MS oleh Harnani
indomethacin, indoprofen and indobufen yang dilakukan oleh Boll et al., (1981).
fase gerak toluena : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4) belum pernah dilakukan
untuk menetapkan kadar eugenol dan metil salisilat dalam krim merek “x”.
3. Manfaat Penelitian
dan mutu sediaan krim topikal yang berhubungan dengan keamanan dan khasiat
penggunaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kadar eugenol dan metil salisilat dalam sediaan krim dengan menggunakan
metode KLT-Densitometri.
B.Tujuan Penelitian
Densitometri dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak toluen : etil asetat
: metanol (65,2 : 2,4 : 32,4) yang digunakan untuk analisis kadar metil salisilat
dan eugenol dalam sediaan krim merek “x” yang didasarkan pada parameter
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Eugenol
yang merupakan minyak atsiri yang berbentuk cairan tidak berwarna atau kuning
pucat, memiliki bobot molekul 164,20 g/mol. Kelarutan senyawa ini baik dalam
etanol, kloroform, eter, dan minyak lemak, namun sukar larut dalam air. Senyawa
ini memiliki bau khas cengkeh yang kuat, menusuk dan rasa pedas. Bobot jenis
eugenol antara 1,064 g/mL - 1,070 g/mL (Budavari, 2001). Nilai dari
eugenol dalam etanol sebesar 406 dengan λmaks 231,5 nm dan 193 pada λmaks
enil)fenol yang akan menghitam apabila terpapar oleh udara atau dengan bau yang
sangat kuat. Rumus bangun dari eugenol adalah C10H12O2 (The Department of
Health, 2010a ).
Eugenol selain memiliki harum yang khas juga memiliki aktifitas sebagai
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pasta gigi, parfum dan produk farmasi. Penggunaan eugenol dalam produk
farmasi di antaranya balsam untuk mengurangi rasa nyeri, obat sakit gigi, dan
(Nurdjannah, 2011).
melepaskan diri dari fase cairan menuju fase gas. Parameter volatilitas mengacu
H’ = KD =
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa hukum Henry (H) atau bisa
antara fase gas suatu senyawa (Xg) dengan fase cairan dari suatu senyawa (Xl).
Semakin besar fase gas suatu senyawa dibandingkan dengan fase cairan suatu
senyawa akan membuat nilai hukum Henry akan semakin besar, sehingga
kemungkinan senyawa tersebut menguap dari suatu larutan akan semakin besar.
Menurut persamaan itu pula nilai hukum Henry dapat diperkirakan apabila
konsentrasi senyawa pada fase gas berada dalam keadaan seimbang dengan fase
cairannya.
atm.m3/mol.
atm.m3/mol.
3. Volatile: nilai volatilitas antara 10-5 atm.m3/mol < H < 10-3 atm.m3/mol.
Hasil konversi satuan dari atm menjadi pascal (1 atm = 101325 pa) adalah
sebagai berikut:
0,03039 Pa.m3/mol.
B. Metil Salisilat
saat ini keberadaan dari metil salisilat telah banyak ditemukan karena sudah dapat
Zat tersebut terdiri dari tidak kurang 99,0% b/b dan tidak lebih dari
100,5 % b/b metil 2-hidroksibenzoat, tidak berwarna atau kuning terang, sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
larut dalam air, larut dalam alkohol, minyak lemak dan minyak esensial (The
dengan bau khas seperti gandapura (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Nilai dari metil salisilat dalam etanol sekitar 570 pada λmaks 238
nm dan 280 pada λmaks 306 nm, sedangkan nilai dari asam salisilat dalam
0,5 N natrium hidroksida (NaOH) sebesar 260 pada λmaks 300 nm (Clarke, 1971)
dan dalam etanol 95% sebesar 262 pada λmaks 300 nm (Ahlneck and Alderborn,
1988).
topikal yang biasa digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri arthritis dan biasa
mentol untuk memberikan daya analgesik yang lebih kuat. Produk akhirnya bisa
ini mengalami hidrolisis pada bagian ester pada senyawa tersebut. Asam
karboksilat yang terbentuk antara ester dengan natrium hidroksida (basa) dikenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ataupun asam bebas oleh adanya air. Kecepatan dari reaksinya akan meningkat
oleh adanya peningkatan suhu dan dengan penambahan katalis asam atau basa.
Penambahan basa tidak hanya mengkatalis proses hidrolisis, tapi juga bereaksi
dengan produk asam bebas yang terbentuk dan menghasilkan bentuk garam
(Gearien and Grabowski, 1969). Metil salisilat yang dihidrolisis dengan larutan
basa, maka setiap mol garam salisilat yang terbentuk setara dengan jumlah mol
ester yang terhidrolisis. Penambahan basa NaOH akan mengubah metil salisilat
membentuk senyawa asam bebas hasil dari reaksi hidrolisis dan menetralkan sisa
C. Krim
bahan obat terlarut dan terdiri dari tidak lebih dari 60% air (Syamsuni, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Sediaan krim biasa digunakan untuk kulit dan mukus membran yang bertujuan
2010c).
Sediaan semisolid ini diformulasi sebagai emulsi minyak dalam air atau
air dalam minyak. Saat ini krim lebih diarahkan untuk produk minyak dalam air
atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam
air yang dapat dicuci dengan tujuan estetika dan untuk penggunaan kosmetika
creams, merupakan salah satu basis yang sering digunakan dalam formulasi
poli-ol dan air. Basa yang digunakan akan membentuk sabun dengan asam stearat
sehingga membentuk emulsi. Poli-ol seperti gliserin akan membuat krim menjadi
lebih mudah disebarkan (spreadable) dan juga berperan sebagai humektan yang
container. Packaging krim dilakukan dalam screwtop jar atau tube yang juga
Pada emulsi, pelepasan minyak dari emulsi oil in water (O/W) dan
pemisahan minyak dengan air menjadi dua fase merupakan suatu proses yang
berikut:
viskositas dari fase luar. Ketika viskositas fase luar menurun maka ukuran
droplet akan meningkat sehingga proses koagulasi akan lebih mudah terjadi
(Anief, 2000).
posisi molekul emulsifier yang sudah mapan pada lapisan antarmuka sehingga
yang mempunyai berat jenis lebih rendah mengapung dan yang memiliki berat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
jenis lebih besar berada di bawah. Hal ini mengakibatkan terbentuknya lapisan
3. Radiasi microwave. Radiasi ini ditujukan untuk tipe emulsi W/O dengan
tujuan untuk memisahkan air dari minyak. Ketika emulsi W/O dipanaskan
dan koalesensi. Viskositas minyak yang merupakan fase luar sangat sensitif
meningkat. Suhu yang meningkat dan viskositas yang menurun akan membuat
proses koagulasi lebih mudah terjadi (Fang, Chang, Lai, and Klaila, 1988).
digunakan untuk tipe emulsi O/W. Magnetik ampifilik terdiri dari 2 matriks
yaitu hidrofilik (SiO2 dan Al2O3) dan lipofilik yang berukuran nano (carbon
droplet emulsi O/W. Keberadaan dari magnet nanohybrid akan menarik dan
6. Penambahan senyawa kimia. Proses ini hanya digunakan untuk tipe emulsi
O/W. Senyawa kimia yang ditambahkan dalam emulsi dapat memecah emulsi.
muka, menetralkan muatan pada surfaktan, menarik fase air dan membuat
dengan menggunakan suatu plat fase diam yang nantinya fase diam tersebut akan
secara seragam tersebar diatas permukaan plat tersebut yang kemudian fase gerak
akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh gaya kapiler pada
kolom dalam hal ini kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) adalah teknik utama
dalam pemisahan analit daripada fenomena fisik dalam hal ini adalah adsorbsi dan
partisi.
Pada KLT, fase diam terdiri dari lapisan tipis yang mengandung silika
gel atau serbuk selulosa yang bersifat inert dan rigid. Pada KLT terdapat banyak
variasi dari material pelapis, namun yang sering digunakan adalah silika gel.
Silika gel merupakan adsorben yang penyebarannya seragam diatas plat yang
d. Sampel yang akan dianalisis dapat merusak kolom dari kromatografi cair atau
2. Fase Diam
Fase diam yang sering digunakan adalah silika gel. Silika gel yang
sendiri, diberi nama dengan logo silika gel G (Sastrohamidjojo, 2005). Struktur
Lapisan ketebalan adsorben yang dianjurkan adalah antara 150 - 250 µm,
setelah dikeringkan semalam pada udara biasa atau pada pengeringan oven pada
suhu 1050 C selama 30 menit lalu siap untuk digunakan sebagai fase diam dalam
metode KLT (Vogel, 1989). Pemanasan ini dilakukan untuk mengaktivasi silika
yang akan digunakan sehingga silika tersebut dapat digunakan dengan baik
sebagai fase diam. Dengan ini diharapkan air yang menutupi silika dapat hilang
Gambar 4. Interaksi hidrogen antara gugus silanol dengan air membentuk lapisan air
multilayer (Wall, 2005)
Fase diam yang dijual dipasaran memiliki tata nama yang berbeda-beda.
Tata nama lempeng KLT yang dijual di pasaran adalah sebagai berikut ini
3. Fase Gerak
Fase gerak merupakan salah satu bagian yang penting dalam analisis
pemisahan senyawa menggunakan KLT karena polaritas dari fase gerak dapat
komposisi dan jenis fase gerak yang digunakan sehingga dapat memberikan
pemisahan yang baik. Fase gerak tersebut bisa didapatkan dari pustaka mengenai
senyawa yang akan dianalisis baru kemudian di optimasi lagi komposisinya agar
mendapat hasil pemisahan yang baik. Dapat berupa senyawa tunggal atau
Tabel II. Nilai Indeks Polaritas Pelarut Menurut Snyder, et al. (1997)
Pelarut Indeks Nilai Eluotopik UV cut off
Polarits (nm)
Alumina C18 Silika Gel
Heksana 0,1 0,01 - 0,00 195
Sikloheksana 0,2 0,004 - - 200
Toluena 2,4 0,29 - 0,22 284
Tetrahidrofuran 4,0 0,45 3,7 0,53 212
Etil Asetat 4,4 0,58 - 0,48 256
Aseton 5,1 0,56 8,8 0,53 330
Metanol 5,1 0,95 1,0 0,7 205
Asetonitril 5,8 0,65 3,1 0,52 190
Dimetilformamida 6,4 - 7,6 - 268
Dimetilsulfoksida 7,2 0,62 - - 268
Air 10,2 - - - 190
4. Penotolan Sampel
dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Jika sampel yang digunakan
dengan cara manual maupun otomatis dengan instrumen tertentu (Gandjar dan
sampel yang digunakan biasanya adalah 0,1-0,5 mm3. Apabila lebih dari itu maka
dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengelusi sampel. Selain itu dapat
memiliki puncak ganda dan menyebabkan bercak yang menyebar. Jika volume
sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2–10 µL maka penotolan harus dilakukan
terlebih dahulu sebelum kemudian dicelupkan ke dalam fase gerak (Gandjar dan
Rohman, 2007).
5. Pengembangan
bejana kromatografi yang telah jenuh oleh fase gerak. Tinggi fase gerak dalam
bejana harus di bawah lempeng yang telah ditotol oleh sampel. Bejana
Penjenuhan bejana dilapisi dengan kertas saring. ada beberapa macam teknik
Metode KLT dapat digunakan untuk uji identifikasi suatu senyawa dalam
campuran (sampel). Parameter yang digunakan adalah nilai Rf. Dua senyawa
dikatakan identik jika memiliki nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi KLT
sama.
Rf
Dalam analisis kuantitatif dengan metode KLT, nilai Rf diharapkan berada antara
bercak secara langsung pada lempeng dengan menggunakan ukuran luas atau
dengan menggunakan teknik densitometri. Cara yang kedua adalah dengan cara
kelemahan pada cara kedua yakni dapat terjadi kesalahan dalam pemindaian
bercak sehingga kadar yang diukur bukan merupakan kadar sebenarnya (Gandjar
7. Densitometri
bercak analit pada fase diam, di mana fase gerak diletakkan pada suatu wadah
yang digerakan oleh motor. Kromatogram yang terbentuk sangat mirip dengan
pada plat secara langsung, merekam spektra analit, scanning λ analit, kompensasi
oleh interfensi pada plat fase diam, kalibrasi, pelaporan data, dan penyimpanan
cahaya, monokromator untuk memilih λ yang cocok, serta sistem yang dapat
2004).
metode analisis tersebut dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan dengan
metode yang terpilih dan memadai untuk mengantisipasi persoalan analisis yaitu
sangat kecilnya kadar senyawa yang dianalisis (Mulja dan Suharman, 1995).
metode pengujian dengan validasi metode yang diperlukan adalah sebagai berikut,
seperti yang juga dicantumkan dalam Tabel III (United States Pharmacopeial
Convention, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Tabel III. Elemen Data yang Dibutuhkan untuk Validasi Metode Analisis
Karakteristik Kategori Kategori II Kategori Kategori
analisis I Kuantitatif Batas Tes III IV
Ketepatan Ya Ya * * Tidak
Ketelitian Ya Ya Tidak Ya Tidak
Spesifitas Ya Ya Ya * Ya
Batas Deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak
Batas Kuantitasi Tidak Ya Tidak * Tidak
Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak
Rentang Ya Ya * * Tidak
Keterangan : * tergantung dari masing-masing uji
utama dalam bahan baku atau bahan aktif (termasuk pengawet) dalam produk
dalam bahan baku atau bahan aktif atau hasil degradasi senyawa dalam produk
4. Kategori IV: metode analitik yang digunakan untuk uji identifikasi (United
1. Selektivitas (selectivity)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mengukur analit secara cermat dan seksama dengan adanya komponen yang
produk degradasi, senyawa sejenis, dan senyawa asing lain (Harmita, 2004).
antara dua kurva Gaussian identik, yang terpisah secara perlahan-lahan. Dapat
dilihat bahwa nilai resolution factor (R) akan sesuai dengan diagram. Dimana
nilai R = 0,75 kedua puncak masih berhimpit sekitar 65%, pada R = 1, kedua
puncak masih berhimpit sekitar 27%, dan pada R=1,5 kedua puncak dapat
dianggap telah akan mencapai baseline dimana kedua puncak hanya berhimpit
resolusi (daya pisah) antara analit yang dituju dengan pengganggu lainya
harus > 1,5 (Gandjar dan Rohman, 2007). Harga R > I,5 disebut baseline
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
resolution, yaitu pemisahan sempurna dari dua puncak dengan ukuran yang
2. Ketepatan (accuracy)
tertentu analit yang diketahui kedalam matriks sampel dan ditentukan hasil
dinyatakan dalam persen (%) perolehan kembali, seperti yang tertera pada
tabel IV:
3. Ketelitian (precision)
individual dari rata-rata jika prosedur ditetapkan secara berulang pada sampel-
Suatu metode dapat dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila memiliki
CV < 2 % tetapi kriteria ini fleksibel tergantung dari kondisi analit yang
Convention, 2005):
4. Linearitas (linearity)
1997).
memplotkan signal yang muncul sebagai fungsi dari konsentrasi analit. Apabila
terdapat hubungan yang linier, hasil uji harus dievaluasi dengan bantuan
bagaimana pengaruh satu atau lebih variabel bebas (predictor) pada satu
linier melibatkan suatu garis lurus atau fungsi linier. Garis ini merupakan
estimasi dari data sampel. Analisis dengan regresi linier dilakukan dengan
menggambarkan garis yang tepat diantara titik-titik data. Dari sini kemudian
akan diketahui kemiringan garis dan nilai dari y-interceptnya yang kemudian
variabel bebas dan A adalah y-intercept (De Muth, 1999). Hubungan antara
garis linear dengan regresi linear disebut sebagai koefisien determinasi (r2).
semakin dekat titik dengan garis berarti semakin dekat hubungan korelasinya.
Nilai r2 yang medekati satu maka data-data tersebut akan semakin linear (De
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Muth, 1999). Suatu metode memiliki linearitas yang baik jika nilai koefisien
koefisien determinasi (r2) dan koefisien korelasi (r) yang didapat dari
hubungan antara garis linear dengan respon dan koefisien korelasi (r)
dekat nilai respon dengan garis linear, semakin linear data tersebut dan
5. Rentang (range)
jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih
2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
terdegradasi. LOQ diartikan sebagai batas terendah dari jumlah analit dalam
analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel
8. Ketangguhan metode
diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal,
perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji (Harmita, 2004).
9. Kekuatan (robustness)
tetap tidak terpengaruh oleh variasi kecil tapi disengaja dalam parameter
metodologi yang kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik
yang dapat mempengaruhi hasil bila diganti atau diubah. Faktor orisinal ini
F. Landasan Teori
Krim merek “x” merupakan salah satu obat yang sering digunakan oleh
masyarakat sebagai analgesik untuk meredakan nyeri sendi, keseleo dan kram
otot. Dalam setiap gram produk krim merek “x” tersebut mengandung senyawa
aktif metil salisilat 102 mg, eugenol 13,6 mg dan mentol 54,4 mg.
terdapat dalam produk tersebut. Keduanya memiliki kelarutan yang baik dalam
etanol, eter dan kloroform serta mempunyai serapan maksimum pada daerah UV
yang berdekatan yaitu 300 nm dan 282 nm. Berdasarkan sifat fisika dan kimia
senyawa, dan jumlah komponen zat aktif yang lebih dari satu maka analisis untuk
menetapkan kadar dapat dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)-
densitometri. Eugenol memiliki sifat yang merupakan semivolatil. Hal ini dapat
dan fase gerak yang digunakan. Metode KLT ini masih dapat digunakan untuk
senyawa yang memiliki sifat semivolatil sehingga untuk menetapkan kadar dari
eugenol yang besifat semivolatil masih dapat digunakan. Bercak analit hasil
perolehan kembali, presisi dan linearitas. Dalam hal ini, selektivitas akan
dengan nilai resolusi > 1,5, linearitas dianalisis berdasarkan koefisien determinasi
(r2) ≥ 0,997, untuk asam salisilat perolehan kembali dianalisis berdasarkan mean
CV ≤ 2,7%.
G. Hipotesis
analisis kadar metil salisilat dan eugenol dengan fase diam silika gel 60 F254 dan
fase gerak toluen : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4) memiliki validitas yang
BAB III
METODE PENELITIAN
karena tidak dilakukan perlakuan pada subjek uji krim analgesik merek “x”.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode yang digunakan untuk
melakukan analisis yaitu sistem KLT yang telah dioptimasi dengan fase diam
silika gel 60 F254 dan fase gerak toluena : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 :
32,4).
2. Variabel tergantung
baku asam salisilat untuk sintesis dan senyawa baku eugenol untuk
analisis.
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C. Definisi Operasional
1. Krim merek “x” adalah sedian krim topikal dalam kemasan tube ukuran 5
gram mengandung senyawa aktif metil salisilat sebanyak 102 mg, eugenol
1K3161.
2. Sistem KLT yang digunakan dalam penelitian adalah fase diam silika gel 60
F254 dan fase gerak toluena : etil asetat : metanol (65,2 : 2,4 : 32,4).
3. Kadar metal salisilat, asam salisilat dan eugenol dinyatakan dalam part per
million (ppm).
D. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam slisilat for
kemurnian 99%), metanol p.a (E. Merck), etanol p.a (E. Merck), toluen p.a (E.
Merck), etil asetat p.a (E. Merck), NaOH 6M, HCl 6M, kloroform teknis
(Bratachem), Krim merk X (netto : 5 gram, No. batch : 1K3161) , plat KLT silika
E. Alat Penelitian
France S.A.S, printer HP Deskjet D2566 HP-024-000 625 730, seperangkat alat
analitik (Scaltec SBC 22 max 60/210 g; min 0,001 g; d=0,01/0,1mg; e=1mg), dan
Fase gerak yang digunakan adalah fase gerak yang telah didapat dari hasil
optimasi pada penelitian sebelumnya yaitu toluena : etil aseat : metanol (65,2 :
2. Penjenuhan Chamber
Chamber dimensi 23x23x10 cm diisi dengan fase gerak yang telah dibuat
Fase diam berupa plat KLT silika gel 60 GF254 dipanaskan dalam oven selama
takar 10 mL. Serbuk tersebut kemudian dilarutkan dengan etanol p.a hingga tanda
b. Pembuatan seri larutan baku asam salisilat 816; 884, 952, 1020; 1088,
1156 dan 1224 ppm. Larutan stok asam salisilat 20 ppb diambil sebanyak 204,
221, 238, 255, 272, 289 dan 306 μL menggunakan mikropipet kemudian masing-
dengan etanol p.a hingga tanda dan digojog agar homogen. Seri larutan baku
10 mL dan dilarutkan dengan etanol p.a hingga tanda dan digojog agar homogen.
b. Pembuatan seri larutan baku eugenol 560, 600, 640, 680, 720, 760 dan
800 ppm. Larutan stok eugenol 20000 ppm diambil sebanyak 140, 150, 160, 170,
dimasukkan ke dalam labu takar 5 mL. Larutan tersebut diencerkan dengan etanol
p.a hingga tanda dan digojog agar homogen. Seri larutan baku dibuat sebanyak
tiga replikasi.
Larutan stok baku asam salisilat diambil sebanyak 204, 255 dan 306 μL
dan larutan stok baku eugenol diambil sebanyak 140, 170 dan 200 μL
Campuran larutan lalu diencerkan dengan etanol p.a hingga tanda dan digojog
agar homogen. Pembuatan larutan campuran baku eugenol dan asam salisilat
Larutan baku asam salisilat kadar 816; 952 dan 1224 ppm dan larutan
baku eugenol kadar 560; 640 dan 800 ppm masing-masing tiga kali replikasi
ditotolkan sebanyak 2 µL pada plat KLT dengan fase diam silika gel 60 F254. Hasil
penotolan dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah jenuh dengan fase
scanner.
8. Penetapan kurva baku asam salisilat dan eugenol dan pengamatan nilai
μL pada plat KLT dengan fase diam silika gel 60 F254 yang telah diaktifkan dan
dengan fase gerak dengan jarak pengembangan 15 cm. Setelah mencapai jarak
rambat 15 cm, plat dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Plat hasil
pengembangan diukur Area Under Curve (AUC) dan tinggi puncaknya dengan
alat TLC scanner pada panjang gelombang pengamatan (288 nm). Replikasi
dilakukan sebanyak tiga kali. Selanjutnya dihitung persamaan kurva baku, nilai
9. Validasi Metode
tunggal dan campuran baku asam salisilat dan eugenol ditotolkan dengan volume
penotolan 2 µL pada plat KLT dengan fase diam silika gel 60 GF254 dan setelah
kering dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhi dengan fase
gerak. Setelah mencapai jarak rambat 15 cm, plat dikeluarkan dari bejana dan
dikeringkan. Plat hasil pengembangan diukur Area Under Curve (AUC) dan
tinggi puncaknya dengan alat TLC scanner pada panjang gelombang pengamatan
(288 nm). Replikasi dilakukan sebanyak lima kali. Kadar terukur dihitung dengan
tinggi dari baku eugenol dan asam salisilat ditambahkan pada ± 1 gram sampel,
selama 3 jam. Larutan yang diperoleh disaring dengan menggunakan kertas saring
dengan 5 mL. Hasil tersebut ditotolkan sebanyak 2 µL pada plat KLT dengan
jarak rambat 15 cm, plat dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Plat hasil
pengembangan diukur Area Under Curve (AUC) dan tinggi puncaknya dengan
alat TLC scanner pada panjang gelombang pengamatan (288 nm). Replikasi
dilakukan sebanyak dua kali pada tiap konsentrasi baku. Kadar terukur dihitung
memiliki nomor batch yang sama sebanyak 50 sampel. Dari 50 sampel tersebut
diambil 20 sampel secara acak yang akan mendapatkan perlakuan. Dari 20 sampel
tersebut dikeluarkan semua kemudian diletakkan dalam satu wadah yang sama
dan dihomogenkan.
dimasukkan kedalam labu alas datar 100 mL, NaOH 6 M ditambahkan sebanyak
dengan suhu di jaga antara 800C-1000C selama 3 jam. Larutan yang diperoleh
sedangkan untuk sampel asam salisilat didapatkan dari sampel eugenol yang akan
dengan etanol p.a hingga tanda dan digojog agar homogen. Sampel dibuat
sebanyak 5 kali.
G. Analisa Hasil
ini:
1. Selektivitas
Selektivitas ditunjukkan dengan resolusi (R) > 1,5 (Gandjar dan Rohman,
2. Linearitas
persamaan kurva baku. Suatu metode memiliki linearitas yang baik jika nilai
Nilai perolehan kembali pada analisis ini dapat dihitung dengan cara:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
4. Presisi
5. Rentang
BAB IV
A. Preparasi Sampel
Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah krim merek “x” yang
tiap 1 gram dari krim tersebut mengandung 102 mg metil salisilat dan 13.6 mg
eugenol. Pada penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari nomor batch
yang sama dan pengumpulan sampel dilakukan pada 4 apotek pendidikan yang
berada di kota Yogyakarta. Pada penelitian ini digunakan nomor batch yang sama
karena pada nomor batch yang sama dilakukan pada satu kali proses produksi
sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang baik antara satu replikasi dengan
replikasi lainnya. Sampel yang digunakan sebanyak 50 buah dengan nomor batch
yang sama, dari 50 sampel tersebut diambil 20 sampel secara acak yang
kemudian akan dilakukan penetapan kadar metil salisilat dan eugenol didalam
populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam populasi
tersebut sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk
dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2008). Metode ini dilakukan karena
setiap sampel yang digunakan memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan
sampel dalam penetapan kadarnya sehingga hasil yang didapat lebih representatif.
Dari 20 sampel tersebut, dikeluarkan dari wadah dan ditimbang berat seluruhnya
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dari sampel yang akan dipakai. Sampel yang telah menjadi satu tersebut diaduk
rata agar mendapatkan hasil yang homogen. Penetapan kadar dilakukan dengan
dan eugenol.
yang berupa basis krim merek “x” yang merupakan vanishing creams, adalah tipe
seperti basa kuat (Beall, 1984). Basis vanishing creams meliputi stearyl alcohol,
paraben, captan, dan air sehingga pada penetapan kadar dari analit yang diteliti
tidak terganggu oleh matriks sampel yang bisa berupa basis krim yang digunakan.
Sehingga penetapan kadar yang dilakukan murni berasal dari analit tanpa adanya
gangguan dari matriks sampel yang tidak diinginkan. Preparasi pada sampel
meliputi pemecahan emulsi yang digunakan pada matriks sampel lalu dilakukan
ekstraksi untuk mendapatkan analit yang akan digunakan untuk penetapan kadar.
Untuk pemecahan emulsi pada sampel digunakan basa kuat NaOH 6M yang dapat
memecah matriks sampel pada sediaan tersebut, selain itu untuk mengubah analit
menjadi bentuk garam sehingga dapat lebih larut dalam air. Namun pada metil
garam yaitu natrium salisilat. Garam natrium salisilat ini akan lebih larut dalam
air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
ataupun asam bebas oleh adanya air. Kecepatan dari reaksinya akan meningkat
oleh adanya peningkatan suhu dan dengan penambahan katalis asam atau basa.
Penambahan basa tidak hanya mengkatalis proses hidrolisis, tapi juga bereaksi
dengan produk asam bebas yang terbentuk dan menghasilkan bentuk garam. Metil
salisilat yang dihidrolisis dengan larutan basa, maka setiap mol garam salisilat
yang terbentuk setara dengan jumlah mol ester yang terhidrolisis. Penambahan
basa NaOH akan mengubah metil salisilat menjadi bentuk garam natrium salisilat.
Penggunaan asam dibutuhkan untuk membentuk senyawa asam bebas hasil dari
Pada eugenol juga terjadi reaksi yang sama yaitu dengan penambahan
eugenolat, namun setelah penetralan dengan HCl akan mengubah kembali bentuk
O O
O
OCH3 ONa
NaOH/H2O HCl OH
100oC
OH OH
OH
Metil salisilat Garam Natrium Salisilat Asam salisilat
OH
ONa
O
O
NaOH/H2O
100oC
Pemanasan juga bertujuan untuk memecah emulsi yang ada pada sampel.
senyawa volatil yang mungkin terjadi, karena metil salisilat merupakan senyawa
dilakukan selama 3 jam. Dipilih waktu selama 3 jam karena pada waktu tersebut
didapatkan nilai AUC dari sampel yang paling banyak apabila diteruskan sampai
4 jam hasil yang didapatkan kurang baik karena didapatkan penurunan nilai AUC
dari sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
untuk mendapatkan kembali analit dalam molekul utuh bukan dalam bentuk
garam atau ion sehingga tidak mengganggu pada proses elusi analit. Proses
penetralan dengan menggunakan HCl akan membuat garam natrium salisilat yang
terbentuk pada saat hidrolisis akan berubah menjadi asam salisilat sehingga pada
penetapan kadar metil salisilat merupakan penetapan kadar secara tidak langsung
karena pada prosesnya terjadi perubahan dari metil salisilat menjadi asam salisilat.
Pada eugenol proses penetralan tersebut akan mengubah garam natrium eugenol
ONa OH
O O
HCl
Natrium eugenol
Eugenol
Gambar 13. Reaksi pembentukan eugenol dari garam natrium eugenol
partisi disini menggunakan pelarut yang tidak saling campur. Pelarut lain yang
digunakan dapat larut dalam pelarut kloroform dengan prisip like disolve like.
banyak maka ada kemungkinan analit tersebut belum terambil sehingga untuk
tersebut sudah terambil semua. Setelah itu pelarut yang digunakan diuapkan dan
B. Fase Gerak
dari hasil optimasi yang dilakukan pada proses sebelumnya. Hasil optimasi dari
komposisi fase gerak yang digunakan adalah toluena, etil asetat dan metanol
dengan perbandingan toluene: etil asetat: metanol (65,2: 2,4: 32,4) (Ediningtyas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2012). Campuran fase gerak ini bersifat lebih non polar apabila dibandingkan
dengan fase diamnya, memiliki nilai indeks polaritas sebesar 3,3228 dan
merupakan fase gerak yang dapat memisahkan asam salisilat dan eugenol secara
optimal. Campuran fase gerak ini disebut non-polar karena memiliki nilai indeks
polaritas yang rendah, dimana semakin rendah nilai indeks polaritas suatu fase
Fase gerak yang cenderung lebih non polar ini akan mampu mengelusi
sampel sehingga akan didapatkan pemisahan dari analit karena memiliki sifat
polaritas yang berbeda antara satu dengan yang lain. Prinsip pembuatan dan
portion dengan teknik doubling dimulai dari fase gerak yang memiliki volum
terkecil lalu ditambah larutan fase gerak selanjutnya sebanyak volum di dalam
dilakukan untuk mempermudah pencampuran ketiga jenis larutan fase gerak yang
dihasilkan pemisahan metil salisilat dan eugenol yang baik dan optimal.
dengan menggunakan bahan-bahan dengan grade pro analsis ini tidak memiliki
menganggu interaksi antara fase gerak dengan analit. Sistem kromatografi pada
penelitian ini merupakan kromatografi fase normal karena fase gerak yang
digunakan bersifat lebih non polar dari pada fase diam yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Pada penelitian ini menggunakan larutan baku yang dibuat dalam 7 seri
konsentrasi untuk masing-masing analit yang akan diuji pada penelitian ini.
Pelarut yang digunakan adalah etanol karena asam salisilat dan eugenol larut
dalam etanol. larutan baku digunakan untuk membuat persamaan kurva baku dari
masing-masing analit yaitu asam salisilat dan eugenol. Konsentrasi kurva baku
yang digunakan untuk persamaan kurva baku asam salisilat adalah 816, 884, 952,
1020, 1088, 1156, dan 1224 ppm. Sedangkan konsentrasi kurva baku untuk
persmaan kurva baku eugenol adalah 560, 600, 640, 680, 720, 760 dan 800 ppm.
didasarkan pada perbandingan analit yang ada dalam sampel krim merek “x”
Eugenol
Penentuan pengamatan eugenol dan asam salisilat sangat dipengaruhi oleh nilai
yang merupakan nilai serapan suatu zat dalam larutan dengan konsentrasi
B
A
Gambar 14. Profil spektra baku analit. (a). Eugenol; (b). Asam Salisilat
maksimum asam salisilat adalah pada panjang gelombang 300 nm. Sedangkan
spektra di atas pada λ maksimum eugenol serapan asam salisilat sangat rendah
sedangkan pada λ maksimum asam salisilat serapan eugenol sangat rendah. Oleh
panjang gelombang perpotongan antara asam salisilat dan eugenol pada panjang
gelombang 288 nm dimana eugenol dan asam salisilat masih memberikan serapan
yang tinggi.
E. Analisis Kualitatif
factor) yang bersifat spesifik pada setiap senyawa dalam fase gerak tertentu
tergantung interaksinya antara fase diam dan fase gerak. Pengamatan nilai Rf ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sampel mengandung asam salisilat dan
eugenol yang dilakukan dengan cara membandingkan nilai Rf dari senyawa baku
asam salisilat dan eugenol dengan nilai Rf dari analit yang akan diteliti. Larutan
baku yang digunakan adalah baku tunggal asam salisilat dan eugenol serta
ditotolkan juga larutan baku campuran antara asam salisilat dan eugenol sebanyak
2 µL. Hasil densitogram antara baku dengan sampel yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a b
c d
Gambar 15 densitogram baseline (a); baku asam salisilat (b); baku eugenol (c) dan
baku campuran asam salisilat dan eugenol (d)
Dari gambar diatas diketahui bahwa asam salisilat baku memiliki nilai Rf
sebesar 0,25 dan eugenol memiliki niali Rf sebesar 0,66. Pada baku campuran
terlihat bahwa nilai Rf dari asam salisilat sebesar 0,25 dan untuk eugenol sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
0,66. Dari gambar 11 tersebut dapat dipastikan pula bahwa asam salisilat dan
eugenol tersebut sudah dapat terpisah secara sempurna dengan nilai resolusi (R)
sebesar 5,125 yang sudah sesuai dengan syarat resolusi dari Gandjar dan Rohman,
disebabkan karena adanya perbedaan interaksi antara kedua analit dengan fase
diam maupun fase gerak yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan sistem
KLT dengan fase normal yang artinya fase diam yang digunakan bersifat lebih
polar daripada fase geraknya. Sehingga senyawa yang lebih bersifat non polar
akan terelusi terlebih dahulu oleh fase gerak. Dalam hal ini kepolaran eugenol
lebih kecil daripada asam salisilat sehingga eugenol akan terelusi terlebih dahulu.
A
B
Gambar 16. Bagian non polar dari (a) asam salisilat dan (b) eugenol
linearitas antara konsentrasi baku yang digunakan dengan AUC (Area Under
konsentrasi kurva baku dengan replikasi 3 kali untuk tiap analit yaitu asam
salisilat dan eugenol. Hasil dari baku asam salisilat diperoleh data sebagai
berikut:
koefisien determinasi (r2) yang memenuhi syarat yaitu ≥ 0,997. Menurut De Muth
semakin dekat titik dengan garis berarti semakin dekat hubungan korelasinya.
Nilai r2 yang medekati satu maka data-data tersebut akan semakin linear, yang
berarti bahwa kenaikan konsentrasi kurva baku sebanding dengan kenaikan AUC
Persamaan kurva baku yang digunakan untuk menetapkan kadar asam salisilat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
antara konsentrasi dengan AUC dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Korelasi antara konsentrasi asam salisilat dengan AUC yang baik dapat
dilihat dari kurva tersebut dimana dengan bertambahnya konsentrasi asam salisilat
diiringi dengan kenaikan dari nilai AUC. Sehingga dari persamaan kurva baku
tersebut dapat digunakan untuk menghitung kadar asam salisilat yang ada dalam
Dari tabel diatas diketahui bahwa persamaan kurva baku yang diperoleh
sebesar 0,9972, hal ini memenuhi syarat yaitu nilai r2 ≥ 0,997. Kurva hubungan
antara konsentrasi eugenol dengan AUC dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Korelasi antara konsentrasi eugenol dengan AUC yang baik dapat dilihat
dengan kenaikan dari nilai AUC. Sehingga dari persamaan kurva baku tersebut
dapat digunakan untuk menghitung kadar eugenol yang ada dalam sampel.
G. Validasi Metode
terjamin dan hasil atau data yang didapat ketika menggunakan metode ini dapat
dipercaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
sedangkan validasi yang dilakukan menggunakan baku campuran dan adisi baku
untuk memvalidasi metode analisis pada saat pengaplikasian metode ini untuk
metode untuk analisis kuantitatif komponen utama bahan baku dalam produk jadi
sediaan farmasi.
1. Selektivitas
metode tersebut untuk memisahkan dan membedakan suatu analit yang satu
dengan analit yang lain dalam suatu campuran. Penentuan ini dapat dilihat
dari pengamatan peak antara asam salisilat dengan eugenol pada densitogram.
Tabel VIII. Perbandingan Nilai Resolusi dan Nilai Rf pada Baku Asam Salisilat
dan Eugenol
Rf Asam Salisilat Rf Eugenol Resolusi
Pada tabel VII dapat terlihat bahwa Rf baku dan Rf analit dalam sampel
relatif cukup jauh dihitung berdasarkan jarak peak asam salisilat dan eugenol.
Nilai resolusi ini telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Gandjar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dan Rohman (2007) yaitu R > 1,5. Maka dapat disimpulkan bahwa metode
hasil. Hasil yang didapat dari perhitungan nilai recovery setelah ditambahkan
larutan baku rata-ratanya adalah 91,958% untuk asam salisilat dan 42,595%
untuk eugenol. Nilai recovery untuk asam salisilat sudah masuk dalam range
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa metode ini dapat memberikan
kecermatan hasil untuk senyawa asam salisilat namun tidak cukup cermat
untuk senyawa eugenol. Faktor yang bisa membuat perolehan kembali untuk
satunya karena preparasi sampel yang kurang tepat untuk mengambil eugenol
dalam matriks sampel sehingga hasilnya kurang begitu baik. Sifat dari
Henry sebesar 0,2 Pa.m3/mol (EFSA, 2012) dan termasuk dalam katagori
kadarnya. Dapat dilihat dari nilai %recovery yang tidak memenuhi syarat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
untuk melepaskan diri dari fase cairan menuju fase gas. Parameter volatilitas
H’ = KD =
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa hukum Henry (H) atau bisa disebut
fase gas suatu senyawa (Xg) dengan fase cairan dari suatu senyawa (Xl).
Semakin besar fase gas suatu senyawa dibandingkan dengan fase cairan suatu
senyawa akan membuat nilai hukum Henry akan semakin besar, sehingga
besar. Menurut persamaan itu pula nilai hukum Henry dapat diperkirakan
apabila konsentrasi senyawa pada fase gas berada dalam keadaan seimbang
3. Presisi
lainnya dalam kondisi analisis yang sama. Uji presisi dilakukan dengan
(coefficient of variation).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4. Linearitas
determinasi untuk asam salisilat dan eugenol berturut-turut adalah 0,9972 dan
5. Rentang
dan level konsentrasi atas dalam suatu sampel, yang masih memenuhi
untuk penetapan kadar, maka pada saat penetapan kadar jumlah analit yang
dituju dapat diarahkan ke level analit yang memenuhi rentang sehingga dapat
memberikan hasil yang baik. Dalam metode ini tidak dapat diperoleh rentang
yang baik untuk penetapan kadar karena tidak memenuhi persyaratan dari
nilai % recovery.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
A. Kesimpulan
yang digunakan dengan fase diam silika gel 60 F254, fase gerak toluena : etil asetat
: metanol (65,2 : 2,4 : 32,4), volume penotolan 2,0 μl dan jarak pengembangan 15
cm. Penentuan validasi metode analisis metil salisilat yang dihitung dalam bentuk
asam salisilat memiiki hasil selektivitas dengan nilai resolusi 5,125, nilai
linearitas dengan nilai r2 sebesar 0,9972 dan untuk eugenol dengan nilai r2 sebesar
0,9972, nilai rata-rata % recovery 91,958% untuk asam salisilat dan 42,595%
untuk eugenol, nilai %CV untuk level kadar rendah, sedang dan tinggi berturut-
turut adalah 2,3360%; 0,9778%; 0,8958% untuk asam salisilat dan untuk eugenol
terpenuhi.
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
B. Saran
Metode ini masih bisa digunakan untuk penetapan metil salisilat namun
tidak cukup baik untuk penetapan kadar dari eugenol yang sifatnya semivolatile
yang dapat digunakan untuk senyawa yang volatile. Pemecahan matriks sampel
tersebut dapat memecah emulsi yang ada dalam krim tersebut tanpa membuat
analit yang akan di analisis berkurang. Senyawa kimia tersebut dapat berupa asam
DAFTAR PUSTAKA
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
LAMPIRAN
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
c. Penimbangan stok asam salisilat untuk validasi metode analisis baku tunggal dan
campuran
Validasi Metode Analisis
Asam Salisilat (g)
R1 R2 R3 R4 R5
d. Penimbangan stok asam salisilat untuk baku adisi validasi metode analisis dalam matrik
sampel
Asam Salisilat (g) Matriks Sampel
b. Eugenol
i. Konsentrasi kurva baku Replikasi 1, 2, dan 3
C1 x V1 = C2 x V2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Toluena = 2,4
Metanol = 5,1
Metanol 1,6524
TOTAL 3,3228
Asam Salisilat
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3
Konsentrasi AUC Konsentrasi AUC Konsentrasi AUC
(ppm) (ppm) (ppm)
816 17027,4 816 18377,7 816 17893
884 17980,4 884 19249,4 884 18781,1
952 19112,2 952 20188,1 952 20102,6
1020 20187,3 1020 20932,4 1020 21305,5
1088 20737,4 1088 21992,4 1088 21901,7
1156 21662 1156 23125,2 1156 23068,7
1224 23141,4 1224 24054,1 1224 24463,3
a 53370,0143 a 6889,3107 a 4956,6286
b 14,3542 b 13,9628 b 15,8010
r 0,9957 r 0,9986 r 0,9969
r2 0,9914 r2 0,9972 r2 0,9938
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 11. Persamaan Regresi Linear dan Gambar Grafik Seri Kurva Baku
Asam Salisilat
1. Replikasi 1
y= 14,3542x + 53370,0143
3. Replikasi 3
y= 15,8010x + 4956,6286
Lampiran 16. Persamaan Regresi Linear dan Gambar Grafik Seri Kurva Baku
Eugenol
1. Replikasi 1 (yang digunakan)
y= 5,09607x + 3400,9143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
2. Replikasi 2
y= 6,3633x + 2565,025
3. Replikasi 3
y= 4,9481x + 3078,2036
%Recovery = x 100%
a. Asam salisilat
Baku yang ditambahkan sebanyak 816 ppm, 1020 ppm, 1224 ppm. Kadar sebelum
Kadar total
(ppm) Recovery
1083,901 103,047
1110,013 106,247
1120,033 85,979
1212,815 95,076
1225,864 80,296
1235,754 81,104
91,958
b. Eugenol
Baku yang ditambahkan sebanyak 560 ppm, 680 ppm, dan 800 ppm. Kadar sebelum
Kadar total
(ppm) Recovery
690.9218 41.317
764.9396 54.534
777.8711 46.812
766.9804 45.211
729.5594 33.751
731.0194 33.943
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
42.595
Rata-rata %Recovery untuk eugenol adalah sebesar 42,595%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
yaitu menjadi panitia seminar HIV AIDS pada tahun 2008, seksi Humas PPnEC
2010, seksi Bandzen Titrasi 2009, Seksi Perlengkapan Pelepasan Wisuda 2009.
106