Anda di halaman 1dari 11

2015

RUMUSAN
RAPAT KOORDINASI DAERAH
PEMANTAPAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
(RAKORDA PPLH) SE-KALIMANTAN TIMUR
DI TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU
16 – 18 PEBRUARI 2015

Setelah mendengar, memahami pengarahan dan pemaparan dari:


A. Sambutan Gubernur Kalimantan Timur;
B. Pemaparan Bapak Sarwono Kusumaatmadja;
C. Pemaparan Bapak Ir. Hendra Setiawan Kementerian LH dan Kehutanan;
D. Pemaparan Bapak DR. Eko Sugiharto, DEA, Pusat Studi Lingkungan Hidup
UGM Yogyakarta;
E. Pemaparan Bapak Masrani, S.P, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Berau
Provinsi Kalimantan Timur.

serta memperhatikan saran, masukan dan tanggapan dari peserta Rapat


Koordinasi Daerah Pemantapan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Rakorda PPLH)
se-Kalimantan Timur, yang dilaksanakan dari tanggal 16 - 18 Pebruari 2015 di
Tanjung Redeb Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur, menghasilkan
beberapa rumusan sebagai berikut :

1. Dalam Rangka implementasi Permen LH Nomor : 19 Tahun 2008 tentang


Standar Pelayanan Minimal (SPM), maka diwajibkan kepada Seluruh
Badan/Kantor Lingkungan Hidup Kab./Kota agar melaksanakan:
A. Pemantauan kualitas udara ambien baik secara aktif maupun secara pasif
di masing-masing Kab./Kota;
B. Pemantauan kualitas air sungai berdasarkan kewenangannya pada
lokasinya masing-masing;
C. Penanganan Kasus-kasus dan/atau sengketa Lingkungan Hidup
berdasarkan kewenangan Kab./Kota masing-masing;
D. Pemantauan terhadap kerusakan tanah di Kab./Kota masing-masing.

2. Informasi Status Mutu Air


A. Kabupaten/Kota perlu mengusahakan prosentase (%) jumlah sumber air
yang dipantau kualitasnya, ditetapkan status mutu airnya dan
diinformasikan status mutu airnya menjadi 100%.
B. Kabupaten/Kota harus menyampaikan data untuk sistem pengolah data
status mutu air dan beban pemcemaran yang sudah disebarluaskan ke
semua kabupaten/kota.

3. Perizinan Pembuangan Air Limbah


Kabupaten/Kota perlu sepenuhnya menerapkan Permen LH 01/2010 dalam
menerbitkan izin pembuangan air limbah terutama terkait muatan teknis
dalam izin dan kajian pembuangan air limbah.

4. Program Langit Biru


Menerapkan sampai dengan 100% pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal
dalam upaya pengendalian pencemaran udara baik untuk kegiatan
pemantauan kualitas udara ambient maupun pemantauan emisi gas buang
dari sumber tidak bergerak.

1
2015

5. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)


A. Masa berlaku Izin Penyimpanan Limbah B3 harus menyesuaikan NSPK
sebagaimana yang diatur dalam peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
B. Mengembangkan kelengkapan data base pengelolaan limbah B3.
C. Meningkatkan intensitas pelaksanaan pembinaan dan pengawasan pada
kegiatan pengelolaan limbah B3.
D. Mendukung pengembangan usaha/kegiatan pengolahan serta
pemanfaatan limbah B3 di daerah serta mendukung pelimpahan
kewenangan perizinan ke daerah.
E. Sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah B3 di daerah.

6. Perlindungan Lapisan Ozon (PLO)


A. Pembentukan dan mengaktifkan kinerja Tim Kerja Perlindungan lapisan
ozon (PLO) dan pengendalian Bahan Perusak Ozon (BPO) di tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
B. Sosialisasi public tentang pentingnya lapisan ozon dan pelarangan
penggunaan bahan perusak ozon.

7. Program Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK)


A. Penyusunan program kegiatan yang berorientasi terhadap mitigasi
dan/atau penurunan gas rumah kaca.
B. Pelaksanaan inventarisasi potensi Gas Rumah Kaca dan PEP ditingkat
provinsi dan kabupaten/kota.
C. Monitoring Review dan Verifikasi potensi GRK oleh pemerintah provinsi
pada beberapa kabupaten/kota.

8. Pembinaan dan pengawasan melalui kegiatan Proper


A. Sosialisasi dan Pembinaan pelaksanaan persiapan proper di tingkat
kabupaten/kota dalam rangka pengusulan tambahan sebagai peserta
proper.
B. Penyusunan kriteria proper yang mengarah kepada penyamaan persepsi
dalam penilaian proper antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
C. Penguatan SDM pelaksana penilaian Proper dan PPLHD.

9. Pelayanan Pos P3SLH dioptimalkan dalam rangka penanganan kasus


lingkungan yang telah diterima dari pihak pengadu;
10. Perlu peningkatan peran dan fungsi PPLHD dalam melakukan pengawasan
sesuai dengan tugas dan fungsinya yang didukung dengan pendanaan yang
memadai;
11. Perlu dijalin koordinasi yang lebih intensif dengan Korwas PPNS setempat
dalam rangka melakukan penyidikan terhadap penanganan kasus
lingkungan hidup;
12. Penyelesaian kasus / sengketa Lingkungan hidup agar berpedoman pada
Permen LH No. 09 tahun 2010 tentang tata cara pengaduan dan

2
2015
penanganan pengaduan akibat dugaan pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup;
13. Perlu memiliki perangkat software dan hardware yang berbasis web yang
mendukung Pos pengaduan dengan jalan meminta bantuan ke Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
14. Perlu adanya koordinasi secara berjenjang antara Kab/Kota, Provinsi dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam penanganan kasus
lingkungan hidup;
15. Standar Pelayanan Minimal di BLH dan Kabupaten Kota se Kaltim harus
selalu dilakukan secara berkesinambungan sesuai dengan ketentuan untuk
menurunkan tingkat pencemaran dan kerusakan lingkugan hidup;
16. Dengan adanya penggabungan dua kementerian menjadi satu yaitu
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan diperlukan
pembekalan teknis secara khusus berkesinambungan kepada petugas-
petugas yang menangani kasus lingkungan, baik di Provinsi maupun di
kabupaten kota oleh pusat;
17. Peningkatan Sumber daya manusia (SDM) secara kualitas dan kwantitas
yang menangani pengaduan dan penanganan kasus lingkugnan hidup perlu
perhatian secara khusus untuk menjalankan peran dan fungsinya.
18. Di daerah Kabupaten kota dan Provinsi perlu mengatur peraturan tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang belum diatur secara
khusus dalam undang-undang atau ketentuan yang berlaku, untuk
melindungi kelestarian lingkungan yang berada di daerah masing-masing;
19.BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab./Kota se-Kaltim agar melakukan
pemutakhiran data base seluruh usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki dokumen lingkungan, baik Amdal, UKL-UPL, DPPL, DELH dan
DPLH, dengan mempersiapkan kegiatan sistem pemetaan data base izin
lingkungan secara spasial sesuai dengan kewenangan masing-masing.

20.BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab./Kota se-Kaltim agar mempersiapkan SDM
dan infrastruktur (hardware) terkait dengan implementasi DADU (Database
Amdal dan UKL-UPL) sistem online secara nasional dan sistem pemetaan
data base Izin Lingkungan secara spasial, dan mendorong kepada KLHK
untuk mempersiapkan sistem pengintegrasian antara aplikasi DADU dengan
aplikasi pelayanan perizinan di PTSP (Perizinan Terpadu Satu Pintu);

21.BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab./Kota se-Kaltim sesuai kewenangannya agar
melakukan monitoring dan evaluasi secara aktif dan pasif terhadap
penanggung jawab kegiatan, terkait dengan pelaporan pelaksanaan izin
lingkungan yang telah disetujui, yang bisa disinergiskan dengan
pelaksanaan kegiatan Proper dan penanganan kasus.

22.BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab/Kota se-Kaltim akan mengusulkan kepada
KLHK untuk memperbaiki tata kelola Amdal, dengan mempertimbangkan
hal-hal berikut:

3
2015
A. Posisi studi kelayakan lingkungan terhadap studi kelayakan teknis dan
studi kelayakan ekonomis;
B. KA dijadikan sebagai bagian terpisah dari dokumen Amdal (Kegiatan
pra Amdal);
C. KLHK agar mereview ulang mekanisme administrasi Amdal dan proses
Izin Lingkungan, dengan melakukan revisi terhadap: PP Nomor 27
tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Hidup, dan Permen-permen LH
yang terkait dengan proses Amdal dan penerbitan izin lingkungan;
D. Memperkuat sistem kronologis waktu dalam proses Amdal dan
penerbitan Izin Lingkungan dan mensosialisasikannya kepada
stakeholder;

23. Mendorong peranan BLH Prov. dan Kab/Kota se-Kaltim sebagai bagian dari
pemerintah daerah untuk mpenyusunan KLHS, guna memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup.

24. BLH Prov. dan Kab./Kota se-Kaltim menekankan kepada KLH untuk benar-
benar melakukan uji secara profesional terhadap registrasi kompetensi bagi
Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan Dokumen Amdal (LPJP) dan sertifikasi
kompetensi penyusun Amdal untuk personal, untuk menjaga kualitas
dokumen Amdal yang disusun;

25. BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab./Kota se-Kaltim dalam melaksanakan
kegiatan penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup dan
penerbitan izin lingkungan, agar sesuai dengan SOP (Standard Operating
Procedure) & Norma, Standar, Peraturan, dan Kriteria (NSPK) yang berlaku
dengan mempertimbangkan reformasi tata kelola perizinan dalam rangka
tuntutan percepatan proses izin lingkungan dengan tetap menjaga mutu
kualitas dokumen lingkungan, serta mendorong kepada KLH untuk
menerbitkan peraturan tentang perubahan izin lingkungan.

26. KLH dan BLH Prov. Kaltim agar melakukan pembinaan dan pengawasan
secara terpadu terhadap administrasi proses Amdal/UKL-UPL pada Komisi
Penilai Amdal/BLH Kab./Kota se-Kaltim dan melakukan uji mutu dokumen
Amdal pada Kab./Kota.

27. BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab./Kota se-Kaltim agar segera melaksanakan
amanah Surat Edaran Menteri Negara LH mengenai arahan pelaksanaan
Pasal 121 UU Nomor: 32 Tahun 2009, terkait dengan pelaksanaan Audit
Lingkungan/DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup) dan DPLH
(Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup) bagi setiap usaha dan/atau
kegiatan yang telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum
memiliki dokumen/kajian lingkungan, dengan terlebih dahulu memberikan
sanksi administratif berupa teguran tertulis kepada penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan paling lambat tanggal 27 Juni 2015, dan waktu
terakhir penyusunan DELH, DPLH adalah tanggal 27 Desember 2015.

4
2015
28. BLH Kab./Kota se-Kaltim agar segera menyusun rencana penetapan
kegiatan wajib UKL-UPL dan SPPL melalui Perbup/Perwali masing-masing
sesuai kewenangannya, beserta SOP mekanismenya.

29. Komisi Penilai Amdal (KPA) Kab./Kota se-Kaltim yang telah memperbaharui
masa berlaku lisensinya dari Bupati/Walikota agar segera menyerahkan
dokumen final lisensi beserta bukti lisensi kepada BLH Prov. Kaltim dan
melaporkan kepada BLH Prov. Kaltim dalam hal terjadi perubahan yang
menyebabkan tidak terpenuhinya persyaratan lisensi, sesuai dengan
Permen LH Nomor 15 tahun 2010 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Lisensi KPA.

30. Terkait dengan kewajiban Komisi Penilai Amdal (KPA) daerah yang wajib
memiliki lisensi dalam melakukan penilaian dokumen Amdal, maka
diharapkan Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu (Kab. Mahulu) agar
dapat segera membentuk BLH Kab. Mahulu, yang diikuti dengan
pembentukan KPA Kab. Mahulu yang terlisensi sesuai peraturan dan
ketentuan yang berlaku.

31. Kegiatan pengendalian kerusakan lahan / hutan diprioritaskan pada


kegiatan pengurangan emisi dari pencegahan deforestasi dan degradasi
hutan, konservasi serta kegiatan lain yang mendukung potensi penurunan
dan penyerapan emisi (GRK) yang dapat diukur, dilaporkan dan
diverifikasi.

32. RAD GRK merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah, masyarakat dan
pelaku ekonomi dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi rencana aksi penurunan GRK.

33. Meningkatkan pengendalian kerusakan lingkungan, melalui upaya :


A. Pengendalian pemanfaatan ruang sesuai RTRW;
B. Peningkatan pengawasan izin usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi
menimbulkan kerusakan lingkungan termasuk pelaksanaan pengawasan
reklamasi dan revegetasi pasca tambang;
C. Penerbitan rekomendasi dan izin yang lebih selektif serta tidak
merekomendasikan pemberian izin untuk pembukaan hutan primer dan
lahan gambut dalam upaya mengantisipasi dampak perubahan iklim
serta mendukung kebijakan Nasional terhadap penurunan emisi sebesar
26 % sampai dengan tahun 2020.
D. Penerapan perinsip RSPO ( Roundtable Sustainable Plam Oil ) dan ISPO
(Indonesia Sustainable Plam Oil ) untuk perkebunan kelapa sawit,
penerapan prinsip PHPL (Pengelolaan Hutan Produksi Lestari) untuk HPH
dan HPHTI serta penerapan Good Mining Practice untuk aktifitas
pertambangan,
E. Penguatan kapasitas kelembagaan lingkungan penegakan dan
pengembangan system deteksi dini kebakaran hutan dan lahan serta
penegakan supermasi hukum.

5
2015
34. Dalam rangka peningkatan kinerja pemerintah kabupaten terhadap upaya
pengendalian kerusakan hutan, lahan dan sumber daya air seluruh
kabupaten hendaknya mengikuti Program Menuju Indonesia Hijau.

35. Sesuai peraturan Menteri Negara LH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal, Pemerintah Kabupaten/Kota menyelenggarakan
pelayanan di bidang lingkungan hidup yakni pelayanan informasi status
kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa. (Agar
Kabupaten/Kota menyusun Kriteria baku kerusakan tanah daerah sesuai PP
No. 150 Tahun 2000).

36. Dalam rangka upaya perlindungan terhadap satwa endemic orangutan serta
mengantisipasi peristiwa pembantaian orangutan tidak terulang lagi dan
menyadari habitat orangutan yang makin terdesak akibat aktifitas berbagai
kegiatan seperti HPH, HPHTI, perkebunan sawit, dan pertambangan, upaya
yang perlu dilakukan sebagai berikut :
A. Menginstruksikan kepada seluruh pemegang izin untuk melakukan
identifikasi kawasan yang bernilai penting bagi konservasi
keanekaragaman hayati dalam wilayah kerja masing-masing selanjutnya
menetapkan kawasan tersebut menjadi kawasan konservasi (sebagai
tindak lanjut PERMEN LH No. 29 Tahun 2009, tentang pedoman
konservasi di Daerah)
B. Selain menetapkan area konservasi, diharapkan dapat mengalokasikan
sebagai kawasan untuk dijadikan areal koridor satwa, yang selanjutnya
dilakukan pengelolaan untuk mendukung kelanjutan kehidupan satwa
yang ada disekitarnya.
C. Mengintruksikan masing-masing kepada Badan Lingkungan Hidup/Dinas
Lingkungan Hidup/Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota se-Kaltim
selaku ketua Komisi penilai AMDAL dalam lingkup wilayah
kerjanyamasing-masing, agar dapat memperhatikan penerapan point
tersebut di atas, pada saat pembahasan dan pengesahan dokumen
AMDAL.
D. Segera dibentuk SATGAS penanganan konflik satwa liar di masing-masing
Kabupaten.

37. Masing-masing Kabupaten/Kota perlu mengusulkan dan menetapkan lokasi


untuk pembangunan Taman Kehati yang bertujuan dan bermanfaat sebagai
berikut :
A. Penyelamatan berbagai jenis tumbuhan lokal
B. Mengoleksi contoh hidup jenis-jenis tumbuhan lokal
C. Sarana pendidikan, penelitian, dan praktek pengenalan jenis-jenis
tumbuhan lokal.
D. Menyediakan sumber benih jenis-jenis tumbuhan lokal.
E. Sarana rekareasi alam (ekowisata).
F. Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan.

6
2015

38. Sesuai dengan Peraturan Menteru Negara Lingkungan Hidup Nomor 29


tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati Daerah,
diharapkan agar masing-masing Kab/Kota dapat menyusun profil
keanekaragaman hayati yang bermanfaat dan bernilai penting bagi daerah
sebagai data dasar mengenai potensi KEHATI di daerah serta bermanfaat
dalam rangka pengambilan keputusan, perumusan kebijakan, penyusunan
strategi dan rancang tindak pengelolaan KEHATI daerah. Selain itu perlunya
pengembangan data/informasi KEHATI melalui penyediaan website KEHATI
di masing-masing wilayah baik Provinsi maupun Kab/Kota.

39. Telah diterbitkan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor : 67 tahun


2012 tanggal 17 Desember 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat, demikian halnya telah
dilakukan penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan dan Perlindungan
terhadap kawasan tersebut, berkenaan dengan hal itu diharapkan agar
pemerintah Kabupaten Berau dan Kutai Timur dapat mensosialisasikan
rencana aksi tersebut kepada seluruh stakeholder terkait.

40. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kabupaten Berau dan


Kutai Timur agar mendukung usulan sebagian kawasan Karst Sangkulirang
–Mangkalihat untuk ditetapkan sebagai warisan dunia ( World Heritage) oleh
UNESCO, demikian halnya dukungan terhadap usulan penetapan bentang
alam Karst kepada Menteri ESDM sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 17
tahun 2012.

41. Model pengelolaan dan perlindungan Karst berbasis masyarakat dikawasan


Karst Merabu yang telah mendapat legalitas dari Kementerian Kehutanan
dalam bentuk pengelolaan hutan desa sepatutnya menjadi contoh
pengelolaan dan perlindungan Karst berbasis masyarakat untuk kawasan
Karst lainnya di Kalimantan Timur.

42. Mendukung usulan areal kawasan Karst Sangkulirang –Mangkalihat seluas


430.000 ha yang berada disekitar Merabu, Tondoyan, Marang Gergaji,
Tutunambo, dan Batu Lepok ke Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
Prov. Kaltim untuk dijadikan kawasan strategis Provinsi (KSP).

43. Untuk mempertahankan dan memulihkan daya dukung lingkungan danau


Kaskade Mahakam sangat diperlukan komitmen tinggi, kerja keras,
koordinasi, dan kerjasama yang kuat serta manajemen pengelolaan yang
tepat, untuk itu diperlukan kampanye public secara terus menerus sehingga
isu-isu tentang pengelolaan danau Kaskade Mahakam mendapat perhatian
dari pemangku kepentingan baik pusat maupun daerah.

7
2015
44. Dokumen gerakan penyelamatan danau kaskade Mahakam yang telah
dibuat diharapkan dapat menjadi acuan dan wujud kesepakatan bersama
dalam bertindak untuk menyelamatkan danau kaskade Mahakam.

45. Kerusakan ekosistem pesisir laut (Mangrove, Terumbu Karang dan Padang
Lamun) perlu menjadi perhatian bagi semua pihak untuk secara sungguh-
sungguh melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan serta melakukan
rehabilitasi mengingat ekosistem pesisir/laut tersebut merupakan sumber
daya hayati dan sumber daya perikanan yang harus dipeliahara dan dijaga
kelestariannya, oleh karena itu sangat penting untuk mewujudkan
pengelolaan ekosistem pesisir/laut secara terpadu agar keberadaan sumber
daya pesisir/laut tersebut dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan rakyat.

46. Untuk mewujudkan pengelolaan ekosistem pesisir/laut secara terpadu


dalam rangka perlindungan dan pengelolaan ekosistem Mangrove, Terumbu
Karang dan Padang Lamun dipandang perlu untuk melaksanakan beberapa
kegiatan diantaranya :
A. Melaksanakan kegiatan Rehabilitasi Pantai Entaskan Masyarakat
Setempat (RANTAI EMAS)
B. Menyusun data base kondisi keruskan Mangrove, Terumbu Karang,
Padang Lamun sebagai dokumen perencanaan untuk acuan pelaksanaan
rehabilitasi.
C. Mengupayakan perlindungan terhadap kawasan Mangrove, Terumbu
Karang dan Padang Lamun yang masih tersisa dan masih alami dengan
menerbitkan Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati/Walikota.
D. Mengoptimalkan inventarisasi data hasil pelaksanaan rehabilitasi baik
yang dilakukan oleh Pemerintah maupun dunia usaha maupun
masyarakat sehingga informasi / data yang diperoleh lebih lengkap dan
berkesinambungan.

47. Kegiatan Pengambilan dan Pengukuran Sampel Timbulan Sampah dan


Komposisi sampah perkotaan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup
Provinsi Kalimantan Timur untuk membantu kab/kota dalam menentukan
rencana pengelolaan sampah perkotaan dalam menunjang Program Adipura.
Kegiatan ini akan dilakukan untuk timbulan sampah yang berasal dari
perumahan, perkantoran, sekolah, hotel, jalan dan pasar dengan komposisi
organik, kertas,plastik, logam,kaca,kain,styrofoam,karet dan lain- lain.
Tahun 2014 s/d 2018 semua kab/kota Se- Kaltim akan dilakukan kegiatan
ini dengan menyesuaikan alokasi anggaran yang ada. Diharapkan kab/kota
dapat menggunakan data yang telah dihasilkan dalam kegiatan ini untuk
perencanaan pengelolaan sampah yang ada di wilayahnya masing-
masing.Tim yang melakukan harus berkoordinasi dengan instansi/SKPD
yang terkait dengan pengelolaan sampah di kab/kota Se-Kaltim;

8
2015
48. PPE Kalimantan diharapkan untuk memfasilitasi peningkatan SDM terkait
manajemen pengelolaan sampah;

49. Kegiatan Program Adipura , dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat


yang sehat, lingkungan hidup yang lestari serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya maka kab/kota diharapkan dapat melakukan hal - hal sebagai
berikut:
A. Pelaksanaan program Adipura mengacu kepada PERMENLH No. 06
Tahun 2014;
B. Meningkatkan koordinasi antar SKPD dalam mendukung komitmen
Pemerintah Daerah mewujudkan Kota yang layak huni dengan
membentuk TIM Kab/Kota yang menangani kegiatan ini , karena Adipura
bukan tugas dari BLH ataupun Dinas Kebersihan kab/kota tetapi
merupakan tugas bersama SKPD dalam melaksanakan visi misi Kepala
Daerah Kab/Kota ;
C. Mempersiapkan lokasi pantau yang ada di wilayah perkotaan khususnya
untuk lokasi pantau wajib yaitu pemukiman, jalan, pasar, perkantoran,
pertokoan, sekolah, Rumah Sakit, terminal, hutan kota, taman kota,
saluran terbuka, TPA , Bank Sampah dan fasilitas pengolahan sampah;
D. Meningkatkan kegiatan pengelolaan sampah (konsep 3 R) melalui
edukasi/kampanye ke pelajar dan masyarakat , pendirian Bank Sampah
dan kegiatan lain (contoh: komposter, kegiatan memilah dan mengolah
sampah) yang dapat menjadikan sampah sebagai sumber daya yang
bernilai ekonomi;
E. Menetapkan target kinerja yang harus dicapai untuk peningkatan nilai
Adipura sebagai berikut:
a. menyiapkan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) yang menggunakan
sistem control landfill dan atau sanitary landfill;
b. Membentuk Bank Sampah sebanyak 5 - 10 Bank Sampah di Setiap
Kab/Kota
c. Menyiapkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30 % luas
wilayahnya;
d. Menyiapkan pasar tradisional yang bersih , pengelolaan sampah sudah
terpilah dan dilakukan pengolahan sampah secara kontinyu

50. Program KALPATARU, diharapkan kab/kota dapat menyampaikan kepada


seluruh masyarakat ,tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, perguruan tinggi
agar mengusulkan orang atau kelompok masyarakat yang secara mandiri
telah melakukan pelestarian lingkungan hidup yang memberi dampak sosial
,ekonomi bagi masyarakat sekitarnya

51. Penyusunan Laporan SLHD, diharapkan kab/kota dapat menyusun Laporan


SLHD secara rutin setiap tahunnya, dimana data yang ada di Laporan SLHD
dapat dipergunakan untuk penghitungan Indeks Kualitas Lingkungan
Provinsi Kalimantan;

52. Peningkatan kapasitas SDM, kab/kota diharapkan dapat mengusulkan


kegiatan yang memerlukan peningkatan kapasitas untuk SDM Pengelolaan
lingkungan yang akan menjadi dasar BLH Provinsi dalam pelaksanaan
peningkatan kapasitas SDM Pengelola LH. Untuk tahun 2016 akan
dilakukan peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan PPLHD dengan
jumlah peserta 20 orang.

9
2015

53. Program Adiwiyata , kegiatan pembinaan dan penilaian sekolah Adiwiyata


setiap tahun dilakukan dari bulan Januari s/d Desember setiap tahunnya
untuk mempersiapkan sekolah tingkat Mandiri, Nasional dan Provinsi
dengan target kinerja sampai 2018 sebanyak 336 sekolah Adiwiyata sudah
ada di Provinsi Kalimantan Timur. Diharapkan kab/kota dapat
menyampaikan data sekolah Adiwiyata dan untuk meningkatkan
pelaksanaan kegiatan Adiwiyata dilakukanForum Dialog Adiwiyata sebagai
wadah untuk komunikasi antar kab/kota yang difasilitasi oleh BLH Prov.
Kaltim. Tahun 2016, Kegiatan Forum Dialog Adiwiyata akan dilaksanakan di
Kota/Kab Kutai Kertanegara;

54. Untuk kegiatan Adipura, Kalpataru, Adiwiyata diharapkan mendapatkan


penghargaan dari Provinsi Kaltim sebagai apresiasi kepada kab/kota ;

55. Diharapkan Kab/Kota segera membentuk SAKA KALPATARU untuk


menjalankan 3 Krida (3R), Perubahan Iklim, Keanekaragaman hayati) dalam
pengelolaan lingkungan hidup;

56. Melaksanakan dan melakukan inventarisasi serta pembinaan pada BLH


Kab./Kota dalam rangka penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML),
Ekolabel dan produksi bersih, sesuai SNI – ISO 14001-2005.

57. Perlu dilakukan Bimtek/Pelatihan/kursus bagi petugas maupun bagi


pengelola (analis) lab. Kab./Kota dalam rangka pembinaan dan
pengembangan personil laboratorium termasuk Forum Komunikasi
Laboratorium Lingkungan.

58. BLH Provinsi Kaltim perlu menargetkan Laboratorium terakreditasi di setiap


Kab./Kota.

59. BLH Provinsi Kaltim perlu memfasilitasi BLH Kab./Kota dalam Forum
Komunikasi Laboratorium Lingkungan.

60. Rapat Koordinasi Daerah Pemantapan Pengelolaan Lingkungan Hidup


(Rakorda PPLH) Tahun 2016 ditetapkan pelaksanaannya di Kota Bontang,
dengan kegiatan Orientasi Lapangan (OL) ke Provinsi Jawa Timur

Untuk mendukung terlaksananya berbagai program dan kegiatan


pengelolaan lingkungan hidup tersebut di atas perlu dialokasikan anggaran atau
pendanaan yang memadai baik melalui APBN, APBD Provinsi maupun APBD
Kab./Kota se-Kaltim.

10

Anda mungkin juga menyukai