RUMUSAN
RAPAT KOORDINASI DAERAH
PEMANTAPAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
(RAKORDA PPLH) SE-KALIMANTAN TIMUR
DI TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU
16 – 18 PEBRUARI 2015
1
2015
2
2015
penanganan pengaduan akibat dugaan pencemaran atau kerusakan
lingkungan hidup;
13. Perlu memiliki perangkat software dan hardware yang berbasis web yang
mendukung Pos pengaduan dengan jalan meminta bantuan ke Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
14. Perlu adanya koordinasi secara berjenjang antara Kab/Kota, Provinsi dan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam penanganan kasus
lingkungan hidup;
15. Standar Pelayanan Minimal di BLH dan Kabupaten Kota se Kaltim harus
selalu dilakukan secara berkesinambungan sesuai dengan ketentuan untuk
menurunkan tingkat pencemaran dan kerusakan lingkugan hidup;
16. Dengan adanya penggabungan dua kementerian menjadi satu yaitu
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan diperlukan
pembekalan teknis secara khusus berkesinambungan kepada petugas-
petugas yang menangani kasus lingkungan, baik di Provinsi maupun di
kabupaten kota oleh pusat;
17. Peningkatan Sumber daya manusia (SDM) secara kualitas dan kwantitas
yang menangani pengaduan dan penanganan kasus lingkugnan hidup perlu
perhatian secara khusus untuk menjalankan peran dan fungsinya.
18. Di daerah Kabupaten kota dan Provinsi perlu mengatur peraturan tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang belum diatur secara
khusus dalam undang-undang atau ketentuan yang berlaku, untuk
melindungi kelestarian lingkungan yang berada di daerah masing-masing;
19.BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab./Kota se-Kaltim agar melakukan
pemutakhiran data base seluruh usaha dan/atau kegiatan yang telah
memiliki dokumen lingkungan, baik Amdal, UKL-UPL, DPPL, DELH dan
DPLH, dengan mempersiapkan kegiatan sistem pemetaan data base izin
lingkungan secara spasial sesuai dengan kewenangan masing-masing.
20.BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab./Kota se-Kaltim agar mempersiapkan SDM
dan infrastruktur (hardware) terkait dengan implementasi DADU (Database
Amdal dan UKL-UPL) sistem online secara nasional dan sistem pemetaan
data base Izin Lingkungan secara spasial, dan mendorong kepada KLHK
untuk mempersiapkan sistem pengintegrasian antara aplikasi DADU dengan
aplikasi pelayanan perizinan di PTSP (Perizinan Terpadu Satu Pintu);
21.BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab./Kota se-Kaltim sesuai kewenangannya agar
melakukan monitoring dan evaluasi secara aktif dan pasif terhadap
penanggung jawab kegiatan, terkait dengan pelaporan pelaksanaan izin
lingkungan yang telah disetujui, yang bisa disinergiskan dengan
pelaksanaan kegiatan Proper dan penanganan kasus.
22.BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab/Kota se-Kaltim akan mengusulkan kepada
KLHK untuk memperbaiki tata kelola Amdal, dengan mempertimbangkan
hal-hal berikut:
3
2015
A. Posisi studi kelayakan lingkungan terhadap studi kelayakan teknis dan
studi kelayakan ekonomis;
B. KA dijadikan sebagai bagian terpisah dari dokumen Amdal (Kegiatan
pra Amdal);
C. KLHK agar mereview ulang mekanisme administrasi Amdal dan proses
Izin Lingkungan, dengan melakukan revisi terhadap: PP Nomor 27
tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Hidup, dan Permen-permen LH
yang terkait dengan proses Amdal dan penerbitan izin lingkungan;
D. Memperkuat sistem kronologis waktu dalam proses Amdal dan
penerbitan Izin Lingkungan dan mensosialisasikannya kepada
stakeholder;
23. Mendorong peranan BLH Prov. dan Kab/Kota se-Kaltim sebagai bagian dari
pemerintah daerah untuk mpenyusunan KLHS, guna memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup.
24. BLH Prov. dan Kab./Kota se-Kaltim menekankan kepada KLH untuk benar-
benar melakukan uji secara profesional terhadap registrasi kompetensi bagi
Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan Dokumen Amdal (LPJP) dan sertifikasi
kompetensi penyusun Amdal untuk personal, untuk menjaga kualitas
dokumen Amdal yang disusun;
25. BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab./Kota se-Kaltim dalam melaksanakan
kegiatan penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup dan
penerbitan izin lingkungan, agar sesuai dengan SOP (Standard Operating
Procedure) & Norma, Standar, Peraturan, dan Kriteria (NSPK) yang berlaku
dengan mempertimbangkan reformasi tata kelola perizinan dalam rangka
tuntutan percepatan proses izin lingkungan dengan tetap menjaga mutu
kualitas dokumen lingkungan, serta mendorong kepada KLH untuk
menerbitkan peraturan tentang perubahan izin lingkungan.
26. KLH dan BLH Prov. Kaltim agar melakukan pembinaan dan pengawasan
secara terpadu terhadap administrasi proses Amdal/UKL-UPL pada Komisi
Penilai Amdal/BLH Kab./Kota se-Kaltim dan melakukan uji mutu dokumen
Amdal pada Kab./Kota.
27. BLH Prov. Kaltim dan BLH Kab./Kota se-Kaltim agar segera melaksanakan
amanah Surat Edaran Menteri Negara LH mengenai arahan pelaksanaan
Pasal 121 UU Nomor: 32 Tahun 2009, terkait dengan pelaksanaan Audit
Lingkungan/DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup) dan DPLH
(Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup) bagi setiap usaha dan/atau
kegiatan yang telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum
memiliki dokumen/kajian lingkungan, dengan terlebih dahulu memberikan
sanksi administratif berupa teguran tertulis kepada penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan paling lambat tanggal 27 Juni 2015, dan waktu
terakhir penyusunan DELH, DPLH adalah tanggal 27 Desember 2015.
4
2015
28. BLH Kab./Kota se-Kaltim agar segera menyusun rencana penetapan
kegiatan wajib UKL-UPL dan SPPL melalui Perbup/Perwali masing-masing
sesuai kewenangannya, beserta SOP mekanismenya.
29. Komisi Penilai Amdal (KPA) Kab./Kota se-Kaltim yang telah memperbaharui
masa berlaku lisensinya dari Bupati/Walikota agar segera menyerahkan
dokumen final lisensi beserta bukti lisensi kepada BLH Prov. Kaltim dan
melaporkan kepada BLH Prov. Kaltim dalam hal terjadi perubahan yang
menyebabkan tidak terpenuhinya persyaratan lisensi, sesuai dengan
Permen LH Nomor 15 tahun 2010 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Lisensi KPA.
30. Terkait dengan kewajiban Komisi Penilai Amdal (KPA) daerah yang wajib
memiliki lisensi dalam melakukan penilaian dokumen Amdal, maka
diharapkan Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu (Kab. Mahulu) agar
dapat segera membentuk BLH Kab. Mahulu, yang diikuti dengan
pembentukan KPA Kab. Mahulu yang terlisensi sesuai peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
32. RAD GRK merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah, masyarakat dan
pelaku ekonomi dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan evaluasi rencana aksi penurunan GRK.
5
2015
34. Dalam rangka peningkatan kinerja pemerintah kabupaten terhadap upaya
pengendalian kerusakan hutan, lahan dan sumber daya air seluruh
kabupaten hendaknya mengikuti Program Menuju Indonesia Hijau.
35. Sesuai peraturan Menteri Negara LH Nomor 19 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal, Pemerintah Kabupaten/Kota menyelenggarakan
pelayanan di bidang lingkungan hidup yakni pelayanan informasi status
kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa. (Agar
Kabupaten/Kota menyusun Kriteria baku kerusakan tanah daerah sesuai PP
No. 150 Tahun 2000).
36. Dalam rangka upaya perlindungan terhadap satwa endemic orangutan serta
mengantisipasi peristiwa pembantaian orangutan tidak terulang lagi dan
menyadari habitat orangutan yang makin terdesak akibat aktifitas berbagai
kegiatan seperti HPH, HPHTI, perkebunan sawit, dan pertambangan, upaya
yang perlu dilakukan sebagai berikut :
A. Menginstruksikan kepada seluruh pemegang izin untuk melakukan
identifikasi kawasan yang bernilai penting bagi konservasi
keanekaragaman hayati dalam wilayah kerja masing-masing selanjutnya
menetapkan kawasan tersebut menjadi kawasan konservasi (sebagai
tindak lanjut PERMEN LH No. 29 Tahun 2009, tentang pedoman
konservasi di Daerah)
B. Selain menetapkan area konservasi, diharapkan dapat mengalokasikan
sebagai kawasan untuk dijadikan areal koridor satwa, yang selanjutnya
dilakukan pengelolaan untuk mendukung kelanjutan kehidupan satwa
yang ada disekitarnya.
C. Mengintruksikan masing-masing kepada Badan Lingkungan Hidup/Dinas
Lingkungan Hidup/Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota se-Kaltim
selaku ketua Komisi penilai AMDAL dalam lingkup wilayah
kerjanyamasing-masing, agar dapat memperhatikan penerapan point
tersebut di atas, pada saat pembahasan dan pengesahan dokumen
AMDAL.
D. Segera dibentuk SATGAS penanganan konflik satwa liar di masing-masing
Kabupaten.
6
2015
7
2015
44. Dokumen gerakan penyelamatan danau kaskade Mahakam yang telah
dibuat diharapkan dapat menjadi acuan dan wujud kesepakatan bersama
dalam bertindak untuk menyelamatkan danau kaskade Mahakam.
45. Kerusakan ekosistem pesisir laut (Mangrove, Terumbu Karang dan Padang
Lamun) perlu menjadi perhatian bagi semua pihak untuk secara sungguh-
sungguh melakukan upaya perlindungan dan pengelolaan serta melakukan
rehabilitasi mengingat ekosistem pesisir/laut tersebut merupakan sumber
daya hayati dan sumber daya perikanan yang harus dipeliahara dan dijaga
kelestariannya, oleh karena itu sangat penting untuk mewujudkan
pengelolaan ekosistem pesisir/laut secara terpadu agar keberadaan sumber
daya pesisir/laut tersebut dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan rakyat.
8
2015
48. PPE Kalimantan diharapkan untuk memfasilitasi peningkatan SDM terkait
manajemen pengelolaan sampah;
9
2015
59. BLH Provinsi Kaltim perlu memfasilitasi BLH Kab./Kota dalam Forum
Komunikasi Laboratorium Lingkungan.
10