Bab I PDF
Bab I PDF
id
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan Peta 1 dapat dianalisis bahwa pola curah hujan barat ditempati
sebagian besar Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimatan dengan curah hujan maksimum
pada bulan Oktober sampai Februari dan curah hujan minimum pada bulan Juli atau
Agustus. Pola curah hujan timur ditempati sebagian besar Pulau Sulawesi dan Papua
dengan curah hujan maksimum pada bulan Mei, Juni atau Juli dan curah hujan
minimum di bulan September. Pola wilayah kering meliputi Pulau Bali, NTB, NTT,
TIM-TIM Kepulauan Maluku di sebelah Selatan Kepulauan Banda sampai Merauke.
Kabupaten Cilacap menempati wilayah curah hujan barat dengan curah
hujan maksimum terjadi pada bulan Oktober sampai Februari dan curah hujan
minimum biasanya terjadi pada bulan Juli atau Agustus. Berikut ini dapat disajikan
data pada Tabel 1.1 mengenai hubungan jumlah curah hujan dengan jumlah kejadian
banjir dan jumlah kerugian di Kabupaten Cilacap.
Tabel 1.1. Jumlah Curah Hujan, Kejadian Banjir dan Kerugian Akibat Banjir di
Kabupaten Cilacap Tahun 2009-2012
(Sumber: BPBD Kab. Cilacap dan Kab. Cilacap dalam angka: 2012)
Data dalam Tabel 1.1 menunjukan bahwa hubungan antara jumlah curah
hujan dengan jumlah kejadian banjir berbanding lurus, yaitu semakin tinggi jumlah
curah hujan yang turun di suatu wilayah maka semakin tinggi pula jumlah kejadian
banjir di wilayah tersebut. Akan tetapi, kejadian banjir di Kabupaten Cilacap tidak
hanya diakibatkan oleh tingginya curah hujan. Kondisi topografi beberapa daerah
Kabupaten Cilacap yang merupakan wilayah pesisir mengakibatkan banjir terjadi
akibat adanya pasang air laut (banjir rob). Hal ini menunjukan bahwa kekhasan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kondisi fisik suatu medan mempengaruhi jenis dan proses terjadinya genangan.
Kekhasan kondisi fisik suatu medan dapat ditandai dengan bentuklahan yang
terbentuk dan masing-masing memiliki karakteristik dalam proses pembentukan,
kondisi topografi, struktur dan materi penyusun. Komponen yang khas pada masing-
masing bentuklahan inilah yang menjadi variabel banjir dan digunakan untuk analisis
kerentanan banjir. Kerentanan dibagi dalam beberapa aspek, seperti sosial, budaya,
ekonomi dan fisik yang masing-masing memiliki parameter dan kriteria tertentu.
Kerentanan banjir dibagi menjadi beberapa aspek dikarenakan dampak yang
ditimbulkan bencana banjir mencakup banyak aspek. Oleh karena itu dibutuhkan
analisis kerentanan banjir di setiap aspek dengan tujuan meminimalisir dampak banjir
di setiap aspek kehidupan masyarakat. Berdasarkan kemampuan medan untuk
mengelola datangnya air, maka kerentanan difokuskan pada aspek fisik.
Analisis kerentanan fisik suatu medan terhadap bencana banjir dapat dikaji
dengan menggunakan konsep deferensi area. Deferensi area inilah yang
menyebabkan perbedaan jenis, proses, tinggi dan lama genangan. Akan tetapi, banjir
tidak hanya dikaji berdasarkan kondisi fisik suatu medan, namun aktifitas manusia
didalamnya juga menjadi salah satu faktor penentu terjadinya banjir. Aktifitas
manusia yang dimaksud biasanya disebut dengan penggunaan lahan. Lahan untuk
aktifitas manusia dibagi menjadi dua, yaitu not available land dan available land
(Hadi, 2013). Not available land merupakan lahan yang tidak tersedia dan tidak
diperuntukan untuk aktifitas manusia seperti, hutan lindung, bantaran sungai dan
tebing terjal. Sedangkan available land merupakan lahan yang tersedia dan
diperuntukan untuk aktifitas manusia. Akan tetapi, kejadian banjir di beberapa daerah
di Indonesia diakibatkan oleh penggunaan not available land untuk aktifitas manusia,
seperti pembangunan vila di tebing terjal, adanya perkebunan di hutan lindung dan
pembangunan pemukiman di bantaran sungai. Penggunaan lahan seperti inilah yang
menyebabkan kurangnya daerah tangkapan air di daerah hulu dan terjadi
penyempitan tubuh sungai sehingga menimbulkan limpasan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Gambar 1.1. Kondisi Tanggul Penahan Banjir di Desa Kalijeruk Tahun 2013
(Diambil pada tanggal 20 Desember 2013, koordinat 271600 mT
dan 9161212 mU, Desa Kalijeruk)
(Sumber: Hasil Dokumentasi Penulis, 2013)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman, serta bahan dalam
penelitian tentang analisis kerentanan banjir banjir dan jenis banjir untuk
penentuan mitigasi bencana banjir.
b. Sebagai bahan pertimbangan penanggulangan banjir di Kecamatan
Kawunganten dan dapat dijadikan sebagai perbandingan untuk penelitian
selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk
meningkatkan manajemen dan mitigasi bencana banjir.
b. Memberikan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam
mitigasi dan tanggap bencana banjir sejak dini sehingga dapat meminimalisir
dampak (kerugian dan korban) yang ditimbulkan.
c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan ajar mata pelajaran geografi di
satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X, pada kompetensi
inti, kompetensi dasar dan materi pokok sebagai berikut:
1) Kompetensi Inti: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
2) Komptensi Dasar: (a) Menganalisis mitigasi dan adaptasi bencana alam
dengan kajian geografi, (b) Menyajikan contoh penerapan mitigasi dan
cara beradaptasi terhadap bencana alam di lingkungan sekitar.
3) Materi Pokok: Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam (jenis dan
karakteristik bencana alam, sebaran daerah rawan bencana alam di
Indonesia, usaha pengurangan resiko bencana alam).
commit to user