A. Pengertian
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut
juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar, 1998)
B. Etiologi
serviks, pre eklamsi dan hipertensi. Sedangkan faktor dari janin adalah letak
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi
4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
5. Bayi kembar
1998).
lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diagnosis pre-
tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih.
tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 100
tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada
dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat
badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial
menunjukkan satu atau dua + atau satu gram per liter atau lebih dalam air
dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat dari
pada hipertensi dan kenaikan berat badan karena itu harus dianggap
hendaknya janin lahir hidup dan trauma pada janin seminimal mungkin
(Mochtar, 1998).
Menurut (Manuaba, 1998) gejala pre-eklamsi berat dapat
mmHg, oliguria urin kurang 400 cc/24 jam, proteinuria lebih dari 3
dapat diikuti oleh koma. Mencegah timbulnya eklamsi jauh lebih penting
bawah rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan
kematian bayi pada plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk
bawah uterus.
apabila:
kira 10cm.
Kelebihan:
spontan.
dalam persalinan.
Kelebihan:
d. Perdarahan kurang
Kekurangan:
yang banyak.
5. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
beberapa hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat,
transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
E. Patofisiologi
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
(SC).
diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi
jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
F. Pemeriksaan Penunjang
pembedahan.
5. Pemeriksaan elektrolit
1. Pemberian cairan
2. Diet
3. Mobilisasi
operasi
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
5. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
institusi
3) Obat-obatan lain
4) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
5) Perawatan rutin
multipara
6) Sirkulasi
kira 600-800 mL
7) Integritas ego
9) Neurosensori
epidural.
mungkin ada.
11) Pernapasan
12) Keamanan
13) Seksualitas
sedang.
b. Diagnosa Keperawatan
caesarea)
dan pembedahan
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
pelepasan mediator jam diharapkan nyeri klien kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
nyeri (histamin, berkurang / terkontrol 2. Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan
prostaglandin) akibat dengan kriteria hasil : (misalnya wajah meringis) terutama ketidakmampuan
trauma jaringan Klien melaporkan nyeri untuk berkomunikasi secara efektif.
dalam pembedahan berkurang / terkontrol 3. Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
(section caesarea) Wajah tidak tampak (ex: beraktivitas, tidur, istirahat, rileks, kognisi,
meringis perasaan, dan hubungan sosial)
Klien tampak rileks, 4. Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi
dapat berisitirahat, dan progresif, latihan napas dalam, imajinasi, sentuhan
beraktivitas sesuai terapeutik.)
kemampuan 5. Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
6. Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika
perlu.
2 Risiko tinggi terhadap Setelah diberikan asuhan 1. Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada
infeksi berhubungan keperawatan selama … x 24 sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban.
dengan trauma jam diharapkan klien tidak 2. Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor,
jaringan / luka bekas mengalami infeksi dengan fungsio laesa)
operasi (SC) kriteria hasil : 3. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
Tidak terjadi tanda - 4. Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat /
tanda infeksi (kalor, rembesan. Lepaskan balutan sesuai indikasi
rubor, dolor, tumor, 5. Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan
fungsio laesea) sebelum / sesudah menyentuh luka
Suhu dan nadi dalam 6. Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan
batas normal ( suhu = laboratorium jumlah WBC / sel darah putih
36,5 -37,50 C, 7. Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat
frekuensi nadi = 60 - perkiraan kehilangan darah selama prosedur
100x/ menit) pembedahan
WBC dalam batas 8. Anjurkan intake nutrisi yang cukup
normal (4,10-10,9 10^3 9. Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi
/ uL)
3 Ansietas Setelah diberikan asuhan 1. Kaji respon psikologis terhadap kejadian dan
berhubungan dengan keperawatan selama … x 6 ketersediaan sistem pendukung
kurangnya informasi jam diharapkan ansietas 2. Tetap bersama klien, bersikap tenang dan
tentang prosedur klien berkurang dengan menunjukkan rasa empati
pembedahan, kriteria hasil : 3. Observasi respon nonverbal klien (misalnya: gelisah)
penyembuhan, dan Klien terlihat lebih berkaitan dengan ansietas yang dirasakan
perawatan post tenang dan tidak 4. Dukung dan arahkan kembali mekanisme koping
operasi gelisah 5. Berikan informasi yang benar mengenai prosedur
Klien mengungkapkan pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post
bahwa ansietasnya operasi
berkurang 6. Diskusikan pengalaman / harapan kelahiran anak pada
masa lalu
7. Evaluasi perubahan ansietas yang dialami klien secara
verbal
DAFTAR PUSTAKA