ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis dengan ibu pasien di bangsal
Tanggal : 07 Agustus 2017 Jam 22.50 WIB
1
KELUHAN UTAMA
Sesak napas sejak pagi hari SMRS
KELUHAN TAMBAHAN
Demam dan batuk 3 hari SMRS, pilek 2 hari SMRS.
Alergi v -
Asma v Ibu
Tuberkulosis v -
Hipertensi v -
Jantung v -
Diabetes v -
Kejang Demam v -
Perempuan
Orang
Sakit
3
RIWAYAT NUTRISI
Pasien mengonsumsi ASI sejak lahir dan sekarang ditambah dengan bubur tim. Bubur
tim dimakan 3 kali sehari, dimasak sendiri oleh ibu pasien. Pasien tidak mengonsumsi susu
formula.
2. Kelahiran
Tempat Kelahiran : Rumah sakit
Penolong Persalinan : Dokter
Cara Persalinan : Spontan
Penyulit/Kelainan : Tidak ada
Masa Gestasi : Cukup bulan (40 minggu)
Keadaan Bayi : Berat Badan Lahir : 3500 gram
: Panjang Badan lahir : 52 cm
: Lingkar Kepala : 34 cm
: Kondisi saat lahir : Langsung Menangis
: Pucat/Biru/Kuning/Kejang : -
: Nilai APGAR : menit 1 = 8
Menit 5 = 10
: Kelainan Bawaan : Tidak ada
RIWAYAT PERKEMBANGAN
4
o Tengkurap : 2 bulan (normal 3–4 bulan)
o Tengkurap + mengangkat kepala : 3.5 bulan
o Duduk : 5 bulan (normal 6 bulan)
o Berdiri : 8 bulan (normal 9-12 bulan)
o Berbicara : belum (normal 9-12 bulan). Sekarang
pasien baru bisa mengoceh
o Membaca dan menulis : belum bisa
RIWAYAT IMUNISASI
5
PEMERIKSAAN FISIS
Tanggal : 7 Agustus 2017 Jam : 23.00 WIB
PEMERIKSAAN UMUM
Data Antropometri
Berat Badan : 7,5 kg
Tinggi Badan : 64 cm
IMT : 18,31
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala :
Bentuk dan Ukuran : Normosefali, ubun-ubun besar sudah menutup dan
datar, tidak terdapat adanya benjolan dan lesi
Rambut dan Kulit Kepala : Rambut berwarna hitam, distribusi merata, teraba halus
dan tidak mudah tercabut
6
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, reflex
cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
Mulut : Oral higiene baik, gigi caries (-), trismus (-), mukosa gusi
merah muda, hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), lidah: normoglosia, ulkus (-),
hiperemis (-) massa (-)
Toraks :
Dinding : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
pernapasan yang tertinggal, pernapasan abdomino-torakal, retraksi epigastrial (+),
retraksi subcostal (-), pembesaran KGB aksila -/- , tidak ditemukan efloresensi pada kulit
7
dinding dada, ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri, pulsasi abnormal
(-)
Paru : Tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan dan kiri,
vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri, sonor di kedua lapang paru, Suara napas
vesikuler, reguler, ronchi +/-, wheezing -/-, perkusi pekak pada bagian basal paru
kanan
Jantung : Ictus cordis tidak terlihat namun teraba pada ICS IV linea
midclavicularis sinistra, bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Bentuk abdomen datar, tidak ada lesi kulit, tidak terlihat adanya
gerakan peristaltik, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa maupun benjolan, hati
limpa tidak teraba, ballottement (-), bimanual (-), tidak ada defens muskular, perkusi timpani
seluruh lapang abdomen, bising usus (+), normoperistaltik
Anggota Gerak : Akral hangat, CRT < 2 detik, tonus otot baik, mobilitas aktif,
kekuatan baik
Kanan Kiri
Tangan (+) (+)
Akral hangat
Kaki (+) (+)
Tangan Normotonus Normotonus
Tonus otot
Kaki Normotonus Normotonus
Tangan Aktif Aktif
Sendi
Kaki Aktif Aktif
Capillary Tangan <2 detik <2 detik
refill time Kaki <2 detik <2 detik
Refleks Tangan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
(fisiologis
dan patologis) Kaki Tidak dilakukan Tidak dilakukan
8
Tulang Belakang : Bentuk tulang belakang normal, tidak ada lordosis, skoliosis, dan
kifosis
Kulit : Warna sawo matang, tidak anemis, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor
kulit baik, tidak ditemukan lesi kulit, teraba lembab, ptechiae (-)
Pemeriksaan Neurologis :
Tingkat kesadaran : GCS 15 (E6 M5 V4)
Delirium :-
Orientasi tempat, waktu, orang : tidak diperiksa
Adanya tremor, korea, ataksia, dll : tidak ada
Rangsang Meningeal : tidak diperiksa
Pemeriksaan saraf kranialis : tidak dilakukan
Pemeriksaan refleks : tidak dilakukan
Motorik dan sensorik pada seluruh ekstremitas pasien dalam batas normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
RINGKASAN (RESUME)
Pasien anak perempuan berusia 9 bulan datang ke IGD RS Simpangan Depok dengan
keluhan sesak sejak pagi SMRS dan masih dalam keadaan sesak saat masuk ke IGD. Pasien
sebelumnya mengalami demam dan batuk 3 hari SMRS, pilek 2 hari SMRS, dan juga muntah
sebelum datang ke IGD. Nafsu makan dan minum serta BAB dan BAK pasien masih dalam
batas normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda retraksi pada epigastrium, pekak
pada basal paru kanan, dan suara napas rhonki pada lapang paru kanan pasien. Dari hasil
pemeriksaan darah rutin pasien ditemui tanda-tanda leukositosis.
DIAGNOSA KERJA
1. Bronkopneumonia
DIAGNOSA BANDING
1. Asma
2. Bronkitis
10
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
IGD
1. O2 1L/menit
5. Salbutamol 3x0,3mg
Non Medikamentosa :
1. Anjurkan untuk istirahat
PROGNOSIS
1. Ad Vitam : bonam karena tidak mengancam kelangsungan hidup pasien jika
ditangani dengan baik.
2. Ad Fungsionam : bonam karena penyakit ini dapat sembuh dan tidak akan menganggu
fungsi neurologis pasien
3. Ad Sanationam : bonam karena pasien dirawat dengan baik oleh orang yang peduli
terhadap kesehatan pasien
11
FOLLOW UP
5. Salbutamol 3x0,3mg
12
9 Agustus 2017 pukul 15.00 WIB
S : Sesak sedikit, masih batuk, retraksi epigastrium, rhonki mulai berkurang
O : HR : 120 kali/menit, RR :30 kali/menit, Suhu 36,5oC, Saturasi O2 : 99%
A : Bronkhiolitis
P:
1. Observasi SpO2
2. O2 1L/menit
3. Inhalasi 3x/hari
4. Kaen 1B 6tpm
5. Cefotaxime 3x200mg
6. Cetirizine drop 2x0.15ml
13
ANALISA KASUS
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi,
tetapi secara umum dibagi menjadi 2 yaitu gejala infeksi umum dan gejala gangguan
respiratorius.
14
a. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal sepeti mual, muntah atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala
infeksi ekstrapulmoner.
b. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas
cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
b. Pneumonia berat
- Sesak napas yang ditandai dengan adanya Chest indrawing
- Harus dirawat, diberikan antibiotik
c. Bukan Pneumonia
- Tidak ada napas cepat maupun sesak napas
- Tidak perlu dirawat, tidak perlu antibiotik, hanya berikan terapi
simtomatis saja
2. Untuk anak usia < 2 bulan
a. Pneumonia
- Bila ada napas cepat > 60 kali per menit atau sesak napas
- Harus dirawat, berikan antibiotik
b. Bukan pneumonia
- Tidak ada napas cepat dan sesak napas
- Tidak perlu rawat, terapi simtomatis saja
Berdasarkan kriteria WHO diatas, pasien ini masuk ke dalam kategori bronkopneumonia
berat dikarenakan pasien berusia 9 bulan dan memiliki gejala sesak napas yang ditandai dengan
adanya tarikan dinding dada bawah ke dalam saat pasien menarik napas atau disebut dengan
retraksi epigastrium.
Pasien didiagnosa banding dengan beberapa penyakit berikut:
15
Asma karena gejala yang dialami pasien mirip dengan gejala asma, yaitu sesak
napas, kelainan pada bunyi paru dan juga riwayat ibu pasien yang menderita riwayat
penyakit asma.
Bronkhitis karena gejala-gejala bronkitis seperti batuk disertai dahak, bunyi rhonki
pada pernapasan dan juga insidensi bronkhitis yang lebih sering terjadi pada anak
bawah 9 tahun.
Gejala yang dialami oleh pasien sebelum datang ke IGD merupakan gejala yang
biasanya muncul pada bronkopneumonia maupun bronkiolitis. Namun kita mendiagnosis
pasien dengan bronkopneumonia karena kita ingin memberikan terapi yang adekuat serta
penanganan awal sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih buruk. Saat di IGD foto rontgen
thoraks sudah dilakukan namun hasil belum keluar.
Menurut penelitian, penyebab pneumonia adalah 32% karena virus, 30% campuran virus
dan bakteri, dan 22% karena bakteri. Namun, bronkopneumonia yang dialami oleh pasien
kemungkinan besar disebabkan oleh bakteri, dimana ditandai dengan adanya batuk produktif
dan peningkatan jumlah leukosit yaitu 27.100/mm3. Karena pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri biasanya ditandai dengan awitan yang cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik,
leukositosis, dan perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis. Walaupun secara teori untuk
anak usia < 2 tahun penyebab tersering adalah virus, yaitu Respiratory Syncytial Virus (RSV),
rhinovirus, dan parainfluenza. Sedangkan untuk usia > 2 tahun penyebab tersering adalah
bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, dan Mycoplasma
pneumoniae.
Pada hari kedua pasien di rawat di RS, hasil foto rontgen thoraks sudah keluar dan
ternyata tanda-tanda khusus bronkopneumonia seperti adanya patchy appereance atau bercak-
bercak konsolidasi pada seluruh lapang paru yang dapat meluas hingga perifer paru disertai
peningkatan corakan peribronkial tidak ditemukan pada foto thoraks tersebut. Tetapi yang
ditemukan pada foto thoraks adalah gambaran corakan bronkovaskular kanan yang kasar,
bronkiektasis basal kanan, tidak tampak bercak ataupun perselubungan. Dimana kesan yang
ditemukan dari foto thoraks tersebut adalah bronkhitis.
Tatalaksana Bronkopneumonia
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan
berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya distress pernapasan, tidak mau makan/minum,
16
adanya penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama pertimbangan usia pasien. Neonatus
dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Pada kasus ini, kami mendiagnosis pasien menderita bronkopneumonia berat sehingga
pasien harus dirawat dan diberikan antibiotik, seperti rekomendasi WHO.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai dan pengobatan suportif yang meliputi:
- Pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan
asam basa, elektrolit, dan gula darah
- Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik
- Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat
- Komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi
Terapi yang didapatkan pasien ketika masuk rawat inap antara lain:
1. O2 1L/menit
2. Inhalasi (Nebuliser: NaCl 2,5cc + Ventolin 1 resp ) 3x/hari
3. Kaen 1B 6 tpm
4. Cefotaxime 3x200mg
5. Cetirizine drop 2x0.15ml
Terapi yang diberikan kepada pasien sudah memenuhi kriteria pengobatan pneumonia.
Pemberian antibiotik kepada pasien dikarenakan menurut WHO harus diberiksan antibiotik
pada pneumonia berat dan atas indikasi terdapatnya leukositosis pada hasil laboratorium,
dimana hal tersebut biasanya menandakan adanya infeksi bakteri. Adapun antibiotik yang
diberikan adalah cefotaxim yaitu antibiotik golongan sefalosporin generas ke III. Pada teori,
pilihan antibiotik lini pertama untuk pneumonia adalah golongan beta-laktam atau
kloramfenikol. Namun pada pneumonia yang tidak responsif terhadap kedua golongan
antibiotik tersebut dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau
sefalosporin. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien pneumonia tanpa
komplikasi.
17
Daftar Pustaka
1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer. Edisi 1. IDI: Jakarta; 2017.h.265-7.
3. Harris M., Clark J., Coote N., Fletcher P., Harnden A. dkk. British thoracic society
guidelines for the management of community acquired pneumonia in children: update
2011. Thorax; 2011.
18