Anda di halaman 1dari 18

STATUS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


SMF ANAK
RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK

Nama Mahasiswa : Muhammad Haziq Asyraf bin Mohd Yusri TandaTangan :


Siska Rahmawati
NIM : 11.2016.187 , 11.2016.145
Dokter Pembimbing : dr. Henny Komalia, SpA.
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. NBO Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 24 Oktober 2016 Suku Bangsa : Sunda-Jawa
Umur : 9 bulan Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Jl Murni RT02/14 No 7, Pitara, Depok
IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. GS Nama Ibu : Ny. ANA


Usia : 28 tahun Umur : 24 tahun
Pendidikan Terakhir : D3 Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Pegawai swasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan : Rp. 3,3 juta/bulan Penghasilan :-
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Jl Murni RT02/14 No 7, Pitara, Depok

Tanggal Masuk RS : 07 Agustus 2017 Jam 20.00 WIB


Tanggal Pemeriksaan : 07 Agustus 2017 Jam 22.50 WIB
Dilakukan di : Bangsal Kenanga IV

ANAMNESIS
Diambil dari : Alloanamnesis dengan ibu pasien di bangsal
Tanggal : 07 Agustus 2017 Jam 22.50 WIB

1
KELUHAN UTAMA
Sesak napas sejak pagi hari SMRS

KELUHAN TAMBAHAN
Demam dan batuk 3 hari SMRS, pilek 2 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RS Simpangan Depok pada jam 20.00 WIB dengan keluhan
sesak napas sejak pagi SMRS. Pasien megap-megap dan mengalami kesulitan bernapas. Orang
tua pasien mengatakan bahwa 3 hari SMRS, pasien panas dan juga batuk. Menurut ibu pasien,
panas yang dialami anaknya terus-menerus sepanjang hari dan tidak lebih tinggi pada malam
hari. Tapi tidak diketahui seberapa tinggi suhu tubuh pasien saat itu karena tidak di periksa
menggunakan termometer ketika dirumah. Batuk disertai keluarnya dahak berwarna bening. 2
hari SMRS, orang tua pasien mengatakan bahwa pasien mengalami pilek. Ingusnya encer, cair
dan berwarna bening. Pagi hari SMRS, pasien batuk dan mengalami muntah sebanyak 1x
setelah batuk berhenti. Ibu pasien merasa bahwa batuk yan dialami anaknya menjadi lebih berat
sampai membuat anaknya mengalami kesulitan bernapas. Nafsu makan pasien baik, tidak
mengalami penurunan. BAB dan BAK masih dalam batas normal. Selama 3 hari demam,
pasien tidak mengalami kejang. Ibu pasien sudah memberikan Sanmol ketika dirumah untuk
mengatasi demamnya. Pada sore hari tanggal 7 Agustus 2017 pasien dibawa ke klinik, namun
tidak diberikan obat dan langsung dirujuk ke RS Simpangan Depok.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien tidak pernah dirawat di RS sebelumnya. Riwayat penyakit yang pernah diderita (-)
(-) Sepsis (-) Meningoencephalitis (-) Kejang Demam
(-) Tuberkulosis (-) Pneumonia (-) Alergi lainnya
(-) Asma (-) Alergic Rhinits (-) Gastritis
(-) Diare akut (-) Diare Kronis (-) Amoebiasis
(-) Disentri (-) Kolera (-) Difteri
(-) Tifus abdominalis (-) DHF (-) Polio
(-) Cacar air (-) Campak (-) PJB
(-) Batuk Rejan (-) Tetanus (-) ISK
(-) Demam Rematik Akut (-) Penyakit Jantung Rematik (-) Kecelakaan
(-) Glomerulonephritis (-) Sindroma Nefrotik (-) Operasi
2
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Penyakit Tidak Ya Hubungan

Alergi v -
Asma v Ibu
Tuberkulosis v -
Hipertensi v -
Jantung v -
Diabetes v -
Kejang Demam v -

Silsilah Keluarga (Family’s Tree)


Laki-laki

Perempuan

Orang
Sakit

RIWAYAT PERSONAL SOSIAL


Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya di rumah yang terletak di perumahan tidak
padat penduduk. Dalam satu rumah dihuni oleh 3 orang yaitu ayah, ibu, dan pasien sendiri.
Kebersihan rumah dan sanitasi individu dinilai baik. Ventilasi baik. Ketersediaan air bersih
cukup memadai untuk minum, mandi, dan mencuci. Pasien mandi dua kali selama sehari, dan
keadaan ekonomi keluarga mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
Dalam satu rumah atau tetangga terdekat tidak ada yang mengalami keluhan serupa
seperti pasien.

3
RIWAYAT NUTRISI
Pasien mengonsumsi ASI sejak lahir dan sekarang ditambah dengan bubur tim. Bubur
tim dimakan 3 kali sehari, dimasak sendiri oleh ibu pasien. Pasien tidak mengonsumsi susu
formula.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1. Kehamilan
 Perawatan antenatal : Ibu G1P0A0 hamil saat usia 23 tahun, rutin melakukan
pemeriksaan antenatal care di puskesmas terdekat dengan dokter sebanyak 4 kali
kunjungan.
 Penyakit kehamilan : Tidak ada penyakit selama masa kehamilan seperti mual
muntah berlebih saat hamil, tidak ada riwayat trauma ataupun infeksi, serta tidak ada
riwayat konsumsi obat rutin saat hamil.

2. Kelahiran
Tempat Kelahiran : Rumah sakit
Penolong Persalinan : Dokter
Cara Persalinan : Spontan
Penyulit/Kelainan : Tidak ada
Masa Gestasi : Cukup bulan (40 minggu)
Keadaan Bayi : Berat Badan Lahir : 3500 gram
: Panjang Badan lahir : 52 cm
: Lingkar Kepala : 34 cm
: Kondisi saat lahir : Langsung Menangis
: Pucat/Biru/Kuning/Kejang : -
: Nilai APGAR : menit 1 = 8
Menit 5 = 10
: Kelainan Bawaan : Tidak ada

RIWAYAT PERKEMBANGAN

 Perkembangan gigi pertama : belum ada (normal 5-9 bulan)


 Psikomotor:

4
o Tengkurap : 2 bulan (normal 3–4 bulan)
o Tengkurap + mengangkat kepala : 3.5 bulan
o Duduk : 5 bulan (normal 6 bulan)
o Berdiri : 8 bulan (normal 9-12 bulan)
o Berbicara : belum (normal 9-12 bulan). Sekarang
pasien baru bisa mengoceh
o Membaca dan menulis : belum bisa

 Perkembangan Pubertas : Belum ada


 Gangguan Perkembangan
Mental/Emosi : Tidak ada

RIWAYAT IMUNISASI

VAKSIN Dasar Ulangan


(Umur) (umur)
BCG 1 bulan - - - - -
D.P.T/D.T. 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -

Polio 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -


Campak - - - - - -
Hepatitis B - - - - - -
M.M.R. - - - - - -
T.I.P.A - - - - - -

Riwayat imunisiasi lengkap sehingga 9 bulan, kecuali imunisasi campak

5
PEMERIKSAAN FISIS
Tanggal : 7 Agustus 2017 Jam : 23.00 WIB

PEMERIKSAAN UMUM

Kesadaran : Compos mentis


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang, rewel, menangis
Tekanan Darah :-
Nadi : 130 kali/menit
Suhu : 35,4 oC
Pernafasaan : 36 kali/menit
Saturasi O2 : 94%

Data Antropometri
Berat Badan : 7,5 kg
Tinggi Badan : 64 cm
IMT : 18,31

Length for Age : below (-2)


Weight for Age : 0 – (-1)
BMI for Age :1-0
Weight/Height :1

Status Gizi menurut Gomez : 111, 94% -> Gizi Lebih

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala :
 Bentuk dan Ukuran : Normosefali, ubun-ubun besar sudah menutup dan
datar, tidak terdapat adanya benjolan dan lesi

 Rambut dan Kulit Kepala : Rambut berwarna hitam, distribusi merata, teraba halus
dan tidak mudah tercabut

6
 Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, reflex
cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+

 Telinga : Normotia, liang telinga lapang, membran timpani sulit dinilai,


serumen -/-

 Hidung : Bentuk simetris, deviasi septum (-), sekret (-), mukosa


hiperemis (-), nafas cuping hidung -/-

 Bibir : Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, tidak


kering, sianosis (-)

 Gigi-Geligi : Belum tumbuh gigi

 Mulut : Oral higiene baik, gigi caries (-), trismus (-), mukosa gusi
merah muda, hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), lidah: normoglosia, ulkus (-),
hiperemis (-) massa (-)

 Lidah : Normoglosi, ulkus (-), hiperemis (-), lidah berselaput (-)

 Tonsil : Tonsil T1-T1, kripta tidak melebar, dentritus (-)

 Faring : Tidak hiperemis, tidak bergranul

Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid


maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB,
trakea teraba di tengah

Toraks :
 Dinding : Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada
pernapasan yang tertinggal, pernapasan abdomino-torakal, retraksi epigastrial (+),
retraksi subcostal (-), pembesaran KGB aksila -/- , tidak ditemukan efloresensi pada kulit
7
dinding dada, ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri, pulsasi abnormal
(-)
 Paru : Tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan dan kiri,
vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri, sonor di kedua lapang paru, Suara napas
vesikuler, reguler, ronchi +/-, wheezing -/-, perkusi pekak pada bagian basal paru
kanan
 Jantung : Ictus cordis tidak terlihat namun teraba pada ICS IV linea
midclavicularis sinistra, bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Bentuk abdomen datar, tidak ada lesi kulit, tidak terlihat adanya
gerakan peristaltik, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa maupun benjolan, hati
limpa tidak teraba, ballottement (-), bimanual (-), tidak ada defens muskular, perkusi timpani
seluruh lapang abdomen, bising usus (+), normoperistaltik

Anus dan Rectum : Tidak dilakukan

Genitalia : Tidak dilakukan

Anggota Gerak : Akral hangat, CRT < 2 detik, tonus otot baik, mobilitas aktif,
kekuatan baik
Kanan Kiri
Tangan (+) (+)
Akral hangat
Kaki (+) (+)
Tangan Normotonus Normotonus
Tonus otot
Kaki Normotonus Normotonus
Tangan Aktif Aktif
Sendi
Kaki Aktif Aktif
Capillary Tangan <2 detik <2 detik
refill time Kaki <2 detik <2 detik
Refleks Tangan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
(fisiologis
dan patologis) Kaki Tidak dilakukan Tidak dilakukan

8
Tulang Belakang : Bentuk tulang belakang normal, tidak ada lordosis, skoliosis, dan
kifosis

Kulit : Warna sawo matang, tidak anemis, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor
kulit baik, tidak ditemukan lesi kulit, teraba lembab, ptechiae (-)

Kelenjar Getah Bening :


 Preaurikuler : Tidak teraba membesar
 Postaurikuler : Tidak teraba membesar
 Submandibula : Tidak teraba membesar
 Supraclavicula : Tidak teraba membesar
 Axilla : Tidak teraba membesar
 Inguinal : Tidak teraba membesar

Pemeriksaan Neurologis :
 Tingkat kesadaran : GCS 15 (E6 M5 V4)
 Delirium :-
 Orientasi tempat, waktu, orang : tidak diperiksa
 Adanya tremor, korea, ataksia, dll : tidak ada
 Rangsang Meningeal : tidak diperiksa
 Pemeriksaan saraf kranialis : tidak dilakukan
 Pemeriksaan refleks : tidak dilakukan
 Motorik dan sensorik pada seluruh ekstremitas pasien dalam batas normal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Laboratorium : 7 Agustus 2017 Jam 20.30 WIB


Darah Rutin
Hemoglobin : 12.5 g/dL
Hematokrit : 36%
Leukosit : 27.100 /mm3
Trombosit : 566.000/mm3
GDS : 123 mg/dL
9
Foto rontgen thoraks AP : 8 Agustus 2017 Jam 10.36 WIB

RINGKASAN (RESUME)
Pasien anak perempuan berusia 9 bulan datang ke IGD RS Simpangan Depok dengan
keluhan sesak sejak pagi SMRS dan masih dalam keadaan sesak saat masuk ke IGD. Pasien
sebelumnya mengalami demam dan batuk 3 hari SMRS, pilek 2 hari SMRS, dan juga muntah
sebelum datang ke IGD. Nafsu makan dan minum serta BAB dan BAK pasien masih dalam
batas normal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda retraksi pada epigastrium, pekak
pada basal paru kanan, dan suara napas rhonki pada lapang paru kanan pasien. Dari hasil
pemeriksaan darah rutin pasien ditemui tanda-tanda leukositosis.

DIAGNOSA KERJA

1. Bronkopneumonia

DIAGNOSA BANDING

1. Asma

2. Bronkitis

10
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
IGD

1. O2 1L/menit

2. Nebuliser Ventolin : NaCl ½ resp 2cc

Konsul dari dr Yessy, Sp.A

3. Cefotaxime 2mg/kgBB x 3/hari

4. Nebu: NaCl 2,5cc + Ventolin 1 resp 2x24 jam

5. Salbutamol 3x0,3mg

6. IVFD Kaen 1B 750cc/24 jam

Non Medikamentosa :
1. Anjurkan untuk istirahat

2. Observasi tanda-tanda vital dan juga saturasi O2

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dianjurkan

PROGNOSIS
1. Ad Vitam : bonam karena tidak mengancam kelangsungan hidup pasien jika
ditangani dengan baik.
2. Ad Fungsionam : bonam karena penyakit ini dapat sembuh dan tidak akan menganggu
fungsi neurologis pasien
3. Ad Sanationam : bonam karena pasien dirawat dengan baik oleh orang yang peduli
terhadap kesehatan pasien

11
FOLLOW UP

7 Agustus 2017 pukul 23.00 WIB


S : Pasien masih sesak, sulit bernapas, terdapat retraksi epigastrium, batuk, pilek, muntah,
rhonki +/-
O : HR : 130 kali/menit, RR : 36 kali/menit, Suhu 35,4oC, Saturasi O2 : 94%
A : Bronkopneumonia
P:
1. O2 1L/menit

2. Nebuliser Ventolin : NaCl ½ resp 2cc

3. Cefotaxime 2mg/kgBB x 3/hari

4. Nebu: NaCl 2,5cc + Ventolin 1 resp 2x24 jam

5. Salbutamol 3x0,3mg

6. IVFD Kaen 1B 750cc/24 jam

7. Foto rontgen toraks

8 Agustus 2017 pukul 15.00 WIB


S : Pasien masih sesak sedikit, rhonki +/-, retraksi epigastrium berkurang
O : HR : 132 kali/menit, RR : 40 kali/menit, Suhu 36,2oC, Saturasi O2 : 94%
A : Bronkopneumonia
P:
1. Observasi SpO2
2. O2 1L/menit
3. Inhalasi 3x/hari
4. Kaen 1B 6tpm
5. Cefotaxime 3x200mg
6. Cetirizine drop 2x0.15ml

12
9 Agustus 2017 pukul 15.00 WIB
S : Sesak sedikit, masih batuk, retraksi epigastrium, rhonki mulai berkurang
O : HR : 120 kali/menit, RR :30 kali/menit, Suhu 36,5oC, Saturasi O2 : 99%
A : Bronkhiolitis
P:
1. Observasi SpO2
2. O2 1L/menit
3. Inhalasi 3x/hari
4. Kaen 1B 6tpm
5. Cefotaxime 3x200mg
6. Cetirizine drop 2x0.15ml

10 Agustus 2017 pukul 15.00 WIB


S : Sesak berkurang, masih batuk, retraksi tidak ada, rhonki tidak ada.
O : HR : 110 kali/menit, RR :24 kali/menit, Suhu 35,3oC, Saturasi O2 : 99%
A : Bronkhiolitis
P:
1. Observasi SpO2
2. O2 ½ L/menit
3. Inhalasi 2x/hari
4. Kaen 1B 6tpm
5. Cefotaxime 3x200mg
6. Cetirizine drop 2x0.15ml
7. Acc pulang

13
ANALISA KASUS

Pada kasus ini kami mendiagnosis pasien dengan bronkopneumonia. Dikarenakan


pasien anak perempuan berusia 9 bulan memiliki keluhan yang merupakan manifestasi dari
pneumonia. Meliputi gejala infeksi umum maupun gejala gangguan respiratori. Gejala infeksi
umum yang dimiliki pasien antara lain demam dan muntah. Sedangkan gejala gangguan
respiratori yang dimiliki pasien adalah batuk dan sesak napas, serta ditemukan adanya tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam saat inspirasi / retraksi epigastrium pada pemeriksaan
fisik.
Hal ini sesuai dengan teori dimana pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut
bagian bawah yang mengenai parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan
atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium. Secara klinis pneumonia
didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur, parasit), bahan kimia, radiasi, aspirasi, obat-obatan dan lain-lain. Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedang peradangan paru yang
disebabkan oleh penyebab non infeksi (bahan kimia, radiasi, obat-obatan dan lain- lain)
lazimnya disebut pneumonitis.
Sedangkan bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi
pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Saluran pernapasan tersebut tersumbat oleh
eksudat yang mukopurulen, yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang
berdekatan atau seluruh lapang paru. Penyakit ini bersifat sekunder yang biasanya menyertai
penyakit ISPA (Infeksi Salurann Pernapasan Atas), demam infeksi spesifik dan penyakit yang
melemahkan daya tahan tubuh. Sebagai infeksi primer biasanya hanya dijumpai pada anak-
anak dan orang tua.

Secara anatomis pneumonia dibagi 3, yaitu :


a. pneumonia lobaris
b. pneumonia intertitialis (bronkiolitis)
c. pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi,
tetapi secara umum dibagi menjadi 2 yaitu gejala infeksi umum dan gejala gangguan
respiratorius.

14
a. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal sepeti mual, muntah atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala
infeksi ekstrapulmoner.
b. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas
cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.

Klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman WHO adalah:


1. Untuk anak dengan usia 2 bulan-5 tahun
a. Pneumonia
- Tidak ada sesak napas (retraksi epigastrium)
- Ada napas cepat dengan laju napas
a. > 50x/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun
b. > 40x/menit untuk anak > 1 tahun – 5 tahun
- Tidak perlu dirawat, antibiotik oral saja

b. Pneumonia berat
- Sesak napas yang ditandai dengan adanya Chest indrawing
- Harus dirawat, diberikan antibiotik

c. Bukan Pneumonia
- Tidak ada napas cepat maupun sesak napas
- Tidak perlu dirawat, tidak perlu antibiotik, hanya berikan terapi
simtomatis saja
2. Untuk anak usia < 2 bulan
a. Pneumonia
- Bila ada napas cepat > 60 kali per menit atau sesak napas
- Harus dirawat, berikan antibiotik
b. Bukan pneumonia
- Tidak ada napas cepat dan sesak napas
- Tidak perlu rawat, terapi simtomatis saja

Berdasarkan kriteria WHO diatas, pasien ini masuk ke dalam kategori bronkopneumonia
berat dikarenakan pasien berusia 9 bulan dan memiliki gejala sesak napas yang ditandai dengan
adanya tarikan dinding dada bawah ke dalam saat pasien menarik napas atau disebut dengan
retraksi epigastrium.
Pasien didiagnosa banding dengan beberapa penyakit berikut:
15
 Asma karena gejala yang dialami pasien mirip dengan gejala asma, yaitu sesak
napas, kelainan pada bunyi paru dan juga riwayat ibu pasien yang menderita riwayat
penyakit asma.

 Bronkhitis karena gejala-gejala bronkitis seperti batuk disertai dahak, bunyi rhonki
pada pernapasan dan juga insidensi bronkhitis yang lebih sering terjadi pada anak
bawah 9 tahun.

Gejala yang dialami oleh pasien sebelum datang ke IGD merupakan gejala yang
biasanya muncul pada bronkopneumonia maupun bronkiolitis. Namun kita mendiagnosis
pasien dengan bronkopneumonia karena kita ingin memberikan terapi yang adekuat serta
penanganan awal sehingga tidak terjadi komplikasi yang lebih buruk. Saat di IGD foto rontgen
thoraks sudah dilakukan namun hasil belum keluar.
Menurut penelitian, penyebab pneumonia adalah 32% karena virus, 30% campuran virus
dan bakteri, dan 22% karena bakteri. Namun, bronkopneumonia yang dialami oleh pasien
kemungkinan besar disebabkan oleh bakteri, dimana ditandai dengan adanya batuk produktif
dan peningkatan jumlah leukosit yaitu 27.100/mm3. Karena pneumonia yang disebabkan oleh
bakteri biasanya ditandai dengan awitan yang cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik,
leukositosis, dan perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis. Walaupun secara teori untuk
anak usia < 2 tahun penyebab tersering adalah virus, yaitu Respiratory Syncytial Virus (RSV),
rhinovirus, dan parainfluenza. Sedangkan untuk usia > 2 tahun penyebab tersering adalah
bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenza, dan Mycoplasma
pneumoniae.
Pada hari kedua pasien di rawat di RS, hasil foto rontgen thoraks sudah keluar dan
ternyata tanda-tanda khusus bronkopneumonia seperti adanya patchy appereance atau bercak-
bercak konsolidasi pada seluruh lapang paru yang dapat meluas hingga perifer paru disertai
peningkatan corakan peribronkial tidak ditemukan pada foto thoraks tersebut. Tetapi yang
ditemukan pada foto thoraks adalah gambaran corakan bronkovaskular kanan yang kasar,
bronkiektasis basal kanan, tidak tampak bercak ataupun perselubungan. Dimana kesan yang
ditemukan dari foto thoraks tersebut adalah bronkhitis.

Tatalaksana Bronkopneumonia
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan
berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya distress pernapasan, tidak mau makan/minum,

16
adanya penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama pertimbangan usia pasien. Neonatus
dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Pada kasus ini, kami mendiagnosis pasien menderita bronkopneumonia berat sehingga
pasien harus dirawat dan diberikan antibiotik, seperti rekomendasi WHO.

Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai dan pengobatan suportif yang meliputi:
- Pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan
asam basa, elektrolit, dan gula darah
- Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik
- Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat
- Komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi

Terapi yang didapatkan pasien ketika masuk rawat inap antara lain:
1. O2 1L/menit
2. Inhalasi (Nebuliser: NaCl 2,5cc + Ventolin 1 resp ) 3x/hari
3. Kaen 1B 6 tpm
4. Cefotaxime 3x200mg
5. Cetirizine drop 2x0.15ml

Terapi yang diberikan kepada pasien sudah memenuhi kriteria pengobatan pneumonia.
Pemberian antibiotik kepada pasien dikarenakan menurut WHO harus diberiksan antibiotik
pada pneumonia berat dan atas indikasi terdapatnya leukositosis pada hasil laboratorium,
dimana hal tersebut biasanya menandakan adanya infeksi bakteri. Adapun antibiotik yang
diberikan adalah cefotaxim yaitu antibiotik golongan sefalosporin generas ke III. Pada teori,
pilihan antibiotik lini pertama untuk pneumonia adalah golongan beta-laktam atau
kloramfenikol. Namun pada pneumonia yang tidak responsif terhadap kedua golongan
antibiotik tersebut dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau
sefalosporin. Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien pneumonia tanpa
komplikasi.

17
Daftar Pustaka

1. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer. Edisi 1. IDI: Jakarta; 2017.h.265-7.

2. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid 3. FKUI: Jakarta; 1985.h.1200-34

3. Harris M., Clark J., Coote N., Fletcher P., Harnden A. dkk. British thoracic society
guidelines for the management of community acquired pneumonia in children: update
2011. Thorax; 2011.

4. Revised WHO classification and treatment of pneumonia in children at health facilities:


evidence summaries. WHO Library Cataloguing in-Publication Data; 2014.

18

Anda mungkin juga menyukai