Anda di halaman 1dari 18

Laporan

Praktikum Proses Produksi 1

Disusun Oleh :

Nurhadi Cahya

NIM : 1420150033

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan laporan
praktikum ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Laporan praktikum ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya lapporan ini dapat terselesaikan.

Laporan ini membahas tentang pengetahuan mengenai las dan macam-macam


mengenai las, baik dari teknik ataupun cara mengelas dengan baik, selain itu juga akan di
bahas mengenai kesalahan-kesalahan yang dapat mengakibatkan hasil dari pengelasan yang
tidak baik.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru / dosen pembimbing yang
telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, 5 Juni 2018

Penulis

Laporan Proses Produksi 1 i


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Tujuan Penulisan .........................................................................................1
C. Ruang Lingkup ...........................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pengelasan ................................................................................2


B. Macam – Macam Proses Pengelasan ..........................................................2
C. Posisi pengelasan secara Umum .................................................................5
D. Posisi Pengelasan Pada Plat ........................................................................7
E. Posisi Pengelasan Pada Pipa .......................................................................7
F. Pengenalan Cacat Las .................................................................................8
BAB III LAPORAN PRAKTIKUM ...........................................................................12
A. Peralatan .....................................................................................................12
B. Bahan ..........................................................................................................12
C. Proses Pembuatan .......................................................................................12

BAB III PENUTUP ....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................15

Laporan Proses Produksi 1 ii


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengan dibuatnya laporan ini, sebagai hasil praktikum yang sudah dilakukan dan
berberapa pengalaman maupun temuan semasa praktikum, kita dapat mengevaluasinya secara
tertulis melalui laporan ini, baik dari tinjuan langsung ketika praktek, landasan teori maupun
dari segi kesalahan atau sesuatu yang menghambat proses pengerjaan pada benda kerja.
Untuk itu, fungsi hasil dari pada laporan praktikum ini dapat kita pelajari dan
memahaminya agar lebih siap dan fokus ketika melakukan praktikum atau terjun kedunia
pekerjaan.

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan laporan praktikum adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengaplikasian dari praktikum setelah mempelajari teorinya
2. Mengetahui dan memahami jenis pekerjaan/praktikum yang dilakukan
3. Mengetahui masalah-masalah atau hambatan ketika pekerjaan/praktikum berlangsung

C. RUANG LINGKUP
Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Kerja las
2. Workshop produksi dan perancangan

Laporan Proses Produksi 1 1


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pengelasan
Pengertian Pengelasan adalah Sebuah ikatan karena adanya proses metalurgi pada
sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan cair. Dari pengertian
tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa pengertian las adalah sebuah sambungan
setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas.

B. Macam Macam Proses dan Jenis Jenis Pengelasan

 Berdasarkan Panas Listrik

1. SMAW (Shield Metal Arch Welding)

SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah


las busur nyala api listrik terlindung dengan
mempergunagakan busur nyala listrik
sebagai sumber panas pencair logam. Jenis
ini paling banyak dipakai dimana–mana
untuk hampir semua keperluan pekerjaan
pengelasaan. Tegangan yang dipakai hanya
23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC,
sedangkan untuk pencairan pengelasan
dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun
secara umum yang dipakai berkisar 80– 200
Ampere.

2. SAW (Submerged Arch Welding)

SAW (Submerged Arch Welding) adalah las busur terbenam atau pengelasan dengan
busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk dan material
tambahan, dipergunakan butiran–butiran fluks / slag sehingga bususr nyala terpendam di
dalam ukuran–ukuran fluks tersebut

Laporan Proses Produksi 1 2


3. ESW (Electro Slag Welding)

ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti, pengelasan sejenis SAW
namun bedanya pada jenis ESW busurnya nyala mencairkan fluks, busur terhenti dan
proses pencairan fluk berjalan terus dam menjadi bahan pengantar arus listrik (konduktif).
Sehingga elektroda terhubungkan dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut.
Panas yang dihasilkan dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk / slag cukup
tinggi untuk mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang dilas tempraturnya
mencapai 3500° F atau setara dengan 1925° C

4. SW (Stud Welding)

ESW (Electro Slag Welding) adalah las baut pondasi, gunanya untuk menyambung
bagian satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut angker)
atau “ Shear Connector “

5. ERW (Electric Resistant Welding)

ERW (Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik yaitu dengan tahanan yang
besar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin tinggi sehingga
mencairkan logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada pembuatan pipa ERW,
pengelasan plat–plat dinding pesawat, atau pada pagar kawat

6. EBW (Electron Beam Welding)

EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses pemboman elektron, suatu
pengelasan uang pencairannya disebabkan oleh panas yang dihasilkan dari suatu berkas
loncatan elektron yang dimamapatkan dan diarahkan pada benda yang akan dilas.
Penelasan ini dilaksanakan di dalam ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan
terjadinya oksidasi atau kontaminasi

 Jenis Jenis Las Berdasarkan Panas Listrik dan Gas


1. GMAW (Gas Metal Arch Welding)

GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari ; MIG (Metal Active Gas) dan MAG
(Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang dihasilkan berasal dari busur
nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal yang di–las dan metal penambah.
Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau

Laporan Proses Produksi 1 3


CO2. MIG digunakan untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya
adalah mengunakan Karbon dioxida CO2. TIG digunakan untuk mengelas logam non
besi dan gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan/atau Argon (Ar)

2. GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas)

GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) adalah pengelasn
dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang terbuat dari wolfram,
sedangkan bahan penambahnyyadigunakan bahan yang sama atau sejenis dengan
material induknya. Untuk mencegah oksidasi, dipakai gas kekal (inert) 99 % Argon (Ar)
murni

3. FCAW (Flux Cored Arch Welding)

FCAW (Flux Cored Arch Welding) pada hakikatnya hampir sama dengan proses
pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan Karbon dioxida
CO2. Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang bertugas untuk menjalankan
pengelasan biasa disebut dengan super anemo

4. PAW (Plasma Arch Welding)

PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan plasma yang sejenis dengan
GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan bahan campuran antara
Argon (Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang lazim disebut dengan plasma. Plasma
adalah gas yang luminous dengan derajat pengantar arus dan kapasitas termis / panas
yang tinggi dapat menampung tempratur diatas 5000° C

 Jenis Jenis Las Berdasarkan Panas Yang Dihasilkan Campuran Gas

OAW (Oxigen Acetylene Welding) adalah sejenis dengan las karbid / las otogen. Panas
yang didapat dari hasil pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan zat asam atau Oksigen
(O2). Ada juga yang sejenis las ini dan memakai gas propane (C3H8) sebagai ganti
acetylene. Ada pula yang memakai bahan pemanas yang terdiri dari campuran gas
hidrogen (H) dan zat asam (O2) yang disebit OHW (Oxy Hidrogen Welding)

Laporan Proses Produksi 1 4


 Jenis Jenis Las Berdasarkan Ledakan dan reaksi isotermis

EXW (Explosion Welding) adalah las yang sumber panasnya didapatkan dengan
meledakkan amunisi yang dipasang pada suatu mold/cetakan pada bagian tersebut dan
mengisi cetakan yang tersedia. Cara ini sangat praktis untuk menyambung kawat baja /
wire rope, slenk.

Cara pelaksanaannya adalah ujung-ujung tambang kawat dimasukkan ke dalam mold


yang telah terisi amunisi selanjutnya serbuk ledak tersebut dinyalakan dengan pemantik
api, maka terjadilah reaksi kimia eksotermis yang sangat cepat sehingga menghasilkan
suhu yang sangat tinggi sehingga terjadilah ledakan. Ledakan tersebut mencairkan kedua
ujung kawat baja yang terdapat didalam mold tadi, sehingga cairan metal terpadu dan
mengisi ruangan yang tersedia didalam mold.

C. Posisi Pengelasan Secara Umum


Secara umum posisi pengelasan ada empat, yaitu :

1. Posisi dibawah tangan/flat/down hand.


Posisi di Bawah Tangan, Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang
dilakukan pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan
elektroda las sekitar 10º – 20º terhada garis vertikal dan 70º – 80º terhadap benda
kerja.

2. Posisi mendatar/horizontal
Posisi Datar (Horisontal), Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga
mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda
mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5º – 10º
terhada garis vertikal dan 70º – 80º kearah benda kerja.

Laporan Proses Produksi 1 5


3. Posisi tegak/vertikal
Posisi Tegak (Vertikal), Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah
pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang
paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat
diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10º – 15º terhada garis
vertikal dan 70º – 85º terhadap benda kerja.

4. Posisi di atas kepala/overhead.


Posisi di Atas Kepala (Over Head), Posisi pengelasan ini sangat sukar dan
berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh
karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara lain: Baju las, sarung
tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak
pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5º – 20º terhada garis
vertikal dan 75º – 85º terhadap benda kerja.

Laporan Proses Produksi 1 6


Namun karena karakteristik pekerjaan dan jenis bahan yang berbeda, maka posisi
pengelasan diurai menjadi :

D. Posisi Pengelasan pada Pelat


1. Posisi flat sambungan tumpul (1G)
2. Posisi flat sambungan sudut/fillet (1F)
3. Posisi horizontal sambungan tumpul (2G)
4. Posisi horizontal sambungan sudut/fillet (2F)
5. Posisi tegak sambungan tumpul (3G).
6. Posisi tegak sambungan sudut/fillet (3F)
7. Posisi di atas kepala sambungan tumpul (4G)
8. Posisi di atas kepala sambungan sudut/fillet (4F)

E. Posisi Pengelasan pada Pipa


1.Posisi sumbu horizontal pipa dapat diputar diameter sama /sambungan tumpul (1G)
2.Posisi sumbu horizontal pipa dapat diputar diameter berbeda /sambungan sudut /fillet
(1F)
3.Posisi sumbu tegak sambungan tumpul (2G)
4.Posisi sumbu tegak sambungan sudut /fillet (2F)
5.Posisi sumbu horizontal pipa tidak dapat diputar (tetap) sambungan tumpul (5G)
6.Posisi sumbu horizontal pipa tidak dapat diputar (tetap) sambungan sudut /fillet (5F)

7.Posisi sumbu miring 45 sambungan tumpul (6G)

8.Posisi sumbu miring 45 sambungan pipa-pelat / sambungan sudut /fillet (6F)

POSISI PENGELASAN PADA PELAT

Laporan Proses Produksi 1 7


F. Pengenalan Cacat Las

Yang dimaksud dengan cacat las adalah kerusakan hasil las yang pada umumnya dapat
diamati/ dilihat secara visual.

1. Jenis Cacat Las dan Penyebabnya

a. Retak (crack), yaitu celah atau gap yang


memutuskan atau memisahkan hasil las yang
dapat terjadi pada jalur las atau pertemuan
jalur las atau pada daerah pengaruh panas, hal
ini disebabkan oleh pendinginan atau
tegangan, jenis elektroda yang tidak sesuai
dengan logam dasar.

b. Terak terperangkap ( inlusion ), yaitu


suatu benda asing(bahan logam/kotoran)
yang terperangkap dan berada di antara
logam las. Hal ini dapat disebabkan oleh
persiapan yang kurang baik atau teknik
pengelasan yang salah/ tidak sesuai
ketentuan.

c. Lubang pada akhir jalur las (crater),


yaitu suatu titik atau beberapa titik lubang
yang biasanya terjadi pada akhir jalur las, ini
akibat oksidasi dari oksigen udara luar
terhadap cairan logam atau sudut elektroda
yang salah pada ujung jalur las.

d. Jalur las terlalu lebar, yaitu kelebihan


ukuran lebar jalur pada sambungan tumpul,
ini dapat terjadi apabila gerakan/ayunan
elektroda terlalu jauh atau tarikan elektroda

Laporan Proses Produksi 1 8


terlalu pelan atau arus terlalu besar atau
gabungan dari hal-hal diatas.
e. Ukuran kaki las tidak sama, yaitu
kelebihan dan/atau kekurangan ukuran salah
satu atau kedua kaki las pada sambungan
sudut, hal ini di mungkinkan oleh sudut
pengelasan yang tidak sesuai dengan
ketentuan.

f. Undercut, yaitu suatu alur yang terjadi


pada kaki las (toe), hal ini dapat terjadi antara
lain karena penggunaan arus yang tidak
sesuai atau gerakan/ ayunan elektroda yang
terlalu cepat.
g. Overlap, yaitu kelebihan logam las pada
bagian tepi yang menempel logam dasar dan
tidak terjadi perpaduan antara logam las. Hal
ini dapat terjadi karena arus yang terlalu
rendah, sudut atau ayunan/ gerakan elektroda
yang salah.

h. Cekungan pada akar las (root


concavity), yaitu suatu alur yang terjadi pada
jalur penetrasi ( root ) sambungan tumpul
yang diakibatkan oleh penggunaan jenis
elektroda yang kurang sesuai, pengisian yang
tidak sempurna, sudut elektroda yang salah
atau karena arc length yang terlalu jauh.
i. Pengisian jalur kurang, yaitu suatu alur
atau celah panjang kontinyu atau terputus-
putus pada sambungan tumpul yang
disebabkan terutama oleh pengisian yang
terlalu cepat dan ayunan/ gerakan elektroda
yang salah.

Laporan Proses Produksi 1 9


j. Keropos (porosity), yaitu satu atau
beberapa lubang udara yang terdapat di
antara logam las. Hal ini dapat disebabkan
terutama oleh faktor elektroda, a.l : terlalu
lembab, berkarat atau tidak sesuai dengan
jenis bahan yang dilas.
k. Kurang penetrasi, yaitu tidak terjadinya
perpaduan di antara logam yang disambung
yang terdapat pada dasar logam yang
disebabkan karena arus pengelasan terlalu
rendah, persiapan kampuh yang salah/ gap
terlalu kecil, arc length terlalu jauh, atau
karena gerakan elektroda terlalu cepat.

l. Kelebihan penetrasi, yaitu akar las pada


sambungan tumpul yang terlalu
tinggi/menonjol yang disebabkan oleh arus
pengelasan terlalu tinggi, persiapan kampuh
yang salah/ gap terlalu besar atau karena
gerakan elektroda terlalu lambat.

m. Bentuk penguat/ jalur las tidak


simetris, yaitu sudut yang di bentuk antara
permukaan benda kerja dan garis singgung
pada sisi penguat tidak sama, hal ini
dimungkinkan karena sudut elektroda tidak
sama.
n. Kelebihan pengisian, yaitu jalur
pengisian/ penguat pada sambungan tumpul
terlalu tinggi. Hal ini dapat disebabkan
karena arus pengelasan agag rendah atau
pengelasan terlalu lambat.

Laporan Proses Produksi 1 10


 Kerusakan lain yang tidak berhubungan dengan logam las, akan tetapi
termasuk pada kelompok cacat las adalah :
o. Bekas pukulan, yaitu kerusakan
permukaan benda kerja di luar jalur las yang
disebabkan oleh pukulan saat membersihkan
terak atau saat persiapan.
p. Penyimpangan sudut/distorsi, yaitu
perubahan bentuk pada dua bagian yang
disambung sehingga membentuk sudut. Ini
disebabkan oleh disrorsi yang tidak terkontrol
saat pengelasan atau persiapan yang kurang
memperhitungkan distorsi yang akan terjadi.
q. Tidak segaris lurus, yaitu hasil
pengelasan di mana dua bagian yang
disambung tidak satu bidang/ level atau
seperti paralel. Hal ini terutama disebabkan
oleh persiapan yang salah atau distorsi saat
pengelasan.

Laporan Proses Produksi 1 11


BAB III
LAPORAN PRAKTIK
A. PERALATAN
1. Mesin:
a. Mesin las listrik
2. Ragum
3. Alat pendukung
a. Hand Grinder
b. Elektroda
4. Alat ukur
a. Penggaris besi
5. Alat penanda
a. Penggores
b. penitik
4. Keselamatan Kerja :
a. Baju praktek
b. Kaca mata
c. Celana Panjang (jeans)
d. Safety shoes
e. Kedok las listrik
B. BAHAN
a. Besi siku 4 x 4 x 6000 mm
b. Besi siku 4 x 4 x 300 mm
c. Besi as Ø 10 x 300 mm

C. Proses Pembuatan
 PEMOTONGAN BAHAN
potong besi siku dengan panjang
 3000 mm 2 buah
 300 mm 2 buah
 Potong dengan sudut kemiringan 45°
 Potong besi as dengan panjang masing
masing 300mm sebanyak 70 buah.
 PENGELASAN
Las setiap ujung besi siku hingga membentuk
persegipanjang 3000mm x 300mm
Las besi as diatas permukaan besi siku yang
telah kita las tadi dengan jarak antar besi
seelebar 40mm

Laporan Proses Produksi 1 12


 GRINDING
Haluskan permukaan sisa pengelasan agar
terlihat rapi
 PAINTING
Cat permukaan benda agar tidak mudah terkena
karat.

Laporan Proses Produksi 1 13


BAB IV
PENUTUP

Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk menyambung dua benda kerja dengan
menggunakan las busur listrik. Cara untuk menyambung benda kerja adalah dengan memberi
titik lasan pada bagian pucuk sambungan benda kerja agar memudahkan proses
penyambungan berikutnya.
Penyambungan dengan las busur listrik akan sulit dilakukan jika tekanan pada mesin
terlalu tinggi, ampere pada mesin las busur listrik juga disesuaikan dengan benda kerja yang
akan dilas. Untuk benda kerja tipis atau plat, tegangan yang diberikan haruslah kecil, dan
semakin besar juga jika benda yang akan dilas memiliki ketebalan yang besar. Jika tegangan
yang diberikan tidak sesuai maka hasilnya adalah benda kerja akan berlubang karena bahan
tidak cukup mampu menahan tegangan yang diberikan oleh mesin las tig.
Sama halnya dengan mengelas sudut dalam, penyambungan yang dilakukan pada pengelasan
las tig juga bisa menempel pada salah satu bidnang saja karena adanya celah antara plat satu
dengan plat lainnya.

Laporan Proses Produksi 1 14


DAFTAR PUSTAKA

 SM International (2003). Trends in Welding Research. Materials Park, Ohio: ASM


International. ISBN 0-87170-780-2.
 Cary, Howard B; Scott C. Helzer (2005). Modern Welding Technology. Upper Saddle
River, New Jersey: Pearson Education. ISBN 0-13-113029-3.
 Hicks, John (1999). Welded Joint Design. New York: Industrial Press. ISBN 0-8311-
3130-6.
 Kalpakjian, Serope; Steven R. Schmid (2001). Manufacturing Engineering and
Technology. Prentice Hall. ISBN 0-201-36131-0.
 Lincoln Electric (1994). The Procedure Handbook of Arc Welding. Cleveland: Lincoln
Electric. ISBN 99949-25-82-2.
 Weman, Klas (2003). Welding processes handbook. New York, NY: CRC Press
LLC. ISBN 0-8493-1773-8.

Laporan Proses Produksi 1 15

Anda mungkin juga menyukai