6.1 Clindamycin
penggunaan monoterapi gel clindamycin phosphate 1%, gel benzoyl peroxide 2,5%, dan gel
kombinasi clindamycin phosphate 1,2% – benzoyl peroxide 2,5% pada acne derajat sedang-
berat didapatkan hasil efikasi klinis setelah penggunaan terapi selama 12 minggu sebagai
inflamasi acne sebanyak 54% dan penurunan lesi noninflamasi sebanyak 40,3%; sedangkan
pada monoterapi gel benzoyl peroxide 2,5% didapatkan penurunan lesi inflamasi acne
sebanyak 55,2% dan penurunan lesi noninflamasi sebanyak 43,8%; dan pada terapi
kombinasi gel clindamycin phosphate 1,2% – benzoyl peroxide 2,5% didapatkan penurunan
lesi inflamasi acne sebanyak 64,1% dan penurunan lesi noninflamasi sebanyak 48,7%. (2)
benzoyl peroxide 2,5% dengan gel kombinasi clindamycin phosphate 1,2% – benzoyl
peroxide 5% selama 10-12 minggu yang didapatkan dan disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan terhadap penurunan lesi noninflamasi acne sehingga formulasi
kombinasi kedua obat antara clindamycin phosphate dengan benzoyl peroxide efikasinya
lebih baik dibandingkan dengan penggunaan secara single/monoterapi saja. Namun
penggunaan gel kombinasi clindamycin phosphate 1,2% – benzoyl peroxide 2,5% lebih baik
daripada gel kombinasi clindamycin phosphate 1,2% – benzoyl peroxide 5% bila diliat dari
penurunan lesi inflamasi karena gel kombinasi clindamycin phosphate 1,2% – benzoyl
peroxide 2,5% memiliki tolerability dan tingkat keamanan terhadap efek samping seperti :
iritasi kulit, kekeringan kulit, eritema, rasa gatal dan panas terbakar. (2)
Pada penelitian penggunaan obat topikal kombinasi pada acne vulgaris dari Kaur, J.,
et all, (2015), dari 100 subyek yang terbagi menjadi 3 grup yaitu : Grup A yang diberikan
terapi gel kombinasi benzoyl peroxide 2.5% – clindamycin 1%, Grup B yang diberikan terapi
krim kombinasi benzoyl peroxide 2.5% – nadifloxacin 1% dan Grup C yang diberikan terapi
gel kombinasi tretinoin 0.025% – clindamycin 1%. Terdapat hasil yang signifikan dari
penelitian ini dengan kesimpulan Grup A yang menggunakan terapi gel kombinasi benzoyl
peroxide 2.5% – clindamycin 1% memiliki efikasi klinis yang lebih baik bila dilihat dari
statistik penurunan lesi (inflamasi dan/atau noninflamasi) yang terjadi dibandingkan dengan
Grup B dan C yang menggunakan terapi kombinasi lain. Selain itu ternyata juga terdapat
kesimpulan lain dari penelitian ini, yaitu : pada Grup B yang menggunakan krim kombinasi
benzoyl peroxide 2.5% – nadifloxacin 1% memiliki profil tingkat keamanan yang lebih baik
terhadap efek samping yang muncul dibanding dengan profil tingkat keamanan pada Grup
A dan C.(3)
Hal ini dapat dilihat dari analisis keamanan obat diatas yang didapatkan 94,4%
subyek penelitian tidak menunjukkan efek samping yang berarti selama menggunakan terapi
kombinasi dari ketiga grup diatas. Hanya ada 2 efek samping yang muncul pada penelitian
ini yaitu 4% subyek mengeluhkan kekeringan kulit wajah dan 1,1% subyek mengeluhkan
Pada penelitian lainnya dari Feneran et all, (2011), dalam studi komparatifnya dari
terapi topikal acne vulgaris didapatkan pengurangan lesi acne 69,2% pada penggunaan terapi
(clindamycin). Hasil penelitian ini juga ditegaskan oleh penelitian Leyden et al, (2006) yang
tretionin 0,025% dengan monoterapi clindamycin phosphate 1% pada kasus acne yang
ditunjukkan dari 634 subyek penelitian pada kelompok yang diberikan terapi kombinasi
didapatkan penurunan lesi inflamasi pada acne sebanyak 53,4% dan penurunan lesi inflamasi
acne sebanyak 47,5% pada 635 subyek yang diberikan monoterapi saja. Bila dilihat dari lesi
total terdapat penurunan lesi total sebanyak 48,7% pada subyek terapi kombinasi dan
Dalam penelitian yang dilakukan Rima Adjani Nugroho didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel VI.2 Perbedaan Jumlah Akne Vulgaris Sebelum dan Sesudah Pengobatan dengan
Clindamycin
Variable N Mean SD p
Sebelum pemakaian 20 3,75 1,410
Sesudah pemakaian 20 1,25 0,910 0,000
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang teramati adalah N=20,
dengan rata rata jumlah jerawat sebelum pemakaian MEAN= 3,75 dan rata – rata jumlah
jerawat sesudah pemakaian MEAN= 1,25. Dengan demikian terjadi penurunan jumlah
jerawat. Perbedaan jumlah jerawat sebelum dan sesudah penggunaan Clindamycin
menunjukkan perbedaan yang sangat bermakna ditunjukkan oleh nilai p< 0,05 ( p = 0,000 ).
(5)
6.2 Resorcinol
Dalam sebuah artikel penelitian yang ditulis oleh Movita Theresia dengan judul “Acne
Vulgaris” dikatakan bahawa resorsinol merupakan bahan topical dimana bekerja sebagai agen
keratolitik serta sedikit antibakteri yang digunakan untuk pengobatan acne sebai terapi
awalnya. Dapat ditemukan sebagai obat bebas di pasaran. Namun resorsinol dikatakan memili
efek samping dermatitis kontak alergi sehingga sering diganti dengan asam sitrat.(4)
DAPUS
1. Feneran, A.N., Kaufman, W.S., Dabade, T.S., Feldman, S.R. 2011. Retinoid Plus
Antimicrobal Combination Treatments For Acne. Dalam Clinical, Cosmetic and
Investigational Dermatology Dovepress, hal. 79-92. USA : Dove Medical Press Ltd.
2. Gold, M.H. 2012. Clindamycin Phosphate 1,2% and Benzoyl Peroxide 2,5% Gel For The
Treatment of Moderate-to-Severe Acne. Dalam The Journal of Clinical_Aesthetic.
3. Kaur, J., Sehgal, V.K., Gupta, A.K., Singh, S.P. 2015. A Comparative study to Evaluate
The Efficacy and Safety of Combination Topical Preparation in Acne Vulgaris. Dalam
International Journal of Applied and Basic Medical Research, No. 2, Vol. 5, hal. 105-110.
4. Movita T. 2013. Acne Vulgaris. Continuing Medical Education- 202. Ed: 40(3)
5. Nugroho, Rima.A. 2013. Terapi Topikal Clindamycin pada Akne Vulgaris. Universitas
Diponegoro : Semarang