Tugas 1
Tugas 1
Pembelajaran
Sponsors Link
Setiap orang memiliki cara belajar sendiri-sendiri yang tidak sama satu sama lain. Hal ini terkadang
membuat para praktisi Pendidikan mengalami kesulitan untuk membantu proses pembelajaran anak
didiknya.
ads
Maka dari itu, tenaga pendidik juga harus memahami aneka gaya pembelajaran yang ada untuk
membantu proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efisien. Salah satu caranya adalah dengan
mempelajari psikologi yang tentu mempengaruhi proses dan gaya belajar seorang manusia.
Dengan memahami gaya pembelajaran yang ada, proses belajar akan lebih efektif karena pengajaran
guru akan sejalan dengan gaya pembelajaran siswa.
Menurut Keefe (1987), gaya pembelajaran mencakup tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan kejiwaan.
Gaya kognitif adalah pembelajaran yang melibatkan proses pemberian informasi, gaya afektif adalah
pemberian motivasi dan reaksi, sedangkan gaya kejiwaan bersifat tabiat yang memiliki hubungan dengan
unsur gender. Menurutnya, pembelajaran adalah sebuah proses internal dan hanya berlaku jika ada
perubahan tabiat atau kejiwaan baik secara permanen maupun sementara di individu tersebut.
Baca juga:
Di pembahasan kali ini kita akan mempelajari aneka aplikasi psikologi kognitif dalam pembelajaran.
Artinya, kita akan mengetahui bagaimana psikologi seseorang yang berkaitan dengan pemahaman,
pertimbangan, pemecahan masalah dan lain-lain dapat berperan dalam pembelajaran seseorang. Simak
terus, ya!
Setiap orang memiliki tingkat kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tenaga pendidik
harus memahami terlebih dahulu tingkat kemampuan kognitif peserta didiknya. Hal ini akan menentukan
bagaimana cara tenaga pendidik untuk mengajar dan memastikan pembelajaran yang diberikan sesuai
dengan kemampuan siswanya. (Baca juga:
2. Kategorisasi materi
Aplikasi psikologi kognitif dalam pembelajaran yang pertama adalah dalam membuat strategi mengajar.
Seorang tenaga pendidik harus terlebih dahulu bisa mengkategorisasi hal-hal yang penting dalam materi,
hal-hal yang baru, dan hal-hal yang sulit bagi siswa.
Dengan mengidentifikasi hal-hal tersebut, siswa dapat lebih mudah memusatkan perhatian pada hal-hal
yang penting untuk diketahui dan fokus untuk mengolah informasi yang diterima serta memahami ide
yang disampaikan kepadanya. (Baca juga: Bantu siswa memusatkan perhatian
Sebisa mungkin guru menggunakan metode pengajaran yang menyenangkan dan membuat siswa
memusatkan perhatian. Tekankan pada informasi-informasi yang penting untuk membuat siswa fokus
dan konsentrasi pada pelajaran yang sedang diberikan.
Untuk membantunya memusatkan perhatian, guru bisa mengkaitkan pelajaran dengan pengalaman
siswa sehingga mereka benar-benar bisa melihat kaitan antara materi dengan dirinya.
4. Membuat contoh kasus
Selain mengkategorisasi informasi menjadi penting-tidak penting, sulit-tidak sulit dan lain sebagainya, kita
juga harus menjelaskan goal atau tujuan pembelajaran sejelas mungkin. Bila perlu, kita juga bisa
membuat contoh kasus yang mudah dan relevan dengan materi pelajaran.
Dengan mendapatkan contoh, informasi menjadi lebih mudah untuk dicerna dan diolah menjadi
kesimpulan tertentu oleh para siswa. Jangan terpaku dengan satu contoh saja, namun guru bisa mencari
contoh lainnya jika siswa terlihat kesulitan memahami contoh yang sebelumnya diberikan. (Baca
juga: Ajak siswa terlibat dalam pelajaran
Ketika siswa memiliki keterlibatan yang cukup tinggi dalam proses pembelajaran, di saat itulah
pembelajaran yang terjadi akan lebih efektif. Keterlibatan mereka akan sangat mempengaruhi proses
asimilasi dan akomodasi pengetahuan serta pengalaman yang baik sehingga membuat mereka
memahami materi dengan lebih maksimal.
ads
Para ahli teori kognitif memiliki pendapat bahwa pembelajaran adalah sebuah integrasi antara informasi
yang baru dan informasi yang telah didapat sebelumnya. Maka, sebelum siswa diberi informasi atau
materi baru, sebaiknya siswa diingatkan kembali dengan materi sebelumnya untuk mempermudah
integrasi terjadi.
Hal ini bisa diaplikasikan dengan membuat kuis atau pre-test untuk melihat sejauh mana pemahaman
siswa terhadap materi yang telah didapatnya. Hal ini dapat membantu tenaga pengajar melihat kesiapan
siswa menerima materi yang baru. Jika perlu, tenaga pengajar bisa me-review kembali materi
sebelumnya untuk membantu siswa mengingat kembali materi yang didapat sebelumnya.
Hampir semua dari kita cukup malas dan tidak suka dengan pekerjaan rumah. Namun, hal ini ternyata
sangat perlu jika dipandang dari psikologi kognitif dalam pembelajaran siswa. Dengan pemberian PR
atau tugas, siswa dapat belajar kembali dan membantunya lebih memahami materi pelajaran yang
diterima. PR atau tugas rumah juga membantu siswa menggabungkan informasi yang telah dia terima
sebelumnya menjadi informasi yang lebih berarti atau meaningful. (Baca juga: Studi lapangan
Mempelajarai teori dari buku memang merupakan hal yang penting, namun studi lapangan atau
membawa siswa terjun langsung ke lapangan untuk memahami sendiri permasalahan juga tidak kalah
penting.
Dengan studi lapangan, siswa juga dapat menggabungkan banyak informasi yang telah didapatnya
menjadi satu kesatuan. Pembelajaran seperti ini akan lebih impactful dan memudahkan mereka
memahami pelajaran karena berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari.
9. Strategi menghafal
Lindsay dan Norman (1987) mengemukakan bahwa ada tiga aturan umum untuk mempermudah dan
memperbaiki hafalan seseorang. Aturan pertama adalah menghafal dengan sungguh-sungguh, yang
diikuti dengan aturan kedua yaitu menghubungkan materi hafalan dengan hal-hal lin untuk
mempermudahnya.
Sebisa mungkin seseorang menghafal dengan kata-kata atau imajinasinya sendiri agar dia bisa lebih
memahami hafalan tersebut dan tidak sekedar menghafalnya. Selanjutnya, aturan ketiga adalah
menghafal atau mengingat dengan kategorisasi atau pola tertentu.
Misalnya, menggunakan mnemonic, yaitu metode untuk mengingat yang menekankan atau membentuk
struktur bagi hal-hal atau benda-benda yang perlu diingat. (Baca juga: Sesi presentasi oleh murid
Dalam psikologi terdapat sebuah teori belajar yang disebut teori belajar Konstruktivisme. Dalam teori ini
terdapat asumsi dasar bahwa pengetahuan secara fisik dikonstruksi oleh siswa didik itu sendiri,
kemudian dia sampaikan ke orang lain dengan pemahamannya.
Dalam hal ini, guru dapat memahami muridnya dan sejauh mana pula guru tersebut berhasil
menyampaikan materi pelajaran ke para peserta didik.
Memberi ringkasan materi akan menstimulasi para peserta didik untuk mengingat kembali materi yang
telah diajarkan. Maka, dalam hal ini guru tidak hanya berharap murid memahami pelajaran, namun juga
membantu murid memahami dan mengingat kembali informasi yang telah mereka terima.
Para tenaga pengajar juga perlu untuk memberi umpan balik kepada para peserta didik sebagai bahan
pembelajaran. Dengan cara ini, peserta didik atau siswa akan mengerti sejauh mana tingkat pemahaman
dan proses informasi mereka dan merangsang mereka untuk kembali belajar terutama jika hasilnya
kurang memuaskan. (Baca juga: Meningkatkan retensi siswa
Aplikasi psikologi kognitif selanjutnya adalah dengan meningkatkan retensi siswa melalui latihan-latihan
yang membuat peserta didik mengulangi kembali apa yang telah mereka pelajari. Dengan menghadapi
latihan berulang-ulang, pembelajaran akan menjadi lebih berdampak dan membekas di ingatan mereka.