A. TUJUAN
Menguji ketajaman penglihatan.
B. HASIL PERCOBAAN
C. PEMBAHASAN
Ketajaman penglihatan atau kemampuan untuk mengenali bentuk dan garis secara
jelas, ditunjukkan oleh suatu fraksi yang membandingkan jarak seseorang melihat
suatu objek (biasanya huruf berukuran dalam hal ini menggunakan optotip snellen)
secara jelas dengan jarak mata normal dapat melihat objek. Ketajaman mata normal,
yaitu jika mata mampu melihat huruf yang ditunjuk dengan jelas pada jarak 6 meter
(dimana jarak tersebut merupakan jarak ideal mata normal untuk ukuran huruf
tertentu), maka ketajaman pandangannya dikatakan menjadi 6/6 atau normal, akan
tetapi jika seseorang hanya mampu melihat huruf yang ditunjukkan pada jarak 5
meter padahal mata normal mampu melihat jelas pada jarak 6 meter, maka ketajaman
pandangan orang tersebut dikatakan 5/6 atau lima per enam ketajaman mata normal.
Optotip snellen, mempergunakan huruf-huruf dengan ukuran-ukuran tertentu.
Dari tiap ukuran huruf tersebut telah diketahui jarak ideal mata normal mampu
melihat dengan jelas. Sehingga dengan menempatkan seseorang pada jarak ideal mata
normal dari optotip snellen, dapat dilakukan uji ketajaman terhadap orang tersebut.
Kelima naracoba yang diuji ketajamannya menunjukkan hasil tiga orang memiliki
visus mata normal, bahkan salah satu naracoba justru memiliki ketajaman
penglihatan di atas rata-rata. Satu orang memiliki visus mata yang tidak normal yaitu
6/20 untuk mata kanan dan 6/15 untuk mata kiri.
Semakin tua usia seseorang maka kondisi mata akan mengalami kemunduran
rabun dekat, sesuai dengan semakin berkurangnya elastisitas, kemampuan
menggembung serta akomodasi lensa mata. Keadaan yang demikian disebut
presbyopia. Akomodasi lensa mata merupakan suatu pertambahan lengkung sehingga
menyangkut daya bias lensa. Permukaan mata normal memilki daya bias yang
memadai untuk membelokkan cahaya yang tingkatannya mencukupi untuk
memfokuskan sebagai suatu titik yang jelas pada retina. Jika objek bergerak
mendekati mata, cahaya yang dipantulkannya menjadi semakin divergen dari sejajar.
Tentu saja ini berarti bahwa mereka harus dibiaskan lebih tajam agar tetap dapat
memfokus atau secara jelas membayang di retina.
Mata merupakan organ penglihatan manusia yang juga dapat dikatakan sebagai
alat optik. Sebagai alat optik, mata memiliki daya penglihatan yang luar biasa. Akan
tetapi dalam kenyataannya mata kita tetap memiliki keterbatasan.
Bagian-bagian mata adalah kornea, kamera okuli anterior yang berisi humor
akuos, lensa mata dan korpus vitreum. Sebagai alat optik maka sinar yang masuk ke
dalam mata normal, akan dibiaskan sedemikian rupa sehingga membentuk bayangan
benda yang terletak tepat di retina, sehingga akan diperoleh kesan pengelihatan yang
jelas. Namun pada beberapa kasus, jalannya sinar yang masuk telah mengalami
pembiasan sehingga keadaan bayangan yang terbentuk tidak lagi seperti keadaan
benda sebenarnya. Dalam keadaan yang demikian bisa jadi bayangan suatu titik tidak
lagi berupa titik sehingga dikatakan dalam keadaan tidak normal (abnormal).
Untuk menyadari bahwa kita melihat sesuatu, atau agar terjadi penglihatan, maka
harus dipenuhi beberapa persyaratan berikut; sebuah bayangan harus terbentuk pada
retina guna merangsang reseptor (sel batang dan sel kerucut), dan menghasilkan
impuls syaraf yang akan dihantarkan ke area visual kortex serebralis.
Pembentukan suatu bayangan jelas pada retina melibatkan empat proses, yaitu
refraksi cahaya karena menembus mata, bila objek terletak kurang dari dua puluh
kaki dari mata normal maka lensa mata berakomodasi, pupil kontrixi dan mata
konvergen (memusat).
Beberapa jenis kesalahan refraksi umum adalah melihat dekat atau myopia,
melihat jauh atau hipermetropia, dan astigmatisma. Melihat dekat atau rabun jauh,
adalah keadaan dimana mata memfokuskan sinar dari objek sejauh 20 meter atau
lebih pada suatu titik di depan retina, sehingga dalam melihat objek yang jauh selalu
tampak kabur. Ini mungkin disebabkan oleh jarak antara lensa mata dengan retina
yang terlalu jauh. Keadaan yang demikian dapat diperbaiki dengan menggunakan
kaca mata konkaf untuk mengurangi refraksi cahaya yang masuk sehingga fokus tepat
berada pada retina. Melihat jauh atau rabun dekat, adalah kedaan dimana mata
memfokuskan sinar dari objek yang berjarak kurang dari 20 meter pada suatu titik di
belakang retina. Keadaan yang demikian dapat dibetulkan dengan menggunaan kaca
mata cekung. Astigmatisma adalah keadaan yang lebih parah, dalam hal ini lengkung
kornea tidaklah sama, sehingga menyebabkan sinar horisontal atau vertikal terfokus
pada dua titik berbeda pada retina. Kaca mata yang sesuai dapat membetulkan
refraksi yang demikian.
D. KESIMPULAN
a. Ketajaman visus seseorang berbeda dengan orang lain.
b. Ketajaman visus seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya
kebiasaan, besarnya lengkung kornea, usia dan kemampuan akomodasi
c. Semakin dekat jarak untuk mampu membaca huruf dari optotip snellen, maka
ketajaman visusnya semakin rendah
d. Semakin jauh jarak untuk mampu membaca huruf dari oiptotip snellen, maka
ketajaman visusnya semakin tinggi
e. Besarnya nilai visus normal dengan menggunakan optotip snellen adalah 6/6.
E. TUGAS
Terlampir
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri
Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan
Gizi.Yogyakarta: FMIPA UNY.
KEGIATAN II
TES BUTA WARNA
A. TUJUAN
Mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna
B. HASIL PERCOBAAN
Kartu Iscihara
TERLIHAT OLEH PEMBANDING
NO TERLIHAT
Cory Hera Dimas Hanny Juned
1 12 12 12 12 12 12
2 8 8 8 8 8 8
3 5 5 5 5 5 5
4 29 29 29 29 29 29
5 74 74 74 74 74 74
6 7 7 7 7 7 7
7 45 46 46 45 46 45
8 2 2 2 2 2 2
9 X X X X X X
10 16 16 16 16 16 16
11 Merunut Merunut Merunut Merunut Merunut Merunut
12 35 35 35 35 35 35
13 96 96 96 96 96 96
14 Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat Dapat
merunut 2 merunut 2 merunut merunut merunut merunut
lintasan lintasan 2 2 2 2
lintasan lintasan lintasan lintasan
KET Normal Normal Normal Normal Normal
Mengumpulkan benang berwarna
C. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami tes buta
warna. Buta warna adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
adanya kelainan persepsi penglihatan warna. Setiap mata mengandung kurang lebih 3
juta sel kerucut. Sel kerucut mengandung fotopigmen yang sensitive terhadap sinar
terang dan sinar berwarna yang berbeda-beda. Fotopigmen yang ada dalam sel
kerucut akan mengurai bila terkena sinar berwarna. Tiap jenis sel kerucut akan
merespon secara optimal hanya kepada panjang gelombang spectrum warna tertentu.
Sekitar 5 % populasi manusia menderita buta warna. Buta warna merupakan
gangguan herediter yang diderita pria, sedangkan pada wanita merupakan karier buta
warna, karena buta warna terpaut pada kromosom x.
Buta warna disebabkan tidak adanya atau sedikitnya sel kerucut warna merah,
hijau dan biru. Bila mata tidak mengandung sel kerucut warna merah, maka warna
merah akan tampak berwarna hijau. Sedangkan jika mata tidak ada sel kerucut warna
hijau atau sedikit mengandung sel kerucut warna hijau , maka benda hijau akan
tampak berwarna merah, dan jarang terjadi bila hanya sel kerucut warna biru saja
yang hilang. Bila ketiga macam sel kerucut ( merah , hijau, biru ) tidak ada, maka
semua benda akan tampak hitam, dan orang tersebut dinyatakan menderita buta
warna total.
Buta warna dapat dites dengan menggunakan kartu ishihara atau menggunakan
benang warna-warni. Jika sesorang mengalami buta warna maka angka yang tertera
dalam kartu tidak dapat terbaca dengan benar. Misalnya, pada kartu ischihara dengan
angka 74, orang yang mengalami buta warna hijau ( parsial ) akan menyebut angka
21. Pada angka 42 pada kartu akan terbaca sebagai angka 2 pada penderita protanopi
( tidak mempunyai sel kerucut warna merah ), dan penderita deuteranopi ( tidak
mempunyai sel kerucut warna hijau ) akan membacanya sebagai angka 4.
Tes buta warna dengan menggunakan benang warna-warni didasarkan pada
kemampuan dan kejelian naracoba dalam mengumpulkan potong-potongan benang
yang sewarna dari gulungan potongan benang warna-warni. Dari hasil pemilahan
dapat dilihat apakah diantara pilahan tersebut masih tercampur benang dengan warna
yang berbeda atau tidak. Naracoba dikatakan normal dengan tes ini jika semua
pilahan benang menunjukkan hasil yang homogen.
Cara mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna parsial atau buta warna
total yaitu dengan menghitung kesalahan yang dilakukan oleh naracoba. Jika
kesalahan menjawab sebesar 25 % mengindikasikan naracoba menderita buta warna
parsial. Bila kesalahan lebih dari atau sama dengan 50 % naracoba menderita buta
warna total.
D. KESIMPULAN
Pada percobaan tes buta warna kelima naracoba tidak mengalami buta warna.
E. TUGAS
Macam-macam buta warna :
a. Buta warna parsial, kondisi dimana seseorang kesulitan dalam membedakan warna
merah dengan warna hijau, hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sebagian sel konus
mata;
b. Buta warna sepenuhnya/ total, kondisi dimana seseorang tidak dapat membedakan
warna merah, hijau maupun biru sehingga yang tampak olehnya hanya warna hitam
dan putih, hal tersebut terjadi karena terjadi kerusakan pada semua sel-sel konus
mata.
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan Gizi.Yogyakarta:
FMIPA UNY.
ACARA III
SISTEM SKELETON
A. TUJUAN
Melakukan pengamatan dan menerangkan struktur anatomi sistem skeleton
B. HASIL
Bagian tubuh Nama tulang Keterangan
2. Basis a. Ethmoidale 1
2 Tulang landasan
a. Melleus
2 Tulang sangugurdi
b. Incus
1 Tulang lidah di dalam leher,
c. Stepes
C. Oshyoideum diantara mandibulare dan bagian
atas larynx, digantung oleh
ligamentum processus dan ossa
temporale
C. PEMBAHASAN
Rangka tubuh manusia tersusun atas 206 tulang yang bila dihitung beratnya
hampir 18% dari berat badan yang salingbersendi membentuk suatu sistem rangka
dan sistem gerakan yang timbul apabila kekuatan kontraksi otot ditimbulkan melalui
tendon ke tulang. Tujuan mempelajari ciri-ciri tulang adalah untuk mendalami lebih
lanjut tentang kegunaan beserta mekanisme-mekanisme yang menyertai fungsi tiap-
tiap bagian tulang. Dengan mempelajari karakteristik tulang beserta fungsinya dengan
benar maka kita dapat meningkatkan usaha pemeliharaan.
Tulang menjalankan beberapa fungsi tubuh antara lain; (1) Memberi bentuk
tubuh, dengan adanya tulang maka bentuk tubuh misalnya kepala, dada dan tangan
tidak mudah berubah, jika tidak ada tulang mungkin tubuh kita akan seperti moluska
yang dapat dengan mudah berubah-ubah. (2) Melindungi organ-organ dalam seperti
jantung, paru-paru dan otak, tulang iga atau costa verae melindungi jantung dan paru-
paru dari desakan atau benturan sehingga tidak langsung mendesak atau menekan
organ-organ vital tersebut, begitu pula tulang tengkorak yang melindungi otak. (3)
Menjadi bagian alat gerak tubuh, dengan adanya tulang maka kerja otot sebagai alat
gerak menjadi lebih mudah, gabungan tulang dan otot menambah kekuatan gerak
tubuh. (4) Tempat melekatnya otot rangka.
Sistem skeleton adalah semua tulang berserta sendi-sendinya. Sistem skeleton
manusia terdiri atas dua kelompok tulang, yaitu : skeleton axial, terdiri atas tulang-
tulang penyusun kepala, leher dan badan skeleton; apendikular yaitu tulang-tulang
yang terdiri atas anggota badanm atas dan anggota badan bawah. Skeleton axial
disusun oleh;
a. Cranium, terdiri atas ossa cranii (mengelilingi oatak) dan ossa facialis (muka).
Cranium terdiri atas dua bagian utama yaitu : neurocranium, dan splanhnocranium.
Neurocranium, tempat beradanya otak kita dan melindungi otak neurocranium
terdiri atas : frontale, parientale, dan occipitale.
Splanchnocranium, bagian utamanya adalah ossa maxilare. Kecuali
mandibula, semua tulang splanchnocranium bersendi dengan maxilare, yang
juga saling bersendi satu sama lain pada garis tengah. Tersusun atas os
mandibulare, ossa lacrimare, ossa platinum, concha nasalis, os vomer, os
hyodeum.
a. Columna vertebralis/ tulang belakang, ada 26 tulang penyusunnya, saling
bersendi sehingga memungkinkan gerak ke depan-belakang dan samping. Tujuh ruas
vertebrae cervicales menyusun leher, 12 ruas di bawahnya disebut vertebrae lumbalis,
dan di bawahnya adalah sacrum dan cocygis.
b. Sternum/ tulang dada, berbentuk seperti pedang terdiri dari tiga bagian yaitu
bagian teratas disebut hulu/ manubrium, bagian tengah badan/ corpus sterni, dan
bagian bawah processus xiphoideus.
c. Os hyodeum/ tulang kecil di leher.
Sedangkan skeleton apendiculare, untuk tiap-tiap aggota badan/ extrimitas terdiri
atas:
a. Tulang-tulang extremitas superior, terdiri dari tulang-tulang cingulum extremitas
superior, humerus, radius ulna, carpalia, metacarpallia dan phalanges. Cingulum
extrimitas superior terdiri dari clavicula dan scapula. Humerus merupakan tulang
lengan atas, terdiri ari diaphisis dan epiphisis. Dua buah tulang penyusun lengan
bawah yaitu ulna dan radius. Radius pada sisi ibu jari sedangkan ulna pada sisi jari
kelingking. Radius memiliki tiga tonjolan, dua buah di ujung proximal dan
tuberositas radii, serta sebuah tonjolan di ujung distal.
b. Tulang extrimitas inferior, disusun oleh cingulum inferior, femur, tibia, fibula,
patella, tasalia, metacarsalia dan phalanges. Os femur merupakan tulang terpanjang
dan terkuat dari seluruh tulang tubuh. Patella terletak di dalam tendon dari musculus
quadriceps femoris sebagai pelindung atas sendi lutut. Tibia adalah tulang terpanjang
dan terkuat untuk kaki bawah, lebih medial serta superficial. Fibula lebih kecil, lebih
lateral dan lebih ke dalam. Fibula bersendi dengan femur, yang merupakan sendi
terkuat pada tubuh.
a. Tulang iga ke I-VII disebut costae verae, tulang iga ini langsung melekat
pada tulang dada.
b. Tulang iga ke VIII-X disebut costae spuriae afixa yang saling melekat
pada tulang rusuk di atasnya.
c. Tulang iga ke XI-XII disebut costae spuriae flunktuantes karena tidak
melekat pada tulang dada.
a. Manubrium sternii
Merupakan bagian yang terbesar yang ditengah-tengahnya terdapat satu takik
yang dinamakan incisura jugularis. Pada dua sisi takik lekukan agak sedikit ke bawah
dinamakan Incisura clavicularis adalah untuk bersendi dengan permukaan yang
terdapat pada clavicula dinamakan facies artacularis claviculae.
b. Corpus sternii
Merupakan bagian yang terpanjang dari sternum, pada bagian sebelah atas dan
bawah dari tulang rusuk ke V, corpus sternii mengecil. Pada bagian samping
manubrium sternii terdapat 7 buah takik disebut incisura costalis.
c. Processus xiphoideus
Bersatu dengan corpus sternii pada tulang rusuk dan tulang belakang
dihubungkan dengan ikatan yang membentuk thorak membatasi sebuah rongga yang
disebut cavum traxis. Rongga dada ini terbuka ke atas melalui apertura traxis
superior dan terbuka ke bawah melalui apertura traxis inferior.
1. Extremitas superior
a. Tulang-tulang gelang bahu (cingulum superior)
i) Tulang belikat (scapula)
Bentuknya segitiga, pada bagian tepi bawah (margo vertebralis) sejajar dengan
tulang belakang. Bagian ujung spina scapula berupa tonjolan kearah lateral depan
disebut acronium.
Tulang tengkorak dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu tulang tengkorak
otak (Neurocranium) dan tulang tengkorak wajah (Spalachnocranium). Adaun
masing-masing bagiannya adalah:
1. Neurocranium
Adalah bagian tulang tengkorak yang menyelubungi atau melindungi
bagian otak kita, terdiri atas:
a. Bagian hidung
i) Tulang air mata
ii) Tulang hidung
iii) Tulang anak hidung
iv) Tulang sekat rongga hidung
b. Bagian rahang dan pipi
i) Tulang rahang atas (os maxilaris)
ii) Tulang rahang bawah (os mandibularis)
iii) Tulang langit-langit
iv) Tulang pipi
D. KESIMPULAN
Sistem skeleton manusia terdiri dari dua kelompok tulang yaitu;
a. Skeleton axiale terdiri atas tulang-tulang kepala, leher dan badan, secara
sistematis disusun oleh:
i) Cranium, terdiri atas ossa cranii (mengelilingi otak) dan ossa
facialis (muka)
ii) Columna vertebralis (tulang belakang)
iii) Dua belas pasang costa (tulang iga)
iv) Sternum (tulang dada)
v) Os hyoideum (tulang kecil di leher)
b. Skeleton appendicculare terdiri atas angota badan atas dan bawah, secara
sistematis disusun oleh:
i) Cingulum, mengehubungkan extremitas dengan skeleton axiale
ii) Tulang-tulang extremitas
Kegunaan tulang ialah:
a. Menentukan bentuk dasar tubuh
b. Mentransmisikan berat badan
c. Membentuk sistem pengungkit persendian
d. Melindungi struktur-struktur vital dari kerusakan
e. Tempat menghasilkan sel-sel darah, yaitu di medula osseum
E. TUGAS
Tugas terlampir
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan Gizi.Yogyakarta:
FMIPA UNY.
ACARA IV
REFLEKS
A. TUJUAN
Memahami pengertian refleks
B. HASIL
Data naracoba
Nama : Dimas Sigit W
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 65 kg
Hasil percobaan
Macam refleks Kanan Kiri Ada Tidak ada
Refleks lutut Kanan -
Refleks tumit Kiri -
Refleks triseps Kiri -
Refleks biseps Kanan -
Refleks mengejab mata Kanan -
Suatu refleks spinal dasar adalah salah satu refleks yang dintegrasikan oleh
sumsum tulang belakang, oleh sebab itu semua komponen yang diperlukan untuk
menyambung input aferen ke respon eferen berada dalam sumsum tulang belakang.
Reflek menarik diri (withdrawal refleks) merupakan contoh refleks spinal dasar.
Refleks menarik diri dapat dijelaskan dengan mekanisme sebagai berikut: stimulus
panas mengenai jari, oleh reseptor panas akan diubah menjadi potensial akasi yang
akan dirambatkan melalui aferen masuk ke sumsum tulang belakang. Saraf aferen
bersinapsis dengan beberapa antar neuron dan akan terjadi beberapa rangkaian
sebagai berikut;
1. Potensial aksi akan menstimulus beberapa saraf anter neuron yang pada
gilirannya akan enstimulus saraf eferen motorik yang menginervasi bisebs, suatu otot
flektor pada persendian siku. Akibat kontraksi dari bisebs maka tangan akan tertarik
dari benda panas.
2. Potensial kasi pada saat yang sama juga menstimulus antar neuron yang lain,
yang pada gilirannya akan menghambat neuron eferen yang menginervasi triseps,
sehingga triseps tidak bisa berkontraksi. Triseps adalah otot-otot pada lengan atas
yang menggerakkan lengan bawah sehingga siku lebih terbuka. Jika bisebs sedang
berkontraksi melipat lengan ke bawah, ini akan diimbangi oleh relaksasi dari trisebs.
Tipe hubungan yang melibatkan stimulasi saraf yang menginervasi suatu otot dan
secara bersama-sama melakukan pengahambatan pada otot antagonisnya diketahui
sebagai inervasi resiprokal (resiprocal enervation).
3. Potensial aksi juga menstimulus antar neuron yang lain lagi yang membawa
sinyal ke atas otak melalui jalur naik. Pada saat impuls mencapai daerah korteks
sensori otak, maka orang yang bersangkutan akanmeras sakit dan menyadari apa yang
sedang terajadi. Bila impuls mencapai otak maka akan disimpan sebagai memori, dan
seseroang dapat mulai berfikir tentang situasi yang sedang terjadi, apa yang harus
dikerjakan, bagaimana menghindari kejadian yang sama, dsb.
Hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat gerakan reflek
pada semua tempat yang diuji. Daerah yang diujicoba tentang ada tidaknya gerakan
refleks adalah daerah ligamentum patellae pada lutut, tendo achilles pada tumit,
daerah otot biseps, otot trisebs, serta pada permukaan kornea mata. Refleks pada
patellae adalah refleks monosinaptik, sedangkan refleks tumit dan refleks mengejab
adalah refleks polisinaptik. Refleks pada otot biseps dan triseps merupakan reflek
sinap dasar yang juga dapat dikatakan sebagai refleks polisinaptik, karena
melibatakan banyak sinaps. Seperti telah dijelaskan sebelumnya kedua otot ini
berperan dalam refleks withdrawal. Hanya terdapat satu refleks yang lebih sederhana
daripada refleks withdrawal, yaitu refleks regangan (strech reflex). Refleks regangan
merupakan refleks monosinaptik, yaitu suatu refleks yang lengkung refleksnya hanya
ada satu sinaps yang mana sinaps tersebut terdapat diantara neuron aferen dan neuron
eferen.
D. KESIMPULAN
1. Refleks adalah respon terhadap rangsangan, yang terjadi secara ototmatis
tanpa disadari, sehingga prosesnya jalannya impuls tidak melalui otak
melainkan berbelok melalui sumsum tulang belakang.
2. Rankaian atau jalur saraf yang terlibat dalam aktivitas refleks disebut
lengkung refleks.
3. Komponen dasar lengkung refleks adalah: reseptor, jalur aferen, pusat
pengintegrasi, jalur eferen, dan efektor.
4. Berdasarkan banyaknya sinaps didalam lengkung refleks, maka refleks dapat
dikelompokkan dalam refleks monosinaptik dan refleks polisinaptik.
5. Refleks monosinaptik adalah refleks yang hanya melibatkan satu sinaps di
dalam lengkung refleksnya.
6. Refleks polisinaptik adalah refleks yang melibatkan banyak sinaps di dalam
lengkung refleksnya.
E. TUGAS
Tugas terlampir
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan Gizi.Yogyakarta:
FMIPA UNY.
ACARA V
TES KETAJAMAN PENDENGARAN
A. TUJUAN
Memahami persepsi bunyi dan ketajaman pendengaran
B. HASIL PERCOBAAN
a. Jam/Arloji
Pada jarak (cm )
Letak Jam Suara Jam mulai
Telinga kanan Telinga kiri
Dijauhkan Tidak Cory 51 53
terdengar
Hera 55 40
Dimas 69 55
Hanny 53 50
Juned 68 63
Didekatkan Terdengar Cory 68 55
Hera 50 43
Dimas 70 57
Hanny 55 51
Juned 65 62
1. Menurut Rinne
Letak Garpu
Naracoba Lateralisasi
tala
Kanan Cory v
Hera v
Dimas v
Hanny v
Juned v
Kiri Cory v
Hera v
Dimas v
Hanny v
Juned v
E. TUGAS
1. Gambar anatomi telinga
Terlampir
2. Mekanisme jalannya impuls syaraf hingga terdengar oleh kita, yaitu:
Gelombang bunyi yang diterima oleh membran timpani diteruskan ke kokhlea
ini akan mengetarkan membran basilaris ke atas dan ke bawah sehingg menyebabkan
ujung rambut organ corti bersentuhan dengan membran tektorial. Sentuhan ini
merupakan stimulus bagi organ corti yang akan segera meresponnya dalam bentuk
pada pangkal organ corti. Impuls syaraf yang terjadi pada ujung dendrit ini akan
proses mendengar.
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan Gizi.Yogyakarta:
FMIPA UNY.
ACARA VI
WAKTU REAKSI
A TUJUAN
Melakukan pengukuran waktu reaksi dan memahami penggunaan waktu reaksi
dalam kehidupan sehari-hari.
B HASIL
Hasil percobaan
No. Rangsang Waktu reaksi (detik)
Ulangan ke
Cory Hera Dimas Hanny Juned
Rata2
1 Sentuhan 0 0 0 0 0 0
2 Suara 0 0 0 0 0 0
3 Cahaya 0 0 0 0 0 0
E. TUGAS
Tugas terlampir
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan Gizi.Yogyakarta:
FMIPA UNY.
ACARA VII
PENGUKURAN DAN PENGATURAN SUHU BADAN
A TUJUAN
Mengukur suhu badan di berbagai tempat di badan, membuktikan bahwa suhu
badan manusia tidak atau sedikit dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
B HASIL PENGAMATAN
Di berbagai tempat di badan
Tempat pengukuran di Suhu badan (0C)
Dimas Mukhit
Bawah lidah 36,5 36,8
Ketiak kanan 35,9 37,2
Ketiak kiri 36,8 37,2
Rata-rata 36,4 37,06
Apabila suhu lingkungan naik di atas suhu tubuh, maka perubahan suhu ini
akan diterima oleh termoreseptor yang selanjutnya akan mengumpulkan impulsnya
ke pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Hipotalamus kemudian menyampaikan
impulsnya ke kapiler-kapiler darah di bawah kulit dan juga ke kelenjar keringat.
Impuls yang sampai ke kapiler darah menyebabkan dilatasi, sehingga memungkinkan
banyak darah yang mengalir ke permukaan kulit. Sementara impuls yang sampai ke
kelenjar keringat menyebabkan kelenjar keringat mengsekresikan keringat ke
permukaan kulit untuk diuapkan. Penguapan keringat ini membuang panas, dan panas
diambil dari suhu darah di dalam kapiler di bawah permukaan kulit. Dengan
demikian maka suhu tubuh dapat dipertahankan pada kondisi normal.
Apabila suhu lingkungan turun sampai di bawah suhu tubuh, maka pembuluh
darah akan mengalami kontriksi dan kelenjar keringat menghentikan berhenti
mengeluarkan keringat. Dengan demikian, akan terjadi pengurangan laju penguapan
sehingga suhu tubuh tidak cepat turun. Jika keadaan berlangsung agak lama, maka
tubuh akan meningkatkan metabolisme sel dengan cara menggigil sehingga diperoleh
kalor untuk mempertahankan suhu. Oleh karena itu pada saat kedinginan sebaiknya
kita mengkonsumsi makanan dengan kalori cukup dan memperbanyak gerak.
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap suhu badan naracoba, kita ketahui bahwa
perubahan suhu tubuh tidak seberapa, artinya fluktuasi suhu tubuh tidak begitu besar,
D. KESIMPULAN
1. Suhu tubuh diberbagai tempat pengukuran menunjukkan suhu tubuh yang
normal
2. Tubuh kita mampu mempertahankan suhu tubuh dengan mekanisme
termoregulasi, sehingga suhu tubuh berada pada kondisi optimal.
E. TUGAS
Tugas terlampir
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan Gizi.Yogyakarta:
FMIPA UNY.
ACARA VIII
PERASAAN KULIT
A TUJUAN
Mengetahui berbagai macam reseptor yang terdapat di kulit.
B HASIL PENGAMATAN
D. KESIMPULAN
1. Ada lima macam reseptor syaraf di permukaan kulit, yaitu reseptor panas,
reseptor dingin, reseptor sakit, reseptor sentuhan dan reseptor tekanan.
2. Sebaran masing-masing reseptor tidak selalu sama, pada beberapa tempat
salah satu atau beberapa reseptor lebih dominan daripada reseptor yang lain.
E. TUGAS
Terlampir.
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan Gizi.Yogyakarta:
FMIPA UNY.
ACARA IX
TES KEHAMILAN (HCG)
A TUJUAN
Menentukan kehamilan dengan ada tidaknya HCG dalam urine wanita
B HASIL
Data naracoba
Nama : Reni
Umur : 27 tahun
Umur kehamilan : 2,5 bulan
Hasil tes : positif, muncul 2 garis merah pada alat tes kehamilan
Kontrol/ pembanding
Nama : Hera Kusuma W
Umur : 19 tahun
Umur kehamilan : -
Hasil tes : negatif, muncul satu garis merah muda
D. KESIMPULAN
1. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan hormon yang disekresikan
oleh plasenta, befungsi untuk mempertahankan korpus luteum.
2. Keberadaan HCG dapat digunakan untuk mendeteksi kehamilan secara dini dengan
menggunakan teknik imunologik (menggunakan larutan lateks) dan alat praktis
( sensitive )
E. TUGAS
Tugas terlampir
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan Gizi.Yogyakarta:
FMIPA UNY.
ACARA X
TES TEKANAN AKIBAT TERPAPAR DINGIN
A TUJUAN
Memahami mekanisme tekanan darah akibat paparan dingin.
B HASIL PENGAMATAN
Tabel data
No. Nama Umur JK TB BB Selisih diastole dan sistole
(Tahun) (Cm) (Kg)
1 Hera 19 P 155 46 110/70-100/69= 10/10
2 Dimas 20 L 178 65 125/82-122/67= 3/15
3 Mukhit 20 L 173 58 122/83-121/70= 1/13
D KESIMPULAN
1. Paparan dingin dapat menurunkan tekanan diastole.
2. Berdasarkan tingkat penurunannya, seseorang dapat digolongkan ke dalam 3
tingkatan respon terhadap paparan dingin, yaitu: hiporeaktor, normoreaktor
dan hipereaktor.
Kenaikan tekanan darah yang tinggi akibat terpapar dingin menunjukkan bahwa saraf
simpatis mengadakan respon berlebihan, sehingga dinding vasa darah meulai
menebal yang menandai adanya permulaan hipertensi.
E TUGAS
Tugas terlampir
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan Gizi.Yogyakarta:
FMIPA UNY.
ACARA XI
MENGUKUR VOLUME DAN KAPASITAS PARU-PARU
A TUJUAN
Mengukur volume dan kapasitas paru-paru
B HASIL PENGAMATAN
Data naracoba
Hasil Percobaan Cory Hera Dimas Hany Mukhit
Volume Tidal 0,3 l 0,2 l 0,4 l 0,3 l 0,25 l
Volume Cadangan Inspirasi 0,5 l 0,4 l 0,5 l 0,5 l 0,75 l
Volume Cadangan Ekspirasi 1l 0,8 l 2,4 l 1,9 l 2,7 l
Kapasitas Inspirasi 0,8 l 0,6 l 0,9 l 0,8 l 1l
Kapasitas Vital 1,3 l 1l 3,5 l 2,1 l 3,6 l
F. TUGAS
Tugas terlampir
Gambar sistem pernafasan terlampir
Yang memepengaruhi O2 mudah masuk ke alveoli adalah perbedaan tekanan
yang cukup besar antara alveolar (PO2 105 mmHg) dengan tekanan darah
teroksigenasi (PO2 40 mmHg).
F. DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi 9). Jakarta: EGC
Soewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang
Tutiek Rahayu. 2004. Petunjuk Praktikum Biologi Manusia dan Gizi.Yogyakarta:
FMIPA UNY.