TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit radang parenkim paru yang menular karena
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.1
2.1.2 Epidemiologi
Menurut laporan WHO tahun 2015 diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru dengan
3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan dengan 1,5 juta kematian karena TB dimana
480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB tersebut ditemukan sekitar 75% pasien TB
adalah kelompok usia paling produktif secara ekonosim (15 – 50 tahun. Dari 9,6 juta kasus TB
baru, diperkirakan 1 juta kasus TB Anak (di bawah usia 15 tahun) dan 140.000 kematian/tahun.
Jumlah kasus TB di Indonesia menurut Laporan WHO tahun 2015, diperkirakan ada 1 juta kasus
TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk) dengan 100.000 kematian pertahun (41 per
100.000 penduduk). Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate/CNR) dari semua kasus,
dilaporkan sebanyak 129 per 100.000 penduduk. Jumlah seluruh kasus 324.539 kasus,
1
2.1.3 Penyebab TB Paru
berukuran ± 0,3–0,6 dan panjang ± 1–4 µ. Mempunyai sifat khusus tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
sampai beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat
tertidur lama (dorman) selama beberapa tahun. Ada beberapa jenis Mikobakterium seperti
avium dan Mycobacterium nenopi. Namun yang penting adalah Mikobakterium tuberkulosis
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuklei). Sekali batuk dapat
1. Kuman penyebab TB
a. Pasien TB dengan BTA positif lebih besar risiko menimbulkan penularan
penularan.
c. Makin lama dan makin sering terpapar dengan kuman, makin besar risiko terjadi
penularan.
2
Kelompok paling rentan tertular TB adalah kelompok usia dewasa muda yang
juga merupakan kelompok usia produktif. Menurut hasil survei prevalensi TB,
usia lanjut, ibu hamil, koinfeksi dengan HIV, penyandang diabetes mellitus, gizi
pengobatan.
d. Status sosial ekonomi: TB banyak menyerang kelompok sosial ekonomi lemah.
3. Faktor lingkungan
a. Lingkungan perumahan padat dan kumuh akan memudahkan penularan TB.
Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang baik dan tanpa cahaya matahari akan
2.1.5 Inkubasi
Mulai saat masuknya bibit penyakit sampai timbulnya gejala adanya lesi primer atau
reaksi tes tuberkulosis positif kira-kira memakan waktu 3-8 minggu. Resiko menjadi TB paru
setelah terinfeksi primer biasanya pada tahun pertama dan kedua. Infeksi laten dapat
berlangsung seumur hidup. Infeksi HIV meningkatkan resiko terhadap infeksi TB dan
3
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier
bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai
saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan radang di dalam paru. Aliran getah bening akan membawa kuman TB ke kelenjar
getah bening di sekitar hilus paru, ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya
infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4–6 minggu. Infeksi dapat
dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya
respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh dapat
menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian beberapa kuman akan menetap
sebagai kuman persisten atau dorman (tidur). Kadang daya tahan tubuh tidak mampu
menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan akan
A. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru tidak termasuk
4
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (perikardium), kelanjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus,
Paru.
dahak SPS hasilnya BTA (+) dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis, satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) dan biakan kuman TB
Positif, satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah tiga spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
dahak SPS hasilnya BTA negatif, foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
tuberkulosis, tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik non OAT, ditemukan
pasien, yaitu:
A. Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, di diagnosis kembali dengan BTA positif
5
(apusan atau kultur).4
C. Pengobatan setelah putus berobat (default)
Adalah pengobatan yang telah berobat dan putus berobat dua bulan atau lebih dengan
BTA positif.4
D. Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
diketahui. 4
Keluhan yang dirasakan penderita tuberkulosis dapat bermacam - macam atau tanpa
A. Demam
41°C. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dan berat
B. Batuk
Batuk berlangsung 2-3 minggu atau lebih karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk
dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lebih lanjut adanya dahak bercampur
darah bahkan sampai batuk darah (hemaptoe) karena terdapat pembuluh darah yang
pecah.3
C. Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya sudah
6
D. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila filtrasi radang sudah sampai ke pleura
E. Malaise
Sering ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun sakit kepala, meriang, keluar
Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di
Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut
diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan
mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP):
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada
diagnosis utama. 2
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
7
hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran
yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik
paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur
8
9
Bagan 2.1 Alur Prosedur Diagnostik untuk Suspek TB Paru
10
2.1.9.2 Diagnosis TB Paru Anak
Diagnosis Paru pada anak tidak harus diperiksa dahak, melainkan secara klinis berupa
gejala sistemik/umum atau sesuai organ terkait. Gejala klinis TB pada anak tidak khas, Gejala
khas TB sebagai berikut: batuk ≥ 2 minggu, demam ≥ 2 minggu, BB turun atau tidak naik
dalam 2 bulan sebelumnya, lesu atau malaise ≥2 minggu, menetap walau sudah diberikan
pada anak dengan gejala TB atau merupakan salah satu anggota keluarga dari pasien TB
Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan dengan
maksud:
Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah bakteri yang ada dalam tubuh
pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah
resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada
semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan
pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat
dalam tubuh, khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan
(pengobatan ulang) :
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up). 2
Anak umumnya memiliki jumlah bakteri yang lebih sedikit (pausibasiler) sehingga
rekomendasi pemberian 4 macam OAT pada fase intensif hanya diberikan kepada anak
dengan BTA positif, TB berat dan TB tipe dewasa. Terapi TB pada anak dengan BTA
negative menggunakan panduan INH, Rifampisin dan Pirazinamid. Pada fase inisial (2 bulan
Berat badan Fase Intensif (2 bulan) RHZ Fase Lanjutan (4bulan) (RH
(kg) (75/50/150) (75/50)
5-7 1 Tablet 1 Tablet
8 - 11 2 Tablet 2 Tablet
12 - 16 3 Tablet 3 Tablet
17 - 22 4 Tablet 4 Tablet
23 – 30 5 Tablet 5 Tablet
> 30 OAT dewasa
penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan
Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam pencegahan penularan
TB. Dengan menggunakan strategi DOTS, biaya program penanggulangan TB akan lebih
hemat.3
1. Komitmen politis
3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus
Strategi penemuan pasien TB di Indonesia dapat dilakukan secara pasif (di dalam
gedung) secara intensif (penguatan jejaring layanan dan kolaborasi layanan kesehatan) maupun
secara aktif (kegiatan di luar gedung) dan masif (cakupan seluas mungkin). Kedua upaya
penemuan pasien TB tersebut harus didukung dengan kegiatan promosi yang aktif, sehingga
semua terduga TB dapat ditemukan, terdiagnosis dan mendapatkan pengobatan sedini mungkin.5
Kabupaten atau Kota dan memperkuat kolaborasi layanan antara layanan TB dengan layanan
kesehatan lain yang diselenggarakan di fasyankes dengan Pendekatan Praktis Kesehatan paru
(PAL = Practical Approach to Lung health), kolaborasi TB-HIV, jejaring layanan TB, TB-Gizi,
2.1.12.2 Penemuan pasien TB secara aktif dan/atau masif berbasis keluarga dan
masyarakat
fasilitas pelayanan kesehatan melalui beberapa upaya penjangkauan secara aktif oleh petugas
kesehatan atau potensi kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk menemukan dan merujuk
masyarakat dapat juga dilaksanakan dengan upaya terjun ke masyarakat dengan menghadirkan
diagnostik yang bersifat mobile ke suatu daerah dalam satu periode tertentu. 5
Kegiatan penemuan pasien TB secara aktif harus terintegrasi dengan Gerakan Masyarakat
dan pendekatan Keluarga Sehat. Kegiatan ini harus bisa menggerakkan atau melibatkan secara
aktif semua potensi kesehatan masyarakat yang ada di suatu wilayah antara lain: Kader
Kesehatan, Kader dari UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos TB desa, Poskesdes dan Polindes),
kader organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok dukungan pasien
Kegiatan penemuan pasien TB secara aktif berbasis keluarga dan masyarakat dapat berupa:
A. Investigasi kontak
layanan kesehatan dengan potensi kesehatan masyarakat. Dilakukan pada paling sedikit 10 -
15 orang kontak erat dengan pasien TB. Kontak erat adalah orang yang tinggal serumah
(kontak serumah) maupun orang yang berada di ruangan yang sama dengan pasien TB aktif
(detected cases/ confirm cases) yang ternotifikasi selama satu periode tertentu, yaitu
mendeteksi secara dini kemungkinan penularan kepada kontak serumah atau kontak eratnya.
Investigasi kontak juga dilaksanakan pada pasien TB anak yang ditemukan untuk mencari
sumber penularan. Pelaksanaan kegiatan investigasi kontak harus dicatat dan dilaporkan
dengan resiko TB seperti anak usia <5 tahun, orang dengan gangguan sistem imunitas,
malnutrisi, lansia, wanita hamil, perokok dan mantan penderita TB yang mengakses layanan
di UKBM terkait misalnya di Posyandu, Posbindu, Polindes dan Poskesdes. Kegiatan ini
1. Metode skrining atau penapisan gejala pada populasi kunci yang datang ke layanan
UKBM.
2. Metode penelusuran terhadap kondisi-kondisi tertentu yang mungkin dipengaruhi
oleh terjadinya TB, misalnya pada anak batita atau balita dengan grafik tumbuh-
kembang di bawah garis merah, lansia yang mengalami penurunan berat badan atau
Hasil temuan dari UKBM tersebut dirujuk ke fasyankes untuk dilakukan evaluasi untuk
penegakan diagnosis.5
Dilaksanakan secara rutin oleh anggota keluarga maupun kader kesehatan yang
melakukan skrining gejala pengawasan batuk terhadap orang yang tinggal di lingkungannya dan
menyarankan orang dengan batuk untuk memeriksakan diri ke fasyankes terdekat. Kegiatan
pemantauan batuk ini bisa diintegrasikan kepada kegiatan kader kesehatan yang sudah rutin
berjalan misalnya kegiatan ketuk pintu kader kesehatan, kegiatan kunjungan rumah kader
jumantik, kader posyandu dan posbindu serta kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang lain. Selain mendukung penemuan kasus TB, kegiatan ini akan sangat
bermanfaat dalam rangka penyampaian edukasi mengenai TB terhadap anggota keluarga dan
Dilakukan oleh Puskesmas pada wilayah yang teridentifikasi sebagai daerah kantung
TB. Definisi daerah kantung TB adalah daerah yang memiliki jumlah pasien yang banyak
apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada, misalnya: Pada wilayah RT (Rukun
Tetangga) XX yang memiliki jumlah penduduk 100 jiwa, berdasarkan hasil kegiatan PWS
Pada daerah ini dilakukan upaya penemuan aktif berkala akan dilakukan dengan
kegiatan skrining aktif setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan kasus TB pada kegiatan
penemuan aktif berkala 2 kali berturut-turut. Kegiatan penemuan secara aktif berkala akan
sangat efektif apabila dipadukan dengan kegiatan penemuan aktif berbasis keluarga dan
masyarakat. 5
Kegiatan penemuan aktif melalui skrining massal yang dilaksanakan sekali setahun
untuk meningkatkan penemuan pasien TB di wilayah yang penemuan kasusnya masih sangat
rendah. Puskesmas bekerja sama dengan aparat desa atau kelurahan, kader kesehatan dan potensi
layanan kesehatan luar gedung. Kegiatan ini juga lebih efektif apabila dipadukan dengan
2.1.13.1 Ekonomi
masyarakat kesulitan untuk mengeluarkan biaya transportasi karena kemampuan ekonomi yang
relatif terbatas. Menurut beberapa penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar penderita TB
berasal dari golongan ekonomi relatif rendah, sehingga dari segi biaya transportasi mereka
mengalami sedikit kendala untuk mencari pengobatan ke puskesmas, dan apalagi pengobatan
TB Paru harus dilakukan berulang-ulang sampai lebih kurang 6 (enam) bulan. Sementara itu,
bagi sebagian kecil penderita yang relatif cukup baik dari segi kemampuan ekonomi cenderung
terhadap penyakit TB Paru juga terbatas. Hal ini tampak dari persepsi masyarakat terhadap
penyakit TB Paru, dimana sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa penyakit TB Paru
Sebagian besar masyarakat biasanya cenderung untuk membeli obat warung ketika
merasakan adanya gejala batuk, sedangkan sebagian lagi langsung berobat dan mempercayakan
kesembuhannya pada tenaga kesehatan. Alasan mereka membeli obat warung karena masih
tergolong penyakit ringan, dan memilih ke puskesmas karena gejala batuknya sudah termasuk
penyakit berbahaya, menular, dan hanya bisa disembuhkan melalui pengobatan medis dengan
melakukan pengobatan atau minum obat selama jangka waktu 6 bulan. Sedangkan sebagian
untuk mencapai akses pelayanan kesehatan (puskesmas) karena jarak yang relative jauh dan
beratnya biaya transposrtasi) adalah menjadi pertimbangan masyarakat dalam upaya pencarian
pengobatan.6